Oleh:
Kelompok 12
Talitha Widya Utami
Zakery
Muhammad Fadhilatul Maarif
Yosha Putra
(15523
(15523
(15523
(15523
)
)
)
)
Dosen Pengampu :
Aang Kunaepi, M.Pd.I.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Penyimpangan Dalam Agama Islam. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Aang
Kunaepi, M.Pd.I. selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam
Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Shalawat dan salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad sholallohu alaihi wasalam penutup para nabi dan rosul, yang telah
membawa risalah Islam yang sempurna.dan juga kepada keluarganya , dan orang-orang yang
senantiasa mengikuti jalan beliau hingga hari kiamat kelak.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai penyimpangan dalam agama Islam. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar
nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling
utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.
Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak
ada orang yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkaplengkapnya bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah
bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya untuk menyerukan kepada
tauhid. Begitu pentingnya aqidah bagi seluruh manusia, sehingga Nabi Muhammad
Saw., penutup para Nabi dan Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika
berada di Makkah dengan menekankan masalah aqida, karena aqidah adalah
landasan semua tindakan, bahkan merupakan landasan bangunan Islam. Oleh
karena itu, maka para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa selalu
memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah sebelum mereka
mengajak kepada perintah-perintah agama yang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul
sebelum Rasulullah juga menyerukan hal yang sama dalam dakwah-dakwah mereka
kepada umatnya. Hal ini seperti firman Allah dalam Al Quran surat An Nahl ayat
36 dan surat Al A'raaf ayat 59, 65, 73 dan 85
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut1 itu, (QS. An
Nahl: 36)
Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
(QS. Al A'raaf: 59, 65, 73, 85)
Semua orang yang berakal sehat
terhadap hal apapun adalah sesuatu yang negatif dan tidak dapat dibenarkan.
Apalagi kalau penyimpangan tersebut terjadi terhadap hal-hal yang prinsip seperti
penyimpangan terhadap akidah . Di negeri kita penyimpangan akidah bukanlah
persoalan dan kasus baru yang kita jumpai. Bahkan ia telah ada sejak negeri ini
B. Tujuan
1. Mengetahui penyimpangan dalam agama seperti apa yang sedang terjadi.
2. Mengetahui penyebab penyimpangan dalam agama.
3. Mengetahui cara-cara penanggulangan penyimpangan dalam agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
1. Aqidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Kalimat Saya
ber-itiqad begini maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Aqidah
adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan Dia mempunyai aqidah
yang benar berarti aqidahnya bebas dari keraguan.Aqidah merupakan perbuatan
hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.
2. Aqidah Secara Syara
Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab kitabNya, para
RasulNya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang
buruk.Hal ini disebut juga sebagai rukun iman. Syariat terbagi menjadi dua
yaitu itiqadiyah dan amaliyah. Itiqadiyah adalah hal-hal yang tidak
berhubungan dengan tata cara amal. Seperti itiqad (kepercayaan) terhadap
rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beritiqad terhadap
rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata
cara amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah.
Bagian ini disebut fariyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas
itiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya
itiqadiyah. Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama
serta merupakan syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa
Taala: Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah
setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka
memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka
mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.
2.
Meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syari.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
hidup, sekali pun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak
orang yang telah kehilangan hidayah aqidah yang benar.
Sebab-sebab penyimpangan dari aqidah shahihah yang harus kita ketahui
yaitu:
1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau (enggan)
mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian
terhadapnya. Sehingga tumbuh suatu generasi yang tidak mengenal aqidah
shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya.Akibatnya,
mereka meyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil
dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar
Radhiallaahu anhu : Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu
demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa
mengenal kejahiliyahan.
2. Taashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek
moyangnya, sekali pun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang
menyalahinya, sekali pun hal itu benar. Sebagaimana yang difirmankan
Allah Subhannahu wa Taala: Dan apabila dikatakan kepada mereka:
Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah mereka menjawab: (Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk? (Al-Baqarah: 170)
3. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah
tanpa
mengetahui
dalilnya
dan
tanpa
menyelidiki
seberapa
jauh
berupa
mendatangkan
kemanfaatan
maupun
menolak
jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering.
Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak
mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh
negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan
mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali
dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan clunia dan
akherat kita, Allah SVVT berfirman dalam Surah An-Nisa 69 yang artinya :
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasu!-Nya, mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nimat Allah, yaitu: Nabinabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : Barangsiapa yang
mengerjakan amal shaleh baik laki-Jaki maupun perempuan, dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan karrri beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
E. Macam Macam Penyimpangan Dalam Agama Islam
1. Dalam masalah Tauhid
Mereka, para ulama ahlus sunnah selalu mementingkan tauhid dan
menjelaskan bahwa tauhid bermakna Tidak ada yang berhak
diibadahi kecuali Allah (uluhiyyah), sebagaimana terkandung dalam ayat:
( : 36)
10
).
180)
Hanya milik Allahlah asma-ul husna, maka mohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (al-Araaf: 180)
Mereka tidak berani pula membayangkan seperti apa atau bagaimananya.
Maka di samping mereka selamat agamanya, juga selamat akalnya. Orang-orang
yang mencari-cari sendiri tentang dzat Allah akan tersesat agamanya dan orang
yang membayangkan seperti apa atau bagaimana Allah akan rusak akal-nya.
11
).
12
. (
Aku tinggalkan kepada kalian dua per-kara yang kalian tidak akan tersesat setelah berpegang dengan keduanya, yai-tu kitabullah dan sunnahku. Dan keduanya tidak akan terpisah hingga menemuiku di telaga Haud. (HR. Hakim; Syaikh
al-Albani menshahihkanya dalam Shahih Jamius Shaghir)
dan
keterangan-keterangan
dari
mereka,
karena
yang
akan
mendapatkan keridhaan dari Allah adalah para shahabat Muhajirin dan Anshar,
dan orang-orang yang mengikuti mereka.
Allah berfirman:
: ).
100)
13
Sesungguhnya Allah taala tidak akan mengumpulkan umatku di atas kesesatan. Dan tangan Allah di atas jamaah. (HR. Tirmidzi; Syaikh al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Jami ash-Shaghir)
Sebagaimana disebutkan dalam atsar dari Ibnu Masud
beliau berkata: Sesungguhnya Allah melihat para hamba dan mendapati hati
Muhammad sebaik-baik hati para hamba, maka ia jadikan
untuk diri-Nya dan diutus sebagai rasul-Nya. Kemudian Allah melihat hati-hati
para hamba dan melihat hati-hati para shahabat adalah sebaik-baik hati para
hamba, maka Allah jadikan sebagai pendukung-pendukungnya, pembelapembela-Nya dan berperang di atas agamanya. Maka apa yang dilihat oleh kaum
muslimin itu sebagai kebaikan, maka di sisi Allah hal itu baik. Sebaliknya apa
yang dilihat oleh mereka sebagai kejelekan, maka di sisi Allah hal itu
merupakan kejelekan. (Atsar Hasan Mauquf; diriwayatkan oleh Thayalisi,
14
15
).
Barangsiapa yang berdusta atas nama-ku dengan sengaja, maka hendaklah dia
mempersiapkan tempatnya dalam neraka.
(HR. Bukhari Muslim dan lain-lain-nya)
16
: ) .
116)
Dan jika kalian menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah). (Al-Anaam: 116)
Namun mereka tetap menjaga ma-syarakat kaum muslimin agar tetap ber-satu
dalam satu pimpinan (penguasa) selama dia masih muslim.
Dengan sikap mereka yang demikian maka umat Islam akan selamat dari
pertumpahan darah sesama mereka. Karena jika kedhaliman penguasa muslim
17
diatasi dengan memeranginya secara fisik, niscaya yang akan terjadi adalah
perang saudara sesama muslimin.
Sedangkan ketaatan yang dimaksud adalah tidak memberontak atau
melawan penguasa secara provokasi atau fisik. Sedangkan ketaatan ahlus sunnah
adalah dalam perkara-perkara yang maruf. Jika mereka memerintahkan kepada
dosa dan kemaksiatan, maka tidak ada ketaatan kepada siapa pun dalam
bermaksiat ke-pada khaliqnya.Wallahu alam. (Ustadz Muhammad Umar AsSewed/ akhwat.web.id)
Khawarij
2.
Murjiah
3.
Mutazilah
4.
Syiah
5.
Ahmadiyah
6.
7.
8.
9.
10.
Islam Liberal.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat
membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan
kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid
baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi
kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya.
Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu
menciptakan mujizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di
zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap
individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa
disesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut
tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa
manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap
gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah
tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman
tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Adapun dari beberapa masalah diatas ada beberapa saran yang ingin
kami sampaikan, yaitu :
1. Tanamkan pentingnya aqidah sejak dini terhadap setiap muslim dimulai dari
lingkungan keluarga, Sekolah/kampus dan Masyarakat agar tidak ada lagi
penyimpangan-penyimpangan aqidah.
2. Mengamalkan segala yang dituntun oleh Al-Quran dan Hadist tanpa harus
menambah dan mengurangi.
3. Perlu sikap yang bijak untuk menerima segala yang berkaitan dengan
Aqidah, dan tidak taqlid terhadap Agama Islam.
19
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Al-atsari Hamid. 2006. Intisari Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah. Jakarta :
Pustaka Imam Syafii
Aziz Abdul B,. 1990. Hidup sejahtera dalam naungan Islam. Jakarta : Gemma
Basyir,Ahmad Azhar. 1982. Faham Akhlaq Dalam Islam. Yogyakarta :
Perpustakaan Pusat UII.
Mahfud MD.1997. Spritualitas Al-Quran Dalam Membangun Kearifan Umat.
Yogyakarta : LPPAI UII.
Miskawaih, Ibnu. 1995. Menuju Kesempurnaan Akhlaq. Bandung : Mizan
Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin. 2007. Fatawa Arkan al-Islam wa al-Aqidah.
Maktabah al-Shafa: Cairo.
INTERNET
Fatwa MUI Tentang Aliran-Aliran Sesat Di Indonesia. www.mui.or.id
http://mui.or.id/produk-mui/buku/buku-terbitan-mui/fatwa-mui-tentang-aliranaliran-sesat-di-indonesia.html
Wahyu, Dian.P. dkk. Makalah Agama Penyimpangan Akidah. Desember
2011.
http://www.scribd.com/doc/110675178/Makalah-Agama-TentangPenyimpangan-Akidah#scribd
20