DALAM ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ Konsep Ketuhanan Dalam Islam “ dapat
selesai dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Abraham Nurcahyo, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak Ichwanul Abrori, S.Ag., M.A. selaku pembimbing yang telah sabar dan
meluangkan waktu untuk memberi bimbingnan dan arahan kepada penyusun dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman – teman dari prodi sejarah yang telah memberikan semangat, yang tidak bisa
penyusun ungkapkan satu persatu. Serta berbagai pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih belum sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak dan semoga
makalah ini bermanfaat. Aamiin.
Madiun, Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
D. Manfaat........................................................................................................ 2
II. PEMBAHASAN
A. Siapakah Tuhan Itu...................................................................................... 3
B. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan ............................................... 4
C. Tuhan Menurut Agama-agama .................................................................... 5
D. Pembuktian Wujud Tuhan .......................................................................... 6
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan
nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya.
Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan
tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan
diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Sesungguhnya amalah lahiriyah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan
mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut.
Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak
serta perilaku kesehariaan.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai
membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar,
pikir dan akal budi mereka”. Maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif
pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam isi spiritualitasnya dan
berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera
diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan
berasal dari ajaran spiritualitas islam.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah tuhan itu?
2. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan?
3. Bagaimana tuhan menurut agama-agama lain?
4. Bagaimana pembuktian wujud tuhan?
C. Tujuan
1. Mengetahui siapa tuhan itu.
2. Mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang tuhan.
3. Mengetahui pengertian tuhan menurut agama-agama lain.
4. Mengetahui pembuktian wujud tuhan.
D. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang konsep ketuhanan dalam islam
2. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan
3. Untuk meningkatkan wawasan tentang Tuhan dalam aspek kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
hasil pemikiran tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari
mengatakan: “Monoteisme bukan hasil akhir dan proses pemikiran tentang Tuhan,
sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin justru berputar
Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid
atau ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara
keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan
mempertahankan keimanan.
atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada
3. Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan perbuatan
manusia sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti
wayang. Ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada gunanya.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan tengah
Islam, menyebutkan nama Tuhan dengan sebutan Allah. Nama allah dapat dilihat
pada surat Al Ikhlas ayat 1 dan 2. Dapat dilihat juga pada surat Al Fatihah ayat 1, Al
Hajj ayat 73 dan ayat-ayat lain
Katolik dan Kristen
Ajaran ketuhanan dalam Kristen termasuk Gereja Romawi Katholik adalah
sebagaimana tercantum dalam Kredi imam Rasuli yaitu Tri Tunggal yang terdiri dari
Allah Bapa, Allah Putra, dan Roh Kudus, ketiganya adalah pribadi Allah.
Hindu
Ajaran ketuhanan sebagaimana tertuang dalam Rg veda 1.1164, mereka menyebut
Tuhannya dengan Indra, Mitra, Waruna, Agni. Dalam istilah Tuhan Yang Maha Esa,
1
disebut Dewa. Dewa mengandung dua pengertian yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan
Dewa yang diciptakan yang paling tinggi
Budha
Budha adalah sebutan bagi orang yang mencapai kesempurnaan. Orang yang
mencapai kesempurnaan adalah Sidharta Gautama.
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi,
dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah
yang diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia,
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya
pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini
juga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya
tentang adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya
makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu
tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan
mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hukum
kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
pembatasan perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin
azali.
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih
menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan energi
Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung,
serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah
bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai
hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.
Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya butiran pasir yang
ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya
dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi, dan menyelesaikan
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar dari porosnya
dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil
setiap setahun sekali. Dan sembilan planet tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi
Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama dengan planet-planet
dan asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.00 mil perjam.
Disamping itu masih ada ribuan sistem selain sistem tata surya kita dan setiap sistem
mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada
garis edarnya. Galaxy sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan
Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti.
Berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Bahkan akan
menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya itu pasti ada kekuatan yang maha besar yang
membuat dan mengendalikan semuanya itu, kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.
Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya “Seluruh
puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah Swt
sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang terjemahannya
ciptaannya dan memberi petunjuk”. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang
dan memberi petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak
terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.
Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah jamak dari yaum yang
berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode dan tentunya membutuhkan proses
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya
jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepada
manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan
mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu
pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Konsep tentang Ketuhanan, menurut pemikiran manusia, berbeda dengan
konsep Ketuhanan menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut pemikiran
manusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme, tidak memberikan tempat bagi
ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham
panteisme meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan adalah Zat-Nya, bukan
ajaran-Nya. Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah konsep
ketuhanan secara fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep ketuhanan dalam Islam
adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan ciptaan-Nya.
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim
bagi semesta alam.
Daftar Pustaka