Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah dengan judul “Konsep Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan” kami
susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat
islam. Khususnya mahasiswa kelas 1A di Universitas Jenderal Achmad Yani. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
2.3.2 Tauhid............................................................................................................. 12
Contoh ayat tersebut menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak. Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam
bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini) dan banyak (jama:
aalihatun). Dapat disimpulkan bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin tidak ber-
Tuhan.
Berdasarkan logika al-Qur’an Tuhan (ilah) adalah suatu yang dipentingkan oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berserah diri ketika dalam kesulitan,
berdo’a dan bertawaqal kepada-Nya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan
dari-Nya dan membawa ketenangan disaat mengingat-Nya serta terpaut cinta
kepada-Nya (M. Imaduddin, 1989:56)
a. Dinamisme
b. Animisme
c. Politeisme
d. Henoteisme
e. Monoteisme
Artinya “ Tuhan Yang Maha Esa ”, yang sebelum tahun 1945 perkataan itu tidak ada
dalam bahasa Indonesia (Muhammad Daud Ali;1997: 202). Menurut akidah
Islamiyah, konsepsi mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa disebut Tauhid, ilmunya
adalah ilmu tauhid, ilmu kemahaesaan Tuhan (Osman Raliby, 1980:8). Istilah Tuhan
dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi
penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang
mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran
konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan
selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)dapat menjadi ilah
(tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-laindapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Artinya: “Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
mencintai Allah”
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru layak dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta. Pernyataan lugas dan
sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-
Ikhlas.
Dalam kajian Islam, arti aqidah adalah tali pengikat batin manusia dengan
yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah dan Pencipta
serta Pengatur alam semesta ini. Aqidah itu keyakinan yang kuat dan tidak
ada kelemahan yang membuka celah untuk dibantah.
Semua yang terkait dengan rukun iman tersebut sudah disebutkan dalam Al
Quran.
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul Nya.
(mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya», dan mereka mengatakan: Kami
dengar dan Kami taat. (mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (Q.S. Al-Baqarah [2] :285).
Berdasarkan hadis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa rukun iman itu
ada enam:
a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah
adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah
haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya .
b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya
aqidah. Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan
adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan dan khurafat.
c. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan
memperkuat hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia
menjadi orang yang tegar menghadapi segala persoalan dan sabar dalam
menyikapi berbagai cobaan.
2.3.2 Tauhid
4. Dijauhkan dari dosa besar karna mengerti ajaran agama sehingga takut
untuk melakukan perbuatan yang berdosa.
Jenis-Jenis Tauhid
1. Tauhid Rububiyah.
2. Tauhid Uluhiyah.
Tauhid asma’ wa shifat merupakan jenis tauhid yang isinya pengesaan sifat
dan nama Allah. Allah mempunyai nama dan sifat yang begitu istimewa yang
tidak mungkin ada pada mahluk manapun. Sebagai seorang muslim, kita
hendaknya mengetahui dan mengamalkan nama dan sifat Allah yang banyak
disebutkan dalam Al Quran dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam.
Sumber-Sumber Mempelajari Ilmu Tauhid
1. Al-Qur’an yaitu kumpulan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. melalui malaikat jibril.
2. Hadits yaitu segala perilaku nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, dan ketetapannya.
Contoh Tauhid
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan sesungguhnya kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Al-
Bukhari)
Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan.
Secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai Tuhan
yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan
yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang.
2.4.2 Dalil Naqli
Meski secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya
Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah SWT. untuk
mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan
yang sebenarnya.
Allah menjelaskan jati diri-Nya dalam Al-Qur’an:
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT. adalah pencipta semesta Alam dan
seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya.
1. Sebab
Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatar belakanginya. Adanya
sesuatu pasti ada yang mengadakan dan adanya perubahan pasti ada
yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya.
Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini
akan berakhir dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia
adalah Tuhan.
2. Keteraturan
Seluruh alam semesta beserta isinya termasuk matahari, bumi, bulan,
bintang bergerak dengan sangat teratur. Keteraturan ini mustahil
berjalan sendiri tanpa ada yang mengatur. Siapakah yang mampu
mengatur alam semesta beserta seluruh isinya selain Tuhan?
3. Kemungkinan
Seorang matematikawan bernama Roger penrose pernah mencoba
menghitung kemungkinan tidak ada Tuhan itu 1/(10^10^123). itu
kemungkinan alam semesta berjalan tanpa ada Tuhan. artinya Tuhan
itu kemungkinan adanya 1 – 1/(10^10^123) hampir = 1. artinya Tuhan
itu pasti ada. tak terbantahkan.
Konstanta hukum alam. proses-proses fisika di alam semesta berjalan
pada konstanta tertentu. sekarang kita perhatikan materi-materi itu
benda mati. mereka tak punya kesadaran dan kehendak terhadap
hukum dan konstanta. lalu dari mana konstanta itu? tak mungkin dari
benda mati? lalu dari mana? jelas dari Tuhan kan? contohnya: air
mendidih pada 100 derajat celcius, 80 derajat reamur, 212 derajat
fahrenheit dan 373 K. dari dulu sampai sekarang dalam tekanan 1 atm
titik didihnya selalu begitu. dari mana kita dapat konstanta itu? kenapa
tak pernah berubah? siapa yang menetapkan? ilmuwan-ilmuwan
hanya menetapkan.
2.4.4 Dalil Inderawi
Tuhan adalah suatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya, yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkan-
Nya, kepada-Nya tempat berserah diri ketika dalam kesulitan, berdo’a dan
bertawaqal kepada-Nya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari-Nya
dan membawa ketenangan disaat mengingat-Nya serta terpaut cinta kepada-Nya.
Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut Ketuhanan. Ketuhanan yang Maha Esa
menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29 ayat 1 undang-undang
dasar 1945 negara berdasarkan atas tuhan yang maha esa. Sebagai terjemahan kata-
kata yang terhimpun dalam Allahu al-wahidulahad ,yang berasal dari al-qur’an surat
Al-Ikhlas ayat 1 yang artinya: “ Tuhan Yang Maha Esa ”
Wujud nyata dari percaya atau iman itu sendiri tidak boleh hanya berupa ikrar
atau pernyataan kosong, melainkan harus dilakukan dengan perbuatan berupa
menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya secara ikhlas lahir batin.
3.2 SARAN
1. Sebagai seorang beragama Islam, kita tidak hanya wajib untuk mempercayai
Allah SWT. Tapi, kita juga harus mengimplementasikan keimanan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara menjalankan segala perintahnya dan
menjauhi larangannya.
2. Kita harus memperhatikan orang lain, beramal kepada sesama, berkasih sayang
dan mencintai sesama makhluk.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 2003. Membumikan al-Qur’an. Bandung:Mizan
Dr. Waway Qodratullah S, M.Ag, dkk. 2022. "Perkuliahan Pendidikan Agama Islam
Berbasis Karakter Patriotik". Bandung: Lekkas
Abdurrohim, Usman, Noek Aenul Latifah. 2014. "BUKU SISWA AKIDAH AKHLAK
MADRASAH ALIYAH KELAS X". Kementrian Agama Republik Indonesia. 8
Oktober 2022
PERTANYAAN
2. Mengapa Tuhan berfirman dengan kata “Kami”, bukan “Saya” ? (Oleh M. Hanif
F.- 001)
Karena Allah membahas dirinya dengan kata plural / jamak sebagai bentuk
pengagungan dan penyanjungan diri (makna majazi) yang dimaksudkan
untuk menunjukkan kuasa atau membesarkan yang bersangkutan. Dari sini
kemudian ahli tata bahasa Arab (ahli ilmu nahwu) memaknai kata ganti
“Nahnu” (Kami) yang merujuk pada satu person sebagai lil mu’azzhim
nafsah (untuk mengagungkan diri sendiri) di samping makna hakiki lil
mutakallim ma’al ghair.
(lihat Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Qurthubi, Al-Jami‘ li
Ahkamil Qur’an, Mu’assasatur Risalah, Beirut, Libanon, tahun 2006 M /
1427 H, juz I, halaman 433)
Dijawab oleh Nurul Nabilah - 019
3. Bagaimana kalau ada penelitian yang membuktikan bahwa Tuhan itu hanya
khayalan semata, apakah semua manusia akan percaya? (Frisca B.V. - 039)
Segimanapun nantinya ada penelitian yang menyatakan banyak persepsi
mereka tentang tuhan, itu balik ke keyakinan Iman kita masing-masing yang
dimana kita percaya tuhan kita satu yaitu Allah SWT.
Dijawab oleh Kautsar Ramadhan - 036
4. Kita kan dilahirkan tanpa diminta, kan tidak adil ya, kalau untuk dipaksa unuk
taat pada aturannya (agama)? (Oleh M. Reki K. - 028)
Seseorang jika merasa Hal itu tidak adil belum memahami bahwa karunia
dari Allah SWT itu sangat besar. Contoh yang sampai saat ini masih terjadi
Dan terus dilakukan serta diperjuangkan oleh nabi junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Yang terus memohonkan ampun atas dosa kita semua.
Bahkan ketika peristiwa isra dan miraj Nabi Muhammad SAW terus bolak
balik langit untuk dapat menurunkan waktu sholat yang sekarang jadi 5.
Masih banyak keadilan dari Allah SWT kepada kita tapi balik lagi apakah
sudah menyadarinya dan beriman hanya pada Allah SWT.
Dijawab oleh Hagi Muhammad Fadlan R. - 015
5. Tuhan itu satu, tapi kenapa ada banyak agama lain? Jadi, tuhan itu banyak atau
sedikit? (Oleh Yosepin Y.A. - 034)
Tuhan itu satu baik di agama manapun sebenarnya. Tapi ada beberapa yang
beranggapan bahwa tuhan itu ada anak dan lain-lain seperti yang disebut
dalam agama lain selain Islam. Semua agama memiliki tuhan nya masing-
masing.
Dijawab oleh Nurul Nabilah - 019