Anda di halaman 1dari 59

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Dias Mardianti


NIM : C1G020067
Fakultas&Prodi : PERTANIAN / AGRIBISNIS
Semester :1

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, yang telah memberikan kami kesehatan dan kemudahan sehingga tugas ini dapat
selesai tepat waktu. Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang yakni agama islam yang begitu sempurna dan menjadi
rahmat bagi alam semesta. Penulisan artikel ini merupakan tugas dari dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliahyang sedang dipelajari agar
kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang telah
memberikan kami tugas ini sehingga kami bisa menambah ilmu dan wawasan kami
tentang islam. Semoga selalu tercurahkan kepada bapak keberkahan atas ilmu-ilmu
yang diberikan kepada kami

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada kita semua, khususnya
bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca artikel ini. Dengan tersusunnya
artikel ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek-aspek lainnya. Untuk itu, saya mohon maaf
sekiranya ada kesalahan dalam artikel ini karena saya hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan.

Penyusun, Mataram 15 Oktober 2020

Nama: Dias Mardianti


NIM: C1G020067

1
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 24
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 31
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 42
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam 48
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 56

2
BAB I

1. Tauhid : keistimewaan Dan Kebenaran Konsep Ketuhanan Dalam Islam


Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-
Nya merupakan dasar bagi tiap agama, baik agama langit atau pun bumi .
Namun kesadaran manusia akan eksistensinya menggiring ia untuk melihat
bahwa eksistensinya dipengaruhi oleh tiga sifat; faktisitas, transendensi dan
kebutuhan untuk mengerti.Faktisitas berarti, bahwa eksistentsi selalu Nampak
di depan kesadaran manusia sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan
yang dimaksud dengan transendensi pada eksistensi manusia merupakan sifat
yang nampak secara langsung dalam kesadaran manusia bahwa ia manusia,
bukan hanya sekedar tubuh yang nampak dalam ruang dan waktu bersama
“ada” yang lain, namun manusia adalah makhluk yang dapat melampaui dirinya
melebihi dari batas ruang dan waktu dalam kesadarannya. Keberadaan
kebutuhan untuk mengerti merupakan modus yang paling jelas dari
transendensi kesadaran manusia. Termasuk dalam kesadaran ini adalah
bahwa manusia selalu terdorong untuk selalu mempertanyakan hakikat dirinya
dan dunianya. Karena hal inilah kemudian menimbulkan suatu pertanyaan
mengenai dari mana ia dan dunianya berasal. Dalam filsafat ketuhanan,
pertanyaan ini akan bermuara pada wilayah mengenai eksistensi Tuhan.
Persoalan mengenai eksistensi Tuhan walau kadang suka melingkar pada
pengulangan kata “ada dan tiada” namun dpat diterangkan dengan
beberapa argumentasi, yakni: argumentasi ontology, teologi dan kosmologi.
Pendekatan ontology lebih bersifat apriori, yang mencakup tentang
pengetahuan mistik dan kesadaran manusia, sedangkan argumentasi teologi
dan kosmologi merupakan argumentasi yang bersifat apriost Setiap yang “ada”
memiliki eksistensinya, dan yang bereksistensi pasti memiliki sebab
keberadaannya dalam mengada untuk sebuah “ada” dari eksistensinya. Oleh
karena hal itu, alam semestapun memiliki sebab dari bermulanya. Pengejaran
sebab atau alasan inilah yang menjadi kajian hangat dalam argumentasi
sebuah penciptaan, baik ari kalangan filsafat ataupun saintis.

3
B. Siapakah Tuhan itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan adalah sesuatu yang di yakini, di
puja , di sembah oleh manusia , sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa dan lain
sebagai nya. Kalimat Tuhan dapat di pergunakan untuk apa saja

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam surat  al-Furqan ayat 43.

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai


tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?

Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya
sendiri:

Terjemah Arti: Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa,
dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang
pendusta."

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa


mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:

4
ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan
nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai
berikut:

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh


manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-
Nya.Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di
dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat
memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu
yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Ibnu Taimiyah
memberikan definisi Al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-
Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan
bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut
cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.

Pengetahuan Menurut Al-Kindi terbagi menjadi dua :

 Pertama, pengetahuan illahi seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an,


yaitu pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar
pengetahuan itu adalah keyakinan.
 Kedua, pengetahuan manusiawi atau ilmu insanyyataqu filsafat yang
didasarkan atas pemikiran.

Bagi Al-kindi, agrumen yang dibawa Al-Qur’an itu lebih meyakinkan dari
pada agrumen yang dikemukakan oleh filsafat, tetapi filsafat dan Al-Qur’an
tidaklah bertentangan kebenaran yang diberitakan wahyu tidaklah
bertentangan dengan kebenaran yang dibawa filsafat.

5
Tuhan dalam filsafat Al-kindi tiadalah mempunyai hakikat dalam arti an-
niyah maupun ma-hiyyah.Tuhan bukanlah benda dan tidak termaksuk benda
yang ada dialam.Ia pencipta alam, ia tidak tersusun dari materi dan bentuk (al
hayyuli’ yang wa Al-shurah). Tuhan juga tidak mempunyai hakikat dalam
bentuk ma’hiyyah, karena tuhan tidak merupakan genus atau spesies. Tuhan
hanya satu tidak ada yang serupa dengan-Nya,.Ia adalah unik, ia adalah yang
benar pertama dan yang maha benar. Ia hanyalah satu dan semata mata
Satu. Selain dia, semuanya mengandung arti banyak.

Sesuai dengan ajaran paham islam, tuhan bagi Al-kindi adalah pencipta
dan bukan penggerak pertama seperti pendapat aristoteles. Alam bagi Al-kindi
bukan kekal di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan. Karena itu
dalam hal ini ia lebih dekat dengan filsafat plotenus yang mengatakan bahwa
yang maha satu adalah sumber dari alam ini dan sumber dari segala yang
ada. Alam ini adalah emanasi atau pancaran dari Yang Maha Satu.

B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


1.Animisme
Animisme berasal dari kata "Anima",dari bahasa latin Animus. Dan bahasa
Yunani"Avepos" dalam bahsa sang sekerta di sebut"Rana". dalam bahasa Ibrani di
sebut"Ruah" yang artinya napas atau jiwa.ia adalah dokterin tentang realitas jiwa.ini
adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan
agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia premitif kepercayaan animisme
mepercayai bahwa setiap benda di bumu ini,seperti kawasan tertentu,gua,pohon,atau
batu besar,.di perkirakan di provinsi kalimantan barat terdapat 7,5 juta orang dayak
tergolong pemeluk animisme.

dalam animisme tedapat kepercayaan bahwa makhluk-makhluk halus atau ruh-ruh


yang ada di sekitar manusia baik di hutan,diladang,dijalan-jalan, dikebun,diair,di
pepohonan ,di gunung, dan di rumah-rumah.ruh-ruh ini bersifat supra manusiawi
sangat mempengaruhi dan menentukan kehidupan manusia.karenanya masyarakat
premitif menyadari bahwapada keinginan manusia sendiri ada keinginan lain pada
kehendaknya sendiri ada kehendak lain,demikianlah seterusnya.

selain daripada jiwa dan ruh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan diatas,
kepercayaan animisme juga mempercayai bawha roh yang telah mati bisa masuk ke
dalam tubuh hewan,misalnya suku nias mempercayai bahwa seekor tikus yang keluar

6
masuk dari rumah merupakan roh dari wanita yang telah mati beranak.ruh orang yang
telah meninggal dapat bertamu dengan ruh orang yang masih hidup.ia bisa menolong
atau mengganggu. dan agar roh itu mendatangkan kebaikan,maka di butlah acara
penyembahan.ruh yang di anggap berbahaya bagi orang hidup,bukan saja berasal dari
manusia tetapi juga,binatang,tumbuh -tumbuhan, batu dan benda-benda lain.roh orang
yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau yang di percaya akan
membalas dendam kepada orang yang menjadi musuh bebuyutannya selama
hidup.kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat
pada agama hindu dan budha dimana dalam reinkarnasijiwa tidak pindah langsung
kedalam tubuh hewan atau binatang yan hidup akan tetapi di lahirkan kembali dalam
bentuk kehidupan lain.

2. Dinamisme
Perkataan dinamisme berasal dari kata yang terdapat dalam bahasa Yunani,
yaitu,''Dunamos'' dan diinggriskan Menjadi''dynamic''yang umumnya diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan kekuatan ,kekuasaan atau khasiat dan dapat juga
diterjemahkan dengan daya.Dalam eksikiopedi umum dijumpai defenisi dinamisme
sebagai kepercayaan keagamaan premitif pada zaman sebelum kedatangan agama
Hindu di Indonesia.Dinamismen disebut juga preanismisme,yang mengajarkan bahwa
tiap-tiap benda atau makhluk mempuyai mana (percaya adanya kekuatan yang maha
yang berada dimana-mana) .

Harun Nasution tidak mendefinisikan dinamisme secara tegas hanya menerangkan


bahwa bagi manusia premitif ,yang tingkat kebudayaannya masih rendah sekali,tiap-
tiap benda yang berada disekelilingnya bisa mempuyai kekuatan batin yang
misterius.Dalam ilmu sejarah dan ilmu perbandingan agama kekuatan batin itu bisa
disebut ''mana''.Mana itu memiliki 5 sipat,yaitu:
1) Memiliki kekuatan
2) tidak dapat di lihat
3) tidak memiliki tempat yang tetap
4) pada dasar nya tidak baik dan tidak mesti buruk
5) terkadang dapat di kontrol dan tidak dapat di kontrol.

dengan demikian "mana" adalah satu kekuatan yang tidak dapat di lihat ,merupakan
kekuatan gaib juga kegiatan misterius,yang dapat di lihat efeknya jelas,sebagai mana
yang tenaga yang terdapat dalam listrik,kekuatan itu tidak dapat di lihat, namun ada
efeknya.

7
adapun tujuan keprcayaan atau beragama menurut animisme untuk memperoleh tuah
mana sebanyak bnyak nya,memahami benda yang bertuah,memahami fetish yang
telah di isi tuah atau mana dan sebaginya . kesemua tujuan itu di usaha kan untuk
memperoleh ketentraman selama hidup dan memeliharah keselamatan keselamatan
diri dari bahaya yang mengancam keselamatan hidup manusia.

dalam uraian tentang dinamisme,ada yang mengatakan bahwa dinamisme sebagai


kepercayaan keagamaan ,dan juga sebagai salh satu macam struktur dari agama
premitif.

ini memperlihatkan suatu sikap keragu raguan dalam menetapkan apkah dinamisme
itu adalah agama atau bukan, dengan kata laen orang tidak berani( tentu dengan
alasan yang objektif) berkata bahwa dinamiosme itu adalah agama atau sebaliknya,
dinamisme itu bukan agama. kembali pada dinamisme ,maka dinasmisme timbul dari
perasaan takjub, takut dan merasa dirinya kecil sebagai manusia dan bergantung
kepada daya" kekuatan sekitarnya .mereka melihat sesuatu yang bersifat ilahi di dunia
ini,tapi tidak di lukiskan dalam pikiran sebagi sesuatu yang berpribadi.

oleh sebab itu selamanya tidak terjadi hubungan kepribadian antara seorang manusia
dengan benda pujaannya. sebab itu segala pegertian khusus yang ada di dalam ritual
agama seperti do'a,puasa,kurban, dan sebagainya,dalam dinamisme di ubah
bentuknya. doa menjadi mantera suatu perbuatan yang mengandung daya kekuatan
dan menimbulkan keajaiban" hilang sifatnya memohonnya kepada Allah.Do'a menjadi
rumus yang sakti, yang di jawa di sebut japamantra. kurban menjadi suatu perbuatan
magis yang mengeluarkan daya kekuatan sendiri,lepas dari ikatan ketuhanan.begitu
juga puasa di ganti dengan tarak atau bertapa untuk mendapatkan daya kekuatan
yang luar biasa.

Di dalam dinamisme pemujaan dan takut kepada daya-daya gaib yang luar biasa yang
terdapat di dunia dan pada benda-benda itu di dapat dengan agama pagan(agama
suku,agama daerah atau agama etis premitif).

A. PANDANGAN ISLAM TERHADAP ANIMISME DAN DINAMISME

Sampai sejauh ini telah dibicarakan secara ringkas kepercayaan


animisme, dinamisme dan gagasan tentang Tuhan tertinggi. Animisme dan dinamisme
yang dibicarakan sejauh ini adalah sebagian kecil saja dari apa yang biasanya disebut

8
agama bangsa-bangsa primitif dan secara keseluruhan merupakan gambaran yang
bulat tentang agama bangsa-bangsa primitif.
Sebagai telah dibicarakan diatas, bahwa dinamisme dan animisme adalah
kepercayaan yang khayal belaka. Islam tidak membenarkannya, sebab hal itu
termasuk syirik (menyekutukan Tuhan), orang yang menjalankannya disebut Musyrik.
[ii]
Islam mengajarkan bahwa orang tidak boleh menghormati dan menyembah
selain Allah, sebagaimana ditegaskan dalam syahadat yang pertama yang artinya ;
saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hanya Allah sajalah yang Maha
Menjadikan, Maha Kuasa dan Maha Tinggi serta Maha Bijaksana.

Allah berfirman, yang artinya : “Janganlah kamu sujud bersembah kepada


matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang
menciptakan matahari dan bulan, jika kamu benar-benar ingin menyebah kepada-
Nya”(QS. Fush-shilat : 37)
Kita sebagai kaum muslimin  harus waspada, jangan sampai iman kita dikotori
oleh anasir-anasir  animisme. Benda adalah tetap benda, apakah benda itu berwujud
sebutir batu, sepotong besi atau secarik kertas yang ditulisi, nilainya sama saja.
Kesemuanya tak mungkin mengandung kekuatan ghaib, tak mungkin mengandung
gaya sakti lebih dari apa yang telah ditentukan oleh sunnatullah atau hukum alam.
Tentang meminta pertolongan kepada roh yang telah mati dan mendatangkan
roh tersebut, haruslah kita jauhi karena hal ini dilarang oleh agama. Menurut ilmu
spiritisme (Ilmu Arwah Modern), memanggil roh orang telah mati memang mungkin,
akan tetapi apakah gunanya kita memanggil roh itu, bahkan akan mengganggu
ketenangan roh bila saban-saban kita panggil, sedang roh itu tak dapat memberi
faedah apa-apa kepada kita.
Apalagi kalau kita ingat bahwa roh yang mudah dipanggil hanyalah roh-roh
jahil (roh yang dalam keadaan bingung), roh-roh pendusta, roh-roh pembohong saja,
yang kesemuanya itu jelas tidak dapat memberikan manfaat kepada kita.

Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, ilmu Kalam,


atau ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode
setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya
peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok
Mu’awiyyah. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional,

9
dan ada pula yang bersifat di antara keduanya.Sebab timbulnya aliran
tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami
Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran
yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain
memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga
lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran
tersebut yaitu :

a. Mu’tazilah

Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan


pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan
dalam Islam. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan
ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan
keimanan.Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah,
sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

b. Qodariah

Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam


berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia
akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggung jawab atas perbuatannya.

c. Jabariah

Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam


berkehendak dan berbuat.Semua tingkah laku manusia ditentukan dan
dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah

d. Asy’ariyah dan Maturidiyah

Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran
Qadariah dan Jabariah.

Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam


kalangan umat Islam periode masa lalu.Pada prinsipnya aliran-aliran
tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh
karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran
tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia
keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu

10
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu
berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu.

C. Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu

Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas


pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah
benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi
tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai
hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.

Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera


dalam:

1. QS 21 (Al-Anbiya): 92,

“Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama


Tauhid.Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi
mereka telah berpecah belah.Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah
akan menghakimi mereka.”

Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa


sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak
zaman dahulu hingga sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah
memperkenalkan dirinya melalui ajaran-Nya, yang dibawa para Rasul,
Adam sebagai Rasul pertama dan Muhammad sebagai terakhir.

Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan di antara


agama-agama adalah karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama
dengan konsep ajaran aslinya, merupakan manipulasi dan kebohongan
manusia yang teramat besar.

2. QS 5 (Al-Maidah):72, “Al-Masih berkata:


“Hai Bani Israil sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat mereka adalah neraka.”
3. QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4,

11
“Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah.


Kata Allah adalahnama isim jumid atau personal name.Merupakan suatu
pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan kata “Tuhan”,
karena dianggap sebagai isim musytaq.

Tuhan yang haq dalam konsepal-Quran adalah Allah . Hal ini dinyatakan antara
lain dalam surat-surat berikut yaitu:

 QS Ali Imran ayat 62


 QS Shad ayat 35 dan 65
 QS Muhammad ayat 19.
Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang
diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalahTuhan Allah juga.
Perhatikan antara lain:
 QS Hud ayat 84 dan QS al-Maidah ayat 72.
Tuhan Allah adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam
 QS al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat 98, dan QS Shad ayat 4.

Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut


informasi al-Quran, sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan
adalah sebutan “Allah”, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi
melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah. Hal iniberarti konsep tauhid
telah ada sejak datangnya Rasul Adam di muka bumi. Es menurut al-Quran
adalah esa yang sebenar-benarnya esa, yang tidak berasal dari bagian-
bagiandan tidak pula dapat dibagi menjadi bagian-bagian.

Keesaan Allahadalah mutlak.Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan


dengan yang lain.Sebagai Allah sebagaiprioritasutama dalam setiap tindakan
dan ucapannya. umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat La ilaaha illa
Allah harus menempatkan

Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran memberi
petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari Tuhan

12
yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik
menjalanikehidupan.

Adapun agama-agama yang meyakini bahwa adanya Tuhan tetapi mereka


lebih menjunjung tinggi Nabi yang mereka yakini bahwa Nabi itu adalah Nabi
terakhir,adapula agama yang menjunjung tinggi kepercayaan bahwa dewa-dewi
adalah sesuatu yang telah memberikan mereka kemakmuran.

Jadi sebagaimana kita tahu bahwa Islam lah agama yang tauhid karna
semua yang ada dimuka bumi ini ada didalam Al-Qur’an dan Hadist.

D. Dalil-Dalil Pembuktian Eksistensi Tuhan


Allah sebagai Tuhan memiliki wujud yang tidak terbatas, maka hakikat diri-Nya
tidak akan pernah dicapai, namun pemahaman Allah dapat dijangkau sehingga
kita dapat mengenal-Nya, melalui jejak dan tanda-tanda yang tak terhingga
jumlahnya. Mengenai hal tersebut, Imam `Ali menjelaskan bahwa “Allah tidak
memberitahu akal bagaimana cara menjangkau sifat-sifat-Nya, tapi pada saat
yang sama tidak menghalangi akal untuk mengetahui-Nya.”

Selain itu, jika kita menyelami diri kita sendiri, maka sebenarnya fitrah manusia
memiliki rasa berketuhanan. Dalil fitrah ini merupakan perasaan berketuhanan
secara langsung yang tertanam pada diri setiap manusia.Dalil ini menjadi model
sekaligus modal khusus bagi manusia.Akan tetapi untuk memperkuat fitrah itu kita
memerlukan dalil-dalil yang argumentatif, bersandar pada akal, dan wahyu
sebagai tambahan serta penguat argumentasi. Untuk itu di bawah ini akan
dijabarkan secara singkat dan sederhana beberapa argumentasi tentang
keberadaan dan ke-Esaan Allah .

Amirul Mukminin al-Imam Ali bin Abi Thalib dengan indah melukiskan
karakteristik Tuhan dengan sempurna dalam lembaran-lembaran Nahj al-
Balaghah sebagai berikut:
“Dia adalah satu, tapi bukan dalam arti jumlah.Dia tidak dibatasi oleh batasan-
batasan ataupun tidak di hitung oleh angka-angka.siapa yang menunjuk-Nya
berarti mengakui batas-batas-Nya, dan yang mengakui batas-batas-Nya berarti
telah menghitung-Nya. Siapa yang menggambarkan-Nya, berarti membatasi-Nya,
memberikan jumlah kepada-Nya, menolak keazalian-Nya.Segala sesuatu yang
disebut satu adalah kurang, kecuali Dia.”
 Dalil Fitrah

13
Yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia mengenai adanya dzat
yang maujud, tidak terbatas, tidak berkesudahan, mengawasi segala sesuatu,
mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, diharapkan kasih
sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya.Hal ini digambarkan oleh Allah SWT
dalam QS. Yunus/10:22.
“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,(dan berlayar)
di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal,dan meluncurlah
(kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan
tiupan angina yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba
datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan
mereka berdo’a dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (seraya berkata),
‘sekiranya Engkau menyelamatkan kamu dari (bahaya) ini, pasti kami
termasuk orang-orang yang bersyukur’”
 Dalil Akal
Yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang
merupakan manifestasi dari eksistensi Allah Subhana Wa Ta’ala. Terdapat
empat unsur alam semesta yang terkandung di dalamnya:
1) Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan
menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan
cara berkembang biak (QS. Fatir/35:28)
”Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang
bernyawa dna hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya)….”
Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan, membentuk,
menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. Al-Ankabut/29:19-
20)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai
penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali).Sungguh,
yang demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah, ‘Berjalanlah di bumi,
maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk),...’”
Sepintar apapun manusia, tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk
yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah Subhana Wa Ta’ala
menantang manusia untuk meminta sesembahan mereka membuat
seekor lalat jika mereka mampu (QS. Al-Mu’minun/22:73)

14
“…. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya….”
Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali
Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.

2) Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi,
diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat. Hal ini
menunjukkan adanya kehendak agung yang bersumber dari Sang
Pencipta. Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya
pada bumi hanya setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia
akan membeku kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang
sepuluh kali lipat dari malam yang normal tentulah matahari pada musim
panas akan membakar seluruh tanaman di siang hari dan di malam hari
seluruh tumbuhan membeku. Firman Allah:

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.Kamu sekali-kali


melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang.Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang?Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk/67:3,4)

3) Perbandingan Ukuran Yang Tepat Dan Akurat (QS. Al-Furqan/25:2)

“Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak
ada sekutu bagi-Nya dalma kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan
segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat”

Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan, timbangan,


dan perhitungan yang tepat akurat. Bila tidak, maka tidak akan mungkin
para ilmuwan berhasil menyusun rumus-rumus matematika, fisika, kimia
bahkan biologi. Satukenyataan yang sangat mengherankan tentang
pengetahuan ilmiah ialah bahwa bukti-bukti ilmiah itu menunjukkan

15
adanya hubungan antara pikiran manusia dengan susunan alam yang ia
pelajari.

4) Hidayah (Tuntunan dan Petunjuk) (QS. 20:50)

“Dia (Musa) menjawab,’Tuhan kami ialah (Tuhan) yangtelah memberikan


bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk”

Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-


Nya untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing.Pada manusia sering disebut sebagai
ilham dan pada hewan disebut insting/naluri.Seorang bayi ketika
dilahirkan menangis.Siapa yang mengajarkan bayi-bayi tersebut?Seekor
ayam betina membolak-balikkan telur yang tengah dieramnya, agar zat
makanan yang terdapat pada telur itu merata, juga kehangatan dari induk
ayam tersebut, dengan demikian telur tersebut dapat menetas.Secara
ilmiah akhirnya diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses
dalam telur itu mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya
di bagian bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan maka zat
makanan tersebut tidak merata, dengan demikian ia tidak dapat menetas.
Siapa yang mengajarkan ayam untuk berbuat demikian ?

Kita sering mendengar seseorang ditimpa musibah yang membuat


hatinya hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdoa menghadap Allah
Subhana Wa Ta’ala. Tiba-tiba musibah itu hilang, kebahagiaan pun
kembali dan datanglah kemudahan sesudah kesusahan. Siapa yang
mengabulkan doa, siapa pula yang mengajarkan orang, yang kafir
sekalipun, untuk meminta pertolongan pada suatu zat di luar dirinya yang
dirasakannya bersifat Maha Kuasa dan Maha Berkehendak ? Firman
Allah :

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah yang


kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke
daratan, kamu pun berpaling.Dan manusia adalah selalu tidak berterima
kasih.” (QS.Al-Isra/17:67)

16
Eksistensi Allah terlihat dalam banyak fenomena kehidupan.
Barangsiapa yang membaca alam yang maha luas ini dan
memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia
akan menemukan bukti-bukti yang jelas tentang adanya Allah SWT.
Firman Allah :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar.” (QS.Fussilat/41:53)

 Dalil Akhlaq
Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq).Dengan adanya akhlaq
inilah, secara naluri mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya
lurus dan urusannya berjalan teratur dan baik.Zat yang dapat menanamkan
akhlaq dalam jiwa manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber
kebaikan, cinta dan keindahan.Keberadaan ‘moral’ yang mendominasi jiwa
manusia merupakan bukti eksistensi Allah.

 Dalil Wahyu
Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang
berbeda.Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantara wahyu.
Dengan membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukzijat) mengajak
umatnya agar beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin
hubungan baik dengan-Nya, serta memberi peringatan akan akibat buruk dari
syirik/berpaling dari-Nya. Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang
persis sama? Siapa yang memberikan kekuatan, mendukung dan
mempersenjatai mereka dengan mukzijat?Tentu suatu zat yang eksis
(maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah.Keberadaan para rasul ini
merupakan bukti eksistensi Allah.

 Dalil Sejarah
Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman,
umumnya percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkan.
Semuanya telah mengenal iman kepada Allah menurut cara masing-masing.
Konsensus sejarah ini merupakan bukti yang memperkuat eksistensi Allah.

17
Terdapat beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam,
diantaranya yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal,
sehingga timbul perkiraan-perkiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau
pemikiran tentang ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru
mendatangkan keguncangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya
menanamkan  keraguan dan kesangsian terhadap keberadaan Allah. (QS.
Yunus/10:94)

“Maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa


yang kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang yang
membaca kitab sebelummu, sungguh telah datang kebenaran kepadamu dari
Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu”

Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah


mereka. Sebab mereka mencoba mengenal Allah dengan menggunakan
panca indra saja. Padahal panca indra hanya bisa mendeteksi sesuatu yang
dapat diraba, diukur, disentuh. Sebaliknya untuk mengenal sesuatu selain
Allah mereka menggunakan panca indra dan akal. Jalan yang ditempuh oleh
orang-orang kafir ini pada akhirnya tidak pernah membawa mereka sampai
mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaliknya yang mereka dapatkan adalah
ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.
Adapun jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan
menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut
dioptimalkan dengan proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur artinya
memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat
kauniyah).Tadabbur berarti merenungkan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam
al-Qur’an (ayat qauliyah).Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang
keberadaan dan kekuasaan Allah (QS. Yusuf/12:105)

“Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang
mereka lalui, namun mereka berpaling darinya.”

Jalan yang ditempuh oleh orang mukmin bersandarkan pada fitrahnya


sebagai manusia, yaitu mengoptimalkan akal, pemikiran, ilmu, serta hatinya
untuk mengenal Allah lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya),

18
bukan zat-Nya.Baik tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam, mukzijat
serta dalm Al Qur’an. Lewat jalan inilah manusia akan mengenal Allah SWT.
TAUHID
Tauhid berasal dari bahasa Arab dan diambil dari kata wahhada-
yuwahhidu-tauhidan yang berarti menjadikan sesuatu satu saja. Jadi, tauhid
bermakna menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan yang
benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatul Ushul, 39).
Tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan al asma was
shifat.

 Tauhid Rububiyyah

Tauhid rububiyyah yaitu keyakinan bahwa Allah SWT sebagai satu-satunya yang dapat
menciptakan bumi dan langit beserta dengan isinya. Hanya Allah yang mampu
memberikan rezeki, menggerakkan matahari dan bulan, mendatangkan badai dan
hujan, serta apa pun yang terjadi di alam semesta ini sesuai dengan kehendak-Nya.
Hal ini pun terdapat dalam ayat Al-Qur'an :

QS. Al An'am (6) : 1

Artinya:

Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan
gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan
Tuhan mereka.

QS. Az-zumar 62

Artinya: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.

19
Kedua :Tauhid Uluhiyyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah a dengan perbuatan para hamba


berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar,
kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan
inabah (kembali/taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul
yang pertama hingga yang terakhir. Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.”(QS. An-Nahl: 36)

Juga firman Allah, artinya, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya’:
25)

Setiap rasul selalu melalui dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana
yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lain-lain, artinya, “Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi-mu selain-Nya.” (QS. Al-
A’raf: 59, 65, 73, 85)

“Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah
dan bertakwalah kepada-Nya’.” (QS. Al-Ankabut: 16)

Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi
tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah
tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokollah lawannya, yaitu
syirik. Sedangkan Allah berfirman, artinya, “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah berfirman,
artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak “ (QS. An-Nisa’: 36)

Ketiga : Tauhid Asma’ Wa Sifat

20
Yaitu beriman kepada nama-nama Allaha dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi
Allah, tanpa ta’wil dan ta’thil (menghilangkan makna atau sifat Allah), tanpa takyif
(mempersoalkan hakikat asma’ dan sifat Allah dengan bertanya, “bagaimana”), dan
tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluq-Nya), berdasarkan firman Allah:

Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy-Syura : 11)

Aqidah yang benar tentang Tauhid rububiyah

Aqidah yang Benar Tentang Tauhid Rububiyyah Ahlus-sunnah wal Jama'ah meyakini
bahwa Allah 5, hanya Dialah yang bersendirian dalam hal penciptaan, penguasaan,
Allah berfirman, dan pengaturan.

"Sesunggdmya Tuhan kalian ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bani
dalamenam musa, lalu Dia lersemram di atas Arsy Dia memtupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan æpat, dan (diciptakan Nya pula) matahari, bulan dan
birtang birtang (masing masing) timduk kepada perivtah Nya. Ingitlah, menciptakan
dan memerintah hamalah hak Allah. Maha Sua Allah, Tidkan semesta alam" (QS. al-
A'raf: 54)

Allah berfirman,

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia meniptakan apa yang Dia
kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kebendaki

21
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kebendaki." (QS. asy-Syura:
49)

Aqidah yang benar tentang Asma' wa Ash-shifat

Ahlus-sunnah wal-jama'ah menetapkan untuk Allah sesuatu yang Allah telah tetapkan
bagi diri-Nya serta semua yang ditetapkan oleh Rasul-Nya berupa nama-nama yang
sangat indah dan sifat-sifat Mahatinggi. Mereka tidak melampaui al-Qur an dan hadits
dari Rasulullah. Ahlus-sunnah hanya menetapkan lafazhnya, mengetahui maknanya
dalam bahasa Arab yang turun bersama al-Qur an dan mentafud, (menyerahkan)
substansi (nama dan sifat)-Nya kepada Allah , karena Allah telah mengkhususkan
nama dan sifat tersebut (untuk diri-Nya) sehingga Dia tidak menampakkannya kepada
seorangpun diantara manusia. Maka dalam bab yang sangat urgen ini, Ahlus-sunnah
beranjak dari azas-azas syar'i yang otentik. Barangsiapa yang komitmen dengan asas-
asas ini, maka dia akan selamat dari penyimpangan.

Menyifati Allah dengan Sifat-Sifat yang Warid dalam Al-Qur'an dan Hadits-Hadits

Asas pertama adalah dengan menetapkan sesuatu yang ditetapkan oleh Allah bagi
diri-Nya atau yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya bagi-Nya tanpa sesungguhnya
tidak ada seorangpun yang lebih mengetahui tentang Allah dibandingkan diri-Nya
sendiri, sebagaimana firman Allah

"Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih
zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada
padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan."

Aqidah yang benar tentang Tauhid ilahiyah

Termasuk di antara keyakinan Ahlis Sunnah, mereka menunggalkan Allah dalam


ubudiyyah (penyembahan). Maka mereka tidak menyembah sembahan yang lain
bersama Allah, bahkan mereka mengarahkan semua ketaatan yang Allah perintahkan
-baik perintah wajib maupun yang sunnah- hanya kepada Allah semata, tidak ada

22
sekutu bagi-Nya. Maka mereka tidak sujud kecuali kepada Allah, tidak melakukan
thawaf kecuali untuk Allah di rumah yang tua (Ka'bah), tidak menyembelih kecuali
untuk Allah, tidak bernadzar kecuali untuk Alah, tidak bersumpah kecuali dengan
menggunakan nama Allah, tidak bertawakkal kecuali hanya kepada Allah dan tidak
berdoa kecuali kepada Allah. Inilah yang dikenal dengan Tauhid Uluhiyah.

Allah berfirman,

"Seniablah Allah dan janganlah kalian mempersekiutikanNya dengan sesuatiupun."


(QS. an-Nisa': 36)

Allah berfirman,

"Dan Tukanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan memenbah selain Dia."
(QS. al-Isra': 23)

23
BAB II

Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits

Sains atau Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.1 Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu
memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.
Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam
hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih
maju lagi. Dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan
digali dalam al-Qur‟an yang merupakan kitab suci agama Islam yang banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah)” (QS al-Anbiya‟, 21: 80)

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan
sarana pengembangan teknologi dan untuk penguasaannya diperlukan ilmu
pengetahuan. Perlu di pahami pula bahwa pengetahuan ilmiah (science) tidak
mengenal kata ”kekal”, dalam arti apa yang dianggap salah pada masa silam ternyata
dapat diakui kebenaranya dimasa moderen. Pengetahuan ilmiah mempunyai
kebenaran relatif, artinya kebenaran datang silih berganti, hal ini berbeda dengan al-
Qur‟an yang mempunyai kebenaran mutlak.3 Memang di dalam al-Qur‟an
mengandung sekian banyak ayatayat yang memaparkan tentang sains dan teknologi
(Kebenaran Ilmiah). Allah telah membakukan beberapa fakta alam di dalam alQur‟an
dan SunnahNya, diskripsi tentang sejumlah fenomena alam dan hukum-hukum alam
dapat dijadikan sebagai argumentasi yang melampaui batas logika manusia. Atau
menurut istilah yang dikenal mengenai keajaiban al-Qur‟an.

AYAT AL QUR'AN TENTANG SAINS DAN TEKNOLOGI

1. QS AL ANBIYA AYAT 30 TENTANG PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

24
2. QS AS SAJDAH AYAT 5 DAN QS AL MA'AARIJ AYAT 4 TENTANG RELATIVITAS
WAKTU

5. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu [1190]
* [1190] Maksud urusan itu naik kepadanya adalah beritanya yang dibawa oleh
malaikat. ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan keagungan.

4. malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya limapuluh ribu tahun. [1510]
* [1510] Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan
waktu satu hari. ketika dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.

3. QS AR RA'D AYAT 2 TENTANG KEBERADAAN ATMOSFER

2. Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.

25
masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

4. QS ATH THARIQ AYAT 11 TENTANG FUNGSI ATMOSFER

11. demi langit yang mengandung hujan [1570]


* [1570] Raj'i berarti kembali. hujan dinamakan Raj'i dalam ayat ini, karena hujan itu
berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian
kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya.

5. QS Al MULK AYAT 3 TENTANG LAPISAN ATMOSFER

3. yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Apakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?

6. QS AL AN'AM AYAT 125 TENTANG KONDISI TEKANAN UDARA

26
125. Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa
yang dikehendaki Allah kesesatannya [503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak
lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman.
* [503] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan
tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar
dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

7. QS AN NUR AYAT 43 TENTANG PROSES TERJADINYA HUJAN

43. tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan
antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-
gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan.

8. QS AN NUR AYAT 40 TENTANG KEADAAN DASAR LAUT

27
40. atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila
Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang
tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia memiliki cahaya sedikitpun.

9. QS AR RAHMAAN AYAT 19-20 TENTANG MUKJIZAT DASAR LAUT

19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443].
* [1443] Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya
masing-masingnya tidak menghendaki. dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah
bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi
tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah
genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu.
seperti terusan Suez dan terusan Panama.

10. QS ATH THALAAQ  AYAT 12 TENTANG LAPISAN BUMI

28
12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah
Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

11. QS AN NABA AYAT 6-7 TENTANG lempengan BESAR BUMI

6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan ?,


7. dan gunung-gunung sebagai pasak ?,

12. QS AN NAHL ayat 68 TENTANG BINATANG LEBAH

68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",

13. QS AN NAHL ayat 66 TENTANG BINATANG pemamah biak

29
66. dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa)
susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.

14. QS AL MU'MINUUN AYAT 12-14 TENTANG PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

12. dan Sesungguhnya Kami t elah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

30
BAB III

Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits

Generasi Terbaik Umat Islam

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam
Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik
sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai
sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai
Rasulullah.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.

2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para
sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para
sahabat Rasulullah.

Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.

31
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

3. Tabi’ut Tabi’in

Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas,
Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang
datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah
mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.

Tiga generasi utama

Berdasarkan hadits dari nabi, bahwa generasi terbaik dari umat Islam adalah para
sahabat, tabi’in dan tabiu’t tabi’in.

Generasi awal

Rasul Muhammad dan para sahabatnya

Generasi kedua (Tabi'in)

1. Abdul Rahman bin abdillah

2. Abu Hanifah

3. Abu Muslim al-Khawlani

4. Abu Suhail an-Nafi' bin 'Abdul Rahman

32
5. Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr

6. Al-Rabi bin Khuthaym

7. Ali Akbar

8. Ali bin Abu Talha

9. Ali bin Husayn (Zain al-'Abidin)

10. Alqama bin Qays al-Nakha'i

11. Amir bin Shurahabil ash-sha'bi

12. Ata bin Abi Rabah

13. Atiyya bin Saad

14. Fatimah binti Sirin

15. Hasan al-Bashri

16. Iyas bin Muawiyah al-Muzani

17. Masruq bin al-Ajda'

18. Muhammad bin al-Hanafiya

19. Muhammad bin Wasi' al-Azdi

20. Muhammad bin Sirin

21. Muhammad al-Baqir

22. Muhammad bin Muslim bin Shihab al-Zuhri

23. Muhammad bin Munkadir

24. Musa bin Nussayr

25. Qatadah

26. Rabi'ah al-Ra'iy

27. Raja bin Haywah

33
28. Rufay bin Mihran

29. Sa'id bin Jubayr

30. Said bin al-Musayyib

31. Salamah bin Dinar (Abu Hazim Al-A'raj)

32. Salih bin Ashyam al-Adawi

33. Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab

34. Shuraih al-Qadhi

35. Tawus bin Kaysan

36. Umar bin Abdul-Aziz

37. Umm Kulthum binti Abu Bakr

38. Urwah bin al-Zubayr

39. Uwais al-Qarni

Generasi ketiga (Tabi'ut Tabi'in)

1. Abd al-Rahman al-Ghafiqi

2. Imam Hanbal

3. Ja'far ash-Shadiq

4. Malik bin Anas

5. Imam Asy-Syafi'i

6. Tariq bin Ziyad

7. Ja'far al-Sadiq

8. al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w. 108 H)

9. Sufyan al-Tsauri (97–161 H)

10. Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H)

34
11. Al-Auza'i (w. 158 H)

12. Al-Laits bin Saad

13. Abdullah bin Al-Mubarak

14. Waki'

15. Abdurrahman bin Mahdi

16. Yahya bin Said Al-Qathan

17. Yahya bin Ma'in

18. Ali bin Al-Madini

Sikap Ahlus Sunnah terhadap para Sahabat

Syaikh Abu Musa Abdurrazzaq Al Jaza’iri hafizhahullah berkata, “Ahlus Sunnah wal
Jama’ah As Salafiyun senantiasa mencintai mereka (para sahabat) dan sering
menyebutkan berbagai kebaikan mereka. Mereka juga mendo’akan rahmat kepada
para sahabat, memintakan ampunan untuk mereka demi melaksanakan firman Allah
ta’ala (yang artinya), “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka mengatakan ;
Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului
kami dengan keimanan. Dan janganlah Kau jadikan ada rasa dengki di dalam hati kami
kepada orang-orang yang beriman, sesungguhnya Engkau Maha Lembut lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Hasyr : 10) Dan termasuk salah satu prinsip yang diyakini oleh
Ahlus Sunnah As Salafiyun adalah menahan diri untuk tidak menyebut-nyebutkan
kejelekan mereka serta bersikap diam (tidak mencela mereka, red) dalam menanggapi
perselisihan yang terjadi di antara mereka. Karena mereka itu adalah pilar penopang
agama, panglima Islam, pembantu-pembantu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,
penolong beliau, pendamping beliau serta pengikut setia beliau. Perbedaan yang
terjadi di antara mereka adalah perbedaan dalam hal ijtihad. Mereka adalah para
mujtahid yang apabila benar mendapatkan pahala dan apabila salah pun tetap
mendapatkan pahala. “Itulah umat yang telah berlalu. Bagi mereka balasan atas apa
yang telah mereka perbuat. Dan bagi kalian apa yang kalian perbuat. Kalian tidak akan
ditanya tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Baqarah : 141). Barangsiapa

35
yang mendiskreditkan para sahabat maka sesungguhnya dia telah menentang dalil Al
Kitab, As Sunnah, Ijma’ dan akal.” (Al Is’aad fii Syarhi Lum’atil I’tiqaad, hal. 77)

Dalil-dalil Al Kitab tentang keutamaan para Sahabat

1. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Muhammad adalah utusan Allah beserta
orang-orang yang bersamanya adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir
dan saling menyayangi sesama mereka. Engkau lihat mereka itu ruku’ dan
sujud senantiasa mengharapkan karunia dari Allah dan keridhaan-Nya.” (QS. Al
Fath)
2. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bagi orang-orang fakir dari kalangan
Muhajirin yang diusir dari negeri-negeri mereka dan meninggalkan harta-harta
mereka karena mengharapkan keutamaan dari Allah dan keridhaan-Nya demi
menolong agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Sedangkan orang-orang yang tinggal di negeri tersebut (Anshar) dan beriman
sebelum mereka juga mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin) dan di dalam hati mereka tidak ada rasa butuh terhadap apa yang
mereka berikan dan mereka lebih mengutamakan saudaranya daripada diri
mereka sendiri walaupun mereka juga sedang berada dalam kesulitan.” (QS. Al
Hasyr : 8-9)

3. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah ridha kepada orang-
orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati
mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan
membalas mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath : 18)

36
4. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang terlebih dulu
(berjasa kepada Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah telah ridha kepada mereka
dan mereka pun ridha mepada Allah. dan Allah telah mempersiapkan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. At
Taubah : 100)

5. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari dimana Allah tidak akan
menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya
mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. At Tahrim :)
(lihat Al Is’aad, hal. 77-78)

Dalil-dalil dari As Sunnah tentang keutamaan para Sahabat

1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencela


seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila
seandainya ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar
Gunung Uhud maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara
mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya
saja.” (Muttafaq ‘alaih)
2. Beliau juga bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat),
kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-
orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
3. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bintang-bintang itu adalah
amanat bagi langit. Apabila bintang-bintang itu telah musnah maka tibalah
kiamat yang dijanjikan akan menimpa langit. Sedangkan aku adalah amanat
bagi para sahabatku. Apabila aku telah pergi maka tibalah apa yang dijanjikan
Allah akan terjadi kepada para sahabatku. Sedangkan para sahabatku adalah
amanat bagi umatku. Sehingga apabila para sahabatku telah pergi maka akan
datanglah sesuatu (perselisihan dan perpecahan, red) yang sudah dijanjikan
Allah akan terjadi kepada umatku ini.” (HR. Muslim)

37
4. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencela para
sahabatku maka dia berhak mendapatkan laknat dari Allah, laknat para
malaikat dan laknat dari seluruh umat manusia.” (Ash Shahihah : 234)
5. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila disebutkan
tentang para sahabatku maka diamlah.” (Ash Shahihah : 24) (lihat Al Is’aad,
hal. 78)

Dalil Ijma’ tentang keutamaan para Sahabat

1. Imam Ibnush Shalah rahimahullah berkata di dalam kitab Mukaddimah-nya,


“Sesungguhnya umat ini telah sepakat untuk menilai adil (terpercaya dan taat)
kepada seluruh para sahabat, begitu pula terhadap orang-orang yang terlibat
dalam fitnah yang ada di antara mereka. hal ini sudah ditetapkan berdasarkan
konsensus/kesepakatan para ulama yang pendapat-pendapat mereka diakui
dalam hal ijma’.”
2. Imam Nawawi rahimahullah berkata di dalam kitab Taqribnya, “Semua sahabat
adalah orang yang adil, baik yang terlibat dalam fitnah maupun tidak, ini
berdasarkan kesepakatan para ulama yang layak untuk diperhitungkan
pendapatnya.”
3. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata di dalam kitab Al Ishabah, “Ahlus Sunnah sudah
sepakat untuk menyatakan bahwa semua sahabat adalah adil. Tidak ada orang
yang menyelisihi dalam hal itu melainkan orang-orang yang menyimpang dari
kalangan ahli bid’ah.”
4. Imam Al Qurthubi mengatakan di dalam kitab Tafsirnya, “Semua sahabat
adalah adil, mereka adalah para wali Allah ta’ala serta orang-orang suci pilihan-
Nya, orang terbaik yang diistimewakan oleh-Nya di antara seluruh manusia
ciptaan-Nya sesudah tingkatan para Nabi dan Rasul-Nya. Inilah madzhab Ahlus
Sunnah dan dipegang teguh oleh Al Jama’ah dari kalangan para imam
pemimpin umat ini. Memang ada segolongan kecil orang yang tidak layak untuk
diperhatikan yang menganggap bahwa posisi para sahabat sama saja dengan
posisi orang-orang selain mereka.” (lihat Al Is’aad, hal. 78)

Urutan keutamaan para Sahabat

Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Para sahabat itu memiliki keutamaan
yang bertingkat-tingkat.

38
 Yang paling utama di antara mereka adalah khulafa rasyidin yang empat; Abu
Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali, radhiyallahu’anhum al jamii’. Mereka adalah
orang yang telah disabdakan oleh Nabi ‘alaihi shalatu wa salam, “Wajib bagi
kalian untuk mengikuti Sunnahku dan Sunnah khulafa rasyidin yang
berpetunjuk sesudahku, gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.”
 Kemudian sesudah mereka adalah sisa dari 10 orang yang diberi kabar
gembira pasti masuk surga selain mereka, yaitu : Abu ‘Ubaidah ‘Aamir bin Al
Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Zubeir bin Al Awwaam,
Thalhah bin Ubaidillah dan Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhum.
 Kemudian diikuti oleh Ahlul Badar, lalu
 Ahlu Bai’ati Ridhwan, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah
telah ridha kepada orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah
mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan
ketenangan kepada mereka dan membalas mereka dengan kemenangan
yang dekat.” (QS. Al Fath : 18).
 Kemudian para sahabat yang beriman dan turut berjihad sebelum terjadinya Al
Fath. Mereka itu lebih utama daripada sahabat-sahabat yang beriman dan
turut berjihad setelah Al Fath. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tidaklah
sama antara orang yang berinfak sebelum Al Fath di antara kalian dan turut
berperang. Mereka itu memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang
yang berinfak sesudahnya dan turut berperang, dan masing-masing Allah
telah janjikan kebaikan (surga) untuk mereka.” (QS. Al Hadid : 10). Sedangkan
yang dimaksud dengan Al Fath di sini adalah perdamaian Hudaibiyah.
 Kemudian kaum Muhajirin secara umum,
 kemudian kaum Anshar. Sebab Allah telah mendahulukan kaum Muhajirin
sebelum Anshar di dalam Al Qur’an, Allah subhanahu berfirman (yang
artinya), “Bagi orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin yang diusir dari
negeri-negeri mereka dan meninggalkan harta-harta mereka karena
mengharapkan keutamaan dari Allah dan keridhaan-Nya demi menolong
agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al
Hasyr : 8). Mereka itulah kaum Muhajirin. Kemudian Allah berfirman tentang
kaum Anshar, Sedangkan orang-orang yang tinggal di negeri tersebut
(Anshar) dan beriman sebelum mereka juga mencintai orang-orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan di dalam hati mereka tidak ada rasa

39
butuh terhadap apa yang mereka berikan dan mereka lebih mengutamakan
saudaranya daripada diri mereka sendiri walaupun mereka juga sedang
berada dalam kesulitan. Dan barangsiapa yang dijaga dari rasa bakhil dalam
jiwanya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Hasyr : 9).
Allah mendahulukan kaum Muhajirin dan amal mereka sebelum kaum Anshar
dan amal mereka yang menunjukkan bahwasanya kaum Muhajirin lebih
utama. Karena mereka rela meninggalkan negeri tempat tinggal mereka,
meninggalkan harta-harta mereka dan berhijrah di jalan Allah, itu
menunjukkan ketulusan iman mereka…” (Ta’liq ‘Aqidah Thahawiyah yang
dicetak bersama Syarah ‘Aqidah Thahawiyah Darul ‘Aqidah, hal. 492-494)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Sebab


berbedanya martabat para sahabat adalah karena perbedaan kekuatan iman,
ilmu, amal shalih dan keterdahuluan dalam memeluk Islam. Apabila dilihat
secara kelompok maka kaum Muhajirin paling utama kemudian diikuti oleh
kaum Anshar. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh Allah telah
menerima taubat Nabi, kaum Muhajirin dan kaum Anshar.” (QS. At Taubah :
117). Hal itu disebabkan mereka (Muhajirin) memadukan antara hijrah
meninggalkan negeri dan harta benda mereka dengan pembelaan mereka
(terhadap dakwah Nabi di Mekkah, pent). Sedangkan orang paling utama di
antara para sahabat adalah Abu Bakar, kemudian Umar. Hal itu berdasarkan
ijma’. Kemudian ‘Utsman, kemudian ‘Ali. Ini menurut pendapat jumhur Ahlis
Sunnah yang sudah mantap dan mapan setelah sebelumnya sempat terjadi
perselisihan dalam hal pengutamaan antara Ali dengan ‘Utsman. Ketika itu
sebagian ulama lebih mengutamakan ‘Utsman kemudian diam, ada lagi ulama
lain yang lebih mendahulukan ‘Ali kemudian baru ‘Utsman, dan ada pula
sebagian lagi yang tawaquf tidak berkomentar tentang pengutamaan ini.
Orang yang berpendapat bahwa ‘Ali lebih utama daripada ‘Utsman maka tidak
dicap sesat, karena memang ada sebagian (ulama) Ahlus Sunnah yang
berpendapat demikian.” (Mudzakkirah ‘alal ‘Aqidah Wasithiyah, hal. 77)

Menyikapi polemik yang terjadi di kalangan para Sahabat

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Sikap


mereka (Ahlus Sunnah) dalam menyikapi hal itu ialah; sesungguhnya polemik yang
terjadi di antara mereka merupakan (perbedaan yang muncul dari) hasil ijtihad dari

40
kedua belah pihak (antara pihak ‘Ali dengan pihak Mu’awiyah, red), bukan bersumber
dari niat yang buruk. Sedangkan bagi seorang mujtahid apabila ia benar maka dia
berhak mendapatkan dua pahala, sedangkan apabila ternyata dia tersalah maka dia
berhak mendapatkan satu pahala. Dan polemik yang mencuat di tengah mereka
bukanlah berasal dari keinginan untuk meraih posisi yang tinggi atau bermaksud
membuat kerusakan di atas muka bumi; karena kondisi para sahabat
radhiyallahu’anhum tidak memungkinkan untuk itu. Sebab mereka adalah orang yang
paling tajam akalnya, paling kuat keimanannya, serta paling gigih dalam mencari
kebenaran. Hal ini selaras dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-
baik umat manusia adalah orang di jamanku (sahabat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian maka jalan yang aman ialah kita memilih untuk diam dan tidak perlu
sibuk memperbincangkan polemik yang terjadi di antara mereka dan kita pulangkan
perkara mereka kepada Allah; sebab itulah sikap yang lebih aman supaya tidak
memunculkan rasa permusuhan atau kedengkian kepada salah seorang di antara
mereka.” (Mudzakkirah ‘alal ‘Aqidah Wasithiyah, hal. 82)

Keterjagaan para Sahabat

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “(Individu)


Para sahabat bukanlah orang-orang yang ma’shum dan terbebas dari dosa-dosa.
Karena mereka bisa saja terjatuh dalam maksiat, sebagaimana hal itu mungkin terjadi
pada orang selain mereka. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang paling layak
untuk meraih ampunan karena sebab-sebab sebagai berikut :

1. Mereka berhasil merealisasikan iman dan amal shalih


2. Lebih dahulu memeluk Islam dan lebih utama, dan terdapat hadits shahih dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa mereka adalah
sebaik-baik generasi (sebaik-baik umat manusia, red)
3. Berbagai amal yang sangat agung yang tidak bisa dilakukan oleh orang-orang
selain mereka, seperti terlibat dalam perang Badar dan Bai’atur Ridhwan
4. Mereka telah bertaubat dari dosa-dosa, sedangkan taubat dapat menghapus
apa yang dilakukan sebelumnya.
5. Berbagai kebaikan yang akan menghapuskan berbagai amal kejelekan
6. Adanya ujian yang menimpa mereka, yaitu berbagai hal yang tidak disenangi
yang menimpa orang; sedangkan keberadaan musibah itu bisa menghapuskan
dan menutup bekas-bekas dosa.

41
7. Kaum mukminin senantiasa mendo’akan mereka
8. Syafa’at dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan mereka adalah umat
manusia yang paling berhak untuk memperolehnya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itulah maka perbuatan sebagian mereka


yang diingkari (karena salah) adalah sangat sedikit dan tenggelam dalam (lautan)
kebaikan mereka. Hal itu dikarenakan mereka adalah sebaik-baik manusia setelah
para Nabi dan juga orang-orang terpilih di antara umat ini, yang menjadi umat paling
baik. Belum pernah ada dan tidak akan pernah ada suatu kaum yang serupa dengan
mereka.” (Mudzakkirah ‘alal ‘Aqidah Wasithiyah, hal. 83-84).

BAB IV

Pengertian dan Jejak Salafussoleh

Definisi Salaf ( ُ‫)ال َّسلَف‬

Menurut bahasa (etimologi), Salaf ( ُ‫ ) اَل َّسلَف‬artinya yang terdahulu (nenek moyang),
yang lebih tua dan lebih utama.Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan (‫)سلَفُ الرَّ ج ُِل‬
َ
salaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah mendahuluinya.

Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para
Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :

‫اس َقرْ نِيْ ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫خ ْي ُر ال َّن‬.
َ

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian
yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”

Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih adalah generasi pertama dari ummat ini yang
pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi

42
wa sallam dan menjaga Sunnahnya. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan menegak-kan agama-Nya…”

Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam kitabnya, al-‘Aqiidatul Islamiyyah


bainas Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan istilah Salaf tidak cukup dengan hanya
dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut
pemahaman Salafush Shalih (tentang ‘aqidah, manhaj, akhlaq dan suluk-pent.).
Barangsiapa yang pendapatnya sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah mengenai
‘aqidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut Salafi
meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya, barangsiapa
pendapatnya menyalahi Al-Qur-an dan As-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi
meskipun ia hidup pada zaman Sahabat, Ta-bi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid’ah, akan
tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri kepada
generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka mengikuti
manhaj Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian setiap orang yang
mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka -di sepanjang
masa-, mereka ini disebut Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf bukan
kelompok atau golongan seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan
manhaj (sistem hidup dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang
lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan
kepada orang yang menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang
dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu
anhum sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H)berkata: “Bukanlah
merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya
kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu karena manhaj Salaf tidak
lain kecuali kebenaran.”

Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah:

Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus

43
Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.

As-Sunnah menurut bahasa (etimologi) adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik atau
buruk. Sedangkan menurut ulama ‘aqidah (terminologi), As-Sunnah adalah petunjuk
yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan
ini adalah As-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan
orang yang menyalahinya akan dicela.

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim

َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬


sْ ‫م َو َسا َء‬sَ ‫ َت َولَّى َو ُنصْ لِ ِه َج َه َّن‬s‫ِين ُن َولِّ ِه َما‬
‫ت مَصِ يرً ا‬ ِ ‫ َو َي َّت ِبعْ َغي َْر َس ِب‬s‫ َت َبي ََّن لَ ُه ْال ُه َدى‬s‫ِن َبعْ ِد َما‬sْ ‫ِق الرَّ سُو َل م‬sِ ‫َو َمنْ ُي َشاق‬

Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

ٍ ‫م َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬sْ ‫ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه‬


‫ت‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
sٍ ‫م ِبإِحْ َس‬sْ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ين َواأل ْن‬ َ ‫ج ِر‬ ِ ‫ِن ْال ُم َها‬sَ ‫ون م‬
َ ُ ‫ون األوَّ ل‬
َ ُ‫َوال َّس ِابق‬
‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬َ ِ‫ أَ َب ًدا َذل‬s‫ِين فِي َها‬
َ ‫ر َخالِد‬sُ ‫َتجْ ِري َتحْ َت َها األ ْن َها‬

Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di


antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.”  [QS. At-Taubah : 100]

Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti
jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-
Nya bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.

44
B. Dalil Dari As-Sunnah

1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi


wasallam telah bersabda,

َ ‫ون َوالَ ي ُْؤ َت َم ُن‬


،‫ون‬ sَ ‫ َي ْش َهد‬s‫م َق ْو ًما‬sْ ‫ ُث َّم إِنَّ َبعْ َد ُك‬s،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
َ ‫ُون َوالَ يُسْ َت ْش َهد‬
َ ‫ َو َي ُخو ُن‬، ‫ُون‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫َخ ْي ُر أ ُ َّمتِي َقرْ نِي‬
َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
ِ ‫ َو َي ْظ َه ُر ف‬،‫ون‬
ُ‫ ال ِّس َمن‬s‫ِيه ُم‬ َ ‫َو َي ْن ُذ ُر‬
َ ُ‫ون َوالَ َيف‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari
(3650), Muslim (2533))

2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73
golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ ثنتان‬،‫ وسبعين‬s‫ وإن هذه الملة ستفترق على ثالث‬،‫ افترقوا على ثنتين وسبعين ملة‬s‫ أهل الكتاب‬s‫ من‬s‫أال إن من قبلكم‬
s‫ وهي الجماعة‬،‫ وواحدة في الجنة‬،‫وسبعون في النار‬

Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama
ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.”

[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi
(II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150).
Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah
bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih
masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-
Shahiihah (no. 203-204)]

Dalam riwayat lain disebutkan:

s‫ وأصحابي‬s‫ أنا عليه‬s‫ما‬

45
 

Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang
aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan
al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-
Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]

Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi
73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang
telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).

3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu


Alaihi Wasallam bersabda,

‫ َوإِيَّا ُك ْم‬s،‫ج ِذ‬


ِ ‫ ِبال َّن َوا‬s‫ض وا َعلَ ْي َها‬ sَ ‫ِين ْال َم ْه ِدي‬
ُّ ‫ِّين ُع‬ َ ‫ء الرَّ اشِ د‬sِ ‫ة ْال ُخلَ َفا‬sِ ‫م ِب ُس َّنتِي َو ُس َّن‬sْ ‫ َف َعلَ ْي ُك‬،‫اختِاَل ًفا َكثِيرً ا‬
ْ ‫م َف َس َي َرى‬sْ ‫ِش ِم ْن ُك‬
sْ ‫ه َمنْ َيع‬sُ ‫َفإِ َّن‬
‫ضاَل لَ ٌة‬ ُ sِ ‫»ومُحْ َد َثا‬
ِ ‫ت اأْل م‬
َ ‫ن ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬sَّ ِ‫ُور َفإ‬ َ

Artinya:

“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-
geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama)
karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti


sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin
yang hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.

c. Dari perkataan Salafush Shalih

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata,

46
“s‫” ِا َّت ِبعُوا َواَل َت ْب َت ِدعُوا َف َق ْد ُكفِي ُت ْم‬

Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.”  (Al-
Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata,

،‫ه َو َسلَّ َم‬sِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬ sُ ‫ك أَصْ َح‬


َ ‫د‬sٍ ‫اب م َُح َّم‬ َ ِ‫ أُولَئ‬،‫ َفإِنَّ ْال َحيَّ اَل ُت ْؤ َمنُ َعلَ ْي ِه ْالفِ ْت َن ُة‬s، َ‫ َف ْل َيسْ َتنَّ بِ َمنْ َق ْد َمات‬s‫م مُسْ َت ًّنا‬sْ ‫ان ِم ْن ُك‬ َ ‫َمنْ َك‬
‫م‬sْ ‫ َفاعْ َرفُوا لَ ُه‬s،‫ة دِينِ ِه‬sِ ‫ة َنبِ ِّي ِه َوإِ َقا َم‬sِ ‫ار ُه ُم هَّللا ُ لِصُحْ َب‬
َ ‫اخ َت‬ ْ ‫ َق ْو ٌم‬،‫ َوأَ َقلَّ َها َت َكلُّ ًفا‬s‫ ِع ْل ًما‬s‫ َوأَعْ َم َق َها‬s،‫ أَبَرَّ َها قُلُوبًا‬s،‫ض َل َه ِذ ِه اأْل ُ َّم ِة‬
َ ‫َكا ُنوا أَ ْف‬
‫ ْالمُسْ َتق ِِيم‬sِ‫م َكا ُنوا َعلَى ْال َه ْدي‬sْ ‫ َفإِ َّن ُه‬،‫م َودِين ِِه ْم‬sْ ‫ اسْ َت َطعْ ُت ْم مِنْ أَ ْخاَل ق ِِه‬s‫ ِب َما‬s‫ َو َت َم َّس ُكوا‬،‫ار ِه ْم‬ ِ ‫م فِي آ َث‬sْ ‫ َوا َّت ِبعُو ُه‬s،‫ َفضْ لَ ُه ْم‬.

Artinya, “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh


orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih
hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para
Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik
hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang
dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah
keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada
di atas jalan yang lurus.”  (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))

Imam Al Auza’i rahimahullah berkata,

“‫ غير ذلك فليس بعلم‬s‫ كان‬s‫ فما‬،‫ وسلم‬s‫ صلى هللا عليه‬s‫ محمد‬s‫ عن أصحاب‬s‫ جاء‬s‫ ما‬s‫”العلم‬

Artinya, “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu
berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan
mereka, dan tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan
tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang shalih), karena
sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi
mereka.”  (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29))

BAB V

47
Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum dalam
Islam
Wawasan Keadilan Dalam Pespektif Islam

Al-Qur'an melembagakan zakat untuk kesejahteraan masyarakat miskin. Nabi, ketika ia


datang ke Madinah, melembagakan sistem persaudaraan dimana penduduk lokal
bersama semua yang mereka miliki berbagi dengan para pendatang dengan
memberikan rumah, kekayaan dan sebagainya. Islam memiliki penekanan yang luar
biasa pada keadilan sosial dan ekonomi.213 Konsep Islam tentang kehidupan, alam
semesta dan manusia yang tercipta secara harmonis.
Allah telah menciptakan alam semesta, Dia Maha Tahu tentang keadaan manusia
secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Allah memberikan kerangka Islam dimana
kehidupan dapat berkembang dengan damai dan harmonis dengan keadilan dan
kesetaraan.

Dalam Islam, keadilan ilahi diabadikan dalam wahyu ilahi dan kebijaksanaan Nabi
yang disampaikan kepada umatnya. Wahyu,ditransmisikan dalam firman Allah, yang
ditemukan di dalam al-Qur'an, dan kebijaksanaan ilahi itu diucapkan dengan kata-kata
Nabi dan diumumkan sebagaisunnah. Ini dua sumber tekstual yang tersedia sebagai
bahan baku untuk hukum Islam dan Keadilan. Ibnu Taimiyah mengemukakan tentang
keadilan sebagai berikut:

"Sesungguhnya manusia tidak berselisih pendapat, bahwa dampak kezaliman itu


sangatlah buruk, sedangkan dampak keadilan itu adalah baik. Oleh karena itu,
dituturkan, “Allah menolong negara yang adil walaupun negara itu kafir dan tidak akan
menolong negara zalim, walaupun negara itu Mukmin."

Keadilan yang dimaksud merupakan keadilan yang bersifat syar‟i, yakni istiqamah. Adil
adalah semua hal yang ditunjukkan oleh Islam, yaitu al-Qur'an dan al-Sunnah, baik
dalam (hukum) muamalah yang berkaitan dengan sanksi ataupun hukum-hukum lain.
Secara umum apa yang dilarang oleh al-Qur'an dan al-Sunnah adalah kembali pada
realisasi adil dan larangan untuk berlaku zalim, misalnya makan harta yang bathil.217
Semua kekuasaan dalam Islam dimaksudkan untuk amar ma‟ruf nahi munkar, baik
yang berkenaan dengan kekuasaan besar seperti penggantian kekuasaan, maupun
yang lebih rendah seperti kepolisian, peradilan, kehartabendaan dan keuangan,
wilayah hisbah, dan lain-lain. Di antara pemegang kekuasan-kekuasaan tersebut ada

48
yang berkedudukan sebagai saksi kepercayaan yang dituntut untuk bersikap jujur,
seperti saksi di depan hakim, dan seperti petugas kantor yang bertugas menulis
pemasukan dan pengeluaran, sekretaris yang bertugas lebih luas lagi, dan seperti
pengawas yang bertugas memberikan laporan tentang berbagai hal. Di samping itu
ada pula yang kedudukannya sebagai orang kepercayaan yang ditaati, seperti kepala
pemerintahan, hakim, dan muhtasib (penguasa wilayah hisbah). Mereka dituntut
berlaku adil dan benar dalam semua yang mereka katakana dan kerjakan untuk
memperbaiki semua keadaan. Keadilan dan kebenaran atau kejujuran ini harus selalu
seiring sejalan dan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.218 Allah akan
menjunjung negara yang adil meskipun kafir dan tidak menjunjung negara yang
tidak adil sekalipun Muslim dan bahwa dunia akan dapat terus bertahan dengan
keadilan sekalipun kafir dan tidak akan bertahan dengan ketidakadilan sekalipun Islam.
Penegakan keadilan ada yang cukup dengan petunjuk dari al-Qur'an dan neraca
keadilan (mizan), dan sebaliknya dengan kekuasaan (besi).

Keadilan sebagai hasil pokok tauhid atau keimanan kepada Allah SWT. Segala
sesuatu yang baik adalah komponen dari keadilan dan segala sesuatu yang buruk
adalah komponen dari kezaliman dan penindasan. Karena itu, berbuat adil kepada apa
pun dan siapa pun merupakan keharusan bagi siapa saja dan kezaliman tidak boleh
ditimpakan kepada apa pun dan siapa pun.Sebagian dari ajaran al-Qur'an adalah
menegakkan keadilan dengan menggunakan kekuasaan. Oleh karena itu, penegasan
ajaran agama bisa dilakukan dengan mushaf dan kekuasaann. Tidak perlu diragukan
dan diperdebatkan lagi bahwa Allah menyuruh berbuat adil atau Dia adalah Pelaku
keadilan. Imam al-Qurthubi memaknai keadilan bahwa setiap apa saja yang diwajibkan
baik berupa akidah Islam maupun hukum Islam. Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya
untuk menerapkan al-Qur'an serta menegakkan keadilan, memerintahkan bertobat dan
menjalankan syariat sebelum datang secara tiba-tiba hari perhitungan (kiamat).
Sedangkan al-Mawardi melihat sistem pajak harus menerapkan keadilan baik kepada
pembayar pajak maupun kepada bait almal. Menuntut lebih dari adalah berlaku tidak
adil terhadap hak rakyat, sementara meminta lebih rendah juga tidak fair terhadap hak
baitul mal. Keadilan komprehensip menanamkan rasa saling mencintai dan kasih
sayang, ketaatan kepada hukum, pembangunan negara, perluasan kekayaan,
pertumbuhan keturunan, dan kemanan kedaulatan, dan tidak ada unsur yang lebih
cepat menghancurkan dunia dan nurani manusia selain kezaliman.

49
Asas-asas menegakkan keadilan dalam Islam:

1. Kebebasan jiwa yang mutlak. Islam menjamin kebebasan jiwa dengan kebebasan
penuh,yang tidak hanya pada segi maknawi atau segi ekonominya semata melainkan
ditujukan pada dua segi itu secara keseluruhan. Islam membebaskan jiwa dari bentuk
perbudakan, berupa kultus individu dan ketakutan terhadap kehidupan, rezeki dan
kedudukan. Orang yang dihormati adalah orang yang bertakwa, orang-orang yang
“beriman dan beramal saleh”

2. Persamaan kemanusiaan yang sempurna. Dalam Islam tidak ada kemuliaan bagi
orang yang berasal dari kaum bangsawan berdarah biru dibanding dengan orang
biasa. Islam datang untuk menyatakan kesatuan jenis manusia, baik asal maupun
tempat berpulangnya, hak dan kewajibannya di hadapan undang-undang dan di
hadapan Allah.

Pada dasarnya, semua bidang kehidupan harus terjangkau oleh keadilan, mulai dari
keadilan terhadap diri sendiri dan keluarga terdekat, mulai dari keadilan terhadap diri
sendiri dan keluarga terdekat, keadilan dalam bidang hukum dan peradilan, keadilan
dalam bidang ekonomi, bahkan keadilan dalam bersikap terhadap musuh. Hukum-
hukum yang diberlakukan terhadap masyarakat haruslah merupakan penerjemahan
dari rasa dan nilai-nilai keadilan tersebut.

Keadilan merupakan sebuah prinsip yang teramat penting dan memiliki kedudukan
tinggi dalam Islam.180 Kata „adil‟ digunakan dalam empat hal, yaitu keseimbangan,
persamaan dan nondiskriminasi, pemberian hak kepada pihak yang berhak, dan
pelimpahan wujud berdasarkan tingkat dan kelayakan. Keadilan ilahi berarti bahwa
setiap maujud mengambil wujud dan kesempurnaan wujudnya sesuai dengan yang
layak dan yang mungkin untuknya.181

Keadilan diklasifikasikan ke dalam tiga macam, yaitu keadilan dalam bentuk


perundangundangan (al-„adalah al-qanuniyyah), keadilan sosial (al-„adalah al-
ijtima‟iyyah), dan keadilan antarbangsa (al-„adalah al-dauliyyah).
Keadilan dalam Islam digantungkan kepada keadilan yang telah ditentukan oleh Allah
sendiri. Karena tidak mungkin manusia mengetahui keadilan itu secara benar dan
tepat. Di sini pun keimanan mendahului pengertian, karena telah ditetapkan segala
yang ditentukan oleh Allah SWT pasti adil.183 Apa pun sifatnya, keadilan dalam Islam

50
dirumuskan dengan berpegang teguh pada hukum ilahi atau kehendak Allah SWT
yang dirumuskan oleh para ulama untuk dijadikan hukum dalam hidup bersama
sebagai warga negara.184 Keadilan merupakan cita-cita kolektivistik yang memandang
keadilan sebagai hubungan harmonis dengan berbagai organisme sosial. Setiap warga
negara harus melakukan tugasnya sesuai dengan posisi dan sifat alamiahnya.

Sedekah (Bahasa Arab transliterasi: sadakah) adalah pemberian seorang


[Muslim] kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu
dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena
sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun
sedekah mencakup segala amal, atau perbuatan baik. Dalam sebuah Hadist
digambarkan, “ Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah sedekah.”
1. Hadis Tentang Perintah Sedekah

Sedekah menjadi salah satu sifat yang sangat disenangi oleh Allah SWT. Bahkan,
dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda mengenai keutamaan
sedekah bisa menjaga diri dari api neraka

"Jaga lah diri kali dari neraka sekalipun hanya sedekah setengah biji kurma.
Barangsiapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkan lah perkataan yang baik."

2. Ayat Al-Qur'an tentang Keutamaan Sedekah

Sedekah bukan menjadikan seorang Muslim menjadi miskin tetapi malah menjadikan


kaya raya. Hal ini sesuai dengan ayat tentang sedekah dan infaq dalam Quran surat Al
Baqarah ayat 276 yang berbunyi

‫صد َٰق ِ هّٰللا‬


َّ ‫مْح ُق هّٰللا ُ الرِّ ٰبوا َويُرْ ِبى ال‬
ٍ ‫ت ۗ َو ُ اَل ُيحِبُّ ُك َّل َك َّف‬
Arab: ‫ار اَ ِثي ٍْم‬ َ ‫َي‬

Latin: yam-ḥaqullāhur-ribā wa yurbiṣ-ṣadaqāt, wallāhu lā yuḥibbu kulla kaffārin aṡīm

Artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.

Selain itu, ada juga hadits riwayat Bukhari yang menjelaskan keutamaan sedekah bisa
menjadikan sebuah harta yang besar layaknya gunung.

Rasulullah bersadba, "Barangsiapa bersedekah senilai satu biji kurma yang berasal
dari mata pencaharian yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik.
Maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian

51
dipelihara untuk pemiliknya sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak
kuda, sehingga sedekah itu menjadi besar seperti gunung."

3. Dalil tentang Sedekah yang Paling Utama

Keutamaan Sedekah diriwayatkan dalam hadits riwayat Muslim, bahwa Rasulullah


SAW bersabda memberi atau bersedekah lebih baik daripada yang meminta.

"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang
memberi dan tangan di bawah adalah yang meminta."

Selain itu, dalam hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim dalam buku 'Dikerjar
Rezeki dari Sedekah' karya Fahrur Muls ketika amal manusia saling membanggakan
diri, sedekah berkata "Aku adalah amal kalian yang paling utama. Ini sebagian
perkataan Umar bin Khatab, "Sesungguhnya, amal-amal itu saling membanggakan diri,
maka sedekah pun berkata, 'Aku adalah amal kalian yang paling uatam."

52
DAFTAR PUSTAKA

M.Rais Ahmad,2013.penegakan hukum atas keadilan dalam pandangan islam.


https://www.academia.edu. 2020-10-23

Fauzi Almubarok,2018. Keadilan dalam perspektif islam.http://e-journal.stit-islamic-


village.ac.id.2020-10-23

Dwi Arif Pamungkas,2014.konsep ketuhanan dalam islam. www.academia.edu.2020-


10-243

Ari Wahyudi S.Si, 2010.inilah generasi terbaik dalam sejarah. https://muslim.or.id.


2020-10-23

Wikipedia,2020.tabi’ut tabi’in.https://id.wikipedia.org. 2020-10-23

Dinda Ravi,2015. Ayat al-qur’an tentang sains dan


teknologi.http://dindaravi.blogspot.com. 23-10-2020

Yulian Purnama S.Kom,2011. Makna tauhid. https://muslim.or.id/6615-makna-


tauhid.html.24-10-2020

Diana Ekawati,2020.pengertian,jenis,dan keutamaan tauhid bagi umat islam.


https://www.idntimes.com/life/inspiration/diana-ekawati/jenis-dan-keutamaan-
tauhid/4.24-10-2020

Mais Cilacap,2018. Makna tauhid dan macam-macamnya. https://mais-


cilacap.com/makna-tauhid-dan-macam-macamnya/. 24-10-2020

https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

Lilik Ibadurohman,2013. Siapakah salafus shalih. https://muslim.or.id/18935-siapakah-


salafus-shalih.html. 24-10-2020

https://www.euromoslim.org/definisi-salaf/

Puti yasmin,2020. Keutamaan sedekah dalam hadist dan ayat al-qur’an.


https://news.detik.com/berita/d-5135669/keutamaan-sedekah-dalam-hadist-dan-ayat-
al-quran.24-10-2020

https://tafsirweb.com

53
muhammad, Asy-syaikh al-fatih,dan Abdus Salam,2009.Aqidah Muslim Dalam
Tinjauan al-Qur’an dan As-Sunnah.Bekasi.Maktabah Daar El-Salam

54
LAMPIRAN

55
56
57
58

Anda mungkin juga menyukai