KETUHANAN
DI SUSUN OLEH :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik sesuai
waktu yang telah ditentukan.
Makalah dengan judul “Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan & Filsafat
Ketuhanan” kami susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam di Politeknik Negeri Indaramayu.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat Islam
di dunia, Khususnya mahasiswa muslim di Politeknik Negeri Indramayu Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Seperti peribahasa Tak ada gading yang
tak retak. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 2
2.1 Filsafat Ketuhanan (Teologi)………………………………………………………….. 2
2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan .....................................................................3
2.2.1 Pemikiran Barat..................................................................................................3
2.2.2 Pemikiran Umat Islam……………………………………………………….....4
2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam………………………………………………………. 5
2.4 Bukti Adanya Tuhan…………………………………………………...........................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..........9
3.2 Saran …………………………………………………………………….......................9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh ayat di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak. Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk
tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’:
aalihatun).Jadi dapat disimpulkan Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin tidak ber-
Tuhan.
1
2
2
2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
2.2.1 Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama
kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh
Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith,
Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng Tuhan menurut
teori evolusionisme adalah :
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu
yang berpengaruh tersebut ditunjukkan pada benda.
b. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang
dianggap benda baik mempunyai roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan
dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
d. Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan. Namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteime
(Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme
3
2.2.2 Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu
tauhid atau ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi
Muhammad Saw. Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan
ada aliran diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah
pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam. Aliran-aliran tersebut adalah:
1. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang
sangat menekankan penggunaan akal dalam memahami semua ajaran
Islam. Dalam menganalisis masalah ketuhanan, mereka memakai bantuan
ilmu logika guna mempertahankan keimanan.
2. Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan berkehendak dan berbuat.[5] Manusia berhak menentukan
dirinya kafir atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab pada
dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam perbuatan manusia.
3. Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan
perbuatan manusia sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini
tak ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan doa yangdilakukan manusia tidak
ada gunanya.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan
tengah antara Qodariyah dan Jabariyah. Manusia wajib berusaha
semaksimal mungkin. Akan tetapi, Tuhanlah yang menentukan hasilnya.
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam
kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di
atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam
yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi
mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi
situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu
mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa
dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.
4
2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang,
dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada
surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
َس َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ َّن هَّللا ُ فََأنَّى يُْؤ فَ ُكون َ ْت َواَأْلر
َ ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم َ ََولَِئ ْن َسَأ ْلتَهُ ْم َم ْن َخل
ِ ق ال َّس َم َوا
5
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
6
b. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam
pengertian lain alam ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin,
karena bertentangan dengan hukum kedua termodinamika. Hukum ini dikenal
dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi
panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari
keadaan panas beralih menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak
mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak
panas berubah menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi yang
tidak ada.
Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah bersifat azali.
Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai
hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.
berputar dari porosnya dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis
edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Dan sembilan planet
tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan yang
luar biasa.
7
d. Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang
terjemahya “Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam
semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah
Allah Swt. Allah Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la
ayat 2-3, yang terjemahannya “Allah yang menciptakan dan menyempurnakan,
yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan memberi petunjuk”. Jadi,
adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi,
ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun
Fayakun yang artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan
Allah berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal
ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode ilmiahnya
sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Wujud nyata dari percaya atau iman itu sendiri tidak boleh hanya berupa
ikrar atau pernyataan kosong, melainkan harus dilakukan dengan perbuatan berupa
menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya secara ikhlas lahir batin.
9
3.2 SARAN
1. sebagai seorang yang beragama Islam kita tidak hanya wajib untuk mempercayai
Allah SWT tetapi kita juga harus mengimplementasikan keimanan itu pada
kehidupan sehari-hari dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
2. Selain itu, kita juga harus beramal kepada sesama, memperhatikan orang lain,
berkasih sayang dan mencintai sesama makhluk ( Hablum Minanas)
3. Manusia yang diciptakan sempurna dan dibekali akal pikiran seharusnya banyak
melakukan observasi (pengamatan) pada kejadian-kejadian di alam sekitarnya.
Dengan begitu, manusia akan merasakan dan lebih mempercayai adanya Allah SWT
yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya serta memilih manusia sebagai
khalifah di muka bumi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11