Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ―KETUHANAN MENURUT ISLAM‖. Penyusunan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama. Kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang agama.
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.3 TUJUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
3.1 KESIMPULAN......................................................................................
3.2 SARAN..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan
kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam
bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis
tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles
menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya
penggerak yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan
Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas
langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas
wujud.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep tuhan.
PEMBAHASAN
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah
(tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah,
dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-
benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan
sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) :
165, sebagai berikut:
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti
cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta
terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian
padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia
menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu,
berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia. (Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam,
Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45)
َّ و و او ا ْن عم ام ا عو و ا نَّاذ ُ ا َّن و و و اذ ُ ا ل ل هُ ل ل إ هُ ا و
ان او ا و ام ا ْن و و و و وا
م ْنا ا م ْن و ام ا و و ْنا ا و ملو اد ا م و و ام ا و عو ا و و و او ا م ْن و و م ْن و ام ام ا عو و ا و
) وا ا و وال ا نَّام ا ْن و ام ا٢٣( وا ذ ُ َّن و او
ان وأل ا ب و و ا و ْنوا ْنعو م ذُا اا و و او ْ ان ا ْن م عو ذُا ا و اْ ان غلي ْنر إي ل إ ه إ ْن ا ذ ُ او
ْ و
ا م َّن و اذ ُ ا و او بي ا ْنح صو د ا ا امي و ْن و ْنا ا الب ام ا عو و وا و و ذُا ا و ا ا مي ا م ْن و
) وا ا م وا ا األذُلب اذ ُ ا وإمو بي ا ذ ُ و ا إماو ام ا إما و٣٨( ان
ْ ا م ام و
dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan
bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat
Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk
orang-orang pendusta". Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa
perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau
keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir‘aun atau penguasa yang dipatuhi
dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk
tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama‘:
aalihatun). Derifasi makna dari kata ilah tersebut mengandung makna bahwa
‗bertuhan nol‘ atau atheisme adalah tidak mungkin. Untuk dapat mengerti
dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran
sebagai berikut: Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap
penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas.
Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan
dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula
sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Ibnu
Taimiyah memberikan definisi al-Ilah sebagai berikut: Al-Ilah ialah: yang
dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah
ketika berada
1. PEMIKIRAN BARAT
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN