DALAM ISLAM
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah ‘Pendidikan Agama Islam’
yang diampu oleh MOCH. KALAM MOLLAH
Oleh :
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ Konsep Ketuhanan Dalam Islam “ dapat
selesai dengan tepat waktu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih belum sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak dan semoga
makalah ini bermanfaat. Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
D. Manfaat........................................................................................................ 2
II. PEMBAHASAN
A. Siapakah Tuhan Itu...................................................................................... 3
B. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan ............................................... 4
C. Tuhan Menurut Agama-agama .................................................................... 5
D. Pembuktian Wujud Tuhan .......................................................................... 6
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan
nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya.
Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan
tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan
diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Sesungguhnya amalah lahiriyah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan
mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut.
Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak
serta perilaku kesehariaan.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai
membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar,
pikir dan akal budi mereka”. Maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif
pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam isi spiritualitasnya dan
berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera
diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan
berasal dari ajaran spiritualitas islam.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah tuhan itu?
2. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan?
3. Bagaimana tuhan menurut agama-agama lain?
4. Bagaimana pembuktian wujud tuhan?
C. Tujuan
1. Mengetahui siapa tuhan itu.
2. Mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang tuhan.
3. Mengetahui pengertian tuhan menurut agama-agama lain.
4. Mengetahui pembuktian wujud tuhan.
D. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang konsep ketuhanan dalam islam
2. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan
3. Untuk meningkatkan wawasan tentang Tuhan dalam aspek kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
hasil pemikiran tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari
mengatakan: “Monoteisme bukan hasil akhir dan proses pemikiran tentang Tuhan,
sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin justru berputar
4. Henoteisme yakni Pola kepercayaan yang diusung atas motif ketidak puasan atas
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid
atau ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara
keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan
1. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat
mempertahankan keimanan.
atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada
perbuatan manusia sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya
seperti wayang. Ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada gunanya.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan tengah
ayat-ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tidak
ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga sekarang melalui
rasul-rasulnya, Allah memperkenalkan dirinya melalui ajarannya, yang dibawa para rasul,
Adam sebagai rasul pertama dan Muhammad sebagai rasul terakhir.
QS. Al-Ikhlas[112]:1-4
Katakanlah: “ dialah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-nya
segala sesuatu, dia tiada beranak Dan Tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan dia”.
Dari Ungkapan ayat-ayat tersebut jelas bahwa Tuhan adalah Allah terlepas dari perbedaan
pendapat tentang lafaz “Allah” adalah Isim jamid (bentuk tunggal/berdiri sendiri) Atau Isim
musytaq (Bentuk turunan), bahwa tidak ada yang memiliki nama tersebut selain dia. Lafal
“Allah” Berasal dari tashrif aliha-ya’lahu-uluuhah-ilaahah. Selanjutnya, Ilaahah
(Sesembahan) bermakna Al-Ma’luh (yang disembah), sedangkan Al-Ma’luh Bermakna Al-
Ma’Buud, yaitu yang diibadahi karena rasa cinta dan penggunaannya.
Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan antara lain dalam
surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65,surat Muhammad ayat 19.Dengan
mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut informasi alQuran, sebutan
yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan “Allah”, dan kemahaesaan
Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah. Hal ini
berarti konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul Adam di muka bumi. Esa menurut al-
Quran adalah esa yang sebenar-benarnya esa, yang tidak berasal dari bagianbagiandan tidak
pula dapat dibagi menjadi bagian-bagian. Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat
didampingi atau disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan
kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama
dalam setiap tindakan dan ucapannya. Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber
dari al-quran memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari
Tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik menjalani
kehidupan
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi,
dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah
yang diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia,
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya
pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini
juga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya
tentang adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya
makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu
tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam ini
mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hukum
kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
pembatasan perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin
azali.
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih
menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan energi
Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung,
serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah
bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai
hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.
Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya butiran pasir yang
ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya
dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi, dan menyelesaikan
dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil
setiap setahun sekali. Dan sembilan planet tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi
Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama dengan planet-planet
dan asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.00 mil perjam.
Disamping itu masih ada ribuan sistem selain sistem tata surya kita dan setiap sistem
mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada
garis edarnya. Galaxy sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan
Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti.
Berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Bahkan akan
menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya itu pasti ada kekuatan yang maha besar yang
membuat dan mengendalikan semuanya itu, kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.
Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya “Seluruh
puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah Swt
sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang terjemahannya
ciptaannya dan memberi petunjuk”. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang
dan memberi petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak
terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.
Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah jamak dari yaum yang
berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode dan tentunya membutuhkan proses
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya
jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepada
manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan
mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu
pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Konsep tentang Ketuhanan, menurut pemikiran manusia, berbeda dengan
konsep Ketuhanan menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut pemikiran
manusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme, tidak memberikan tempat bagi
ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham
panteisme meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan adalah Zat-Nya, bukan
ajaran-Nya. Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah konsep
ketuhanan secara fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep ketuhanan dalam Islam
adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan ciptaan-Nya.
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim
bagi semesta alam.