Anda di halaman 1dari 26

ULASAN TEMA KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Maulana Ridho Alfarizqa


NIM : F1B020076
Fakultas&Prodi:Teknik Elektro
Semester : Semester 1(Pertama)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini
tepat pada waktunya

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
semoga syafaatnya mengalir pada kita diakhirat kelak.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak


Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos, sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan
Agama Islam
sehingga tugas ini dapat tersusun dengan struktur yang baik dan benar

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada para pembaca
walaupun saya menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari kata sempurna.
Besar harapan saya agar para pembaca memberi umpan balik berupa kritik dan saran.

Penyusun, Mataram 25 Oktober 2020

Maulana Ridho Alfarizqa


F1B020076

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits 5
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 11
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits 14
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum 17
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN

iii
Bab I
Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam

A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam

1. Siapakah Tuhan itu?

Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk


menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya….?”

Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya


sendiri:

“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu
selain aku.”

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa


mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun),
ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau
atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang
tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya


yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan

1
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya
(M.Imaduddin, 1989:56)

Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-
Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang
dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan
juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.

2. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

a. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur
sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya
proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian
dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses
perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah
sebagai berikut:

• Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada
pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda,
seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan
gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu
dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera,
tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

2
• Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap
benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena
itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa
tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar
manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus
menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah
salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

• Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,


karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari
yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu
sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya,
ada yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain
sebagainya.

• Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh


karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan
Tingkat Nasional).

• Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam


monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

b. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW.

3
Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang
bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya
perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan
kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat
Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual
sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak
pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran
tersebut yaitu:

➢ Mu’tazilah

yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian


akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang
islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara
posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain). Mu’tazilah lahir sebagai
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

➢ Qodariah

yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan


berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan
hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

➢ Jabariah

yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia
ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

➢ Asy’ariyah dan Maturidiyah

yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah

Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat
islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih
aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang
dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam.

4
Bab II
SAINS &TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

A. Pendahuluan

Kita semua tahu bahwa ilmu pengetahuan dan ilmu agama sama pentingnya bagi
kehidupan manusia, kedua ilmu itu saling mengisi dalam rangka mencapai kebahagiaan
di dunia maupun di akhirat. Albert Einstein juga mengatakan bahwa ‘science without
religion is blind and religion without science is lame’.

Ilmu pengetahuan tanpa dilandasi agama akan buta dan agama tanpa dilandasi ilmu
pengetahuan akan menjadi lumpuh. Pendapat Einstein ini sangat penting untuk umat
beragama, karena ilmu pengetahuan yang dikuasai dengan baik akan menjadi
bermanfaat bagi umat manusia berkat adanya tuntunan agama. Dalam hal ini agama
akan menjadi pelita yang menerangi pemanfaatan ilmu pengetahuan bagi kesejahteraan
umat manusia.

B. Ayat – Ayat Al-Qur’an Tentang Sains dan Teknologi

1. Q.S. An – Nur ayat 40

َ ‫ق بَعْض إِذَا أَ ْخ َر‬


‫ج يَ َد ُهۥ‬ ُ ‫ظلُ َٰ َمت بَ ْع‬
َ ‫ضهَا َف ْو‬ ُ ۚ ‫سحَاب‬ َ ‫ظلُ َٰ َمت فِى بَحْر لُّ ِجى يَ ْغ‬
َ ‫ش َٰىهُ َم ْوج ِمن َف ْو ِقهِۦ َم ْوج ِمن َف ْو ِقهِۦ‬ ُ ‫أَ ْو َك‬
‫ورا َف َما لَهُۥ مِ ن نُّور‬ ً ُ‫ٱّلل لَهُۥ ن‬
ُ َ ‫لَ ْم يَ َك ْد ي ََر َٰىهَا ۗ َو َمن لَ ْم يَ ْجعَ ِل‬

Terjemah Arti:
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya
ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia
mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada
diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.

Makna dari dalil tersebut yaitu Perumpamaan orang kafir yang berada dalam kegelapan;
kejahilan, kebingungan, dan hatinya terkunci. Siapa yang tiada diberi petunjuk dan ilmu
tentang kitab-Nya oleh Allah maka ia tidak akan mempunyai petunjuk yang bisa
menunjukinya, dan tidak pula mempunyai kitab yang menerangi jalannya.

Para ilmuwan abad ini memercayai, kedalaman 200 meter di bawah laut tidak bisa
ditembus oleh cahaya. Daerah ini disebut sebagai daerah afotik. Sedangkan, di bawah
1.000 meter sudah tidak dapat cahaya sama sekali. Selain gelap, ternyata di bawah laut
juga terdapat gelombang. Jadi, gelombang laut tidak hanya terdapat di permukaannya,
tapi juga di dalamnya. Fakta adanya kegelapan dan gelombang yang ada di laut dalam,
pernah dikemukakan para peneliti pada 1900 M.

2. Q. S. Al Furqan ayat 53
‫ورا‬ ً ِ‫ع ْذب فُ َرات َو َٰ َهذَا مِ ْلح أُجَاج َو َجعَ َل بَ ْينَ ُه َما ب َْر َز ًخا َوح‬
ً ‫جْرا َمحْ ُج‬ َ ‫ج ٱ ْلبَح َْري ِْن َٰ َهذَا‬
َ ‫َوه َُو ٱلَذِى َم َر‬

Terjemah Arti:
Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas
5
yang menghalangi.

Makna dari dalil tersebut menurut Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
yaitu “Dan Allah yang mengalirkan dua laut yang saling bertemu; salah satunya sangat
tawar dan yang lain sangat asin. Kami menjadikan di antara keduanya penghalang yang
menghalangi keduanya saling bercampur. Masing-masing memiliki arusnya; air yang
tawar berada di atas air yang asin.”

Adapun penemuan yang membuktikan dalil ini adalah ditemukannya sungai di dasar laut.
Penemuan tentang fenomena ini berawal ketika Jacques Yves Costeau, seorang ahli
kelautan (oceanographer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang melakukan
penelitian bawah laut di Cenota Angelita, Mexico. Penelitian tersebut dilakukan untuk
tayangan program televisi Discovery Channel.
Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya telah menyelam ke perbagai
dasar samudera di seantero dunia. Ia juga membuat film dokumenter tentang keindahan
alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Ketika dirinya melakukan eksplorasi di Mexico, ia menemukan air tawar di antara air laut
yang asin. Keduanya tidak bercampur, seolah-olah ada dinding atau membran yang
membatasi keduanya. Sontak, penemuan itu membuatnya takjub.
Costeau pun kembali menyelam lebih dalam lagi dan menyaksikan fenomena alam yang
lebih mengejutkan. Betapa tidak. Ia melihat ada sungai di dasar lautan. Sungai di bawah
laut itu ditumbuhi daun-daunan dan pohon. Para peneliti menyebut fenomena itu sebagai
lapisan Hidrogen Sulfida atau H2S.
Fenomena ganjil itu membuat heran Costeau dan mendorongnya untuk mencari
penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir
bahwa fenomena itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam.

Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan
jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut. Sampai pada suatu hari ia
bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena
ganjil itu.
Profesor itu teringat pada Alquran surat Al Furqan ayat 53, yang artinya: “Dan Dialah
yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang
lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi.”

4. Q. S. At Tur ayat 6

‫ور‬ ْ ‫َحْر ٱ ْل َم‬


ِ ‫س ُج‬ ِ ‫َوٱ ْلب‬

Terjemah Arti:
Dan laut yang di dalam tanahnya ada api,

Makna dari dalil tersebut menurut tafsir An-Nafahat Al-Makiyyah / Syaikh Muhammad bin
Shalih asy-Syawi yaitu “Dan lautan yang diluapkan api”, yakni penuh air. Allah
menahannya agar tidak meluap ke dataran bumi, meski secara alamiah, air bisa
menutupi permukaan bumi, namun hikmah dan kebijaksanaan Allah mengharuskan air
tersebut tertahan dan tidak bisa menggenangi seluruh permukaan bumi, agar berbagai
jenis hewan bisa hidup. Ada yang menyatakan bahwa maksud dari kata ‘almasjur’ adalah
6
dinyalakan, yakni, apa yang akan dinyalakan pada Hari Kiamat sehingga lautan menjadi
lautan membara yang penuh dengan berbagai macam siksa.

Adapun contoh penemuan yang membuktikan dalil ini yaitu Fenomena Api di Dasar Laut.
Fenomena ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri
Bagdanov, dan seorang ilmuwan asal Amerika Serikat.

Mereka meneliti kerak bumi dan patahannya di dasar laut lepas pantai Miami. Mereka
kemudian menemukan lava cair yang mengalir disertai abu vulkanik yang suhunya
mencapai 231 derajat celcius.

5. Q. S. Al Anbiya’ ayat 33

ْ َ‫س َوٱ ْلقَ َم َر ۖ ُك ٌّل فِى َفلَك ي‬


َ‫سبَ ُحون‬ َ ‫ق ٱلَ ْي َل َوٱلنَه‬
َ ‫َار َوٱلش َْم‬ َ َ‫َوه َُو ٱلَذِى َخل‬

Terjemah Arti:
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Dalil ini menjelaskan tentang Dia sendiri lah yang menciptakan malam sebagai waktu
istrahat, dan meciptakan siang sebagai waktu untuk mencari rezeki, juga menciptakan
matahari sebagai pertanda adanya siang, dan bulan sebagai pertanda adanya malam,
Keduanya matahari dan bulan ini masing-masing beredar pada garis edarnya, tidak
bergeser dan tidak pula berpindah darinya.

Contoh penemuan dari dalil ini yaitu fenomena Garis edar tatasurya.
Menurut ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam ke arah
bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex. Ini berarti matahari
bergerak sejauh 17.280.000 kilometer dalam sehari.

Selain matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan
dalam jarak ini. Semua bintang yang ada di alam semesta pun sama.

6. Q. S. Ar Rahman ayat 19-20

ْ َ‫س َوٱ ْلقَ َم َر ۖ ُك ٌّل فِى َفلَك ي‬


َ‫سبَ ُحون‬ َ ‫ش ْم‬ َ ‫ق ٱلَ ْي َل َوٱلنَه‬
َ ‫َار َوٱل‬ َ َ‫َوه َُو ٱلَذِى َخل‬

Terjemah Arti:
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Dalil tersebut mejelaskan di ayat 19 Allah mencampurkan antara dua lautan, yang asin
dan yang tawar saling bertemu yang tampak dilihat dengan mata.
dan di ayat 20 Di antara dua laut itu terdapat penghalang yang menghalangi salah satu
dari keduanya untuk melampaui ke yang lainnya, sehingga yang asin tetap asin dan yang
tawar tetap tawar.

Adapun contoh penemuan dari ayat tersebut yaitu fenomena Bertemunya dua Lautan.
Pertemuan antara dua arus laut ini terjadi di Selat Gibraltar, tepatnya di antara Spanyol
dan Maroko. Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut terjadi karena air laut dari
7
Samudera Atlantik dan dari Laut Mediterania memiliki karateristik yang berbeda, dilihat
dari suhu air, kadar garam, dan kerapatannya.

C. Hadits – Hadits Tentang Sains dan Teknologi

1. BUKHARI No. 3902 “TRANSPORTASI”

‫ع ْن ُه َما‬ َ ‫َّللا‬
َُ ‫ي‬ َ ‫عبَاس َر ِض‬ َ ‫َاصم ع َْن عَامِ ر ع َْن اب ِْن‬ ِ ‫ع َم ُر ْب ُن َح ْفص َح َدثَنَا أَبِي ع َْن ع‬ َ ‫َح َدثَنِي ُم َح َم ُد ْب ُن أَبِي ال ُح‬
ُ ‫سي ِْن َح َدثَنَا‬
‫ب‬ ْ َ
َ ‫اس فك َِرهَ أ ْن تَذ َه‬ َ َ َ َ
ِ َ‫سلَ َم مِ ْن أ ْج ِل أنَهُ كَانَ َح ُمولَة الن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َ ‫صلَى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْنهُ َر‬َ ‫َقالَ ََل أَد ِْري أَنَهَى‬
‫( َح ُمولَت ُ ُه ْم أ َ ْو ح ََر َمهُ فِي ي َْو ِم َخ ْيب ََر لَحْ َم ا ْل ُح ُم ِر ْاْل َ ْه ِل َي ِة‬BUKHARI – 3902)

Artinya : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abul Husain; Telah menceritakan
kepada kami Umar bin Hafsh; Telah menceritakan kepada kami ayahku dari ‘Ashim dari
‘Amir dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma mengatakan; “Saya tidak tahu, apakah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang keledai dikarenakan ia kendaraan
masyarakat sehingga beliau tidak ingin jika kendaraan (sarana transportasi) mereka
lenyap, atau memang beliau mengharamkannya pada hari Khaibar khusus daging
keledai jinak?”

Sanand : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abul Husain; Telah


menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh; Telah menceritakan kepada kami ayahku
dari ‘Ashim dari ‘Amir dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma mengatakan;

Matan : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang memakan keledai dikarenakan


ia kendaraan

2. BUKHARI No. 2124 PERTANIAN

‫َّللا‬
ِ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫طى َر‬ َ ‫اْل َ ْع‬
َ ‫ع ْنهُ َق‬ َ ‫َّللا‬ َُ ‫ي‬ َ ‫َّللا َر ِض‬
ِ َ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫س َما َء ع َْن نَافِع ع َْن‬ ْ َ ‫س َماعِي َل َح َدثَنَا ُج َوي ِْريَةُ ْب ُن أ‬ ْ ‫سى ْب ُن ِإ‬ َ ‫َح َدثَنَا ُمو‬
ََ‫ع َم َر َح َدثَهُ أن‬ َ‫ن‬
ُ ‫َاوأنَ ا ْب‬ َ ْ
َ ‫ج مِ نه‬ ْ
ُ ‫شط ُر َما يَخ ُر‬ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ
َ ‫سل َم خ ْيب ََر اليَ ُهو َد أن يَ ْع َملوها َويَز َرعُوها َول ُه ْم‬ ْ َ َ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ ُ َ ‫صلَى‬
َ ‫َّللا‬ َ
‫علَ ْي ِه‬ َُ ‫صلَى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َ ‫ب‬
ِ َ ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ
‫َث‬ ‫د‬‫ح‬َ ‫ِيج‬‫د‬‫خ‬َ َ‫ن‬‫ب‬ْ ‫ع‬
َ ‫ف‬
ِ ‫ا‬ ‫ر‬
َ َ‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫و‬َ ُ ‫ه‬ ُ
‫ظ‬ َ ‫ف‬‫ح‬ْ َ ‫أ‬ َ
‫َل‬ ‫ِع‬ ‫ف‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫ه‬
ُ ‫ا‬‫م‬َ ‫س‬
َ ‫ء‬ ‫ي‬
ْ ‫ش‬
َ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ى‬ ‫ْر‬
َ ‫ك‬ ُ ‫ت‬ ْ‫ت‬ َ ‫ن‬‫َا‬
‫ك‬ ‫ع‬
َ ‫ار‬
ِ َ
‫ز‬ ‫م‬
َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬
‫ع َم ُر‬ َ َ‫ع َم َر َحتَى أ‬
ُ ‫جَْلهُ ْم‬ ُ ‫َّللا ع َْن نَا ِفع ع َْن اب ِْن‬ ِ َ ‫ع َب ْي ُد‬ُ ‫ع َو َقا َل‬ ِ ‫سلَ َم نَهَى ع َْن ك َِراءِ ا ْل َم َز ِار‬ َ ‫( َو‬BUKHARI –
2124)

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’ dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengadakan kerjasama kepada orang Yahudi dari tanah
khaibar agar dimanfaatkan dan dijadikan ladang pertanian dan mereka mendapat
separuh hasilnya. Dan bahwa Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma menceritakan kepadanya
bahwa ladang pertanian tersebut disewakan untuk sesuatu yang lain, yang disebutkan
oleh Nafi’, tapi aku lupa. Dan bahwa Rafi’ bin Khadij menceritakan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menyewakan ladang pertanian (untuk usaha
selaian bercocok tanam). Dan berkata, ‘Ubaidullah dari Nafi’ dari Ibnu’Umar radliallahu
‘anhuma; Hingga akhirnya ‘Umar mengusir mereka (orang Yahudi).

Sanad : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il; telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’; dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu;

Matan : ladang pertanian (untuk usaha selaian bercocok tanam)

8
3. BUKHARI No. 1096 “PENGETAHUAN”

ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َ ‫َّللا َر ِض‬


ِ َ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫الرحْ َم ِن ْبنُ أَبِي ا ْل َم َوالِي ع َْن ُم َح َم ِد ب ِْن ا ْل ُم ْن َكد ِِر ع َْن جَابِ ِر ب ِْن‬ َ ‫َح َدثَنَا قُت َ ْيبَةُ َقا َل َح َدثَنَا‬
َ ‫ع ْب ُد‬
‫آن‬ِ ‫ورةَ مِ ْن ا ْلقُ ْر‬ َ ‫س‬ ُّ ‫ور ُك ِلهَا َك َما يُعَ ِل ُمنَا ال‬ ِ ‫ارةَ فِي ْاْل ُ ُم‬َ ‫ستِ َخ‬ ْ ‫سلَ َم يُعَ ِل ُمنَا ِاَل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ‫َّللا‬ ُ َ ‫صلَى‬ َ ‫َّللا‬
ِ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْن ُه َما َقالَكَانَ َر‬ َ
ْ
َ‫ستق ِد ُرك‬َ َ ْ
ْ ‫يركَ بِ ِعلمِ كَ َوأ‬ ُ ِ‫ستخ‬ َ َ َ ُ ُ
ْ ‫ض ِة ث َم ِليَق ْل الل ُه َم إِنِي أ‬ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ
َ ‫يَقو ُل إِذا ه َم أ َح ُد ُك ْم بِاْل ْم ِر فلي َْر َكعْ َر ْكعَتي ِْن مِ ن غي ِْر الف ِري‬ َ ُ
َ‫ب اللَ ُه َم إِ ْن ُك ْنتَ ت َ ْعلَ ُم أَن‬ِ ‫يم َف ِإنَكَ ت َ ْق ِد ُر َو ََل أَ ْق ِد ُر َوت َ ْعلَ ُم َو ََل أَ ْعلَ ُم َوأَ ْنتَ ع َََل ُم ا ْلغُيُو‬ ِ ِ‫ض ِلكَ ا ْلعَظ‬ْ ‫سأَلُكَ مِ ْن َف‬ ْ َ ‫بِقُد َْرتِكَ َوأ‬
ْ‫س ْر ُه لِي ث ُ َم ب َِارك‬ ِ ‫آج ِل ِه َفا ْقد ُْر ُه لِي َو َي‬
ِ ‫َاج ِل أَ ْم ِري َو‬ ِ ‫َهذَا ْاْل َ ْم َر َخيْر لِي فِي دِينِي َو َم َعاشِي َوعَا ِق َب ِة أ َ ْم ِري أ َ ْو َقا َل ع‬
‫آج ِل ِه‬ َ
ِ ‫َاج ِل أ ْم ِري َو‬ َ َ َ
ِ ‫ش ٌّر لِي فِي دِينِي َو َمعَاشِي َوعَا ِقبَ ِة أ ْم ِري أ ْو قا َل فِي ع‬ َ ‫لِي فِي ِه َوإِ ْن ُك ْنتَ ت َ ْعلَ ُم أَنَ َهذَا ْاْل َ ْم َر‬
ُ‫ْث كَانَ ث ُ َم أ َ ْر ِضنِي َقا َل َويُسَمِ ي حَا َجتَه‬ ُ ‫ع ْنهُ َوا ْقد ُْر لِي ا ْل َخي َْر َحي‬ َ ‫ع ِني َواص ِْر ْفنِي‬ َ ُ‫( َفاص ِْر ْفه‬BUKHARI –
1096)

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada
kami ‘Abdurrahman bin Abu Al Mawaliy dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin
‘Abdullah radliallahu ‘anhua berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari
kami shalat istikharah dalam setiap urusan yan kami hadapi sebagaimana Beliau
mengajarkan kami AL Qur’an, yang Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika
seorang dari kalian menghadapi masalah maka ruku’lah (shalat) dua raka’at yang bukan
shalat wajib kemudian berdo’alah: “Allahumma inniy astakhiiruka bi ‘ilmika wa
astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadhlikal ‘azhim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru
wa ta’lamu wa laa ‘Abdullah’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta
ta’lamu anna haadzal amru khairul liy fiy diiniy wa aku ma’aasyiy wa ‘aafiyati amriy” atau;
‘Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta
ta’lamu anna haadzal amru syarrul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aafiyati amriy” aw qaola;
fiy ‘aajili amriy wa aajilihi fashrifhu ‘anniy washrifniy ‘anhu waqdurliyl khaira haitsu kaana
tsummar dhiniy”. Beliau bersabda: Dan sebutlah keperluannya” (Ya Allah aku memohon
pilihan kepadaMu dengan ilmuMu dan memohon kemampuan dengan kekuasaanMu dan
memohon kepadaMu dengan karuniaMu yang Agung, karena Engkau Maha berkuasa
sedang aku tidak berkuasa, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui
karena Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah bila Engkau
mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan
urusanku ini atau Beliau bersabda; di waktu dekat atau di masa nanti maka takdirkanlah
buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya. Namun sebaliknya, ya
Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku,
kehidupanku dan kesudahan urusanku ini atau Beliau bersabda; di waktu dekat atau di
maa nanti maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya dan tetapkanlah
buatku urusn yang baik saja dimanapun adanya kemudian paskanlah hatiku dengan
ketepanMu itu”. Beliau bersabda: “Dia sebutkan urusan yang sedang diminta pilihannya
itu”.

Sanad : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata; telah menceritakan kepada
kami ‘Abdurrahman bin Abu Al Mawaliy; dari Muhammad bin Al Munkadir; dari Jabir bin
‘Abdullah radliallahu ‘anhua;

Matan : Ya Allah aku memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu

3. BUKHARI No. 117 “ILMU”

‫ص َلى‬َ ‫َّللا‬ ُ ‫سعِيد ا ْل َم ْقبُ ِري ِ ع َْن أَ ِبي ه َُري َْر َة َقالَ َح ِف ْظتُ مِ ْن َر‬
ِ َ ‫سو ِل‬ َ ‫س َماعِي ُل َقا َل َح َدثَنِي أَخِ ي ع َْن اب ِْن أ َ ِبي ِذئْب ع َْن‬
ْ ‫َح َدثَنَا ِإ‬
ْ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ
‫سل َم ِوعَا َءي ِْن فأ َما أ َح ُدهُ َما فبَثثتُهُ َوأ َما اْلخ ُر فل ْو بَثثتُهُ قطِ َع َهذا البُلعُو ُم‬ َ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬َ ‫َّللا‬
ُ َ (BUKHARI – 117)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata, telah menceritakan kepadaku
saudaraku dari Ibnu Abu Dzi’b dari Sa’id Al Maqburi dari Abu Hurairah berkata, “Aku
menyimpan ilmu (hadits) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada dua wadah.

9
Yang satu aku sebarkan dan sampaikan, yang satu lagi sekiranya aku sampaikan maka
akan terputuslah tenggorakan ini.”

Sanad : Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata; telah menceritakan kepadaku
saudaraku; dari Ibnu Abu Dzi’b dari Sa’id Al Maqburi; dari Abu Hurairah;

Matan : menyimpan ilmu (hadits) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

10
Bab III
GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

> Generasi Terbaik Sesuai Sabda Rasullullah Saw

Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam firman-Nya :

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali Imran :
110)

Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka
adalah sebaik-baik manusia. Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi
berikutnya. Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran bin Hushain
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫َخي َْر أ ُ َّمتِـي َق ْرنِي ث ُ َّم ا َّل ِذيْنَ َيلُو َن ُه ْم ث ُ َّم الَّذِينَ َيلُو َن ُه ْم‬
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka
(generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no.
3650)

Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan


pengamalan Islam yang benar merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih). Mereka
adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

1. Sahabat Nabi
Kebanyakan ulama secara umum mendefinisikan sahabat Nabi sebagai orang-orang
yang mengenal Nabi Muhammad, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam
keadaan Islam. Dalam bukunya “al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah”, Ibnu Hajar al-
Asqalani (w. 852 H/1449 M) menyampaikan bahwa:
"Sahabat (‫صحابي‬, ash-shahabi) adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi dalam
keadaan beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan Islam.

Pujian Allah terhadap para sahabat dalam Al Qur’an diantaranya:

‫ت‬ َ َ ‫ع ْنهُ َوأ‬


ٍ ‫ع َّد لَ ُه ْم َجنَّا‬ َ ‫ع ْن ُه ْم َو َرضُوا‬
َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ي‬َ ‫ض‬
ِ ‫ان َر‬
ٍ ‫س‬َ ‫ار َوالَّذِي َن اتَّبَعُوهُ ْم بِإ ِ ْح‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫َوالسَّابِقُو َن ْاْل َ َّولُو َن ِم َن ْال ُم َه‬
َ ‫اج ِري َن َو ْاْل َ ْن‬
ْ ْ َٰ َ
‫ار خَا ِلدِي َن فِي َها أ َبدًا ۚ ذَلِكَ الف َْو ُز العَ ِظي ُم‬ ُ ‫ت َ ْج ِري ت َ ْحت َ َها ْاْل َ ْن َه‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)

11
Beberapa sahabat sahabat nabi yaitu :

1. Abdullah bin Umar 8. Ali bin Abi Talib 15. Mua'dz bin Jabal 22. Thalhah bin
2. Abdurrahman bin 9. Amru bin Ash 16. Mua'wiyah bin Ubaidillah
Auf 10. Bilal bin Rabah Abu Sufyan 21. Zaid bin Khattab
3. Abu Bakar 11. Hakim bin Hazm 17. Mus'ab bin Umair 22. Umar bin Khattab
4. Abu Dzar Al- 12.Hamzah bin Abdul 18. Salman al-Farisi 23. Usamah bin Zaid
Ghiffari Muthalib 19. Sa'ad bin Abi bin Haritsah
5. Abu Hurairah 13.Imran bin Hushain Waqqas 24. Usman bin Affan
6. Abu Thufail al-Laitsi14. Khalid bin Walid 20. Sa'ad bin 'Ubadah 25. Wahsyi bin Harb
7.Abu Ubaidah bin al- 21. Sa'id bin Zayd bin 26. Zubair bin Awwam
Jarrah `Amr

2. Tabiin

Tabiin atau Tabi'in (bahasa Arab: ‫التابعون‬, har. 'pengikut'), adalah orang Islam awal yang
masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup
Nabi Muhammad saw. Usianya tentu saja lebih muda dari sahabat nabi, bahkan ada
yang masih anak-anak atau remaja pada masa sahabat masih hidup.

Tokoh tokoh Tabi’in :

Abdul Rahman bin abdillah


Abu Hanifah
Abu Muslim al-Khawlani
Abu Suhail an-Nafi' bin 'Abdul Rahman
Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr
Al-Rabi bin Khuthaym
Ali Akbar
Ali bin Abu Talha
Ali bin Husayn (Zain al-'Abidin)
Alqama bin Qays al-Nakha'i
Amir bin Shurahabil ash-sha'bi
Ata bin Abi Rabah
Atiyya bin Saad
Fatimah binti Sirin
Hasan al-Bashri
Iyas bin Muawiyah al-Muzani
Masruq bin al-Ajda'
Muhammad bin al-Hanafiya
Muhammad bin Wasi' al-Azdi
Muhammad bin Sirin
Muhammad al-Baqir
Muhammad bin Muslim bin Shihab al-Zuhri
Muhammad bin Munkadir
Musa bin Nussayr
12
Qatadah
Rabi'ah al-Ra'iy
Raja bin Haywah
Rufay bin Mihran
Sa'id bin Jubayr
Said bin al-Musayyib
Salamah bin Dinar (Abu Hazim Al-A'raj)
Salih bin Ashyam al-Adawi
Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab
Shuraih al-Qadhi
Tawus bin Kaysan
Umar bin Abdul-Aziz
Umm Kulthum binti Abu Bakr
Urwah bin al-Zubayr
Uwais al-Qarni

3. Tabiut tabiin

Tabi'ut Tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: ‫ )تابع التابعين‬adalah generasi setelah
Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para
Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut Tabi'in adalah di antara
tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan Shahabat. Tabi'ut
Tabi'in disebut juga murid Tabi'in.

Tokoh tokoh Tabiut tabiin :

1. Abd al-Rahman al-Ghafiqi


2. Imam Hanbal
3. Ja'far ash-Shadiq
4. Malik bin Anas
5. Imam Asy-Syafi'i
6. Tariq bin Ziya
7. Ja'far al-Sadiq
8. al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w. 108 H)
9. Sufyan al-Tsauri (97–161 H)
10. Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H)
11. Al-Auza'i (w. 158 H)
12. Al-Laits bin Saad
13. Abdullah bin Al-Mubarak
14. Waki'
15. Abdurrahman bin Mahdi
16. Yahya bin Said Al-Qathan
17. Yahya bin Ma'in
18. Ali bin Al-Madini
19. Abu Hanifah

13
BAB IV
PENGERTIAN SALAF MENURUT AL – HADITS

A. Salaf

Definisi Salaf (‫ف‬ ُ َ‫سل‬ ُ َ‫سل‬


َّ ‫ )ال‬Menurut bahasa (etimologi), Salaf ( ‫ف‬ َّ ‫ ) اَل‬artinya yang
terdahulu (nenek moyang), yang lebih tua dan lebih utama. Salaf berarti para pendahulu.
Jika dikatakan (‫الر ُج ِل‬
َّ ‫ف‬ُ َ‫سل‬
َ ) salaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah
mendahuluinya.

Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para Imam
pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‫َخي ُْر‬
‫اس قَ ْر ِن ْي ث ُ َّم الَّ ِذيْنَ َيلُ ْو َن ُه ْم ث ُ َّم الَّ ِذيْنَ َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫ال َّن‬. “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa
para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya
(masa Tabi’ut Tabi’in).”

Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih adalah generasi pertama dari ummat ini
yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menjaga Sunnahnya. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-
Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan menegak-kan agama-Nya…”

Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam kitabnya, al-‘Aqiidatul Islamiyyah


bainas Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan istilah Salaf tidak cukup dengan hanya
dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut
pemahaman Salafush Shalih (tentang ‘aqidah, manhaj, akhlaq dan suluk-pent.).
Barangsiapa yang pendapatnya sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah mengenai
‘aqidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut Salafi
meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya, barangsiapa pendapatnya
menyalahi Al-Qur-an dan As-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi meskipun ia hidup
pada zaman Sahabat, Ta-bi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid’ah,


akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri kepada
generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Ahlus
Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka mengikuti manhaj
Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian setiap orang yang mengikuti
jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka -di sepanjang masa-, mereka ini
disebut Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf bukan kelompok atau golongan
seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup
dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya) yang wajib diikuti
oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga
keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum sebelum terjadinya perselisihan
dan perpecahan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata:“Bukanlah


merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya
kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu karena manhaj Salaf tidak lain
kecuali kebenaran.”

14
B. Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah: Mereka yang menempuh seperti apa
yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya
Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan
berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya
Radhiyallahu anhum.

As-Sunnah menurut bahasa (etimologi) adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik
atau buruk. Sedangkan menurut ulama ‘aqidah (terminologi), As-Sunnah adalah petunjuk
yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya,
baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan ini adalah As-
Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan orang yang
menyalahinya akan dicela.

Pengertian As-Sunnah menurut Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah (wafat 795


H): “As-Sunnah ialah jalan yang ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh
kepada apa yang dilaksanakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khalifahnya
yang terpimpin dan lurus berupa i’tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan. Itulah As-
Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu generasi Salaf terdahulu tidak menamakan As-
Sunnah kecuali kepada apa saja yang mencakup ketiga aspek tersebut. Hal ini
diriwayatkan dari Imam Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H), Imam al-Auza’i (wafat th. 157
H) dan Imam Fudhail bin ‘Iyadh (wafat th. 187 H).”

Disebut al-Jama’ah, karena mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau


berpecah-belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam
(yang berpegang kepada) al-haqq (kebenaran), tidak mau keluar dari jama’ah mereka
dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful Ummah.

Jama’ah menurut ulama ‘aqidah (terminologi) adalah generasi pertama dari


ummat ini, yaitu kalangan Sahabat, Tabi’ut Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti
dalam kebaikan hingga hari Kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran.

Imam Abu Syammah asy-Syafi’i rahimahullah (wafat th. 665 H) berkata: “Perintah
untuk berpegang kepada jama’ah, maksudnya adalah berpegang kepada kebenaran dan
mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan Sunnah itu sedikit dan yang menyalahinya
banyak. Karena kebenaran itu apa yang dilaksanakan oleh jama’ah yang pertama, yaitu
yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya tanpa
melihat kepada orang-orang yang menyimpang (melakukan kebathilan) sesudah
mereka.” Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu:

َ‫عةُ َما َوا َفقَ ْال َح َّق َوإِ ْن ُك ْنتَ َوحْ دَك‬
َ ‫ا َ ْل َج َما‬.
“Al-Jama’ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian.”

Jadi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mempunyai sifat dan
karakter mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-
perkara yang baru dan bid’ah dalam agama. Karena mereka adalah orang-orang yang
ittiba’ (mengikuti) kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti
Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan
Ahlul Ittiba’. Di samping itu, mereka juga dikatakan sebagai ath-Thaa-ifatul Manshuurah
(golongan yang mendapatkan per-tolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah (golongan yang
selamat), Ghurabaa’ (orang asing). Tentang ath-Thaa-ifatul Manshuurah, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda: ‫الَتَزَ ا ُل مِ ْن أ ُ َّم ِت ْي أ ُ َّمة قَا ِئ َمة ِبأ َ ْم ِر للاِ الَ َيض ُُّرهُ ْم َم ْن َخذَلَ ُه ْم َوالَ َم ْن‬
15
َ ‫خَالَفَ ُه ْم َحتَّى َيأ ْ ِت َي ُه ْم أ َ ْم ُر للاِ َوهُ ْم‬. “Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang selalu
َ‫علَى ذَلِك‬
menegakkan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolong
mereka dan orang yang menyelisihi mereka sampai datang perintah Allah dan mereka
tetap di atas yang demikian itu.”

Tentang al-Ghurabaa’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫َب َدأ َ اْ ِإل ْسالَ ُم‬
ْ ُ َ‫ ف‬،ً‫س َيعُ ْو ُد َك َما َب َدأ َ غ َِريْبا‬
ِ‫ط ْو َبى لِلغُ َربَاء‬ َ ‫ َو‬،ً‫غ َِريْبا‬. “Islam awalnya asing, dan kelak akan kembali asing
sebagaimana awalnya, maka beruntunglah bagi al-Ghurabaa’ (orang-orang asing).”

Sedangkan makna al-Ghurabaa’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh


‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu ketika suatu hari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menerangkan tentang makna dari al-Ghurabaa’, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ص ْي ِه ْم أ َ ْكثَ ُر مِ َّم ْن يُطِ ْيعُ ُه ْم‬
ِ ‫س ْوءٍ َك ِثي ٍْر َم ْن َي ْع‬ ِ ‫صا ِل ُح ْونَ فِ ْي أُن‬
ُ ‫َاس‬ َ ‫أُنَاس‬. “Orang-
orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, orang yang
mendurhakai mereka lebih banyak daripada yang mentaati mereka.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda mengenai makna al-


Ghurabaa’: ‫اس‬ِ ‫سا ِد ال َّن‬ ْ ُ‫اَلَّ ِذيْنَ ي‬. “Yaitu, orang-orang yang senantiasa memperbaiki
َ َ‫ص ِل ُح ْونَ ِع ْن َد ف‬
(ummat) di tengah-tengah rusaknya manusia.”
Dalam riwayat yang lain disebutkan: …‫س َّنتِي‬ َ ‫ص ِل ُح ْونَ َما أ َ ْف‬
ُ ‫س َد ال َّن‬
ُ ‫اس مِ ْن َب ْعدِي مِ ْن‬ ْ ُ‫الَّ ِذيْنَ ي‬. “Yaitu orang-
orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
sesudah dirusak oleh manusia.”

Ahlus Sunnah, ath-Tha-ifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah semuanya


disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan Ahlus Sunnah, ath-Thaifah al-Manshurah dan al-
Firqatun Najiyah dengan Ahlul Hadits suatu hal yang masyhur dan dikenal sejak generasi
Salaf, karena penyebutan itu merupakan tuntutan nash dan sesuai dengan kondisi dan
realitas yang ada.

16
BAB V
ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN HUKUM

A. Berbagi Dalam Ajaran Islam

1. Sedekah

Dalam Islam sedekah atau berbagi kepada sesama adalah salah satu bukti bahwa
hambanya bertakwa kepada Allah SWT. Karena Rasulullah dalam Hadis HR. Tirmidzi
dan Hadis Hasan Shahih bersabda, “bertakwalah kepada Allah SWT di mana pun
engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan
menghapuskan keburukan. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” Hadis
tersebut mengandung tiga wasiat Nabi yang sangat penting, yakni wasiat tentang
hubungan secara vertikal manusia kepada Allah (habluminallah) dan hubungan secara
horizontal sesama manusia (habluminannas).
Tidak menunda melakukan amal soleh adalah wasiat Nabi yang kedua. Dosa kecil dapat
terhapuskan dengan perbuatan baik, yakni bersedekah. Ketika kamu terjerumus dalam
dosa dan maksiat wajib bagimu untuk segera bertaubat. Dengan cara tidak
melakukannya lagi dan salah satunya dengan bersedekah kepada orang lain yang
membutuhkan.
Wasiat Nabi yang ketiga adalah memiliki akhlak mulia. Akhlak mulia dalam arti hubungan
antar sesama manusia (habluminannas). Cara yang paling mudah adalah dengan
tersenyum diiringi wajah yang berseri ketika bertemu dengan orang lain dan bertegur
sapa. Karena itu, Rasulullah mengaitkan antara akhlak mulia dengan iman yang
sempurna.

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya,” HR.
Tirmidzi dan hadis Shahih. Dengan memiliki akhlak yang mulia, otomatis akan dicintai
oleh manusia lainnya, terlebih lagi Allah dan Rasulullah.
Bukhari juga menyebutkan Rasulullah bersabda, “menyingkirkan batu, duri dan tulang
dari tengah jalan adalah sedekah bagimu.” Lalu, Rasulullah bersabda dalam HR Ibnu
Majah, “tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia dilakukan oleh seseorang
daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang
menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan
menjadi sedekah.”

Setiap umat Islam yang memiliki kelebihan rezeki diperintahkan untuk


mengeluarkan sedekah atau membagi setiap rezekinya kepada orang yang
membutuhkan. Sebab dalam Quran surat Al Talaq ayat 7 Allah SWT berjanji akan
membalas kebaikan tersebut
Arab:

‫عسْر‬ ُ ‫َّللا بَ ْع َد‬ َ ‫سا ا ََِل َما َٰا َٰتىه َۗا‬


ُ ٰ ‫سيَجْ عَ ُل‬ ً ‫َّللا نَ ْف‬
ُ ٰ ‫ِف‬ُ ‫َّللا ۗ ََل يُكَل‬ َ ‫سعَت ِۗه َو َم ْن قُد َِر‬
ُ ٰ ُ‫علَ ْي ِه ِر ْزقُه فَ ْليُ ْنفِقْ مِ َما َٰا َٰتىه‬ َ ‫ِليُ ْنفِقْ ذُ ْو‬
َ ‫سعَة ِم ْن‬
‫يُّس ًْرا‬

Artinya: Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut


kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari
harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang
melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan
memberikan kelapangan setelah kesempitan.

17
2. Zakat

Zakat hukumnya wajib dan termasuk dalam rukun Islam. harta yang dikeluarkan
saat berzakat sama wajibnya seperti kewajiban shalat, puasa, dan haji buat umat yang
berkecukupan. Manfaat berzakat berdasarkan pada firm Allah SWT, “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah : 103).

Sebutan bagi orang – orang yang terlibat di dalam kegiatan berzakat. Orang yang
mengeluarkan zakat disebut muzakki dan yang menerima zakat disebut mustahiq. Ada 8
(delapan) golongan yang berhak menerima zakat, golongan ini disebut asnaf. Delapan
golongan itu seperti:
1. Fakir (orang yang tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kehidupannya)
2. Miskin (orang yang tidak berkecukupan)
3. Amil (semua pihak yang berkaitan dan bertindak dalam berzakat termasuk di
dalamnya kegiatan pengumpulan, penjagaan, pencatatan, dan penyaluran atau distribusi
harta zakat)
4. Mualaf (sebutan bagi non-muslim yang sudah memeluk agama Islam)
5. Gharimin (orang yang berhutang untuk kepentingan sosial, walaupun orang tersebut
termasuk ke dalam golongan mampu)
6. Riqab (hamba sahaya atau budak)
7. Ibnu Sabil (musafir dan para pelajar yang merantau)
8. Fi Sabilillah (pejuang di jalan Allah SWT)

zakat itu terbagi jadi 2 (dua) jenis, ada zakat fitrah dan ada zakat maal. Kalau
zakat fitrah itu dikeluarin tiap bulan ramadhan dan zakatnya dilakuin sebelum shalat Idul
Fitri, sementara kalau zakat maal dilaksanain setahun sekali kalau harta udah mencapai
nisab.

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu laki-laki
maupun perempuan muslim yang berkemampuan sesuai syarat-syarat yang ditetapkan.
Berkata Ibnul Atsir: “Zakat fitrah (fithr) adalah untuk mensucikan badan” (An Nihayah
2:307) Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqolani menukil perkataannya Abu Nu’aim:
“Disandarkan shodaqoh kepada fithr (berbuka) disebabkan karena wajibnya untuk
berbuka dari bulan Ramadhan.” Adapun pendapatnya Ibnu Qutaibah: “Yang dimaksud
zakat Fitrah adalah zakat jiwa, istilah itu di ambil dari kata fitrah yang merupakan asal
dari kejadian.” Pendapat ini dilemahkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dan yang benar adalah
pendapat yang pertama. (lihat Fathul Baari 3:367) Sabda Rasulullah shallallohu alaihi wa
sallam: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat Fithr (fitrah) satu
sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum kepada budak atau yang merdeka, laki-laki
atau perempuan anak kecil ataupun dewasa dari kaum muslimin dan Beliau menyuruh
untuk dibayar sebelum manusia keluar untuk shalat (‘ied).” (HR. Bukhari Kitab Zakat
3:367 no. 1503 dari hadits Ibnu Umar)

Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran
terhadap hadits adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr) atau kira-kira
18
setara dengan 3,1 liter atau 2.5 kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau
yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan

b. Zakat Maal (harta)

Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali
sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya.
Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat
digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim).
Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
a. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai
b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak,
hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.

Syarat – syarat wajib mengeluarkan zakat maal yaitu :


- Harta sepenuhnya milik sendiri
- Berkembang
- Cukup nisabnya
- Lebih dari kebutuhan pokok
- Bebas dari hutang
- Berlalu satu tahun (Al – Haul)

3. Infaq

Infaq (bahasa Arab: <byig>‫ )انفاق‬adalah mengeluarkan harta yang Pokok.


mencakup zakat (hukumnya wajib) dan non-zakat (hukumnya sunnah). Infak wajib di
antaranya zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain. Infak sunnah di antaranya, infak kepada

Adapun infak bisa mencakup dana zakat maupun bukan zakat. Infak ada yang wajib ada
yang sunnah. Yang wajib di antaranya kafarat, nadzar, zakat dll. Yang sunnah di
antaranya infak kepada fakir miskin, anak yatim, korban bencana alam, dll.

Zakat ditunaikan dengan takaran atau nishab yang sudah ditentukan, sedangkan infak
tidak ada nishab. Jumlah harta yang diinfakkan diserahkan pada pemilik harta tersebut.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 195, Allah berfirman:

“Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah dan janganlah kamu
mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah kerana
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”

B. Keadilan Penegakan Hukum Dalam Islam

1. Penegakan Hukum
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara
antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum warga
Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara yang
bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu otoriter maka sangat tergantung penguasa
bagaimana kaidah hukum, penegak hukum dan fasilitas yang ada. Adapun warga Negara
ikut saja kehendak penguasa (lihat synopsis). Pada sistem politik demokratis juga tidak
semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika system

19
pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan birokrasi
pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan” dan bermental
mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami kepincangan dan kelambanan
(kasus “hotel bintang” di Lapas).

2. Keadilan
Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum dan keadilan
sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum artinya setiap orang harus
diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan kata lain hukum harus diterapkan secara
adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat kaitannya dengan implementasi hukum di
tengah masyarakat. Untuk mencapai penerapan dan pelaksanaan hukum secara adil
diperlukan kesadaran hukum bagi para penegak hukum.

3. Hukum dan Keadilan Dalam Islam


Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu penegasan,
ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyata – nyata berlaku dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang
maju dalam berjama’ah (Society).

Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat berjalin, yang
satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus berhadapan dengan berbagai
macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, berantara negara, berantar agama dan sebagainya, semuanya problematika
hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan
beberapa kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan
persoalan-persoalan.

Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-


tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat, maka bisa
merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan. Semua
anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum
semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi
dalam Negara.

“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan kamu
tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa
yang kamu kerjakan”(QS.5:8).

“Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan hukum


atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama
dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas)

Penegakan Hukum Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam Tidak mungkin hukum dan
keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak berdiri kokoh apabila konsep
persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum di masyarakat dewasa ini
banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan lebih terhadap orang yang
punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat banyak telah
menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh
kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political Science and Government dalam
Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan Demokrasi (1999) yaitu, yakni:
a. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality)
b. Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil
20
c. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan
pekerjaan
d. Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik.
QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang tegak
menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau kerabatmu”.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
https://tafsirweb.com/6168-quran-surat-an-nur-ayat-40.html
https://tafsirweb.com/6309-quran-surat-al-furqan-ayat-53.html
https://tafsirweb.com/10022-quran-surat-at-tur-ayat-6.html
https://tafsirweb.com/5545-quran-surat-al-anbiya-ayat-33.html
https://berbagiilmutentangfilsafat.wordpress.com/2018/10/21/ayat-dan-hadis-tentang-ilmu-
pengetahuan-dan-teknologi/
https://ratumaratun.wordpress.com/2015/06/01/10-hadist-tentang-sains-dan-teknologi/
https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29/tiga-generasi-terbaik-umat-manusia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Salaf
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
https://news.detik.com/berita/d-5135669/keutamaan-sedekah-dalam-hadist-dan-ayat-al-quran
https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat#:~:text=Zakat%20(bahasa%20Arab%3A%20%D8%B2%D9
%83%D8%A7%D8%A9%2C,berkat'%20dan%20'berkembang'.
https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_fitrah
https://www.globalzakat.id/tentang/zakat-maal
https://id.wikipedia.org/wiki/Infak
https://zakat.or.id/inilah-perbedaan-zakat-infak-dan-sedekah-yang-wajib-anda-ketahui/
www.jurnalfai-uikabogor.org ›

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai