Indonesia termasuk salah satu negara yang juga menikmati dan dipengaruhi kemajuan
teknologi dan digital tersebut. Kemajuan zaman dan teknologi memiliki pengaruh positif dan
negatif. Meskipun banyak anak bangsa yang memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang
berguna namun pengaruh negatifnya juga telah terlihat nyata. Saat ini dampak negatif yang
nyata terlihat adalah berkembangnya budaya asing atau budaya barat yang telah menjadi
biasa di Indonesia, telah menggeser budaya luhur bangsa sendiri. Budaya asing sudah
merajalela masuk dalam pola kehidupan sehari-hari menjadi hal yang lumrah dapat ditemui
dimana-mana, mulai dari kebiasaan berpakaian, berbicara, berprilaku dan sebagainya.
Pandemi korona juga turut andil dalam semakin pesatnya perkembangan teknologi. sebagian
besar aktivitas dilakukan dengan teknologi seperti kegiatan belajar mengajar, pegawai atau
pekerja swasta bahkan berbelanja untuk keperluan sehari-hari.
Seberapa besar pengawasan yang mampu dilaksanakan oleh orang tua dan guru?
Pengaruh teknologi khususnya kecanduan dengan gadget juga memberi pengaruh buruk
terhadap sikap manusia. Hal yang sederhana yang dapat dilihat secara langsung adalah
ketidak pedulian dengan lingkungan sekitarnya bahkan hal itu terjadi di dalam rumah tangga
anak dan orang tua sibuk dengan gadgetnya sendiri. tidak seperti dahulu hari-hari yang
dipenuhi dengan senda gurau antar individu di dalam rumah, setiap anggota keluarga sangat
sibuk dengan gatgetnya masing-masing; lalu bagaimana caranya agar nilai-nilai luhur
pancasila itu tetap ada dan menjadi ciri dalam kehidupan anak bangsa Indonesia kedepannya?
apa yang akan menjadi teladan bagi generasi mendatang? masihkah anak-anak mempelajari,
mempedomani, menghayati dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai luhur
bangsa. akankah nilai-nilai yang mengikat tersebut terkikis oleh kemajuan teknologi dan
pengetahuan serta budaya barat? Nilai-nilai luhur yang sudah menjadi ciri dan cerminan budi
pekerti bangsa Indonesia sejak dahulu kala.
Pembahasan :
Pancasila yang merupakan dasar Negara yang mengandung Nilai-nilai luhur yang harus
melekat dan menjadi ciri bangsa Indonesia, harus mampu tercermin dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari.
Pancasila merupakan pondasi, azas dan pandangan serta pedoman hidup bangsa Indonesia.
Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang yang mengatur tatanan kehidupan dan menjadi ciri
bangsa yang dimiliki oleh rakyat Indonesia.
Kemajuan pengetahuan dan teknologi tersebut kiranya dapat menjadi sarana untuk
memudahkan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya yakni mewujudkan masyarakat yang
sejahtera mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut menjaga ketertiban dunia sebagaimana
yang tercantum pada alinea ke 4 pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia terutama generasi muda harus memahami, mempelajari dan menanamkan
serta mempedomani nilai-nilai luhur pancasila sebagai pondasi moral dalam kehidupan
sehari-hari serta harus terus menjaga jati diri bangsa yang berbeda dengan bangsa-bangsa
yang lain.
Sejenak mari kita kembali mengenang nilai-nilai luhur dari sila-sila pancasila secara garis
besar yang harus selalu terpatri dan menjadi pedoman hidup setiap rakyat Indonesia terutama
generasi penerus yang akan melanjutkan kehidupan mengisi kelangsungan pembangunan dan
kedamaian negeri tercinta ini agar ciri khas akhlak dan budi pekertinya selalu berada dalam
koridor nilai luhur pancasila
3. Persatuan Indonesia
Nilai luhur pada Sila Persatuan Indonesia ini adalah merupakan nilai inti dalam bernegara
dan berbangsa yakni adanya satu arah dan satu tekat untuk menjaga kedaulatan bangsa dan
negara. Semua warga negara harus memiliki satu tujuan yakni menjaga persatuan dan negara
yang kokoh berdaulat aman dan menumbuhkan spirit cinta tanah air.
Warga negara harus siap membela negara dari berbagai ancaman persatuan Indonesia baik
ancaman dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri Indonesia.
Setiap warga negara harus menempatkan kepentingan persatuan dan kesatuan dan
keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi, atau golongan, selalu mempertahankan rasa
nasionalisme, mengobarkan semangat untuk membela tanah air, memiliki kebanggaan pada
tanah air, mencintai perdamaian bersatu untuk persatuan Indonesia.
Penanaman nilai-nilai ideologi Pancasila di era digital melalui media online sangat
diperlukan. Dengan formula dan metode yang tepat, seluruh masyarakat Indonesia termasuk
generasi milenial dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam pelaksanaannya diperlukan program
pendidikan dan teladan yang lebih baik secara struktural. Untuk itu diperlukan cara yang
kreatif, terutama mendekatkan diri dengan generasi muda, dengan menggunakan teknologi,
ilmu pengetahuan, media sosial dan pendekatan yang kreatif. Pancasila sebagai ideologi
dapat diartikulasikan ke dalam berbagai bentuk kehidupan nyata. Sebagai ideologi terbuka,
Pancasila tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Sila
ketuhanan adalah semangat kebangsaan, sila kemanusiaan adalah karakter bangsa, dan ajaran
persatuan adalah ikatan nasional. Adapun sila keempat, yang membahas tentang demokrasi
sebagai sarana atau sarana kewarganegaraan Indonesia, sila kelima keadilan sosial adalah
tujuan kewarganegaraan Indonesia. Bangsa Indonesia harus kuat menjaga ideologi Pancasila
agar tidak berantakan dan membuang waktu.
“Ketahanan ideologi Pancasila kembali dialami ketika dunia memasuki era globalisasi, di
mana banyak ideologi alternatif merambah ke setiap anggota bangsa melalui media massa
yang tersedia untuk seluruh anak bangsa,” kata Wakil Direktur Strategis Riset. . Prof. dr.
Pergi. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) pada Senin, 9 Maret
2020 di Ruang Gatot Kaca untuk mencari cara mewujudkan nilai-nilai Pancasila di era
globalisasi.
Reni menjelaskan bahwa Pancasila sebenarnya adalah ideologi terbuka, yaitu ideologi yang
terbuka untuk menerima nilai-nilai baru yang dapat berguna bagi kelangsungan hidup bangsa.
Di sisi lain, perlu adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi-ideologi baru. Jika
Indonesia tidak hati-hati, masyarakat cenderung mengikuti arus ideologi asing, sedangkan
ideologi asli bangsa Indonesia yaitu Pancasila malah dilupakan baik dari segi nilai maupun
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Komisioner DPR I Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E. menjelaskan tantangan ke
depan hari ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif yang mudah diakses
oleh semua kalangan melalui media, seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal ini
juga menyebabkan menurunnya intensitas pembelajaran Pancasila di masyarakat, serta
kurangnya efektifitas dan daya tarik pembelajaran Pancasila.
Tantangan selanjutnya adalah eksklusi sosial yang mengiringi derasnya arus globalisasi yang
berujung pada intensifikasi politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial
berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati masyarakat Indonesia juga
menjadi tantangan untuk mendorong nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah
arus globalisasi.
Saat itu, Dave juga memberikan rekomendasi penerapan nilai-nilai Pancasila di era
globalisasi. Pertama, memanfaatkan perkembangan teknologi yang menarik minat generasi
muda dan masyarakat.
Rekomendasi selanjutnya adalah memajukan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan
dan/atau pembelajaran berkelanjutan di segala bidang dan bidang. Oleh karena itu, Dave
memandang perlu adanya kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi, yaitu
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).
Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., Analis Kebijakan, Departemen Sekolah Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI),
menanggapi pernyataan Dave, menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat
dalam mata pelajaran Pancasila . dan Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN) dengan
penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak perkembangan
global juga berdampak pada anak-anak.
Menurut Juan, Pancasila tetap menjaga kedaulatan negara dan perlindungan hukum, serta
melindungi hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting
untuk menanamkan kesadaran akan kemungkinan bahaya gangguan eksternal yang dapat
merugikan dan menantang siswa untuk mempertahankan identitas nasionalnya dan
meningkatkan ketahanan mental dan ideologi kebangsaannya.
“Representasi sosial Pancasila yang diingat masyarakat adalah Pancasila ideologi toleransi,
ideologi pluralisme Pancasila dan ideologi multikulturalisme Pancasila,” kata Prof. dr.
Hamdi Moeloek.
Representasi sosial Pancasila merupakan kerangka nilai-nilai negara dan rakyat, yang
merupakan jati diri bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan jika Pancasila menjadi acuan,
maka realisasi nilai-nilai Pancasila akan lebih terlihat dalam praktik negara, misalnya ketika
membuat kebijakan politik. Lebih lanjut Hamdi menjelaskan bahwa Pancasila tampaknya
mampu memberikan solusi di tengah perbedaan ideologi, seperti sosialis dan liberal, serta
politik identitas berbasis agama, kebangsaan, dan kepentingan.
Peranan Pancasila dinilai sangat berpengaruh dalam kehidupan, apalagi di era teknologi yang
serba cepat saat ini. Bahkan, perkembangan teknologi dapat dilihat bahkan di desa-desa
terpencil di seluruh negeri. Salah satu desa yang menerapkan pengembangan teknologi yang
selaras dengan ideologi Pancasila adalah Desa Pandanlandung di Kecamatan Wagiri,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Aris Heru Utomo, Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan
Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), mengatakan Pancasila dapat
mengembangkan karakter positif dalam perilaku media sosial. “Dan sosialisasi BPIP.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, semangat Pancasila hidup di desa," kata Aris dari
Camat Pandanlandung Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (11/11). Sementara itu, Wiroso
Hadi, Kepala Desa Pandanlandung. , berbicara tentang nilai budaya Pancasila. Beliau adalah
pemersatu dari masyarakat hingga pilar desa. "Dengan mengajarkan nilai-nilai budaya desa,
kita tidak membakar Pancasila sebagai pemersatu dan harus dilestarikan," kata Wiroso. Desa
Pandanlandung dipilih karena salah satu tujuannya berkaitan dengan desa.Kegiatan BPIP
yaitu sosialisasi Pancasila di Kabupaten Malang.”Tujuan kita benar-benar memanfaatkan
internet dan media sosial untuk perangkat desa,” kata Aris. Baca juga: Dua Desa Akan
Dimekarkan di Pamekasan “Kami melihat desa ini telah mengadopsi teknologi informasi
dalam kegiatan sehari-hari, seperti membangun sistem informasi desa dan sistem pemetaan
desa,” tambahnya. Dengan demikian, komunikasi Pancasila merupakan kegiatan positif yang
dilakukan. Desa Pandanlandung yang tidak ketinggalan dalam pemanfaatan teknologi
informasi menjadi contoh bagi masyarakat desa lainnya bahwa desa tersebut memiliki
kemampuan seperti itu. Dimiliki oleh Desa Pandanlandung, sistem ini bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam menggunakan teknologi untuk menerima layanan publik
sebanyak mungkin. Namun sistem tersebut perlu dimaksimalkan dan disosialisasikan kembali
agar masyarakat dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin. “Masih perlu disosialisasikan
melalui RT, agar masyarakat tidak harus ke kantor membawa aplikasi”, jelas kepala desa.
Wiroso menilai Pancasila sering terabaikan dalam perkembangan teknologi. Menghapus nilai
Pancasila dari kesewenang-wenangan orang dalam jejaring sosial. Oleh karena itu, diperlukan
suatu cara untuk menggunakan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan teknologi.
Beginilah cara orang lebih pintar di media sosial. “Teknologi sangat membantu. Peran
Pancasila dalam teknologi atau media sosial membuat masyarakat saling menghormati,”
ujarnya. Karena karakter Desa Pandanlandung, diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa
lain untuk memanfaatkan ideologi Pancasila melalui pengembangan teknologi. “Kita
berharap nilai-nilai Pancasila yang dihayati dan mengakar di masyarakat dapat dilestarikan
dan disebarkan ke daerah lain, agar daerah lain bisa meneladaninya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga sampai ke masyarakat luas. mati..,” pungkas Aris.
2. Saran
- Agar kita selalu memperdalam dan menggali makna dan arti Pancasila dalam teori dan
praktik dalam kehidupan sehari-hari.
- Agar kita generasi “old” tetap memberikan sosialisasi dan keteladanan kepada generasi
“milenium” tentang nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
- Memanfaatkan kemajuan iptek dalam mengamalkan dan mengimplementasikan nilai-nilai
luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.