Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini
kiranya tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus mendorong penulis
untuk menyelesaikannya
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
keluarganya
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufik Ramdani ,S. Th . I, M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam tanpa adanya bimbingan dari
beliau penulis kiranya tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi pembaca dan saya harapkan pembaca
agar memberikan kritik atau saran yang bersifat membangun dan agar bisa menambah
pengetahuan penulis
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam.
A. Pengertian Konsep Ketuhanan dalam Islam.
B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. Tauhid; Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam
Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret).
Dalam konsep islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: )هللاdan diyakini sebagai Zat
Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang
Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tuhan memiliki arti sebagai sesuatu yang diyakini,
dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dan
sebagainya.
Perlu diingat bahwa Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi
Tuhan, sementara kita ada karena Tuhan telah menciptakan kita. Tuhan ada karena
ia ada, bukan karena diciptakan oleh siapapun, karena ia adalah Sang Pencipta.
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am
6:103)
B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan.
1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur
sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya
proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian
dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens. Proses
perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah
sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia,
ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan
yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana
(Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang
tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap
sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia
dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme
c. Politeisme
d. Henoteisme
e. Monoteisme
Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu kelompok
berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa Tuhan
mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak ada
yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa
manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di
kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat
Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian terhadap
para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-Makmun
(Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan
masalah politik umat Islam setelah Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai
kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai
pelanjut Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan
Ali.
Embrio ketegangan politik sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu
persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah), sekelompok
orang Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib (fanatisme Ali),
dan kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode
kepemimpinan Abu Bakar dan Umar gejolak politik tidak muncul, karena sikap
khalifah yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan
melakukan gerakannya.
Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifa ke 3), ketegangan politik
menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa (wazir) pada
masa khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi negatif dari kalangan warga
Abdul Muthalib. Akibatnya terjadi ketegangan,yang menyebabkan Usman sebagai
khalifah terbunuh. Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali
Ibn Abi Thalib. Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah
harus dibalas dengan darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah
kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran antara dua kubu tidak
terhindarkan. Untuk menghindari perpecahan, antara dua kubu yang berselisih
mengadakan perjanjian damai. Nampaknya bagi kelompok Muawiyah, perjanjian
damai hanyalah merupakan strategi untuk memenangkan pertempuran. Amru bin
Ash sebagai diplomat Muawiyah mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali yang
paling bersalah, sementara pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali
(sebagai penguasa resmi) tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa
perjanjian itu merugikan pihaknya, di kalangan pendukung Ali terbelah menjadi dua
kelompok, yaitu : kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan kelompok yang
menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung dengan Muawiyah. Kelompok
pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan kelompok kedua disebut dengan
KHAWARIJ. Dengan demikian umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok politik,
yaitu: 1) Kelompok Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok Syi’ah, dan 3) Kelompok
Khawarij.
"Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-
Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir."
Munculnya doktrin saling mengkafirkan antara satu kelompok dengan kelompok lain
membuat pertanyaan besar bagi kalangan cendikiawan. Pada suatu mimbar
akademik (pengajian) muncul pertanyaan dari peserta pengajian kepada gurunya
yaitu Hasan Al-Bashry. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan adanya
perbedaan pendapat tentang orang yang berbuat dosa besar. Sebagian pendapat
mengatakan bahwa mereka itu adalah mukmin, sedangkan pendapat lain
mengatakan kafir. Para pelaku politik yang terlibat tahkim perjanjian antara pihak Ali
dan pihak Muawiyah, mereka dinilai sebagai pelaku dosa besar. Alasan yang
mengatakan mereka itu mukmin beralasan bahwa iman itu letaknya di hati,
sedangkan orang lain tidak ada yang mengetahui hati seseorang kecuali Allah.
Sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa iman itu bukan hanya di hati
melainkan berwujud dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Berarti orang yang
melakukan dosa besar dia adalah bukan mukmin. Kalau mereka bukan mukmin
berarti mereka kafir.
Dari lima azas tersebut – menurut Muktazilah – Tuhan terikat dengan kewajiban-
kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang
yang baik ke surga dan wajib memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan
kewajiban-kewajiban lain. Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal
manusia dalam posisi yang kuat. Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam
kelompok teologi rasional dengan sebutan Qadariah. Sebaliknya, aliran teologi
tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat (sifat 20, sifat
13, dan maha sifat). Ia maha kuasa, memiliki kehendak mutlak. Kehendak Tuhan
tidak terikat dengan apapun. Karena itu ia mungkin saja menempatkan orang yang
baik ke dalam neraka dan sebaliknya mungkin pula ia menempatkan orang jahat ke
dalam surga, kalau Ia menghendaki. Dari faham Jabariah inilah ilmu-ilmu kebatinan
berkembang di sebagaian umat Islam.
Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci
Alquran. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Alquran sebanyak 105 kali, tetapi
dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali (Rahardjo, 2002). yang memang
merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam
ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang
tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji, semuanya punya waktu-waktu tertentu.
Dalam menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam
pada abad pertengahan dikenal istilah sains mengenai waktu-waktu tertentu (Turner,
2004). Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan
sains dan teknologi, seperti menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu
membutuhkan kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-
garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam Alquran, manusia hanya tinggal
menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat 33 di bawah ini.
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan.”
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat
secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah
dipersilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya
kemampuan dan kekuatan (sulthan). Kekuatan yang dimaksud di sini sebagaimana
di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini
telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi
yang mampu menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang telah mencapai
kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan
pendaratan di Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-pllanet lainnya.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat)
dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya
merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-
ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak
memberikan sumbangan kepada ilmuan barat, hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Yatim (1997) dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam: “Kemajuan Barat pada
mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol” (p.
2).
Hal ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik itu yang ditemukan
oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang
akan datang, semua itu bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam
Alquran, karena jauh sebelum peristiwa penemuanpenemuan itu terjadi, Alquran
telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu dan ini termasuk bagian dari
kemukjizatan Alquran, dimana kebenaran yang terkandung di dalamnya selalu
terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiah oleh
siapa pun. Alquran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber
dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan.
Alquran adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara
apapun yang terlewatkan (Kartanegara, 2006), semuanya telah diatur di dalamnya,
baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah) sesama manusia (hablum
minannas) alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu
agama, umum dan sebagainya (dalam QS Al An’am: 38).
Pendidikan dan pengajaran kepada manusia agar menjadi insan yang memiliki
kompetensi dan kualitas diri unggul merupakan salah satu risalah yang dibawa
Alquran. Adapun pendidikan yang disampaikan Alquran merupakan pelajaran yang
sesuai dengan audiensnya yang tak lekang oleh waktu. Dalam banyak firman-Nya,
Allah kerap mengisyaratkan dengan tegas kepada manusia untuk menimba ilmu,
menjadi insan yang terdidik. Tak sedikit ayat Alquran yang memerintahkan manusia
agar senantiasa menjadi manusia yang berpikir. Bahkan, ayat pertama yang Allah
turunkan melalui Rasulullah adalah perintah untuk membaca: iqra!
Risalah Alquran juga mengajarkan tentang hikmah dan menyerukan manusia agar
menggunakan nalarnya untuk berpikir yang benar. Mencari kebenaran, dan menjauhi
serta meninggalkan yang batil. Hikmah inilah yang kemudian membuka pikiran
orang-orang yang buta huruf agar lebih giat dalam mencari ilmu. Bahkan secara
tegas Allah telah memberikan derajat yang setinggi-tingginya bagi hamba-Nya yang
menuntut ilmu. Tingginya derajat orang yang menuntut ilmu berada jauh di atas
orang-orang yang tidak memiliki gairah dalam menuntut ilmu. Dalam Alquran surah
al-Mujadilah ayat 11, Allah SWT berfirman:
Yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan padamu, 'berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,' maka lapangkanlah. Nisacaya Allah akan
memberikan kelapangan padamu. Dan apabila dikatakan, 'berdirilah kamu' maka
berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan (hanya) kepada
Allah hendaknya orang-orang beriman."
C. Ilmuwan yang Memutuskan Masuk Islam.
Seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Prancis, Jacques-Yves
Cousteau melakukan eksplorasi bawah laut. Tiba-tiba ia menemukan beberapa
kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut. Seolah ada dinding
atau membran yang membatasi keduanya. Lalu, suatu hari ia bertemu dengan
seorang profesor Muslim dan menceritakan fenomena itu.
Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan pada surat Ar
Rahman Ayat 19-20. "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya
kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-
masing," (QS Ar Rahman Ayat 19-20). Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau
kagum dan dikatakan ia memeluk Islam. Sekadar informasi, Jacques-Yves Cousteau
lahir di Prancis pada 11 Juni 1910 dan meninggal dunia di Paris pada 25 Juni 1997.
2. Maurice Bucaille
Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir'aun. Ia merupakan
ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920. Maurice Bucaille kemudian
menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian
tentang mumi. Hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-sisa
garam yang melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Fir'aun meninggal
karena tenggelam. Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera
dibalsem untuk diawetkan.
Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor. Bagaimana jasad mumi yang
sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-
mumi lainnya? Hal tersebut mulai sesuai dengan penggambaran kematian Fir'aun di
Alquran bahwa dia mati karena ditelan ombak. Bucaille kemudian merilis laporannya
yang berjudul "Les momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Fir'aun; Sebuah
Penelitian Medis Modern).
Ia lalu mendengar bahwa Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita
tenggelamnya Fir'aun. Kabarnya, setelah mencari riwayat di berbagai kitab termasuk
Taurat dan Injil, Bucaille beralih ke Islam. Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi
Muslim dan diberitahu mengenai salah satu ayat Alquran.
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami," (QS. Yunus Ayat 92). Ayat
tersebut telah menyentuh hati Bucaille hingga ia menjadi seorang mualaf.
Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini
tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain," ungkap
William.
4. Fidelma O'leary
Fidelma merupakan ahli neurologi yang berasal dari Negeri Paman Sam, Amerika
Serikat. Ia mendapatkan hidayah ketika meneliti saraf otak manusia. Saat ia
melakukan penelitian, ia menemukan bahwa beberapa urat saraf di otak manusia
tidak dimasuki oleh darah. Padahal, setiap inci otak manusia memerlukan suplai
darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal. Ia menemukan bahwa darah
tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak, kecuali ketika seseorang melakukan
gerakan sujud dalam salat seperti yang dilakukan umat Muslim. Ini menunjukkan
bahwa bila seseorang tidak melakukan salat, maka otak tidak dapat menerima darah
yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.
Prof. Dr. Leopold Werner von Ehrenfels merupakan seorang psikiater serta sekaligus
neurology berkebangsaan Austria, serta agama saat sebelum Islam yaitu Kristen.
Dari remaja dia sudah banyak mendapatkan kejanggalan dalam agama kristen.
Pada akhirnya ia mempelajari Islam. Satu di antara yang ia cermati yaitu mengenai
kewajiban wudhu saat sebelum lakukan solat serta ia juga mempelajari mengenai
kewajiban mandi sesudah jima’ dengan istri, serta dalam agama Kristen tidak ada
ketentuan bersuci seperti ini.
Bahkan juga orang Kristen, tuturnya, walaupun dalam kondisi junub (habis
bersetubuh dengan istri tanpa mandi) langsung pergi ke gereja untuk menyembah
Tuhan. Prof Leopold Werner von Ehrenfels, menemukannya sesuatu yang
mengagumkan pada wudhu. Ia menyampaikan satu kenyataan yang amat
mengagetkan. Kalau pusat-pusat syaraf yang paling sensitif dari tubuh manusia
nyatanya ada di bagian dahi, tangan, serta kaki. Pusat-pusat syaraf itu amat peka
pada air segar. Dari sini ia temukan hikmah di balik wudhu yang membersihkan
pusat-pusat syaraf itu. Ia bahkan juga menganjurkan supaya wudhu bukan sekedar
milik serta rutinitas umat Islam, namun untuk umat manusia secara keseluruhan.
Dengan selalu membersihkan air segar pada pusat-pusat syaraf itu, memiliki arti
orang bakal memelihara kesehatan serta kesesuaian pusat syarafnya. Selanjutnya
Leopold memeluk agama Islam serta merubah nama menjadi Baron Omar Rolf
Ehrenfels. Tiap perintah Allah SWT jelas mempunyai hikmah kebaikan di baliknya.
Renungkan kalau wudhu yaitu ritual pengkondisian semua segi hidup, dari mulai
psikologis & fisiologis. lima panca indera, harus terkena seluruh tanpa kecuali disapu
oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & semua kulit tubuh. Ini benar-benar
mengagumkan.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur" (QS Al-Maidah ayat 6).
6. Keith Moore
Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunjukkan referensi Alquran
tentang ‘Penciptaan Manusia’ kepada Profesor Keith L Moore, lalu sang Profesor
melihatnya dan berkata : “Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena
apa yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui
oleh ilmu pengetahuan modern! Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan
mikroskop!”
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati air yang berasal
dari tanah. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik." ( QS A;-Mu'Minum 13-14). Ayat tersebutlah yang
membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam dan merevisi beberapa
kajian ilmiahnya karena Alquran ternyata telah menjawab beberapa bagian yang
selama ini membuat sang profesor gusar. Ia merasa materi yang ditelitinya selama
ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari perkembangan embrio yang kurang.
7. Masaru Emoto
Masaru Emoto adalah seorang peneliti dari Hado Institute di Tokyo, Jepang. Pada
tahun 2003 Peneliti Masaru Emoto melakukan penelitian dan mengungkapkan
adanya suatu keanehan terhadap suatu sifat air. Ia menemukan bahwa partikel
molekul air ternyata bisa berubah-ubah tergantung perasaan manusia di
sekelilingnya yang secara tidak langsung mengisyaratkan pengaruh perasaan
terhadap klasterisasi molekul air yang terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen.
Emoto juga menemukan bahwa partikel kristal air terlihat menjadi “indah” dan
“mengagumkan” apabila mendapat reaksi positif disekitarnya, misalnya dengan
kegembiraan dan kebahagiaan. Namun partikel kristal air terlihat menjadi “buruk”
dan “tidak sedap dipandang mata” apabila mendapat efek negatif disekitarnya,
seperti kesedihan dan bencana. Lebih dari dua ribu buah foto kristal air terdapat di
dalam buku Message from Water (Pesan dari Air) yang dikarangnya sebagai
pembuktian kesimpulan nya sehingga hal ini berpeluang menjadi suatu terobosan
dalam meyakini keajaiban alam. Emoto menyimpulkan bahwa partikel air dapat
dipengaruhi oleh suara musik, doa-doa dan kata-kata yang ditulis dan dicelupkan ke
dalam air tersebut.
Sampai sekarang Emoto dan karyanya masih dianggap kontroversial. Ernst Braun
dari Burgistein di Thun, Swiss, telah mencoba dalam laboratoriumnya metoda
pembuatan foto kristal seperti yang diungkapan oleh Emoto, sayangnya hasil
tersebut tidak dapat direproduksi kembali, walaupun dalam kondisi percobaan yang
sama. Dalam kajian Masaru Emoto dengan tekun melakukan penyelidikan tentang
perubahan molekul air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan mengikut
tradisi agama Shinto, lalu didinginkan sehingga -5°C kemudian ia diambil gambar
dengan mikroskop elektron dengan kamera kwalitas tinggi.
Ternyata molekul air tersebut membentuk kristal segi enam yang indah. Uji coba Air
diulangi dengan membacakan kata arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang) di
depan botol air tadi. Kristal yang terbentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan
menghadapkan tulisan huruf Jepang arigato, kristal membentuk dengan keindahan
yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “syaitan”, maka molekul air berbentuk
buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika
musik heavy metal diperdengarkan, molekul kristal air itu terus hancur. Ketika 500
orang berkonsentrasi memusatkan pesanan peace di depan sebotol air, kristal air
tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya.
Dan ketika diuji dengan dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima
cabang daun muncul berkilauan. Maha Suci Allah yang telah mencipta makhluk yang
bernama air ini. Sesungguhnya ia adalah makhluk yang paling setia dan amat peka
sekali dalam menjalankan perintah Tuhannya. Firman Allah Swt: “Dan apakah orang-
orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30) Dari hasil penelitiannya, Masaru Emoto membuktikan
air zamzam memiliki struktur unik dan kemampuan penyembuhan yang luar biasa.
Sejarah telah membuktikan khasiat dan keistimewaan air zamzam dari zaman ke
zaman. Karena keistimewaan dan keunikan air zamzam ini, ia pun kemudian
memeluk agama Islam.
8. Tegatat Tejasen
Tegatat Tejasen adalah ilmuan Thailand dari bidang anatomi. Tegatat Tejasen
masuk islam saat peneliatan Tagatat Tejasen masuk islam dalam penelitian
dermatologi dalam tinjauan anatomi. Lapisan Kulit terdiri atas 3 lapisan yakni,
Epidermis, Dermis dan Cut Cutis. Pada lapisan terakhir ini terdapat ujung ujung
pembuluh darah dan saraf. Penemuan modern dibidang anatomi membuktikan
bahwa luka bakar yang terlalu dalam bisa mati saraf pengatur sensasi. Saat terjadi
luka bakar hingga lapisan terakhir ini orang tersebut tidak akan merasa nyeri karena
tidak berfungsinya ujung saraf eferen dan eferen yang rusak akibat luka bakar
tersebuut. Penelitian ini ternyata sudah ada dalam ayat Al-Quran.
"Allah akan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka dan mengganti kulit
mereka yang baru setiap kali kulit itu habis terbakat" (QS An-Nisa:56). Tanggal 3
November 1983 adalah hal bersejaranh bagi Tagatat karena pada hari itu dia
mengucap kalimat syahadat dihadapan peserta konferensi dan memberitahukan hal
layak umum bahwa ia masuk Islam.
9. Carner Nasa
Mantan pejabat Amerika Serikat ini juga masuk islam karena menemukan fakta fakta
tentang malam Lailatul Qadar dan Ka'bah. Setelah masuk Islam, Carnar kemudian
meneliti fenomena mencium Hajar Aswad. Nasa menyembunyikan kepada dunia
bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar. Ia menyayangkan kelompok
jutawan Arab yang kurang perhatian dengan masalah ini sehingga dunia tidak
mengetahuinya. Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul
Qadar adalah “baljah” (;) َب ْل َجةtingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor
jatuh ke (atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi
cahaya. Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah
“baljah” (;) َب ْل َجةtingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke
(atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.
”Sayyid menegaskan, terbukti secara ilmiah bahwa setiap hari (hari-hari biasa) ada
10 bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke atmosfer bumi, kecuali malam Lailatul
dimana tidak ada radiasi cahaya sekalipun. Hal ini sudah pernah ditemukan Badan
Antariksa NASA 10 tahun lalu. Namun mereka enggan mempublikasikannya.
Statemen ini mengutip ucapan seorang pakar di NASA Carner , seperti yang dikutip
oleh harian Al-Wafd Mesir.
Abdul Basith Sayyid, Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di
Mesir, Dr Abdul Basith As-Sayyid dalam sebuah program di TV Mesir Sayyid juga
menegaskan, pakar Carner akhirnya masuk Islam dan harus kehilangan jabatannya
di NASA. Ini bukan pertama kalinya, NASA mendapatkan kritikan dari pakar Islam.
Pakar geologi Islam Zaglol Najjar pernah menegaskan, NASA pernah meremove
satu halaman di situs resminya yang pernah dipublish selama 21 hari. Halaman itu
tentang hasil ilmiah yakni cahaya aneh yang tidak terbatas dari Ka’bah di Baitullah
ke Baitul Makmur di langit.
Sayyid menegaskan, “jendela” yang berada di langit itu mirip yang disebutkan dalam
Al-Quran.
“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-
pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. tentulah mereka berkata:
“Sesungguhnya panda ngan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang
orang yang kena sihir”.” (Al-Hijr: 14)
Saat itu Carner dengan bukti jelas bahwa jagat raya saat itu gelap setelah “jendela”
itu tersibak. Karenanya, setelah itu Carner mendeklarasikan keislamannya.
Kisah Jon Dean kembali pada Islam bermula ketika ia memutuskan bekerja di
Riyadh, Arab Saudi. Ia bekerja di industri kesehatan dan nutrisi. Bidang itu kebetulan
sedang membutuhkan individu seperti dirinya. "Mereka membutuhkan saya guna
membangun industri mereka. Saya tahu, negara ini begitu kaya, banyak uang di
sini," kenang pria asal Amerika Serikat itu seperti dinukil. Ketika tiba di Riyadh, Jon
sebelumnya tidak tahu banyak tentang Islam. Yang ia tahu, Saudi seperti negara
Arab lainnya, kaya minyak, terlibat perang dan pertikaian. Ia sempat khawatir
apakah pilihan ini yang terbaik baginya atau tidak.
"Saya memang pribadi yang gemar membaca hal yang menarik, semisal saja,
Muhammad Ali, Bruce Lee," kata dia. Dean mendapati Alquran begitu sederhana
bahasanya sehingga mudah dipahami. Ayat-ayatnya sangat mudah untuk
diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini sangat mengejutkannya. Sangat
bertolak belakang dengan asumsinya bahwa Alquran sangat kaku dalam mengatur
kehidupan umat muslim. Dean mendapat penjelasan dari seorang rekannya yang
lain bahwa agama Islam juga berfungsi seperti panduan hidup.
Yang paling menyenangkan dalam Islam, menurut Dean, adalah perintah agama
tersebut untuk membuktikan semua ayat-ayat Alquran jika mampu. Agama Islam
juga menyarankan untuk terus belajar kepada pemeluknya. Dean bersyukur bisa
bertemu orang-orang yang mampu membuka matanya bahwa yang dipercayainya
selama ini tentang Islam ternyata salah. Dan ketika dia mulai mempelajarinya,
agama tersebut ternyata mudah dipahami dan masuk akal. Setelah menyadari hal
tersebut, Dean mengungkapkan keinginannya untuk menjadi mualaf. Ditemani dua
rekannya, Dean mengucapkan dua kalimat syahadat.
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi yang
diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir
diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan
memasuki Surga terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya.
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam firman-Nya :
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali
Imran : 110)
1. Sahabat
ۚ „ان َخ ْي„„رً ا لَّهُم َ „ب لَ َك ِ ون ِبٱهَّلل ِ ۗ َولَ ْو َءا َم َن أَهْ ُل ْٱل ِك ٰ َت َ اس َتأْ ُمر
َ ُون ِب ْٱل َمعْ رُوفِ َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْٱلمُن َك ِر َو ُت ْؤ ِم ُن ْ ُكن ُت ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج
ِ ت لِل َّن
َ ُون َوأَ ْك َث ُر ُه ُم ْٱل ٰ َفسِ ق
ون َ ِّم ْن ُه ُم ْٱلم ُْؤ ِم ُن
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam firman-Nya :
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali
Imran : 110)
Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :
1. Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau.
Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat
Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia
dikatakan sebagai sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa
lama ia menyertai Rasulullah.
2. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para
sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat,
tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan
secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi
terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali,
untuk mencari Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang
yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.
3. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin
Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang
lainnya. Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat
muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-
kitab yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik
umat ini.
1) Generasi Sahabat
29. ‘Abdulloh bin Suhail bin ‘Amru (wafat saat perang Yamamah)
2) Generasi Tabi'in
25. ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib (wafat 42 H)
29. Salim bin ‘Abdulloh bin ‘Umar bin Khoththob (wafat 106 H)
13. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdulloh bin Abi Salamah Al-Majishun (wafat 164 H)
16. ‘Ubaidulloh bin ‘Amru bin Abil Walid Al-Asadi (wafat 180 H)
24. Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (Wafat 108 H)
A. Pengertian Salaf.
Salaf (bahasa Arab: السلف الصلحSalaf aṣ-Ṣālih) adalah tiga generasi Muslim awal
yaitu para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Kemudian istilah salaf ini dijadikan
sebagai salah satu manhaj (metode) dalam agama Islam, yang mengajarkan
syariat Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, yaitu
Salafiyah. Seseorang yang mengikuti tiga generasi tersebut di atas, ini disebut
Salafy (as-Salafy), jamaknya adalah Salafiyyun (as-Salafiyyun).[1] Di dalam
manhaj salaf dikenal pendapat dari beberapa Mujtahid yang biasa disebut
Madzhab, seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan lain-
lain. Kemudian para salafy beranggapan bahwa, jika seseorang melakukan suatu
ibadah tanpa adanya ketetapan dari Allah dan rasul-Nya, bisa dikatakan sebagai
perbuatan bid'ah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat.
(Al-Ahzab: 21) ”
Allah juga menerangkan bahwa ummat ini mempunyai generasi pendahulu yang
telah lebih dahulu sampai kepada hidayah dan bimbingan. Allah berfirman:
“Orang – orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar mengikuti mereka dengan baik allah ridha
kepada mereka dan mereka ridha kepada allah. (At-Taubah 100)”
Tak hanya itu, melalui sedekah manusia tak hanya mendapatkan pahala dari
Allah, melainkan juga dapat meningkatkan hubungan baik dengan sesama
manusia. Seperti yang tertulis dalam Hadis Riwayat Tirmidzi, Rasulullah
bersabda, "Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada
kerabat ada dua (kebaikan), yaitu sedekah dan silaturrahim. "Dalam bersedekah,
umat Islam dianjurkan untuk tidak menyakiti perasaan orang yang diberi sedekah
serta lebih baik menyembunyikan amalan sedekahnya tersebut. Hal ini untuk
menghindari sifat riya yang dapat menghapus pahala sedekah. Allah berfirman
dalam Surat Al-Baqarah Ayat 264 yang berbunyi:
B. Pengertian Keadilan.
Keadaan seperti ini justru merupakan keadaan yang paling tepat, sebab dengan
demikian Islam dapat memiliki kekuasaan untuk menumbuhkan masyarakat yang
menginginkannya tanpa sifat kecongkakan, lalu meletakkan aturan dan sistem
baginya yang selanjutnya membimbing hati dan jiwa mereka seperti halnya
dengan sikap dan amaliah mereka, serta menyatakan urusan duniawi dan agama
dalam cita-cita dan syariatnya.
C. Penegakan Hukum dalam Islam.
Islam telah menggariskan sejumlah aturan untuk menjamin keberhasilan
penegakkan hukum antara lain:
Dalam sistem Islam, sekuat apapun upaya untuk mengintervensi hukum pasti
akan gagal. Pasalnya, hukum Allah SWT tidak berubah, tidak akan pernah
berubah, dan tidak boleh diubah. Khalifah dan aparat negara hanya bertugas
menjalankan hukum, dan tidak berwenang membuat atau mengubah hukum.
Mereka hanya diberi hak untuk melakukan ijtihad serta menggali hukum syariah
dari al-Quran dan Sunnah Nabi saw.
Imam al-Bukhari juga menuturkan sebuah riwayat dari Rafi’ bin Khudaij, yang
berkata, “Serombongan orang Anshar pergi ke Khaibar. Sesampainya di sana,
mereka berpisah-pisah. Lalu mereka mendapati salah satu anggota rombongan
terbunuh. Mereka berkata kepada orang yang mereka jumpai (Orang-orang
Yahudi), ’Sungguh kalian telah membunuh sahabat kami.’ Orang-orang Yahudi
Khaibar itu menjawab, ’Kami tidak mengetahuai pembunuhnya.’ Orang-orang
Anshar itu pun menghadap menghadap Nabi saw., seraya berkata, “Ya
Rasulullah, kami telah pergi ke Khaibar, dan kami mendapati salah satu anggota
rombongan kami terbunuh.’ Nabi saw. bersabda, ’Al-Kubra al-kubra (Sungguh
sangat besar).’ Kemudian Nabi saw bersabda kepada mereka agar mereka
menghadirkan dua orang saksi yang menyaksikan orang yang membunuh
anggota rombongannya. Mereka berkata, ’Kami tidak mempunyai bukti.’
Rasulullah saw. bersabda, ’Mereka (orang-orang Yahudi Khaibar) harus
bersumpah.’ Orang-orang Anshar itu berkata, ’Kami tidak ridha dengan
sumpahnya orang Yahudi.’ Rasulullah saw. menolak untuk membatalkan
darahnya. Lalu Rasulullah saw. membayarkan diyat 100 ekor unta sedekah.” (HR
al-Bukhari).
Saat itu Khaibar menjadi bagian Negara Islam. Penduduknya didominasi orang
Yahudi. Ketika orang Yahudi bersumpah tidak terlibat dalam pembunuhan,
Rasulullah saw. pun tidak menjatuhkan vonis kepada mereka karena ketiadaan
bukti dari kaum Muslim. Bahkan beliau membayarkan diyat atas peristiwa
pembunuhan tersebut. Hadis ini menunjukkan bahwa semua orang memiliki
kedudukan setara di mata hukum, tanpa memandang perbedaan agama, ras,
dan suku.
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirweb.com/1030-quran-surat-al-baqarah-ayat-264.html
https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-
islam/amp/
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03?tmpl=%2Fsystem%2Fapp
%2Ftemplates%2Fprint%2F&showPrintDialog=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q2myht320
https://umma.id/article/share/id/1002/272772
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salaf
https://m.liputan6.com/ramadan/read/2969131/bersedekah-dalam-islam-sebaiknya-
seperti-apa
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Keadilan#:~:text=Keadilan%20adalah%20kondisi
%20kebenaran%20ideal,memiliki%20tingkat%20kepentingan%20yang
%20besar.&text=keadilan%20intinya%20adalah%20meletakkan%20segala
%20sesuatunya%20pada%20tempatnya.
https://www.google.com/amp/s/customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-
dalam-perspektif-islam/amp/
http://hizb-indonesia.info/2015/03/06/penegakan-hukum-dalam-islam/