Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH : PANCASILA

MAKALAH
“KETUHANAN YANG MAHA ESA”

OLEH:
NUR AFIFAH
1921042027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik sesuai
waktu yang telah ditentukan.

Makalah dengan judul “Ketuhanan yang Maha Esa” penulis susun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan baik berupa
bimbingan maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini,
kami mengucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnnya.

Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat Islam
di dunia, khususnya mahasiswa muslim di Universitas Negeri Makassar. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, seperti peribahasa tak ada gading yang tak
retak. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini.

Makassar, 16 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 2
2.1 Filsafat Ketuhanan (Teologi)………………………………………………………….. 2
2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan ................................................................. 3
2.2.1 Pemikiran Barat .............................................................................................. 3
2.2.2 Pemikiran Umat Islam………………………………………………………..... 4
2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam………………………………………………………. 6
2.4 Bukti Adanya Tuhan…………………………………………………. ........................ 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….. ....... 10
3.2 Saran …………………………………………………………………….. .................... 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… ... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia secara fitrah, disadari maupun tidak selalu memiliki naluri ketuhanan.
Manusia menganggap keberadaan diri mereka juga keberadaan alam semesta yang sudah
ada ketika mereka terlahir ke dunia adalah sebagai suatu pertanda bahwa ada kekuatan
Maha dahsyat, di luar nalar dan kemampuan manusia, yang sudah menciptakan dunia
beserta isinya. Pemilik kekuatan Maha dahsyat yang tidak pernah manusia lihat
bentuknya tetapi begitu nyata keberadaannya, seringkali membuat rasa penasaran dalam
diri manusia muncul untuk menguak misteri dan menemukan jawaban siapa Pencipta
mereka, yang juga menciptakan seluruh alam semesta, mengatur peredaran planet-planet,
bintang, bulan, matahari pada garis edarnya tanpa bertubrukan, menguasai apa-apa yang
ada di langit, di bumi, dan diantara keduanya (langit dan bumi).
Dalam agama Islam, Fitrah bertuhan yang dibawa manusia sejak sebelum lahir itu
merupakan potensi dasar yang harus dipelihara dan dikembangkan agar manusia tetap
berada dalam keislamannya. Konsep Ketuhanan menurut Islam perlu dipelajari lebih
lanjut karena banyaknya konsep Ketuhanan yang ada di dalam kehidupan manusia.
Pengalaman-pengalaman dan cara berpikir manusia yang semakin kompleks membuat
manusia mempunyai konsep-konsep sendiri tentang ‘ketuhanan’ yang mereka yakini.
Padahal dalam Islam, konsep ketuhanan yang benar hanyalah yang berdasarkan Al-
Qur`an dan As-Sunnah, bukan konsep ketuhanan yang dibuat oleh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud filsafat ketuhanan (teologi)?
2. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?
3. Apa yang membuktikan keberadaan Tuhan ?

1.3 Tujuan
1. Memahami tentang konsep ketuhanan dalam Islam sehingga tidak jatuh pada
kekufuran dan kemusyrikan
2. Memahami berbagai macam kekuasaan Allah sehingga dapat lebih mengimani dan
meningkatkan ketaqwaan serta dapat mengimpilikasikan dalam kehidupan sehari
hari.
1
3. Dapat berpikir Kritis, bahwasanya hanya Allah yang Maha Esa pencipta seluruh alam
yang patut disembah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Ketuhanan (Teologi)

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam
surat al-Furqan ayat 43.[1]

”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai


Tuhannya ?”

Contoh ayat di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak. Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk
tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun).
Jadi dapat disimpulkan Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin tidak ber-Tuhan.

Berdasarkan logika al-Qur’an Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan


(dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai olehnya. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-
harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu
yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan defenisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan,
berdo’a, dan bertawakal kepada-Nya untuk kemashlahatan diri, meminta perlindungan
dari pada-Nya, dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat-Nya dan terpaut cinta
kepada-Nya (M.Imaduddin, 1989 : 56). [2]

1 Agung Soedrajat : “Konsep Ketuhanan Dalam Islam”.


http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam, di akses pada
tanggal 1 Oktober 2018, pukul 09.30 WIB.
2 Rendra Budi Hutama: “TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN”

http://www.academia.edu/12133761/Makalah_Agama_-_Ketuhanan_dan_Tuhan_YME, diakses
pada tanggal 1 Oktober 2018, pukul 09.30 WIB

3
2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
2.2.1 Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh Max
Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan
Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah :
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu
yang berpengaruh tersebut ditunjukkan pada benda.
b. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang
dianggap benda baik mempunyai roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan
pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
d. Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan. Namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteime
(Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme

Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk


seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari
filsafat Ketuhanan terbagi dalam 3 paham yaitu : deisme, panteisme dan
teisme.

4
2.2.2 Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu
tauhid atau ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi
Muhammad Saw. Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan
ada aliran diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah
pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam. Aliran-aliran tersebut adalah:
1. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang
sangat menekankan penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam.
Dalam menganalisis masalah ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu
logika guna mempertahankan keimanan.
2. Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan berkehendak dan berbuat. [5] Manusia berhak menentukan
dirinya kafir atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab pada
dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam perbuatan manusia.
3. Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan
perbuatan manusia sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak
ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada
gunanya.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan
tengah antara Qodariyah dan Jabariyah. Manusia wajib berusaha
semaksimal mungkin. Akan tetapi, Tuhanlah yang menentukan hasilnya.
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam
kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di
atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam
yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana
yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan
koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu.

5
2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam

S ega la se suat u me nge na i T uha n d is e but Ket uha na n. Ket uha na n


ya ng Maha Esa menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29
ayat 1 undang - u nda ng dasar 1945 negar a ber dasar ka n at as t uhan ya ng
ma ha es a. S ebagai terjemahan kata-kata yang terhimpun dalam Allahu al wahidul
ahad ,yang berasal dari al-qur’an surat Al-Ikhlas
﴾١﴿ ٌ ‫َّللاُ أ َ َحد‬
‫قُ ْل ه َُو ه‬
Artinya “ Tuhan Yang Maha Esa ”, yang sebelum tahun 1945 perkataan itu tidak ada
dalam bahasa Indonesia (Muhammad Daud Ali;1997: 202).

Menurut akidah Islamiyah, konsepsi mengenai Ketuhanan Yang Maha


E sa d ise but T auhid, il mu nya ada la h il mu t auhid, il mu ke ma hae saa n
Tuhan (Osman Raliby, 1980:8)

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang
yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran
konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)
dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain
dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-
Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ ‫َّللا أ َ ْندَادًا يُحِ بُّونَ ُه ْم َك ُحبِ َّللاه‬ ِ ‫اس َم ْن يَتهخِ ذ ُ م ِْن د‬


ِ ‫ُون ه‬ ِ ‫َومِنَ النه‬

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Pengakuan
mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat
Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

‫س َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ هن ه‬
َ‫َّللاُ فَأَنهى يُؤْ فَكُون‬ ‫س هخ َر ال ه‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو‬ ‫سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال ه‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ ‫َولَئ ِْن‬

6
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar
itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah
yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semesta. Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia
bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas.

2.4 Bukti Adanya Tuhan


a. Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu
Khalik dan makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah
Tuhan yang kekal dan Abadi Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan,
berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin,
malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya
ada dan percaya pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya
memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya.
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula
bahwa alam ini juga ada. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya makhluk,
tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar”. Kita
belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
diciptakan. Dan pencipta itu tiada lain adalah Tuhan yang kita yakini sebagai
pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini adalah Allah Swt.

b. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika


Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam
pengertian lain alam ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin,
karena bertentangan dengan hukum kedua termodinamika. Hukum ini dikenal
dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi
panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.

7
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari
keadaan panas beralih menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak
mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak
panas berubah menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi yang
tidak ada.
Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah bersifat azali.
Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai hukum
tersebut tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.

c. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi


Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya
butiran pasir yang ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi
adalah bulan, yang jaraknya dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak
mengelilingi bumi, dan menyelesaikan setiap edaranya selama 20 hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari

berputar dari porosnya dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis

edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Dan sembilan planet

tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan yang luar

biasa.

Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang
teliti. Berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya.
Bahkan akan menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya itu pasti ada kekuatan yang
maha besar yang membuat dan mengendalikan semuanya itu, kekuatan maha besar
itu adalah Tuhan.

d. Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang
terjemahya “Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah
Allah Swt. Allah Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la
ayat 2-3, yang terjemahannya “Allah yang menciptakan dan menyempurnakan,
yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan memberi petunjuk”. Jadi,

8
adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi,
ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun
Fayakun yang artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan
Allah berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal
ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga
muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu


yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun
konkret) sehingga manusia rela untuk dikuasai dan menghambakan dirinya. Semua
manusia mempunyai fitrah ketuhanan sejak lahir jadi manusia tidak mungkin tidak
bertuhan. Ajaran komunis yang diasumsikan sebagai orang-orang Atheis yang tidak
mempercayai adanya Tuhan bagaimanapun tetap memiliki Tuhan mereka sendiri, tetapi
Tuhan yang mereka yakini berbeda dengan Tuhan yang diyakini penganut agama. Jika
Tuhan yang diyakini penganut agama adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta
beserta isinya dan mengatur seluruh kehidupan di dunia, maka Tuhan yang diyakini
orang atheis adalah segala sesuatu yang ia puja seperti ilmu pengetahuan, paham-paham
yang dianutnya, hal-hal keduniawian, dan lain – lain. orang komunis yang atheis dapat
dikategorikan sebagai orang kafir karena penyangkalan mereka terhadap Tuhan
Pencipta Alam Semesta padahal mereka mengetahui bahwa alam semesta itu bukan
semata-mata ada begitu saja, pasti ada Penciptanya.

Tuhan adalah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa,


sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya Sesuai dengan tuntunan
agama Islam, hanya ada satu Tuhan di dunia ini, yaitu Allah SWT. Kita sebagai
ciptaan-Nya wajib percaya bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali
Allah.

Wujud nyata dari percaya atau iman itu sendiri tidak boleh hanya berupa ikrar
atau pernyataan kosong, melainkan harus dilakukan dengan perbuatan berupa
menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya secara ikhlas lahir batin.

3.2 SARAN

1. Sebagai seorang yang beragama Islam kita tidak hanya wajib untuk mempercayai
Allah SWT tetapi kita juga harus mengimplementasikan keimanan itu pada
kehidupan sehari-hari dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.

10
2. Selain itu, kita juga harus beramal kepada sesama, memperhatikan orang lain,
berkasih sayang dan mencintai sesama makhluk ( Hablum Minanas)
3. Manusia yang diciptakan sempurna dan dibekali akal pikiran seharusnya banyak
melakukan observasi (pengamatan) pada kejadian-kejadian di alam sekitarnya.
Dengan begitu, manusia akan merasakan dan lebih mempercayai adanya Allah
SWT yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya serta memilih manusia
sebagai khalifah di muka bumi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Soepriatno, Agung Soedrajat (2008). Konsep Ketuhanan Dalam Islam. [Online].


Tersedia: http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-
islam, 1 Oktober 2018, pukul 09.30 WIB.

Widyanto, Arif, Rahmat Basuki (2011). " KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM". erlapramana.blogspot.com/2011/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html, 1
Oktober 2018, pukul 09.30 WIB.

Yandi, Nur (2012). Filsafat Ketuhanan Dalam Islam. [Online]. Tersedia:


http://nuryandi-cakrawalailmupengetahuan.blogspot.com/2012/06/filsafat-
ketuhanan-dalam-islam.html, 1 Oktober 2018, pukul 09.30 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai