Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : M. Bakhruddin, M.Pd. I

Disusun oleh :

1. Herlambang (20210660010)
2. Putri Wulansari (20220660036)
3. Voni Andira Putri (20210660005)

KELAS A
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Setelah memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi M
aha Panyayang, tak lupa kami hanturkan semoga sholawat dan salam senantiasa dicurah
limpahkan kepada panutan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan segenap
sahabatnya. Puji syukur juga kami panjatkan karena sesuai dengan jadwal kami dapat menyel
esaikan penulisan ilmiah tentang ”Konsep Ketuhanan dalam Islam”.

Kami telah berusaha maksimal sesuai dengan kemampuan Kami untuk menyusun
makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Sumber dari makalah ini adalah
literatur-literatur dari berbagai sumber baik media cetak maupun yang berasal dari kami
berselancar di dunia maya. Makalah ini terselesaikan berkat bantuan dari banyak pihak,
sehingga pada kesempatan ini tak lupa kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah
ini adanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi isi
maupun tata-cara kami menyampaikanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mener
ima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya tulis ilmiah ini.

    
Surabaya, 18 Oktober 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….…..iv
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..…….v
C. Tujuan……………………………………………………………………..……...v
D. Manfaat…………………………………………………………………..……….v
BAB II PEMBAHASAN
A. Menjelaskan Konsep Ketuhanan dalam Islam……………………………...........vi
B. Mendeskripsikan Makna Tauhid .……………………………………......………vi
C. Menjelaskan Macam – macam Tauhid…………………………..…........………
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………..………..
B. Saran………………………………………………………………………...........
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membicarakan tentang ketuhanan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah a
gama. Ini karena inti dari semua agama adalah berasal dari keyakinan adanya hakikat yang di
yakni sebagai Tuhan, yaitu realita zat atau sesuatu supranatural, yang paling tinggi, yang pali
ng agung, yang suci, yang menciptakan dan menghidupkan manusia, tempat bergantung, yan
g di kagumi sekaligus dan sebagainya.

Tuhan menurut agama-agama besar dunia di sebut Allah (Islam), Allah/yesus (kriste
n), Yahweh (Yahudi), Sang Hyang Widhi (Hindhu), dan Thian (Kong Hu Chu) Dalam hal ini
hubungan antara Agama dan Tuhan yang dapat di jadikan kajian penelitian Agama adalah seb
agai berikut : Paham manusia tentang Tuhan, pengetahuan manusia dengan Tuhan, gambaran
manusia tentang Tuhan dan tanggapan manusia tentang Tuhan.

Paham manusia tentang Tuhan meliputi berbagai jenis kepercayaan seperti kepercaya
an Monotheisme, Polyteisme, Monisme Dan Henotheisme. Monotheisme berasal dari kata yu
nani Monos berarti tunggal, sendirian, satu- satunya, tidak ada yang lain dan theos yang berar
ti tuhan. Semua agama-agama membincangkan tentang konsep ketuhanan sebagai suatu perk
ara yang penting untuk di pahami dan menjadikan pegangan hidup umatnya.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, T
uhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia m
eliputi semua tempat dan segala realitas wujud.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep Ketuhanan dalam Islam
2. Apa dan bagaimana makna Tauhid
3. Apa saja macam – macam Tauhid

C. Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui makna Konsep Ketuhanan dalam Islam
2. Agar pembaca mengetahui apa makna Tauhid
3. Agar pembaca mengetahui apa saja macam – macam Tauhid

D. Manfaaat
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang Konsep Ketuhanan dalam Islam
2. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan
3. Untuk meningkatkan wawasan tentang Tuhan dalam aspek kehidupan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Ketuhanan dalam Islam

Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-Ilah sebagai berikut:

Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah
ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989 : 56)

Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan
logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu,
orang-orang komunis pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi
atau angan-angan (utopia) mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan
“melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari
segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu
Tuhan, yaitu Allah SWT.

Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa
menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibnu Sina wa Ibnu
Rusyd”  yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku Segi-segi Pemikiran
Falsafi dalam Islam. 
Beliau mengatakan : Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu ;
tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal tanpa
pemeliharaan-Nya. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus
sekali pun. Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari
siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang maha indah dan agung.

1. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

a. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik
yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah
agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori
tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB
Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang
Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:

 Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda
disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu),
dan syakti (India).

Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera.
Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat
diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

 Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap
benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu,
roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak
senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak
terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh.
Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan roh.

 Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,


karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain
kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan
bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi
masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.

 Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh


karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut
dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan
satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).

 Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam


monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh


Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang
Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang
khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan
evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa
Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami
sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara
evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan
pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan
masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul
kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal
dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27).

b. Pemikiran Umat Islam


Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin
Abi Thalib dengan kelompok Mu’awiyyah. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat
liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran
tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis
dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang
sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan
tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran
tersebut yaitu :

 Mu’tazilah

Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal


pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis
ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk
mempertahankan kedudukan keimanan. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok
Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

 Qodariah

Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat.


Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang
menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
 Jabariah

Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan


berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini
merupakan pecahan dari Murji’ah

 Asy’ariyah dan Maturidiyah

Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan
Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat
Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan
dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja
diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia
keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini,
umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa
dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.

B. Makna Tauhid
Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tauhid bentuk masdar (infinitif)
dari kata wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Alla
h).  Sedangkan pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa dan t
idak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha illa A
llah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti Satu. Allah
tidak boleh dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak dikaitk
an dengan bilangan. Tauhid dalam agama Islam adalah menjadikan Allah sebagai satu-satuny
a sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Oleh karena itu, setiap pemeluk aga
ma Islam merupakan orang yang yakin bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa (tunggal)
dan meyakini seluruh sifat-sifat Allah. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas mengataka
n keesaan Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai berikut:

)4( ‫) َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬3( ‫) لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬2( ‫ص َم ُد‬
َّ ‫) هَّللا ُ ال‬1( ‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬
Artinya: Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang berga
ntung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak a
da seorangpun yang setara dengan Dia.”
Dari ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa Allah itu Maha Esa. Keesaan Alla
h SWT itu menurut M Quraish Shihab mencakup keesaan Zat, keesaan Sifat, keesaan Perbuat
an, serta keesaan dalam beribadah kepada Nya. Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa s
eseorang harus percaya bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian.
Karena, bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih—betapapun kecilnya
unsur atau bagian itu—maka ini berarti Dia membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan
kata lain, unsur atau bagian ini merupakan syarat bagi wujud-Nya.
Adapun keesaan dalam sifat-Nya, mengandung pengertian bahwa Allah memiliki sifat
yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi
bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat tersebut sama. Sebagai contoh, kata rahim
merupakan sifat bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk rahmat atau kasih sayang
makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang Allah berbeda dengan rah
mat makhluk-Nya. Allah Esa dalam sifat-Nya, sehingga tidak ada yang menyamai substansi d
an kapasitas tersebut. Keesaan dalam perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu y
ang berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya a
dalah hasil Perbuatan Allah semata. Sedangkan keesaan dalam beribadah merupakan perwuju
dan dari ketiga keesaan di atas. 
  َ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬ َ ‫قُلْ ِإ َّن‬
َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ يَا‬
Katakanlah: ”sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku, semuanya karena Al
lah, Pemelihara seluruh alam.” (Q.S. al-An’am[6]:162).  Dari sini dapat disimpulkan bahwa s
egala bentuk peribadatan harus ditujukan hanya kepada Allah semata. Hanya Allah yang waji
b disembah. Tidak boleh peribadatan itu ditujukan kepada selain Allah Swt.

Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi tersebut adala
h pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta yang mutla
k dan penguasa segala yang ada. Keterangan ini merupakan bukti, tak dapat diragukan lagi ba
hwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu esensi pengetahuan yaitu tauhid.
Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujud Allah sebagai suatu keharusa
n fitrah manusia, namun lebih dari itu memfokuskan aqidah tauhid yang merupakan dasar aqi
dah dan jiwa keberadaan Islam.Islam datang disaat kemusyrikan sedang merajalela disegala p
enjuru dunia.Tak ada yang menyembah Allah kecuali segelintir umat manusia dari golongan
Hunafa, (pengikut nabi Ibrahim as) dan sisa-sisa penganut ahli kitab yang selamat dari pengar
uh tahayul animisme maupun paganisme yang telah menodai agama Allah. Sebagai contoh ba
ngsa arab jahiliyah telah tenggelam jauh kedalam paganisme, sehingga Ka’bah yang dibangu
n untuk peribadatan kepada Allah telah dikelilingi oleh 360 berhala dan bahkan setiap rumah
penduduk makkah ditemukan berhala sesembahan penghuninya.

C. Macam – macam Tauhid


Tauhid mempunyai beberapa macam, ada tauhid uluhiyah, tauhid ubudiyah, dan
tauhid rububiyah. Macam-Macam Tauhid menurut pembagiannya:

1. Tauhid Rububiyah

Rububiyah berasal dari kata Rabb, dari sisi bahasa berarti tuan dan pemilik. Dikatakan
Rabb ad-Dar berarti tuan rumah Secara etimologi yaitu menumbuhkan, mengembangkan,
sedangkan secara terminology berarti keyakinan bahwa Allah swt. Adalah Tuhan Pencipta
semua makhluk dan alam semesta. Dalam hal ini, seluruh golongan manusia diklaim sudah
bertauhid.

Ibnu Abdil Izz, salah satu pendukung fanatik Ibnu Taimiyah menjelaskan:

ِ ‫ت َواأْل َ ْف َع‬
،‫ال‬ ِ ‫صفَا‬ ِّ ‫صانِ َعا ِن ُمتَ َكافِئَا ِن فِي ال‬َ ‫ْس لِ ْل َعالَ ِم‬
َ ‫ َوأَنَّهُ لَي‬،‫ق ُكلِّ َش ْي ٍء‬ ُ ِ‫ار بِأَنَّهُ خَال‬
ِ ‫ َكاإْل ِ ْق َر‬،‫ َوه َُو تَوْ ِحي ُد الرُّ بُوبِيَّ ِة‬:‫َوأَ َّما الثَّانِي‬
‫ َوهَ َذا التَّوْ ِحي ُد لَ ْم يَ ْذهَبْ إِلَى‬،‫ير ِم ْن أَ ْه ِل النَّظَ ِر َو ْالكَاَل ِم َوطَائِفَ ٍة ِمنَ الصُّ وفِيَّ ِة‬ٍ ِ‫ َوهُ َو ْالغَايَةُ ِع ْن َد َكث‬،‫ْب فِي ِه‬ َ ‫ق اَل َري‬ ٌّ ‫َوهَ َذا التَّوْ ِحي ُد َح‬

ِ ‫ار بِ ِه أَ ْعظَ َم ِم ْن َكوْ نِهَا َم ْفطُو َرةً َعلَى اإْل ِ ْق َر‬


َ‫ار بِ َغي ِْر ِه ِمن‬ ِ ‫ بَ ِل ْالقُلُوبُ َم ْفطُو َرةٌ َعلَى اإْل ِ ْق َر‬،‫طائِفَةٌ َم ْعرُوفَةٌ ِم ْن بَنِي آ َد َم‬
َ ‫ض ِه‬
ِ ‫نَقِي‬
ِ ‫ْال َموْ جُودَا‬
‫ت‬

Artinya: “Yang kedua adalah tauhid rububiyah, seperti pengakuan bahwasanya Allah


adalah pencipta segala sesuatu dan bahwasanya alam semesta tidak mempunyai dua
pencipta yang setara dalam sifat dan perbuatannya. Tauhid ini adalah benar tanpa
diragukan lagi. Ia adalah puncak menurut banyak pemikir dan ahli kalam serta segolongan
Sufi. Tauhid jenis ini tidak ditentang oleh kelompok Bani Adam mana pun yang dikenal,
tetapi sudah ada fitrah dalam hati untuk mengakuinya lebih besar dari fitrah untuk mengakui
seluruh eksistensi lain.” (Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 79)

Kemudian, Ibnu Abdil Izz lebih lanjut mengklaim, sleuruh kaum musyrik non muslim
tidak ada yang meyakini Tuhan mereka sebagai sekutu Allah SWT dalam menciptakan alam
semesta. Beliau berkata:
‫ال أَ ْمثَالِ ِه ْم ِم ْن ُم ْش ِر ِكي اأْل ُ َم ِم ِمنَ ْال ِه ْن ِد‬
ِ ‫ بَلْ َكانَ َحالُهُ ْم فِيهَا َك َح‬،‫ق ْال َعالَ ِم‬
ِ ‫ار َكةٌ هَّلِل ِ فِي خَ ْل‬
ِ ‫َولَ ْم يَ ُكونُوا يَ ْعتَقِ ُدونَ فِي اأْل َصْ ن َِام أَنَّهَا ُم َش‬
‫ك َو ْالبَرْ بَ ِر َو َغي ِْر ِه ْم‬ِ ْ‫َوالتُّر‬

Artinya: “Mereka (kaum musyrik jahiliyah) tidak meyakini bahwa berhala-berhala mereka


adalah sekutu Allah dalam penciptaan Alam semesta, tetapi keyakinan mereka sama seperti
keyakinan kaum musyrik lain dari berbagai umat, dari India, Turki, Barbar dan selainnya.”
(Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 81)

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah artinya mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib
disembah dan tidak ada tuhan lain selain Dia. Pengakuan dan keyakinan bahwa Allah swt
adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah yang direalisasikan dalam bentuk ibadah.

Ibnu Taimiyah mengatakan:

َ َ‫ ْال ُمت‬،‫َوإِنَّ َما التَّوْ ِحي ُد الَّ ِذي أَ َم َر هَّللا ُ بِ ِه ْال ِعبَا َد هُ َو تَوْ ِحي ُد اأْل ُلُو ِهيَّ ِة‬
،‫ بِأ َ ْن يُ ْعبَ َ¨د هَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل يُ ْش ِر ُكونَ بِ ِه َش ْيئًا‬،‫ض ِّمنُ لِتَوْ ِحي ِد الرُّ بُوبِيَّ ِة‬
َ‫ َويُب ِْغضُون‬،ِ ‫ فَيُ ِحبُّونَ هَّلِل‬،‫ َويَ ُكونُ هَّللا ُ أَ َحبَّ إِلَى ْال َع ْب ِد ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء‬،ُ ‫ َواَل يُ ْدعَى إِاَّل هَّللا‬،ُ ‫ َواَل يُ َخافُ إِاَّل هَّللا‬،ِ ‫فَيَ ُكونُ الدِّينُ ُكلُّهُ هَّلِل‬
‫ُون هَّللا َ َويَت ََو َّكلُونَ َعلَ ْي ِه‬
¨َ ‫ َويَ ْعبُد‬،ِ ‫هَّلِل‬

Artinya: “Sesungguhnya tauhid yang diperintahkan oleh Allah kepada para hamba-Nya hany
alah Tauhid Uluhiyah yang sudah mencakup tauhid rububiyah, dengan cara menyembah All
ah tanpa menyekutukannya dengan sesuatu pun sehingga agama seluruhnya menjadi milik A
llah, tak ditakuti selain Allah, tak diseru kecuali Allah, Allah menjadi yang paling dicintai da
ri apa pun sehingga cinta dan marah karena Allah, dan menyembah Allah dan pasrah terhad
ap Allah.” (Ibnu Taimiyah, Minhâj as-Sunnah, juz III, halaman 289-290)

3. Tauhid Asma’ Wa sifat

Tauhid Asma’ Wa Sifat yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya,
sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur’an dan Sunah Rasul-Nya. Maka barang siapa
yang mengingkari nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya atau menamai Allah dan menyifati-
Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya atau menakwilkan dari maknanya yang
benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan
Rasulnya.

Adapun tauhid al-asma’ was-shifat definisikan oleh Ibnu Taimiyah dan pengikutnya s
ebagai berikut:

‫ وهو اإليمان بكل ما ورد في القرآن الكريم واألحاديث النبوية الصحيحة من أسماء هللا وصفاته‬:‫توحيد األسماء والصفات‬
‫التي وصف بها نفسه أو َوصفه بها رسوله على الحقيقة‬.

Artinya: “Tauhid al-Asma’ was-Shifat, yakni beriman pada semua yang ada dalam al-Qur’a
n yang mulia dan hadits-hadits nabi yang sahih yang terdiri dari nama-nama Allah dan sifat-
sifatnya yang disifati sendiri oleh Allah dan Rasul secara hakikat.” (Syahatah Muhammad Sa
qar, Kasyf Syubahât as-Shûfiyah, halaman 27).

4. Tauhid Ubudiyah

Suatu keyakinan bahwa Allah swt, merupakan Yuhan yang patut disembah, ditaati, di
puja dan diagungkan. menghambakan diri dengan keikhlasan tanpa disertai penyimpangan da
n penyesatan. Sehingga beliau juga menyebutkan mengenai perincian dari hakikat tauhid bah
wa, “ tidaklah disebut bertauhid hingga mengakui bahwa tiada tuhan selain allah. Dan juga m
engakui bahwa dialah ilah yang sesungguhnya bagi hamba. Lalu menyerukan peribadatan han
ya kepada allah tanpa disertai penyelewengan.

BAB III
PENUTUP
A.                Simpulan
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan dapat
diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh manusia
terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang
dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan
dirinya dikuasai ol eh-Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”.
Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam
hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

B.                 Saran
Sebagai  pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk  lebih
memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

http://myseainah.blogspot.com/2017/09/makalah-kel1-pai-fhukum-konsep.html

https://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-
dalam.html

http://repository.uin-suska.ac.id/5820/2/bab%20i.pdf

https://www.merdeka.com/trending/inilah-3-macam-tauhid-menurut-ibnu-taimiyah-
kln.html?page=4

https://kumparan.com/berita-terkini/kenali-pengertian-tauhid-dan-contoh-
penerapannya-dalam-kehidupan-sehari-hari-1uuNetH7sFT

https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid

Anda mungkin juga menyukai