Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KONSEP TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Siti Aini Latifah Awaliyah. S. Pd, M. Pd.

Disusun Oleh :

DILLA FATIA AMISA 6211221014


HAGI MUHAMMAD FADLAN RINDAYANTO 6211221015
NURUL NABILAH 6211221019
KAUTSAR RAMADHAN 6211221036

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah dengan judul “Konsep Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan” kami
susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat
islam. Khususnya mahasiswa kelas 1A di Universitas Jenderal Achmad Yani. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini.

Cimahi, 06 Oktober 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

2.1 Pengertian Ketuhanan (Teologi) ............................................................................. 6

2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan ............................................................ 6

2.2.1 Pemikiran Barat ............................................................................................... 6

2.2.2 Pemikiran Islam............................................................................................... 8

2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam ............................................................................. 9

2.3.1 Peran Aqidah .................................................................................................. 10

2.3.2 Tauhid............................................................................................................. 12

2.4 Bukti keberadaan Tuhan ....................................................................................... 17

2.4.2 Dalil Naqli ...................................................................................................... 17

2.4.3 Dalil Akal ....................................................................................................... 18

2.4.4 Dalil Inderawi ................................................................................................. 19

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 22

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 22

3.2 SARAN ................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada fitrahnya manusia sadar ataupun tidak sadar memiliki naluri ketuhanan.
Manusia menganggap keberadaan diri pribadi juga alam semesta yang sudah ada
ketika mereka lahir di dunia adalah suatu pertanda bahwa ada sang penciptanya, yang
di luar pemikiran dan kemampuan manusia dapat menciptakan dunia beserta isinya.
Pemilik kekuatan yang sangat dahsyat tidak pernah manusia lihat bentuknya tapi
nyata keberadaannya, yang membuat penasaran manusia untuk menguak misteri dan
menemukan jawaban siapa yang menciptakan mereka, menciptakan seluruh alam
semesta, mengatur peredaran planet-planet, bulan, bintang, matahari pada garis
edarnya tanpa bertubrukan, menguasai seluruh yang ada di langit, di bumi dan
diantara keduanya.
Dalam agama Islam, fitrah memiliki kepercayaan atau bertuhan yang dibawa
manusia sejak lahir itu merupakan potensi besar yang harus dipelihara dan
dikembangkan agar manusia tetap berada dalam keislamannya. Konsep bertuhan
menurut Islam ini harus dipelajari karena banyaknya konsep ketuhanan yang ada di
dalam kehidupan manusia. Dari pengalaman dan cara berpikir manusia yang semakin
kompleks membuat manusia memiliki konsep sendiri tentang ‘ketuhanan’ yang
mereka yakini. Tapi dalam Islam, konsep ketuhanan yang benar itu berdasarkan Al-
Qur’an dan As-Sunnah bukan konsep ataupun teori logika lain yang dibuat oleh
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ketuhanan (Teologi)
2. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?
3. Apa yang membuktikan keberadaan Tuhan?
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep ketuhanan dalam islam agar tidak jatuh pada kemusyrikan.
2. Memahami kebesaran Allah SWT. dan diimani serta meningkatkan ketaqwaan
untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dapat berpikir kritis jika hanya Allah Yang Maha Esa sang pencipta.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ketuhanan (Teologi)
Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan yang membuktikan wujud tuhan.
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan manusia, seperti dalam surat al-Furqan
ayat 43.[1]

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai


Tuhannya?”

Contoh ayat tersebut menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak. Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam
bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini) dan banyak (jama:
aalihatun). Dapat disimpulkan bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin tidak ber-
Tuhan.

Berdasarkan logika al-Qur’an Tuhan (ilah) adalah suatu yang dipentingkan oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berserah diri ketika dalam kesulitan,
berdo’a dan bertawaqal kepada-Nya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan
dari-Nya dan membawa ketenangan disaat mengingat-Nya serta terpaut cinta
kepada-Nya (M. Imaduddin, 1989:56)

2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


2.2.1 Pemikiran Barat

Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu


teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat
sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut
mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh
EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan
pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah :

a. Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah


mengakuiadanya kekuatan yang berpengaruh dlm kehidupan. Mula-
mula sesuatuyang berpengaruh tersebut ditunjukkan pada benda.

b. Animisme

Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif


jugamempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda
yangdianggap benda baik mempunyai roh.

c. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama


tidakmemberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi
sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut
dewa.

d. Henoteisme

Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut


denganTuhan. Namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah)
bangsa lain.Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut
dengan Henoteime(Tuhan tingkat Nasional).

e. Monoteisme

Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan


untukseluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme
ditinjau darifilsafat Ketuhanan terbagi dalam 3 paham yaitu : deisme,
panteisme danteisme.
2.2.2 Pemikiran Islam

Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam,


ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya
Nabi Muhammad Saw. Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal,
tradisional dan ada aliran diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini
mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam.
Aliran-aliran tersebut adalah:

1. Muktazilah : kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat


menekankan penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam.
Dalam menganalisis masalah ketuhanan, mereka memakai bantuan
ilmulogika guna mempertahankan keimanan.
2. Qodariyah : kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan berkehendak dan berbuat. Manusia berhak menentukan
dirinya kafir atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab
pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam perbuatan manusia.
3. Jabariyah : kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan
perbuatan manusia sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal
ini tak ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan doa yang dilakukan
manusia tidak ada gunanya.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah : kelompok yang mengambil jalan tengah
antara Qodariyah dan Jabariyah. Manusia wajib berusaha semaksimal
mungkin. Akan tetapi, Tuhanlah yang menentukan hasilnya.

Seluruh aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan


dalam kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-
aliran tersebut diatas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh
karena itu, umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-
aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan
ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu
berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu.

2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam


Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut Ketuhanan. Ketuhanan yang Maha Esa
menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29 ayat 1 undang-undang
dasar 1945 negara berdasarkan atas tuhan yang maha esa. Sebagai terjemahan kata-
kata yang terhimpun dalam Allahu al-wahidulahad ,yang berasal dari al-qur’an surat
Al-Ikhlas:

Artinya “ Tuhan Yang Maha Esa ”, yang sebelum tahun 1945 perkataan itu tidak ada
dalam bahasa Indonesia (Muhammad Daud Ali;1997: 202). Menurut akidah
Islamiyah, konsepsi mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa disebut Tauhid, ilmunya
adalah ilmu tauhid, ilmu kemahaesaan Tuhan (Osman Raliby, 1980:8). Istilah Tuhan
dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi
penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang
mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran
konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan
selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)dapat menjadi ilah
(tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-laindapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Artinya: “Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
mencintai Allah”

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru layak dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta. Pernyataan lugas dan
sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-
Ikhlas.

2.3.1 Peran Aqidah

Dalam kajian Islam, arti aqidah adalah tali pengikat batin manusia dengan
yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah dan Pencipta
serta Pengatur alam semesta ini. Aqidah itu keyakinan yang kuat dan tidak
ada kelemahan yang membuka celah untuk dibantah.

M Syaltut menyampaikan bahwa aqidah adalah pondasi yang di atasnya


dibangun hukum syariat. Syariat merupakan perwujudan dari aqidah. Oleh
karena itu hukum yang kuat adalah hukum yang lahir dari aqidah yang kuat.
Tidak ada aqidah tanpa syariat dan tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak
ada aqidah.

Ibnu Khaldun mengartikan ilmu aqidah adalah ilmu yang membahas


kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-dalil akal dan mengemukakan
alasan-alasan untuk menolak kepercayaan yang bertentangan dengan
kepercayaan golongan salaf dan ahlus sunnah.

Semua yang terkait dengan rukun iman tersebut sudah disebutkan dalam Al
Quran.
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul Nya.
(mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya», dan mereka mengatakan: Kami
dengar dan Kami taat. (mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (Q.S. Al-Baqarah [2] :285).

Dalam suatu hadis Nabi Muhammad SAW. menjawab pertanyaan Malaikat


Jibril mengenai iman dengan mengatakan: “Bahwa engkau beriman kepada
Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhirat. Dan juga engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk.”
( HR. Bukhari )

Berdasarkan hadis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa rukun iman itu
ada enam:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat Allah

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

4. Iman kepada Rasul-Rasul Allah

5. Iman kepada hari akhir,

6. Iman kepada qada’ dan qadar.

Contoh Aqidah dalam Kehidupan Sehari-Hari:

1. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

2. Berpegang Teguh kepada Al Quran dan hadits Nabi SAW.

3. Menjauhkan diri dari semua perbuatan syirik


4. Meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah SWT dengan sholat
berjamaah.

5. Berserah diri dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah.

Tujuan Aqidah Islam

a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah
adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah
haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya .

b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya
aqidah. Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan
adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan dan khurafat.

c. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan
memperkuat hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia
menjadi orang yang tegar menghadapi segala persoalan dan sabar dalam
menyikapi berbagai cobaan.

d. Meluruskan tujuan dan perbuatan yang menyimpang dalam beribadah


kepada Allah serta berhubungan dengan orang lain berdasarkan ajaran al-
Qur’an dan tuntunan Rasulullah saw.

e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan


kesempatan yang baik untuk beramal baik. Sebab setiap amal baik pasti ada
balasannya. begitu sebaliknya, setiap amal buruk pasti juga ada balasannya.
Di antara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan
terhadap seluruh perbuatan.

2.3.2 Tauhid

Tauhid merupakan konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan


Allah. Dan termasuk salah satu ajaran yang dibawa oleh nabi allah agar
mereka beriman kepada allah tuhan yang maha esa. Mengamalkan tauhid dan
menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah
diikrarkan oleh seorang muslim. Bentuk kenyakinan ini dapat dirumuskan
dalam Kalimat Syahadat. َ ‫ا َْ َُلْاْ ُ ْ َن ُ ْ َد ْهش‬
ِ ‫د َم َح ُ ْ َن ُُْ ْ َد ْهش َ ُ َِْ َل‬
َ ‫َُا‬ َ (Saya Bersaksi
ْ ‫ا َُ ْل َوش‬
bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah).

Manfaat Mempelajari Ilmu Tauhid

Adapun beberapa manfaat mempelajari ilmu tauhid diantaranya yakni:

1. Membuat seseorang menjalankan tujuan hidup yang sebenarnya yakni


untuk beribadah kepada allah swt.

2. Mendapatkan jaminan surga karna beriman kepada allah serta menjalankan


perintah dan menjauhi laranganya.

3. Selalu berusahan untuk berbuat amal yang shalih.

4. Dijauhkan dari dosa besar karna mengerti ajaran agama sehingga takut
untuk melakukan perbuatan yang berdosa.

5. Mendapat syafaat rasulullah SAW.

6. Terhindar dari pengaruh paham yang menyesatkan karna hanya percaya


kepada ajaran allah swt.

7. Mampu memperoleh keselamatan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

8. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk menggapai ridho Allah


Ta’ala, cinta dan pahala-Nya.

9. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelepan, kekacauan, dan kegoncangan,


hidup yang menyesatkan.

10. Tauhid yang baik dan benar dapat menghilangkan


sifat syirik (menyekutukan Allah SWT ).
Ruang Lingkup Tauhid

Berikut adalah beberapa ruang lingkup tauhid antara lain yakni:

- Ma’rifat Al-mabda’ yaikni mempercayai dengan sepenuh hati keberadaan


tuhan pencipta Alam dan Pemelihara Alam semesta, yaitu Allah swt.
- Ma’rifat Al-watsiqah yakni mempercayai dan menaati dengan sepenuh
hati tentang para utusan Allah yang menjadi perantara Allah swt. dalam
menyampaikan Ajaran-ajarannya dan Kitab-kitabnya.
- Ma’rifat Al-ma’ad yakni mempercayai dengan sepenuh hati tentang
adanya kehidupan kekal setelah mati yaitu Alam akhirat dan hal yang ada
didalamnya.

Jenis-Jenis Tauhid

Berikut adalah beberapa jenis-jenis tauhid diantaranya yaitu:

1. Tauhid Rububiyah.

Tauhid Rububiyah merupakan jenis tauhid yang mengesakan Allah dalam


segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan
segenap makhluk-Nya. Dan alam semesta ini diatur oleh Mudabbir
(Pengelola), Pengendali Tunggal, Tak disekutui oleh siapa dan apapun dalam
pengelolaan-Nya. Allah menciptakan semua makhluk-Nya di atas fitrah
pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musrik yang
menyekutukan Allah dalam ibadahnya juga mengakui keesaan rububiyah-
Nya. Jadi jenis tauhid ini diakui semua orang. Bahkan hati manusia sudah
difitrahkan untuk mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang
lainnya. Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun.
Namun demikian di hatinya masih tetap meyakini-Nya. Alam semesta dan
fitrahnya tunduk dan patuh kepada Allah. Sesungguhnya alam semesta ini
(langit, bumu, planet, bintang, hewan, pepohonan, daratan, lautan, malaikat,
serta manusia) seluruhnya tunduk dan patuh akan kekuasaan Allah. Tidak
satupun makhluk yang mengingkari-Nya. Semua menjalankan tugas dan
perannya masing-masing, serta berjalan menurut aturan yang sangat
sempurna. Penciptanya sama sekali tidak mempunyai sifat kurang, lemah, dan
cacat. Tidak satupun dari makhluk ini yang keluar dari kehendak, takdir, dan
qadha’-Nya. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas izin Allah. Dia adalah
Pencipta dan Penguasa alam, semua adalah milik-Nya. Semua adalah ciptaan-
Nya, diatur, diciptakan, diberi fitrah, membutuhkan, dan dikendalikan-Nya.

2. Tauhid Uluhiyah.

Tauhid Uluhiyah merupakan jenis tauhid ibadah. Tauhid Uluhiyah


mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub
yang disyariatkan seperti doa, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut,
tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali atau taubat).
Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul. Disebut demikian, karena
tauhid uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya, “Allah”
yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah), dan juga karena tauhid
uluhiyah merupakan pondasi dan asas tempat dibangunnya seluruh amal. Juga
disebut sebagai tauhid ibadah karena ubudiyah adalah sifat ‘abd
(makhluknya) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena
ketergantungan mereka kepada-Nya

3. Tauhid asma’ wa sifat

Tauhid asma’ wa shifat merupakan jenis tauhid yang isinya pengesaan sifat
dan nama Allah. Allah mempunyai nama dan sifat yang begitu istimewa yang
tidak mungkin ada pada mahluk manapun. Sebagai seorang muslim, kita
hendaknya mengetahui dan mengamalkan nama dan sifat Allah yang banyak
disebutkan dalam Al Quran dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam.
Sumber-Sumber Mempelajari Ilmu Tauhid

Adapun beberapa sumber yang dijadikan sebagai pedoman mempelajari ilmu


tauhid diantaranya:

1. Al-Qur’an yaitu kumpulan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. melalui malaikat jibril.

2. Hadits yaitu segala perilaku nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, dan ketetapannya.

Contoh Tauhid

Berikut adalah beberapa contoh tauhid dintaranya yakni:

- Tauhid Uluhiyah : Bertawakal kepada allah, Meminta pertolongan


hanya kepada allah, Menyandarkan nasib kepada selain allah.

- Tauhid Rububiyah : Tidak merasa hebat , sombong dan


takabur, Bersyukur bila mendapat nikmat baik yang disangka maupun
tidak disangka, Introspeksi diri dan bersabar bila mendapat
ujian, Meyakini bahwa segala yang kita miliki ini bukan karena kita
bisa,namun karena ALLAH kuasa memberikan kebisaan kepada
kita, Tidak ikut mengucapkan selamat natal atau ucapan hari raya agama
lain karena mengucapkan natal berarti mengakui bahwa ALLAh bukan
satu-satunya Tuhan.

- Tauhid asma wa sifat: Meyakini Allah memiliki sifat Asmaul Husna


contoh, Allah bersifat Ar-Razak (Pemberi rezeki), meyakini hanya Allah
yang memberi rezeki, tdk melakukan ke syirikan dgn melanggar sifat
allah tersebut (contoh Pesugihan).
2.4 Bukti keberadaan Tuhan
2.4.1 Dalil Fitrah
Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga disadari
atau tidak, disertai belajar atau tidak naluri ketuhanannya akan hadir. Firman
Allah SWT.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Al-A’raf:172)

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang


menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah” maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)”….? (Az-
Zukhruf:87)

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan sesungguhnya kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Al-
Bukhari)

Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan.
Secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai Tuhan
yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan
yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang.
2.4.2 Dalil Naqli

Meski secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya
Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah SWT. untuk
mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan
yang sebenarnya.
Allah menjelaskan jati diri-Nya dalam Al-Qur’an:

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT. adalah pencipta semesta Alam dan
seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya.

2.4.3 Dalil Akal

Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam


semesta dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Ada beberapa teori
diantaranya:

1. Sebab
Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatar belakanginya. Adanya
sesuatu pasti ada yang mengadakan dan adanya perubahan pasti ada
yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya.
Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini
akan berakhir dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia
adalah Tuhan.
2. Keteraturan
Seluruh alam semesta beserta isinya termasuk matahari, bumi, bulan,
bintang bergerak dengan sangat teratur. Keteraturan ini mustahil
berjalan sendiri tanpa ada yang mengatur. Siapakah yang mampu
mengatur alam semesta beserta seluruh isinya selain Tuhan?
3. Kemungkinan
Seorang matematikawan bernama Roger penrose pernah mencoba
menghitung kemungkinan tidak ada Tuhan itu 1/(10^10^123). itu
kemungkinan alam semesta berjalan tanpa ada Tuhan. artinya Tuhan
itu kemungkinan adanya 1 – 1/(10^10^123) hampir = 1. artinya Tuhan
itu pasti ada. tak terbantahkan.
Konstanta hukum alam. proses-proses fisika di alam semesta berjalan
pada konstanta tertentu. sekarang kita perhatikan materi-materi itu
benda mati. mereka tak punya kesadaran dan kehendak terhadap
hukum dan konstanta. lalu dari mana konstanta itu? tak mungkin dari
benda mati? lalu dari mana? jelas dari Tuhan kan? contohnya: air
mendidih pada 100 derajat celcius, 80 derajat reamur, 212 derajat
fahrenheit dan 373 K. dari dulu sampai sekarang dalam tekanan 1 atm
titik didihnya selalu begitu. dari mana kita dapat konstanta itu? kenapa
tak pernah berubah? siapa yang menetapkan? ilmuwan-ilmuwan
hanya menetapkan.
2.4.4 Dalil Inderawi

Tentang wujud Allah SWT dapat dijelaskan melalui dua fenomena:

1. Fenomena Pengabulan Do’a


Kita semua dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa
orang-orang yang berdoa serta memohon pertolongan-Nya yang
diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Dimana
menunjukan secara pasti tentang wujud Allah SWT. Allah berfirman:
“Dan (Ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami
memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta
keluarganya dari bencana yang besar” (Al-Anbiya:76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu” (Al-Anfaal:9)
Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seseorang badui datang pada
hari jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah
berkhotbah. Lelaki itu berkata “Hai Rasul Allah, harta benda kami
telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh kare itu,
mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi
kesulitan kami”
Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Tiba-tiba
awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah
belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada
jum’at yang kedua, orang badui atau orang berdiri dan berkata, “Hai
Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam,
doakanlah kami ini (agar selamat) kepada Allah” Rasulullah lalu
mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku,
turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan engkau turunkan
sebagai bencana kami”. Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada
suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan)”. (HR. Al-Bukhari)
2. Fenomena Mukjizat
Mukjizat ini dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan
bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengurus para nabi tersebut,
yaitu Allah SWT. Karena hal-hal itu berada di luar kemampuan
manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi
para rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa as. Agar
memukul laut dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu
terbelahlah laut itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air
di antara jalur-jalur itu menjadi seperti gunung-gunung yang
bergulung. Allah berfirman,
"Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu, Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah
seperti gunung yang besar”. (Asy Syu‟araa: 63)
Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan
orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur
dengan ijin Allah. Allah SWT berfirman:
“…Dan Aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah”
(Ali Imran: 49)
“Dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya
(menjadi hidup) dengan ijin-Ku” (Al Maidah 110)
Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera
kita itu adalah bukti pasti wujud-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konsep ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret) sehingga
manusia rela untuk dikuasai dan menghambakan dirinya. Semua manusia memiliki
fitrahnya ketika lahir jadi manusia tidak mungkin tidak bertuhan. Ajaran komunis
yang diasumsikan sebagai orang-orang Atheis yang tidak mempercayai adanya
Tuhan bagaimanapun tetap memiliki Tuhan mereka sendiri, tapi Tuhan yang mereka
yakini berbeda dengan Tuhan yang diyakini penganut agama. Jika Tuhan yang
diyakini penganut agama adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta
isinya dan mengatur seluruh kehidupan di dunia, maka Tuhan yang diyakkini orang
Atheis adalah segala sesuatu yang ia puja seperti ilmu pengetahuan, paham-paham
yang dianutnya, hal duniawi, dan lain sebagainya. Orang komunis yang Atheis dapat
dikategorikan sebagai orang kafir karena penyangkalan mereka terhadap Tuhan
Pencipta Alam Semesta padahal mereka mengetahui bahwa alam semesta itu bukan
semata-semata ada begitu saja, pasti ada penciptanya.

Tuhan adalah suatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya, yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkan-
Nya, kepada-Nya tempat berserah diri ketika dalam kesulitan, berdo’a dan
bertawaqal kepada-Nya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari-Nya
dan membawa ketenangan disaat mengingat-Nya serta terpaut cinta kepada-Nya.

Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut Ketuhanan. Ketuhanan yang Maha Esa
menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29 ayat 1 undang-undang
dasar 1945 negara berdasarkan atas tuhan yang maha esa. Sebagai terjemahan kata-
kata yang terhimpun dalam Allahu al-wahidulahad ,yang berasal dari al-qur’an surat
Al-Ikhlas ayat 1 yang artinya: “ Tuhan Yang Maha Esa ”
Wujud nyata dari percaya atau iman itu sendiri tidak boleh hanya berupa ikrar
atau pernyataan kosong, melainkan harus dilakukan dengan perbuatan berupa
menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya secara ikhlas lahir batin.

3.2 SARAN
1. Sebagai seorang beragama Islam, kita tidak hanya wajib untuk mempercayai
Allah SWT. Tapi, kita juga harus mengimplementasikan keimanan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara menjalankan segala perintahnya dan
menjauhi larangannya.
2. Kita harus memperhatikan orang lain, beramal kepada sesama, berkasih sayang
dan mencintai sesama makhluk.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 2003. Membumikan al-Qur’an. Bandung:Mizan

https://pakdosen.co.id/. 2018. “Tauhid Adalah”. Dosen.Co.Id. 8 Oktober 2022

Dr. Waway Qodratullah S, M.Ag, dkk. 2022. "Perkuliahan Pendidikan Agama Islam
Berbasis Karakter Patriotik". Bandung: Lekkas

Abdurrohim, Usman, Noek Aenul Latifah. 2014. "BUKU SISWA AKIDAH AKHLAK
MADRASAH ALIYAH KELAS X". Kementrian Agama Republik Indonesia. 8
Oktober 2022
PERTANYAAN

1. Bagaimana cara meyakinkan orang-orang yang sudah mempelajari tentang


agama, tetapi tetap tidak percaya akan adanya Tuhan? (Oleh Anggi Azzahra -
032)
 Karena mereka belum mendapatkan hal-hal yang meyakinkan atau belum
merasakan ketenangan dan dahsyatnya kebesaran Allah SWT. Kunci disini
iman (kepercayaan, keyakinan) dimana mereka paham atau tidaknya
terhadap tuhan. Mereka harus merasakan sesuai agama dan kepercayaan
mereka.
“lakum dinukum waliyadin” yang artinya :
Untukmu agamamu dan bagiku agamaku.
Dijawab oleh Dilla Fatia A.- 014

2. Mengapa Tuhan berfirman dengan kata “Kami”, bukan “Saya” ? (Oleh M. Hanif
F.- 001)
 Karena Allah membahas dirinya dengan kata plural / jamak sebagai bentuk
pengagungan dan penyanjungan diri (makna majazi) yang dimaksudkan
untuk menunjukkan kuasa atau membesarkan yang bersangkutan. Dari sini
kemudian ahli tata bahasa Arab (ahli ilmu nahwu) memaknai kata ganti
“Nahnu” (Kami) yang merujuk pada satu person sebagai lil mu’azzhim
nafsah (untuk mengagungkan diri sendiri) di samping makna hakiki lil
mutakallim ma’al ghair.
(lihat Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al-Qurthubi, Al-Jami‘ li
Ahkamil Qur’an, Mu’assasatur Risalah, Beirut, Libanon, tahun 2006 M /
1427 H, juz I, halaman 433)
Dijawab oleh Nurul Nabilah - 019
3. Bagaimana kalau ada penelitian yang membuktikan bahwa Tuhan itu hanya
khayalan semata, apakah semua manusia akan percaya? (Frisca B.V. - 039)
 Segimanapun nantinya ada penelitian yang menyatakan banyak persepsi
mereka tentang tuhan, itu balik ke keyakinan Iman kita masing-masing yang
dimana kita percaya tuhan kita satu yaitu Allah SWT.
Dijawab oleh Kautsar Ramadhan - 036

4. Kita kan dilahirkan tanpa diminta, kan tidak adil ya, kalau untuk dipaksa unuk
taat pada aturannya (agama)? (Oleh M. Reki K. - 028)
 Seseorang jika merasa Hal itu tidak adil belum memahami bahwa karunia
dari Allah SWT itu sangat besar. Contoh yang sampai saat ini masih terjadi
Dan terus dilakukan serta diperjuangkan oleh nabi junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Yang terus memohonkan ampun atas dosa kita semua.
Bahkan ketika peristiwa isra dan miraj Nabi Muhammad SAW terus bolak
balik langit untuk dapat menurunkan waktu sholat yang sekarang jadi 5.
Masih banyak keadilan dari Allah SWT kepada kita tapi balik lagi apakah
sudah menyadarinya dan beriman hanya pada Allah SWT.
Dijawab oleh Hagi Muhammad Fadlan R. - 015

5. Tuhan itu satu, tapi kenapa ada banyak agama lain? Jadi, tuhan itu banyak atau
sedikit? (Oleh Yosepin Y.A. - 034)
 Tuhan itu satu baik di agama manapun sebenarnya. Tapi ada beberapa yang
beranggapan bahwa tuhan itu ada anak dan lain-lain seperti yang disebut
dalam agama lain selain Islam. Semua agama memiliki tuhan nya masing-
masing.
Dijawab oleh Nurul Nabilah - 019

Anda mungkin juga menyukai