Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan


kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam
bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis
tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles
menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya
penggerak yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).

Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-


Nya ini kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam
dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah
pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian secara spektakuler
melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi
ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam
penafsiran Islam.

Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan


filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun
membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak
terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil
terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang
dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang
berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat
bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi
oleh faktor tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep tuhan?
2. Apa yang dimaksud filsafat ketuhanan?
3. Apa saja dalil pembuktian adanya tuhan?
4. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep tuhan.
2. Untuk mengetahui filsafat ketuhanan.
3. Untuk mengetahui apa saja dalil pembuktian adanya tuhan.
4. Untuk memahami sejarah pemikiran manusia tentang tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain
Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti :
patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep
tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari
ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do‘a maupun acara-acara
ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan
Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al- Quran) ia mengungkapkan kata-
kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba
Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-
Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah
dan lain- lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah
konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul
karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat
tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa
Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak
demikian kejadiannya.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu
berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang
dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al- Quran dalam kehidupan sehari-
hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam
semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana
dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain
sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut.
Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang
bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai
ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

B. Filsahan Ketuhanan Islam

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti
cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan
akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. (Ahmad
Hanafi:1990, h. 45)

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian


filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras
(481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan
perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa
pengertian filsafat dari segi kebahasan atau semantik adalah cinta terhadap
pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu
kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan
sebagai sasaran utamanya.

Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini
harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,
pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan
aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.

Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan


spiritual (QS. Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya
pada ranah emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya
dua hal tersebut insya Allah menuju dan berada pada agama yang fitrah (QS Ar-
Rum:30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu
kebijaksanaan Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar
kepercayaan umat Muslim.
Siapakah Tuhan itu?
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai
untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia,
misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya ?
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingg amanusia merelakan dirinya dikuasai
olehnya.Perkataan tersebut hendaklah diartikan secara luas oleh kita. Tercakup di
dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya
untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin,
1989: 56).
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk
apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak
mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an
setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
C. Dalil Pembuktian Adanya Tuhan
1. Dalil Ontologis
Tuhan ada dalam pikiran manusia. Karena mereka berfikir, tak ada
manusia yang sempurna, yang sempurna hanyalah Tuhan. Atas dasar itu
, Bapak menasehati ―Jika kamu membenci seseorang, cintai dia
alakadarnya.
2. Dalil Kosmologis/ Kausalitas/ Sebab-Akibat
Tuhan ada karena ada bukti penciptaanNya.
3. Dalil Teleologis ( pendekatan tentang keteraturan)
Alam ini sangat teratur. Logikanya, jika sesuatu tercipta karena
kebetulan, maka tidak akan ada keteraturan. Alaam ini dibuat teratur
untuk menjadi sarana bagi manusia.
4. Dalil Moral
Manusia tidak mungkin memberikan kode moral sebaik-
baiknya, seadli adlinya, susuai fitrah manusia, dan bersifat absolut —
untuk manusia lainnya– kecuali datangnya dari Allah. contoh : anak
tidak boleh menikahi ibunya. Sebab, sebelum Al Quran turun, istri
seorang pria itu akan diwariskan kepada anak laki lakinya.
5. Dalil Al- Quran
Al Ankabut(29) : 61 Dan jika engkau bertanya kepada mereka
Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukan matahari
dan bulan?‖ Pasti mereka akan menjawab ―Allah‖. Maka mengapa
mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).
Al Kahfi(18): 84 Sungguh, Kami telah memberi kedudukan
kepadanya di bumi, dan Kami telah Memberikan jalan kepadanya (untuk
mencapai) segala sesuatu.
Ath Thur(52) : 35 Atau apakah mereka tercipta tanpa asal usul
ataukah mereka yagn menceptakan (diri mereka sendiri)? Al Hijr (15):
21 Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-
lahkhazanahnya; Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran
tertentu.
6. Dalil Cosmologi.
Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan
dasar-dasar cosmologi, sebagaimana diisayaratkan Al-Qur‘an Al-Qur‘an
surat Al-Baqarah;164 Tuhan menyuruh manusia mempelajari cosmos
dan kekuatannya yang merupakan kumpulan alam semesta yang
menggambarkan adanya kesatuan di balik penampilan yang beragam
sehingga dapat dipergunakan sebai-baiknya dalam menyimpulkan
adanya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur.
Untuk memudahkan manusia menarik kesimpulan, maka Al-
Qur‘an mengungkapkannya dengan cara yang komunikatif dan dialogis.
Perhatikan QS.Asy-syura;23-24 dan an-naml;60 Al-Qur‘an memberikan
dasar-dasar dan membimbing dasar-dasar dan membimbing metode
berpikir. Dalam usaha berpikir untuk mendapatkan kepastian
kebenaran Tuhan, khusunya di bidang cosmologi adalah menyelediki
sebab (causa) terjadinya kosmos yang mengharuskan akal kita
mengambil keputusan, bahwa pasti ada penyebab yang menyebabkan
terjadinya cosmos itu.
7. Dalil Astronomi
Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia ada dengan cara
menunjuk planet-planet yang terdiri atas bintang, bulan dan matahari
yang masing-masing beredar tetap pada garis orbitnya. Tidak mungkin
yang satu akan melampui yang lainnya dan tidak akan keluar pula dari
garis ukuran yang telah ditentukan untuknya. Semua itu sebagai
bukti adanya perhitungan yang sangat rapi.
Sebagaimana ditemukan Taufiq al-Hakim (intelektual terkemuka)
tentang teori al- Ta‘adduliyah (keserasian), bahwa ‖bumi merupakan
bola (globe) yang hidup dengan seimbang dan tawazun dengan bola
terbesar di alam ini, yaitu matahari‖ (Yusuf Qardlawi,1995,143).
Fenomena tersebut sebagai hasil dan kecermatan ciptaan-Nya. Dalam QS
Ath-tahriq;1-3 dan asy-syams;1 dan 2 Allah menegaskan: Semua
penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan
teori-teori ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang
berdasarkan pada logika yaitu bahwa alam yang luas dan indah ini pasti
ada pengaturnya yang memiliki kepandaian agung, dan penjaganya
mestilah Maha Kuat dan Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat
kesempurnaan.
8. Dalil antropologi
Keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah
terletak pada akal, ilmu pengetahuan dan ruhnya. Bukti antropologi ini
dibuktikan dalam Al-Qur‘an surat at-thariq;5-7 dan ar-rum;20 berikut ini:
Manusia itu sebagai makhluk berkemauan, karena Allah
menghendakinya. Inilah realisasi dari makna la- haula walaa quwwata
illa billah, atau, manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk
mengambil manfaat dan menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya
itu bukan dari diri dan dengan dirinya sendiri, melainkan dengan
dan dari Allah (Yusuf Qardlawi, 1995;63)
9. Dalil Psikologi
Dibandingkan makhluk lain, manusia memiliki dua keistimewaan.
Pertama, bentuk tubuh yang indah, sempurna dan praktis untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, jiwa yang memiliki perasaan dan
kepandaian, untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapkan kepadanya
dengan berpikir dan memelihara ketahanan mental (sabar). QS.Ar-
Rum;21)
D. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Islam
1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah
maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin.
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan
menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula
sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda
mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan
ada pula yang berpengaruh negatif.
b. Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang
dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati.
Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup,
mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai
kebutuhan-kebutuhan.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan.
Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa
mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada
Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi
masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan
seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-
kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme
(Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi
monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk
seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau
dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme.
2. Pemikiran Umat Islam
Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu
kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa
Tuhan mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di lain
pihak ada yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan
bahwa manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan
di kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan)
umat Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian
terhadap para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-
Makmun (Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan
erat dengan masalah politik umat Islam setelah Rasulullah Muhammad
meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara aklamasi
formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh Umar
Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.
Menurut Muktazilah, Tuhan terikat dengan kewajiban-kewajiban. Tuhan
wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang yang baik ke surga
dan wajib memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan kewajiban-kewajiban
lain. Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia dalam
posisi yang kuat. Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok teologi
rasional dengan sebutan Qadariah.
Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa Tuhan
mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia maha kuasa, memiliki
kehendak mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun. Karena itu ia
mungkin saja menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan sebaliknya
mungkin pula ia menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki.
Dari faham Jabariah inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umat
Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep


Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun
konkret). Filsafat Ketuhanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang
fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif.

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh


manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-
Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat ―la illaha illa Allah‖. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu ―tidak ada Tuhan‖, kemudian baru
diikuti dengan penegasan ―melainkan Allah‖. Hal ini berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

B. Saran
Sebagai pemula di bangku perkuliahan, saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan
bermanfaat bagi saya untuk lebih memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990
Syafaat, Drs. H.M, Islam Agamaku, (Jakarta: Widjaya Jakarta, 1974).
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2020/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-
dalam.html

Anda mungkin juga menyukai