Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MEMAHAMI KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Dosen:

Dr.Hj.Rosmiati,M.Pd

Oleh :

Nadia Zahrani/02220220058

Feni Astarina/02220220044

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahami Konsep Ketuhanan
dalam Islam ini tepat pada waktunya.

Ada pun tujuan dari penulis dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
bidang studi manajemen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep ketuhanan dalam islam bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr.Hj Rosmiati,M.Pd selaku dosen bidang studi
Manajemen mata kuliah Pendidikan Agama islam yang telah memberikan tugas sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai denan bidang studi yang kami tekuni. kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian pengatahuannya
sehinggah kami dapat menyelesaikan makalah ini.

kami sadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar , 16 Februari 2024

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi
Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata
dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles
menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak yang tak
terlihat (baca: wujud Tuhan).
Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini kemudian secara
berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini,
mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian secara
spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga
mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran Islam.
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita
membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi Tuhan.
Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam
mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh
ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita
tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang
dipengaruhi oleh faktor tertentu.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu
bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat
dan segala realitas wujud.

B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa yang dimaksud konsep Tuhan?


2) Apa yang dimaksud filsafat ketuhanan?
3) Bagaimana Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?
4) Apa saja dalil pembuktian adanya Tuhan?

C. TUJUAN

1) Untuk mengetahui konsep Tuhan.


2) Untuk mengetahui filsafat ketuhanan.
3) Untuk mengetahui Sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.
4) Untuk mengetahui dalil pembuktian adanya tuhan.

1
BAB II : PEMBAHASAN
A. KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi
penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang
mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya adal dua
kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan).
Benda-benda seperti patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2): 165, sebagai berikut:

‫َوِم َن الَّناِس َم ْن َيَّتِخ ُذ ِم ْن ُدوِن ِهَّللا َأْنَداًدا ُيِح ُّبوَنُهْم َك ُحِّب ِهَّللا‬

Artinya: Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme).
Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan,
baik dalam do'a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al- Quran) ia mengungkapkan
kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah
lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya
Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain- lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini
muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras
dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep
ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran
surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut:

‫ولئن سألتهم من خلق السموات واألرضوَس َّخ ر الشمس والقمر ِلَيُقوُلَّن ُهَّللا َفَأَّنى ُيْؤ َفُك وَن‬

Artinya: Jika kepada mereka ditanyakan, "Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?" Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu
beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan. kepada Allah jika ia
telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha
Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al- Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

2
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam
surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang
dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam
kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran
sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

B. FILSAFAT KETUHANAN ISLAM


Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti
ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap
pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan
cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula
berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia. (Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang,
Jakarta, 1990, Him. 45).
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-
perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama
yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa
pengertian filsafat dari segi kebahasan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau
kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan
secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan, pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak
dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang
tidak terpisah dengan aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.
Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual (QS. Ali Imran:
190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah emosi tetapi didukung
kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut insya Allah menuju dan berada pada
agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum: 30).
Jadi, filsafat ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan Islam untuk menentukan
Tuhan, Dimana ia sebagai dasar kepercayaan umat Muslim.
Perkataan ilah, yang diterjemahkan "Tuhan", dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai
obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS:45 (Al-Jatsiiyah) : 23, yaitu:
‫َو َقْلِبِه َو َجَعَل َأَفَر َأْيَت َمِن اَّتَخ َذ ِإَلَهُه َهَو اُه َو َأَض َّلُه ُهَّللا َع َلى ِع ْلٍم َو َخ َتَم َع َلى َسْمِع ِه َع َلى َبَص ِرِه ِغ َشاَو ًة َفَم ْن َيْهِد يِه ِم ْن‬

)۲۳( ‫َبْع ِد ِهَّللا َأَفاَل َتَذَّك ُروَن‬

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah
membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Dalam QS: 28 (Al-Qashash): 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir'aun untuk dirinya sendiri:
‫َو َقاَل ِفْر َعْو ُن َيا َأُّيَها اْلَم ُأَل َم ا َعِلْم ُت َلُك ْم ِم ْن ِإَلِه َغْيِري َفَأْو ِقْد ِلي َيا َهاَم اُن َع َلى الِّطيِن َفاْج َع ْل ِلي َص ْر ًحا َلَع ِّلي َأَّطِلُع ِإَلى ِإَلِه ُم وَس ى َو ِإِّني‬
)۳۸( ‫َأَلُظُّنُه ِم َن اْلَكاِذ ِبيَن‬

3
dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka
bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya
aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk
orang-orang pendusta".
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai
benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir'aun atau penguasa yang
dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama': aalihatun). Derifasi makna dari kata ilah
tersebut mengandung makna bahwa 'bertuhan nol' atau atheisme adalah tidak mungkin. Untuk dapat
mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (llah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia. sedemikian rupa,
sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan. dipentingkan hendaklah
diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan
dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-Ilah sebagai berikut:
Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.
Imaduddin, 1989: 56)
Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti,
manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan logika Al- Quran, setiap
manusia pasti ada sesuatu yang dipertahankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis
pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan- angan
(utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat "laa ilaaha illa Allah". Susunan kalimat tersebut dimulai
dengan peniadaan, yaitu "tidak ada Tuhan", kemudian baru diikuti dengan penegasan "melainkan
Allah". Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa menjelaskan dalam
makalahnya yang berjudul "Al Ilahiyyat Baina Ibnu Sina wa Ibnu Rusyd" yang telah di edit oleh
DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam. Beliau mengatakan:
Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu; tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa
kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah SWT mengetahui
segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun. la yang menciptakan alam ini, dari
tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa pun. la memiliki berbagai sifat yang maha indah dan
agung.

C. SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN


1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas
hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian

4
rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme,
yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian
dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan
pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada
benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada
pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang
berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India).
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah
mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang
apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek
negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai
dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu
banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut
dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa
yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang
membidangi angin dan lain sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan, terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu
dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang
sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu
bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih
mengakui tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa. disebut dengan
Henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
e. monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi Monoteisme. Dalam Monoteisme
hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk
Monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller
dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya.
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang
berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai
kepercayaan pada wujud yang agung dan sifat-sifat yang khas terhadap tuhan mereka, yang
tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan. evolusionisme


menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang
evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka
menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau
wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan. bermacam-macam
kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan

5
didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme
dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993: 26-27).

2. Pemikiran Umat Islam


Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di
kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Yakni pada
saat terjadinya peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Mu'awiyyah.
Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara
keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam
memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat
tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual
dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran
tersebut yaitu:
Mu’tazilah
Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam
memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka
memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan
keimanan. Mu'tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah
pecahan dari Khawarij.

Qodariah

Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia
sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia
harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua
tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari
Murji'ah
Asy’ariyah dan maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan Jabariah. Semua
aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu.
Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh
karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi
mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu
berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.

D. DALIL PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN

Dalil ontologis
Tuhan ada dalam pikiran manusia. Karena mereka berfikir, tak ada manusia yang sempurna, yang
sempurna hanyalah Tuhan. Atas dasar itu, Bapak menasehati "Jika kamu membenci seseorang, cintai
dia alakadarnya.
Dalil kosmologis/kausalitas/sebab-akibat
Tuhan ada karena ada bukti penciptaan-Nya

6
Dalil teleologis (Pendidikan tentang keteraturan)
Alam ini sangat teratur. Logikanya, jika sesuatu tercipta karena kebetulan, maka tidak akan ada
keteraturan. Alaam ini dibuat teratur untuk menjadi sarana bagi manusia.
Dalil moral
Manusia tidak mungkin memberikan kode moral sebaik- baiknya, seadli adlinya, susuai fitrah
manusia, dan bersifat absolut untuk manusia lainnya kecuali datangnya dari Allah.
contoh: anak tidak boleh menikahi ibunya. Sebab, sebelum Al Quran turun, istri seorang pria itu
akan diwariskan kepada anak laki lakinya.
Dalil Al-Quran
Al Ankabut(29) 61 Dan jika engkau bertanya kepada mereka" Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi dan menundukan matahari dan bulan?" Pasti mereka akan menjawab "Allah". Maka mengapa
mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).
Al Kahfi (18): 84 Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah
Memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu.
Ath Thur(52): 35 Atau apakah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)?
Al Hijr (15): 21 Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.
Dalil cosmologi
Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar cosmologi,sebagaimana
diisayaratkan Al-Qur'an Al-Qur'an surat Al-Baqarah; 164
Tuhan menyuruh manusia mempelajari cosmos dan kekuatannya yang merupakan kumpulan alam
semesta yang menggambarkan adanya kesatuan di balik penampilan yang beragam sehingga dapat
dipergunakan sebai-baiknya dalam menyimpulkan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha
Pengatur. Untuk memudahkan manusia menarik kesimpulan, maka Al-Qur'an mengungkapkannya
dengan cara yang komunikatif dan dialogis. Perhatikan QS.Asy-syura;23-24 dan an-naml;60
Al-Qur'an memberikan dasar-dasar dan membimbing dasar-dasar dan membimbing metode berpikir.
Dalam usaha berpikir untuk mendapatkan kepastian kebenaran Tuhan, khusunya di bidang
cosmologi adalah menyelediki sebab (causa) terjadinya kosmos yang mengharuskan akal kita
mengambil keputusan, bahwa pasti ada penyebab yang menyebabkan terjadinya cosmos itu.
Dalil astronomi
Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planet-planet yang terdiri
atas bintang, bulan dan matahari yang masing-masing beredar tetap pada garis orbitnya. Tidak
mungkin yang satu akan melampui yang lainnya dan tidak akan keluar pula dari garis ukuran yang
telah ditentukan untuknya. Semua itu sebagai bukti adanya perhitungan yang sangat rapi.
Sebagaimana ditemukan Taufiq al-Hakim (intelektual terkemuka) tentang teori al-Ta'adduliyah
(keserasian), bahwa "bumi merupakan bola (globe) yang hidup dengan. seimbang dan tawazun
dengan bola terbesar di alam ini, yaitu matahari" (Yusuf Qardlawi, 1995,143). Fenomena tersebut
sebagai hasil dan kecermatan ciptaan-Nya. Dalam QS Ath-tahriq:1-3 dan asy-syams; 1 dan 2 Allah
menegaskan: Semua penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori-teori
ilmu

7
pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika yaitu bahwa alam yang
luas dan indah ini pasti ada pengaturnya yang memiliki kepandaian agung, dan penjaganya mestilah
Maha Kuat dan Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan.
Dalil antropologi
Keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah terletak pada akal, ilmu pengetahuan
dan ruhnya. Bukti antropologi ini dibuktikan dalam Al-Qur'an surat at-thariq;5- 7 dan ar-rum:20
berikut ini:
Manusia itu sebagai makhluk berkemauan, karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari
makna la haula walaa quwwata illa billah, atau, manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk
mengambil manfaat dan menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya itu bukan dari diri dan
dengan dirinya sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (Yusuf Qardlawi, 1995;63)
Dalil psikologi
Dibandingkan makhluk lain, manusia memiliki dua keistimewaan. Pertama, bentuk tubuh yang
indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, jiwa yang memiliki
perasaan dan kepandaian, untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapkan kepadanya dengan
berpikir dan memelihara ketahanan mental (sabar). QS.Ar-Rum;21

8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan dapat
diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh
manusia. terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan
dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan
secara intensif.
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Dalam
ajaran Islam diajarkan kalimat "la illaha illa Allah". Susunan kalimat tersebut dimulai
dengan peniadaan. Yaitu "tidak ada Tuhan", kemudian baru diikuti dengan penegasan
"melainkan Allah". Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri
dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada
satu Tuhan yaitu Allah.
B. Saran
Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih.
memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

9
DAFTAR PUSTAKA
http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-dalam.html
http://ilmukomunic.blogspot.com/2015/09/dalil-dalil-tentang-adanya-allah.html
http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-dalam.html
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

https://www.mahasiswaunusa.com/

10

Anda mungkin juga menyukai