Disusun Oleh :
Maulidia Ramdani (20220170008)
Meisya putri (20220710033)
PRODI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada
Moh. Sunaryo Idris, selaku Dosen mata kuliah pendidikan agama islam yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama Islam serta infomasi dari
media massa yang berhubungan dengan tema. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa akan datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan ....................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1 Filsafat Ketuhanan...................................................................................2
2.1 Sejarah Pemikiran manusia tentang Tuhan..............................................3
2.2 Pemikiran Barat.......................................................................................3
2.3 Pemikiran Islam.......................................................................................4
2.4 Konsep ketuhanan dalam Islam...............................................................7
2.5 Implementasi Keimanan..........................................................................8
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................12
3.2 Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang konsep ketuhanan dalam Islam sehingga tidak jatuh pada
kekufuran dan kemusyrikan
2. Memahami berbagai macam kekuasaan Allah sehingga dapat lebih
mengimani dan meningkatkan ketaqwaan serta dapat mengimpilikasikan dalam
kehidupan sehari hari.
3. Dapat berpikir Kritis, bahwasanya hanya Allah yang Maha Esa pencipta
seluruh alam yang patut disembah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filsafat Ketuhanan
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan "Tuhan", dalam al-Qur'an
dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43.[1]
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya?"
Contoh ayat di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung
arti berbagai benda, baik abstrak. Perkataan ilah dalam al-Qur'an juga dipakai
dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (musanna: ilaahaini), dan banyak
(jama: aalihatun). Jadi dapat disimpulkan Bertuhan nol atau atheisme tidak
mungkin tidak ber-Tuhan.
Berdasarkan logika al-Qur'an Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang
dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Tercakup di dalamnya yang dipuja,
dicintai, diagungkan, diharap harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan
bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan defenisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan
penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut
dan mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdo'a, dan bertawakal kepada-Nya untuk kemashlahatan diri,
meminta perlindungan dari pada-Nya, dan menimbulkan ketenangan disaat
mengingat-Nya dan terpaut cinta kepada-Nya (M.Imaduddin, 1989: 56). [2]
2
2.2 Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
1. Pemikiran Barat
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh
negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda,
seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah
kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh
karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat
diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme
c. Politeisme
3
d. Henoteisme
e. Monoteisme
4
Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah. Berikutnya
digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.
3) Kelompok Khawarij.
5
Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan
Allah (Al-Quran), maka mereka adalah orang-orang kafir.
6
Dari lima prinsip menurut Muktazilah kewajiban yang mengikat Tuhan.
Tuhan harus menepati janji-Nya. Dia memiliki kewajiban untuk memasukkan
orang baik ke dalam surga dan dia memiliki kewajiban untuk memasukkan
orang jahat ke dalam neraka dan kewajiban lainnya. Pendapat kelompok ini
menempatkan pikiran manusia pada posisi yang kuat. Oleh karena itu, kelompok
ini dikategorikan dalam istilah Qodariah dari kelompok teologi rasional.
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
َس َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ َّن هَّللا ُ فََأنَّى يُْؤ فَ ُكون َ ْت َواَأْلر
َ ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم َ ََولَِئ ْن َسَأ ْلتَهُ ْم َم ْن خَ ل
ِ ق ال َّس َم َوا
7
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah.
Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah
memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan
berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Jika iman diartikan percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada
yang mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati
seseorang hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguhnya adalah
meliputi aspek kalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang beriman
akan dapat diketahui, antara lain:
1. Tawakal
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Al-quran), kalbunya terangsang untuk
melaksanakannya seperti dinyatakan antara lain QS. Al-Anfaal (8):2.
ت َعلَي ِْه ْم ٰا ٰي ُت ٗه َزا َد ْت ُه ْم ِا ْي َما ًنا َّو َع ٰلى َرب ِِّه ْم َي َت َو َّكلُ ْو ۙ َن ْ َِا َّن َما ْالمُْؤ ِم ُن ْو َن الَّ ِذي َْن ِا َذا ُذك َِر هّٰللا ُ َو ِجل
ْ ت قُلُ ْو ُب ُه ْم َو ِا َذا ُتلِ َي
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah apabila disebut (nama) Allah,
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
bertambahlah iman mereka dan mereka bertawakal kepada Tuhannya.
Tawakkal, yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang
diperintahkan oleh Allah. Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang
yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Allah. Seorang mukmin,
makan bukan didorong oleh perutnya yang lapar akan tetapi karena sadar akan
perintah Allah. QS. Al-Baqarah (2): 172.
ت َما َر َز ْق ٰن ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوا هّٰلِل ِ اِنْ ُك ْن ُت ْم ِايَّاهُ َتعْ ُبد ُْو َن
ِ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا ُكلُ ْوا مِنْ َطي ِّٰب
Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-baik yang
Kami rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika hanya kepada-
Nya kamu menyembah.
Surat Al-Baqarah (2) ayat 187 menjelaskan bahwa seseorang yang makan dan
minum karena didorong oleh perasaan lapar atau haus, maka mukminnya adalah
mukmin batil, karena perasaanlah yang menjadi penggeraknya. Dalam konteks
Islam bila makan pada hakikatnya melaksanakan perintah Allah supaya fisik kuat
untuk beribadah (dalam arti luas) kepada-Nya.
8
2. Mawas diri dan bersikap ilmiah
Pengertian mawas diri di sini dimaksudkan agar seseorang tidak terpengaruh oleh
berbagai kasus dari mana pun datangnya, baik dari kalangan jin dan manusia,
bahkan mungkin juga datang dari dirinya-sendiri. QS. An-Naas (114): 1-3.
ٓ
ان َع ْن ُه َمسْ ـُٔواًل َ ص َر َو ْٱلفَُؤ ادَ ُك ُّل ُأ ۟و ٰلَِئ
َ ك َك َ ك ِبهِۦ عِ ْل ٌم ۚ ِإنَّ ٱلسَّمْ َع َو ْٱل َب َ َواَل َت ْقفُ َما لَي
َ َْس ل
Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya.
3. Optimis dalam menghadapi masa depan
Perjalanan hidup manusia tidak seluruhnya mulus, akan tetapi kadang-kadang
mengalami berbagai rintangan dan tantangan yang memerlukan pemecahan jalan
ke luar. Jika suatu tantangan atau permasalahan tidak dapat diselesaikan segera,
tantangan tersebut akan semakin menumpuk. Jika seseorang tidak dapat
menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan, maka orang tersebut
dihinggapi penyakit psikis, yang lazim disebut penyakit kejiwaan, antara lain
frustrasi, nervous, depresi dan sebagainya. Al-quran memberikan petunjuk
kepada umat manusia untuk selalu bersikap optimis karena pada hakikatnya
tantangan, merupakan pelajaran bagi setiap manusia. Hal tersebut dinyatakan
dalam Surat Al-Insyirah (94) ayat 5-6. Jika seseorang telah merasa melaksanakan
sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan
bagaimana hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat dari suatu perbuatan.
9
Namun Nabi Muhammad menyatakan bahwa orang yang hidupnya hari ini lebih
jelek dari hari kemarin, adalah orang yang merugi dan jika hidupnya sama
dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia adalah orang yang
hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jika optimisme merupakan suatu
sikap yang terpuji, maka sebaliknya pesimisme merupakan suatu sikap yang
tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin pada dirinya mukmin. Hal ini seperti
dinyatakan dalam Surat Yusuf (12) ayat 87, sedangkan sikap putus asa atau yang
searti dengan kata tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang kafir.
QS. Yusuf (12): 87
ُف َواَ ِخ ْي ِه َواَل َت ۟ا ْيـَٔس ُْوا مِنْ رَّ ْوح هّٰللا ِ ۗ ِا َّن ٗه اَل َي ۟ا ْيـَٔسُ مِنْ رَّ ْوح هّٰللا ِ ِااَّل
َ ٰي َبنِيَّ ْاذ َهب ُْوا َف َت َح َّسس ُْوا مِنْ ي ُّْوس
ِ ِ
ٰ ْ
ال َق ْو ُم الكفِر ُْو َن ْ
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”.
4. Konsisten dan menepati janji
Janji adalah hutang. Menepati janji berarti membayar utang. Sebaliknya ingkar
janji adalah suatu pengkhianatan. QS. Al- Maa’idah (5): 1.
هّٰللا َّ ت لَ ُك ْم َب ِه ْي َم ُة ااْل َ ْن َع ِام ِااَّل َما ُي ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم غَ ي َْر ُم ِحلِّى ال
ْ َّٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا اَ ْوفُ ْوا ِب ْال ُعقُ ْو ۗ ِد ا ُ ِحل
َ َّص ْي ِد َواَ ْن ُت ْم ُح ُر ۗ ٌم اِن
َُيحْ ُك ُم َما ي ُِر ْيد
Hai orang-orang yang beriman, sempurnakanlah segala janji. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu (larangan-
Nya). Tidak dibolehkan berburu ketika kamu sedang ihram. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum terhadap apa yang di kehendaki-Nya.
Seseorang mukmin senantiasa akan menepati janji, dengan Allah, sesama
manusia, dan dengan ekologinya (lingkungannya). Seseorang mukmin adalah
seorang yang telah berjanji untuk berpandangan dan bersikap dengan yang
dikehendaki Allah. Seorang suami misalnya, ia telah berjanji untuk bertanggung
jawab terhadap istri dan anak-anaknya. Sebaliknya istri pun demikian. Seorang
mahasiswa, ia telah berjanji untuk mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku di
lembaga pendidikan tempat ia studi, baik yang bersifat administratif maupun
akademis. Seorang pemimpin berjanji untuk mengayomi masyarakat yang
dipimpinnya. Janji terhadap ekologi berarti memenuhi dan memelihara apa yang
dibutuhkan oleh lingkungannya, agar tetap berdaya guna dan berhasil guna.
5. Tidak sombong
Kesombongan merupakan suatu sifat dan sikap yang tercela yang membahayakan
diri maupun orang lain dan lingkungan hidupnya. Seorang yang telah merasa
dirinya pandai, karena kesombongannya akan berbalik menjadi bodoh lantaran
malas belajar, tidak mau bertanya kepada orang lain yang dianggapnya bodoh.
Karena ilmu pengetahuan itu amat luas dan berkembang terus, maka orang yang
merasa telah pandai, jelas akan menjadi bodoh. Al-quran Surat Luqman (31) ayat
18, menyatakan suatu larangan terhadap sifat dan sikap yang sombong. Firman
Allah QS. Luqman (31): 18
10
هّٰللا
ٍ ض َم َرحً ۗا اِنَّ َ اَل ُيحِبُّ ُك َّل م ُْخ َت
ال َف ُخ ْو ۚ ٍر ِ ْمْش فِى ااْل َر
ِ اس َواَل َت
ِ ك لِل َّن َ َواَل ُت
َ صعِّرْ َخ َّد
Dan janganlah engkau palingkan pipimu kepada manusia, dan janganlah berjalan
dengan sombong di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi congkak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
semesta. Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah
sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas.
4. Cara untuk implementasi Keimanan dalam kehidupan seari-hari yaitu
dengan bersikap tawwakal, mawas diri, optimis, konsisten dan yang
terakhir tidak bersikap sombong
3.2 Saran
Sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman materi di dalamnya, kami memberikan
beberapa saran dan bimbingan khusus untuk mahasiswa dan penulis nantinya.
Diharapkan dengan saran dari kami, para pembaca mampu memahami dan mendalami
materi secara menyeluruh. Harapan bagi para calon penulis selanjutnya agar tidak
mengulang kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh penulis dalam proses
penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/40552235/
TUHAN_YANG_MAHA_ESA_DAN_KETUHANAN
12
13