Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK
Konsep Perbuatan Manusia

OLEH : KELOMPOK 4

1. Inka Imratul Nabila (21621019)


2. Yuriza Mei Raseli (21621039)

DOSEN PENGAMPU :

Lendrawati S.H.I, S.Pd.I, M.A

POGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini menyajikan materi tentang “Konsep Perbuatan
Manusia” dalam mata kuliah “Akhlak”

Sholawat serta rahmat Allah SWT, mudah-mudahan selalu tercurahkan ke pangkuan


Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya aamiin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, disini kami selaku pemakalah mengucapkan ribuan terimakasih kepada seluruh
pihak dan teman-teman yang sudah setia membantu demi terselesainya makalah yang kami
susun ini, serta ibu selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak dengan kesabaran dan
keikhlasanya sehingga sedikit banyaknya mudah-mudahan mata kuliah ini dapat kami
manfaatkan untuk bahan pembelajaran nantinya.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Curup, 19 Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Masalah Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Kejadian dan Fitrah Manusia..........................................................................................2
B. Konsep Perbuatan Manusia.............................................................................................3
C. Perbuatan Manusia Menurut Beberapa Aliran................................................................4
1. Aliran Jabariyah...........................................................................................................4
2. Aliran Qadariyah.........................................................................................................5
3. Aliran As’ariyah..........................................................................................................6
4. Aliran Murjiah.............................................................................................................7
5. Aliran Ahlusunnah Waljama’ah................................................................................7
6. Aliran Mu’tazilah........................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Masalah Latar Belakang

Terkait perbuatan manusia, bermula dari pembahasan sederhana yaitu tatkala yang di
lakukan oleh kelompok Jabariyah (pengikut Ma’bad Al-Juhani dan Ghaila Ad-Dimsyaqi),
yang kemudian di lanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam oleh aliran
Mutazilah, Asy-ariyah, dan Maturidiyah.

Akar dari masalah perbuatan manusia adalah keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta
alam semesta, termasuk di dalamnya manusia sendiri. Tuhan bersifat maha kuasa dan
mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Namun, pendapat-pendapat seperti ini yang
memicu perpecahan dalam betuk perbedaan sudut pandang dalam menafsirkan eksistensi
Tuhan.

Apalagi pada zaman ketika aliran Mu’tazilah maupun Asy’ariyah lagi gencar-
gencarnya menafsirkan kalam Allah dan eksistensi Tuhan itu sendiri. Dari kedua aliran
tersebut memiliki sudut pandang maupun argumen masing-masing. Sehingga
menimbulkan polemik-polemik yang berbeda dari kedua kelompok tersebut. Dengan
demikian agar kajian ini dapat lebih dalam, maka akan dibahas di bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kejadian dan fitrah manusia?
2. Bagaimana konsep perbuatan manusia?
3. Bagaimana pemikiran aliran Jabariyah, Qadariyah, As-ariyah, Murji’ah, Ahlusunnah
Wal Jamaah dan Mu’tazilah mengenai konsep perbuatan manusia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kejadian dan fitrah manusia
2. Untuk mengetahui konsep perbuatan manusia
3. Untuk mengetahui pemikiran aliran Jabariyah, Qadariyah, As-ariyah, Murji’ah,
Ahlusunnah Wal Jamaah dan Mu’tazilah mengenai konsep perbuatan manusia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kejadian dan Fitrah Manusia


Telah diketahui bahwa manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Tetapi manusia bisa menjadi makhluk yang
paling rendah derajatnya jika tidak beriman dan beramal saleh.

Manusia punya banyak kelebihan, antara lain dikarunia akal pikiran dan susunan
tubuh yang harmonis serta diberi hidayah agama. Manusia harus berhati-hati dengan
kelebihannya. Ia bisa jatuh menjadi makhluk yang paling hina jika rusak Budi pekertinya
ia akan lebih berbahaya daripada binatang buas. Manusia pun bisa berbuat kerusakan di
muka bumi.1

Akal manusia yang disertai Iman akan dapat melihat cahaya Tuhan, yaitu ayat-ayat
Allah baik dalam Al-qur'an, diri manusia sendiri, maupun alam semesta. Seseorang yang
beriman akan berbuat sesuatu hanya untuk mengabdi kepada Allah. Dia melaksanakan
fungsinya .sebagai khalifah dimuka bumi sehingga mampu mengolah,memanfaatkan,dan
memelihara alam sekitar yang disediakan Allah bagi manusia. Dia akan selalu ingat
kepada Allah, baik ketika berdiri, duduk, dan berbaring. Dia selalu memikirkan makhluk
dan alam semesta ciptaan Allah.

Seringkali manusia beranggapan bahwa kehidupan akan menjadi baik jika mendapat
kekayaan yang banyak atau kedudukan yang tinggi,tetapi dia tidak mampu menggunakan
kekayaan dan kedudukan yang sesuai kehendak Allah. Untuk mengejar harta dan
kedudukan, kadang manusia menghalalkan segala cara. Padahal semuanya kelak harus
dipertanggungjawabkan di akhirat.

Fitrah manusia lainnya ialah bahwa manusia merupakan makhluk individu sekaligus
makhluk sosial yang selalu bekerja sama dan saling bantu dengan orang lain. Dalam
proses tolong-menolong antar sesama manusia biasanya ada tanggapan emosional
pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, penghargaan, dan kepercayaan orang
1
M. Solohin, M. Rosyidin Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup, (Bandung:
Penerbit Nuansa, 2005), hlm 173

2
lain. Dalam proses mengejar keinginan, hendaknya seseorang memperhatikan keinginan
orang lain sehingga setiap individu bisa menjalin hubungan yang baik serta saling
menolong dalam kebaikan dan takwa kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Inilah kodrat
manusia sebagai makhluk individu sebagai makhluk sosial.2

Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan.
Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin
dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Olaeh
karena itu, meskipun Secara teoritis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran
Islam termasuk iman yang tipis. Untuk melatih akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-
hari, ada contoh-contoh yang dapat diterapkan sebagai berikut:

1. Akhlak yang berhubungan dengan Allah


2. Akhlak terhadap diri sendiri
3. Akhlak terhadap keluarga
4. Akhlak terhadap masyarakat
5. Akhlak terhadap alam sekitarnya

Kecenderungan fitrah manusia selalu untuk berbuat baik. Seseorang itu dinilai
berdosa karena pelanggaran pelanggaran yang dilakukannya, seperti pelanggaran
terhadap ahlakul karimah melanggar fitrah manusia melanggar aturan agama dan adat
istiadat. Secara fitrah manusia seorang muslim dilahirkan dalam keadaan suci.3

B. Konsep Perbuatan Manusia

Dalam paham materialisme, hakikat manusia dipandang sebagai unsur-unsur


materialisme-mekanistis yang kompleksitasnya terdiri dari aspek-aspek fisiologis,
neurologis, fisika dan biokimia4. Manusia hanya dipandang dari segi jasmani saja, tanpa
melihat dari segi rohani. Menurut paham dualisme, manusia sebagai makhluk adalah
suatu integritas antara unsur jasmaniah dan rohaniah. Manusia ditempatkan sebagai
makhluk yang memiliki peluang untuk dikembangkan pada kedua unsur tersebut.Dalam
pandangan Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan kedudukan yang
melebihi makhluk ciptaan Allah yang lainnya, selain itu manusia sudah dilengkapi

2
M. Solohin, M. Rosyidin Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup, (Bandung:
Penerbit Nuansa, 2005), hlm 175
3
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm 76
4
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm 17

3
dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Dalam al-Qur‟an manusia disebut
dengan berbagai macam nama, dan nama tersebut menggambarkan peranan dan tugas
manusia. Beberapa nama manusia didalam al-quran antara lain: al-Basyar, al-Insan, al-
Nas, Bani Adam, al-Ins, Abdullah, dan Khafitullah. Dari ketujuh nama tersebut, konsep
al-Insan menggambarkan manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk tumbuh
dan berkembang baik secara fisik maupun mental spiritual.

Dalam ajaran islam, tindakan manusia selalu melibatkan tiga unsur utama.
Sebagaimana iman kepada Allah swt harus diucapkan dengan lisan diyakini dengan hati,
dan diamalkan dengan anggota badan. Oleh sebab itu, dalam perspektif ilmu jiwa akhlak
manusia tergambarkan oleh tiga hal yang mendasar, yaitu:5

1. Mengikrarkan dengan perkataan atau lisan, yang menjelaskan keyakinannya yang


kuat pada ajaran Allah swt dan rasulullah saw
2. Meyakini dengan hati, yang akan membentuk kebulatan tekad dan keikhlasan dalam
bertindak atas nama Allah swt
3. Melakanakan dengan anggota badan, yang menggambarkan relevansi antara perilaku
umat islam dengan syariat dan sunnah rasulullah saw

C. Perbuatan Manusia Menurut Beberapa Aliran


1. Aliran Jabariyah

Kata "Jabariyah" berasal dari kata bahasa arab "Jabara" yang artinya memaksa. Dan
yang dimaksud adalah suatu golongan yang berfaham bahwa semua perbuatan manusia
bukan atas kehendak sendiri. Namun, ditentukan oleh Allah SWT. Manusia tidak
mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk
atau baik hanya Allah yang menentukannya. Para Ulama pengikut aliran Jabariyah,
berpendapat bahwa semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia merupakan kehendak
dan ketetapan Allah. Manusia tidak mempunyai peran atas segala perbuatannya.
Perbuatan baik dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia merupakan Qudrat dan Iradat
(kekuasaan atau kehendak) Allah.6 Di sisi lain, Allah berfirman:
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ٍ ‫س ْولَ ٗه ُيدْ ِخ ْل ُه َج ٰ ّن‬
‫ت َت ْج ِر ْي مِنْ َت ْحتِ َها ااْل َ ْن ٰه ُر ٰخلِ ِد ْينَ فِ ْي َها ۗ َو ٰذلِ َك ا ْل َف ْو ُز‬ ُ ‫تِ ْل َك ُحد ُْو ُد ِ ۗ َو َمنْ ُّيطِ ِع َ َو َر‬
‫ا ْل َعظِ ْي ُم‬
5
Juhaya S.Praja, Ilmu Akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm 162
6
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Media, 2011)

4
“Barangsiapa ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, Niscaya Allah memasukannya ke dalam
surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan
itulah kemenangan yang besar". (QS: 4: An-Nisa': 13).

Dari kutipan Ayat suci di atas, maka pendapat ulama Jabariyah menjadi lemah. Yusuf
Al Qardhawi memandang bahwa aliran Jabariyah hanya memandang satu sifat kekuasaan
Allah dan tidak memandang keadilan dan kebijaksanaan-Nya. sehingga semua perbuatan
yang dilakukan disandarkan pada takdir Allah. Dengan kata lain aliran Jabariyah
menafikan fungsi dan peran Rasul Allah serta ancaman yang akan diberikan kepada
pelanggar (durhaka) tatanan nilai Ilahiyah (syari'ah agama) dan pahala bagi para
pelaksana (bertaqwa) tatanan nilai Ilahiyah (sayri'ah agama).

2. Aliran Qadariyah

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah bahwa


manusia berkuasa atas perbuatan-perbuAtannya. Manusia sendirilah yang melakukan
perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang
melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.
Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengan daya
itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya.7

Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya
sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas
kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh
hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan
balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akherat,
itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Karena itu sangat
pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya.8

Faham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengan konsep yang
umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa
nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya, manusia hanya

7
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa dan Perbandingan, (Jakarta:
Universitas Indonesia UI Press, 1986), hlm 31
8
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Media, 2011), hlm 73

5
bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya. Dengan
demikian takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta

seluruh isinya, sejak azali, yaitu hokum yang dalam istilah al Qur‟an adalah sunnatullah.

Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah.
Manusia dalam demensi fisiknyatidak dapat bebruat lain, kecuali mengikuti hukum alam.
Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang
mampu berenang di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan
seperti gajah yang mampu membawa barang seratus kilogram.

3. Aliran As’ariyah

Dalam faham Asy'ari manusia di tempatkan pada posisi yang lemah. Ia di ibaratkan
anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karana itu, aliran ini lebih
dekat dengan paham jabariah dari pada dengan faham Mu'tazilah. Begitu juga Pada
hakikatnya bagi aliran Asy’ariyah, manusia tidak memiliki kebebasan untuk mewujudkan
keinginan dan kehendaknya.9

Pendiri aliran asy'ariyah, memakai teori al-kasb (acquisition, perolehan). Teori Al-
Kasb Asy'ari dapat di jelaskan sebagai berikut. Segala sesuatu terjadi dengan perantaraan
daya yang di ciptakan, sehingga menjadi perolehan bagi muktasib yang memproleh kasab
untuk melakukan perbuatan. Sebagai konsekoensi dari teori kasb ini, manusia kehilangan
keaktifan, sehingga manusia bersifat pasif dalm perbuatan-perbuatannya.

Argumen yang diajarkan oleh Al-Asa’ari untuk membela keyakinannya adalah firman
Allah:

َ‫م َو َما تَ ْع َملُ ْون‬Gْ ‫َوهّٰللا ُ َخلَقَ ُك‬

“Tuhan menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”. (Q.S. Ash-Shaffat [37]:96)

Kata wamaa ta'malun pada ayat diatas di artikan al-asy'ari dengan apa yang kamu
perbuat dan bukan apa yang kamu perbuat. denga demikian, ayat ini mengandung arti
Allah menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatanmu. dengan kata lain, dalam faham
asy'ari, yang mewujudkan kasb atau perbuatann manusia sebenarnya adalah Tuhan
sendiri.
9
Azhari Akmal Tarigan, Islam Universal “Nilai-nilai Dasar Perjuangan”, (Bandung: Cita Pustaka
Media, 2003), hlm 182

6
Pada prinsipnya aliran asy'ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan
Allah, sedangkan daya manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya. Allah
menciptakan perbuatan untuk manusia dan menciptakan pula pada diri manusia, daya
untuk melahirkan perbuatan tersebut. Jadi, perbuatan di sini adalah ciptaan Allah dan
merupakan kasb(perolehan) bagi manusia. Dengan demikian kasb mempunyai pengertian
penyertaan perbuatan dengan daya manusia yang baru. Ini berimplikasi bahwa perbuatan
manusia di barengi oleh daya kehendaknya, dan bukan atas daya kehendaknya.

4. Aliran Murjiah

Pandangan Murji'ah tentang nasib dan perbuatan manusia, bahwa manusia tidak
berhak berkehendak, karena manusia memiliki akal dan potensi yang harus
dikembangkan. Pandangan tentang perbuatan dan takdir manusia Mu'rjiah berpendapat
bahwa manusia itu lemah, tidak berdaya, terikat oleh kekuasaan dan kehendak Tuhan,
tidak memiliki kehendak dan kehendak bebas. Segala tindakan dan tindakan manusia
tidak lepas dari skenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk, yang
diterima manusia dalam perjalanan hidupnya adalah ketentuan Allah. Beda kasus dengan
pandangan aliran Mu'tazilah, perbuatan manusia terjadi sesuai dengan kehendak manusia
tersebut. Jika seseorang ingin melakukan sesuatu, itu terjadi. Tetapi sebaliknya, jika
seseorang menginginkan hal tersebut tidak akan terjadi . Jika perbuatan manusia bukanlah
perbuatan manusia, melainkan perbuatan Tuhan, maka perbuatan mereka tidak akan
terjadi, sekalipun mereka iri dan berkehendak.

5. Aliran Ahlusunnah Waljama’ah

Pandangan Ahlus Sunnah Tentang Perbuatan Hamba adalah: Pertama : Perbuatan


hamba pada hakekatnya adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla. Kedua : Yang melaksanakan
perbuatan tersebut adalah hamba itu sendiri secara hakiki. Ketiga : Seorang hamba
mempunyai kekuasaan (kemampuan) untuk melaksanakan perbuatannya secara hakiki
dan mempunyai pengaruh atas terjadinya perbuatan tersebut. Dan Allah-lah yang
memberi kemampuan kepada mereka untuk melakukan perbuatan tersebut.[8] Imam Abu
‘Utsman ash-Shabuni (wafat th. 499 H) rahimahullah berkata: “Pemahaman Ahlus
Sunnah wal Jama’ah adalah keyakinan bahwa perbuatan hamba adalah diciptakan Allah
Azza wa Jalla. Dan mereka tidak ada yang membantah serta tidak ada keraguan sedikit
pun. Sebaliknya, mereka menganggap orang yang mengingkari dan tidak menerima
kenyataan itu sebagai orang yang menyimpang dari petunjuk dan kebenaran."

7
6. Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu'tazilah memandang manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Oleh
karna itu, Mu'tazilah menganut faham qodariyah atau free will. Menurut Al-Juba'i dan
Abd Aljabbra manusialah yang menciptakan perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah
yang membuat baik dan buruk. Kepatuhan dan ketaatan seseorang kepada Tuhan adalah
atas kehendak dan kemauannya sendiri. Daya (al-istita'ah) untuk mewujudkan kehendak
terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan.10

Perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia
sendirilah yang mewujudkan perbuatannya. Mu'tazilah dengan tegas mengatakan bahwa
daya juga berasal dari manusia. Daya yang terdapat pada diri manusia aalah tempat
terciptanya perbuatan.jadi, Tuhan tidak dilibatkan dalam perbuatan manusia. Aliran
Mu'tazilah mengecam keras faham yang mengatakan bahwa Tuhanlah yang menciptakan
perbuatan.

Dengan faham ini, aliran mu'tazilah mengaku Tuhan sebagai pencipta alam,
sedangkan manusia berpihak sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya.
Meski berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan manusia dan tidak pula
menentukannya, kalangan Mu'tazilah tidak mengingkari azali Allah yang mengetahui
segala apa yang akan terjadi dan diperbuat manusia, pendapat inilah
yangmembedakannya dari penganut qodariah murni.

Jika Allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri tidak


mempunyai perbuatan, batallah taklif syar'i. Hal ini karena syariat adalah ungkapan
perintah dan larangan yang merupakan tahap pemenuhan thalap tidak terlepas dari
kemampuan, kebebasan, dan pilihan.

Kalau manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya. Runtuhlah teori pahal
dan hukuman yang muncul dari konsep faham al-wa'dwaal-wa'id(janji dan ancaman). Hal
ini karma perbuatan itu menjadi tidak dapat di sandarkan kepadanya secara mutlak
sehingga bersekoensi pujian atau celaan. Konsikoensi lain dari faham di atas, Mu'tazilah
berpendapat bahwa manusiaterlibat dalam penentuan ajal karena ajal itu ada dua macam,
pertama, adalah al-ajal ath-thabi'i. ajal inilah yang di pandang mu'tazilah sebagai
kekuaaan mutlak Tuhan untuk menentukannya. Adapun jenis yang kedua adalah ajal

10
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), hlm 64

8
yang dibikin manusia untuk sendiri misalnya membunuh seseorang, atau bunuh diri di
tiang gantungan, atau menum racun. Ajal yang ini dapat dipercepat dan diperlambat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia di lahirkan dalam keadaan suci, perbuatan dan tingkah laku mereka yang
menentukan kehidupan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Perbuatan manusia
merupakan kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, bukan dalam arti
kiasan. Oleh sebab itu, manusia diberikan upah atau hukuman atas pemakaian daya yang
diciptakan Tuhan.

Setiap perbuatan manusia kembali pada pilihan pribadi setiap manusia. Tingkah laku
manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan. Sikap seseorang
boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-
hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun
Secara teoritis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran Islam termasuk iman yang
tipis. Untuk melatih akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap aliran memiliki pemikiran
atau pendapat mengenai konsep perbuatan manusia masing-masing.

10
DAFTAR PUSTAKA

Solohin M, Anwar M. Rosyidin. 2005. Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup.
Bandung: Penerbit Nuansa

M. Yatimin Abdullah M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta: Amzah

Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

S.Praja Juhaya. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia

Rosihon Anwar Rosihin. 2011. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Media

Nasution Harun. 1986. Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa dan Perbandingan. Jakarta:
Universitas Indonesia UI Press

Tarigan Akmal Azhari. 2003. Islam Universal: Nilai-nilai Dasar Perjuangan. Bandung: Cita Pustaka
Media

Hanafi A. 1992. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna

11

Anda mungkin juga menyukai