Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MENGENAL POTENSI-POTENSI DAN KELEMAHAN-


KELEMAHAN MANUSIA

( KEMUHAMMADIYAHAN I )

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Hj. SANAWIAH, S.Ag. ,M.H

DISUSUN OLEH

WAHYU RIDUANI DJINU


NIM : 20.11.023652

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS FISIP
ADMINISTRASI NEGARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah
ini.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi


persyaratan mata kuliah Kemuhammadiyahan I. Selain itu, isis makalah dapat
dijadikan sarana dalam memahami apa potensi-potensi dasar manusia dan
kelemahan manusia dalam islam.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang


terlibat dalam pembuatan makalah. Terutama kepada Dosen kami Ibu Dr. Hj.
Sanawiah, S.Ag. ,M.H yang telah memberi kami kesempatan untuk menyusun dan
membahas makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam
penyampaian bahasa dan struktur isi makalah ini. Untuk Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin

Pulang Pisau, 23 Oktober 2020

Wahyu Riduani Djinu

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II ISI PEMBAHASAN.............................................................................................

2.1 Potensi Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an..............................................

2.1.1 Pendahuluan...................................................................................................

2.2 Manusia Dalam Persepektif Al-Qur’an.........................................................

2.3 Potensi Manusia Menurut al-Qur’an..............................................................

2.4 Kesimpulan....................................................................................................

BAB III KELEMAHAN MANUSIA.................................................................................

3.1 Kelemahan Dalam Diri Manusia ..................................................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................

3.1.1 Kesimpulan....................................................................................................

3.1.2 Saran..............................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memang diciptakan Allah sebagai makhluk yang terbaik dari segi
penciptaannya. Manusia dianugerahi akal dan nafsu yang karenanya bisa
membawanya pada kebahagiaan termasuk juga pada kesengsaraan, baik di
dunia dan di akhirat. Namun dalam kesempurnaanya tersebut terselip juga
celah kelemahan dan kekurangan manusia yang harus dipelajari, diketahui,
dan diantisipasi. Tidak mampu memahami dan mengenali kelemahan diri
sendiri akan berakibat fatal yaitu akan menghantarkan pada kesengsaraan.
Berbicara mengenai kelemahan dan kelebihan manusia, hal ini telah dijelaskan
oleh Allah SWT pada kitab suci Al-Qur’an yang lebih mengarah pada sikap,
sifat dan perilaku manusia itu sendiri.
Mengenali diri sendiri itu tidak semudah mengenal orang lain. Oleh karena
itu, banyak orang menganggap bahwa orang lain selalu salah, kurang dan
tidak benar dan mengganggap dirinya yang paling benar. Padahal sebenarnya
diri kita sendiri sebagai manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dijelaskan pada hadist nabi, “Man arafa nafsahu faqod arafa robbahu”.
Seseorang yang mampu mengenal dirinya secara benar, maka akan bisa
mengenal Tuhannya secara benar pula.
Dengan adanya pembahasan dalam makalah ini, kita sebagai generasi
muda Islam hendaknya lebih mengenal dan mengetahui siapa diri kita dan
bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa potensi-potensi manusia menurut Islam?

2. Bagaimana kelemahan manusia dalam Pandangan Al-Qur’an?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dan potensi manusia menurut Islam


2. Untuk mengetahui kelemahan manusia dalam Pandangan Al-Qur’an.

2
BAB II
ISI PEMBAHASAN

2.1 POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Abstrak
Manusia menurut agama Islam adalah makhluk Allah yang berpotensi. Di
dalam al-Quran ada tiga kata yang digunakan untuk menunjuk kepada
manusia, kata yang digunakan adalah bashar, insan atau nas dan bani adam.
Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan akal
(mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia
untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi
kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari bagaimana
mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya. Secara umum,
macam-macam potensi manusia terdiri dari (1) Potensi fisik, merupakan
organ fisik manusia yang dapat digunakan dan diberdayakan untuk berbagai
kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. (2) Potensi mental
intelektual (intelectual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada
pada otak manusia (terutama otak belahan kiri). (3) Potensi sosial emosional
(emotional quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak
manusia (terutama otak belahan kanan). (4) Potensi mental spiritual (spiritual
quotient), merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam
diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar (bukan
hanya mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai). (5) Potensi ketangguhan
(adversity quotient), merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu
pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan,
dan daya juang yang tinggi. Potensi-potensi tersebut, pada dasarnya masih
merupakan kemampuan yang belum terwujud secara optimal. Oleh karena itu,
dibutuhkan hal lain agar potensi tersebut dapat didayagunakan, tentu saja
manusia mesti memiliki ambisi. Ambisi inilah yang mendorong orang untuk
berusaha meraih keinginannya. Tanpa ambisi, orang hanya akan merasa puas
dengan kondisi yang dimilikinya sekarang, tidak ada keinginan untuk
mengubahnya menjadi lebih baik.
2.1.1 Pendahuluan
Pemikiran tentang hakikat manusia telah dimulai sejak jaman dahulu dan
terus berlangsung sampai saat ini. Pemikiran tentang

hakikat manusia belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Ternyata
orang menyelidiki manusia dalam alam semesta merupakan bagian yang
amat penting karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan jelas tentang
potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukan dalam
alam semesta.
Dalam Islam, hakikat manusia adalah perpaduan antara badan dan
ruh. Keduanya masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri
dan tidak saling bergantung satu sama lain. Islam secara tegas mengatakan
bahwa kedua substansi tersebut adalah substansi alam, sedangkan alam
adalah makhluk, maka keduanya juga makhluk yang diciptakan oleh Allah
Swt..1
Manusia memiliki banyak kesamaan dengan makhluk hidup lainnya,
namun manusia berbeda sekali dengan mereka. Manusia adalah makhluk
material maupun spiritual. Hal-hal yang benar-benar membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk membentuk
dimensi-dimesni baru dalam diri manusia.
Secara etimologi fitrah berarti suci, bersih, murni. Tuhan
menciptakan manusia dalam kondisi fitrah, artinya dalam kondisi yang
suci, bersih, dan murni. Allah Swt. berfirman:
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar,
dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.
(al-an’am: 79) .
Sesungguhnya manusia dilahirkan dengan membawa watak dan
karakter yang siap menerima agama. Sekiranya dia dibiarkan berada dalam
wataknya itu, niscaya dia akan sampai pada apa yang semestinya terjadi
pada dirinya (menerima agama), kecuali jika terdapat faktor- faktor luar
yang berpengaruh terhadap dirinya dan menyimpangkannya dari jalannya
yang alami dan fitri.
2.2 Manusia Dalam Prespektif Al-Qur’an
Telah atas ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang penciptaan
manusia, menyuguhkan kesimpulan bahwa generasi manusia yang ada
sampai sekarang ini berasal dari satu sosok bernama Adam. Penciptaan
Adam sendiri merupakan sebuah pengecualian, dia berasal dari tanah. 2
Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang mengemukakan persoalan penciptaan
manusia di muka bumi adalah di bawah ini, yang secara jelas menunjukkan
bahwa generasi sekarang ini berujung pangkal pada Adam dan istrinya
Hawa.
“Hai sekalian manusia, bertakwa kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
istrinya, dan dari keduanya Dia memperkembang- biakkan lelaki dan
perempuan yang banyak….”(QS. Al—Nisa [4]: 1)
Firman Allah Swt. dengan tegas tegas menjelaskan bahwa penciptaan
semua manusia berasal dari sosok manusia, yakni Adam as., dia
merupakan manusia pertama yang diberi tugas dan peran menjadi khalifah
di muka bumi. Khalifah dimaknai tidak hanya sebagai pemimpin
melainkan juga sebagai wakil Tuhan untuk melakukan kesejahteran dan
pemakmuran di muka bumi. Dari Adam as. populasi manusia dimulai, ia
yang menjadi manusia awal diciptakan dari tanah, dari Adam as. kemudian
Allah Swt. menjadikan keturunannya dari saripati yang hina.(Pada ayat
suci ini pun dijelaskan bahwa manusia awal yang diciptakan berasal dari
tanah sementara generasi manusia selanjutnya diciptakan dari saripati air
yang hina (air mani). Ayat suci ini, bila disandingkan dengan ayat suci
yang menjelaskan penciptaan Adam (sebagai manusia pertama) dari tanah,
akan menyuguhkan kesimpulan bahwa generasi manusia hingga sekarang
ini berasal dari satu sosok manusia (Adam).
Pemikiran tentang hakikat manusia telah dimulai sejak jaman dahulu
dan terus berlangsung sampai saat ini. Pemikiran tentang hakikat manusia
belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia dalam alam semesta merupakan bagian yang amat penting karena
dengan uraian ini dapat diketahui
dengan jelas tentang potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang
harus dilakukan dalam alam semesta.
Uraian ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar bagi perumusan
tujuan pendidikan, pendekatan yang harus ditempuh dalam proses belajar
mengajar serta aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan.
Selain itu, uraian ini juga penting dilakukan karena manusia dalam
kegiatan pendidikan adalah merupakan subjek dan objek yang terlibat
didalamnya. Karena tentu adanya konsep tentang manusia maka akan sulit
ditentukan arah yang akan dituju dalam pendidikan.
Dalam berbagai literatur, ditemukan berbagai pandangan para ahli
tentang hakekat manusia. Salah satu ahli di bidang filsafat dan antropologi
Sastra Prateja mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang historis.
Hakikat manusia sendiri adalah suatu sejarah, suatu peristiwa. Hakekat
manusia hanya dapat dilihat dalam perjalanan sejarahnya, dalam sejarah
bangsa manusia.
Manusia menurut agama Islam adalah makhluk Allah yang berpotensi.
Di dalam al-Quran ada tiga kata yang digunakan untuk menunjuk kepada
manusia, kata yang digunakan adalah bashar, insan atau nas dan bani
Adam.

Kata ‘basyar‟ diambil dari akar kata yang berarti’ penampakan sesuatu.
dengan baik dan indah dan kata itu juga muncul kata basyarah yang artinya
‘kulit’ jadi, manusia disebut bashar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda
dengan kulit binatang. kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia
yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab.6 Akibat kemampuan
mengemban tanggung jawab inilah, maka pantas tugas kekhalifahan
dibebankan kepada manusia. Allah Swt. Berfirman:

Artinya : Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta- hartanya. Dan
janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan
(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka
dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah
ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa
miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian
apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu
adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah
Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).
Manusia dipilih Allah Swt. seperti disebutkan di atas sebagai khalifah di
muka bumi ini. Alasan karena manusia memiliki berbagai potensi,
diantaranya ruh, akal dan jasmani. Masing-masing dari kita, tidak memiliki
keraguan sedikit pun bahwa kita pernah tidak ada, Kemudian setelah itu,
menjadi ada. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki,
kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di
antara yang kamu sekutukan dengan allah itu yang dapat berbuat sesuatu
dari yang demikian itu? Maha sucilah dia dan maha tinggi dari apa yang
mereka persekutukan. (Ar-rum: 40)
Perhatikan juga firman Allah Swt. dalam Surah (Al-anbiya: 34-35)
Artinya : Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun
sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan
kekal. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.
Sebagaimana juga jelas bagi kita bahwa kemunculan matarantai entitas
manusia adalah lewat proses kelahiran dan keturunan. Di sisi lain, dengan
sejenak menyelami diri kita, maka selain jasmani dan keadaan-keadaan
fisikawi, kita juga mengalami berbagai keadaan, seperti berpikir, menghafal,
dan mengingat yang sekaligus benar benar berbeda dengan keadaan-keadan
jasmaniah. Kesadaran bersifat umum memunculkan berbagai pertanyaan dalam
diri setiap individu.
2.3 Potensi Manusia menurut Al-Qur’an
Jika kita mau merenung, sebenarnya ketika kita diciptakan, Tuhan pasti
tidak akan membiarkan hamba-Nya hidup dalam kesengsaraan dan
penderitaan. Maka dari itulah Tuhan membekali manusia dengan segenap
potensi yang ada dalam dirinya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik),
ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan
kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya
sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu
tergantung dari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat
dalam dirinya.
Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing- masingnya
berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta
air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah
daripadanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui
tempat minum masing masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka
dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman);
"Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu".
Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya
dirinya sendiri.
Ketiga potensi tersebut saling menunjang dan melengkapi, tetapi dari ketiga
komponen itu, potensi spiritual dan akal memegang peranan penting dalam
menentukan kesuksesan seseorang dalam kehidupan, sebab dari kedua
potensi itulah manusia akan tahu kemana akan melangkah, apa yang
diinginkan, dan apa yang harus dilakukan. Potensi fisik hanya menunjang
kedua potensi tersebut agar lebih sempurna, walau peranannya juga tidak
bisa disepelekan.
Banyak orang yang mengeluh ketika dikaruniai fisik yang kurang sempurna.
Mereka merasa seakan-akan hidupnya tidak berguna. Akhirnya mereka
menjadi orang-orang yang berputus asa dan menjadi beban bagi orang lain.
Mereka melupakan potensi akal dan spiritual yang dikaruniakan Tuhan.
Dalam sejarah kehidupan manusia, ada banyak orang-orang yang luar biasa,
mereka dikaruniai keterbatasan fisik, tetapi justru dengan itulah mereka
dapat menghasilkan prestasi yang mengagumkan. Mereka menjadikan
keterbatasan mereka sebagai motivasi untuk meraih prestasi tinggi. Namun
harus disadari bahwa potensi yang dimiliki manusia semuanya ada batasnya,
jika Allah menghendaki pasti semua dapat berubah sesuai dengan kehendak-
Nya. Kewajiban manusia yang pokok ialah senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah Swt. dalam segala aspek kegiatannya.

Secara umum, macam-macam potensi manusia adalah sebagai berikut.


1. Potensi fisik, merupakan organ fisik manusia yang dapat digunakan dan
diberdayakan untuk berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup. Potensi fisik berfungsi sesuai dengan jenisnya. Contohnya, mata
untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan
sebagainya.
2. Potensi mental intelektual (intelectual quotient), merupakan potensi
kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kiri).
Potensi ini berfungsi, antara lain menganalisis, menghitung,
merencanakan sesuatu, dan sebagainya.
3. Potensi sosial emosional (emotional quotient), merupakan potensi
kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kanan).
Potensi ini berfungsi, antara lain untuk mengendalikan amarah,
bertanggung jawab, motivasi, kesadaran diri, dan sebagainya. Emotional
quotient (EQ) lebih banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan
lingkungan.
4. Potensi mental spiritual (spiritual quotient), merupakan potensi
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan
dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar (bukan hanya mengetahui
nilai, tetapi menemukan nilai). Dengan SQ manusia dapat muncul sebagai
makhluk yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual. Cara
pengungkapan SQ adalah melalui pendidikan agama dan pendidikan budi
pekerti.
5. Potensi ketangguhan (adversity quotient), merupakan potensi kecerdasan
manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan
dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. AQ
merupakan salah satu faktor spesifik sukses (prestasi) seseorang karena
mampu merespons berbagai kesulitan dengan baik. Dengan AQ, berarti
seseorang telah mampu mengubah rintangan menjadi peluang. kesadaran
diri, dan sebagainya. Emotional quotient (EQ) lebih banyak dipengaruhi
oleh pola asuh orang tua dan lingkungan.
6. Potensi mental spiritual (spiritual quotient), merupakan potensi
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan
dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar (bukan hanya mengetahui
nilai, tetapi menemukan nilai). Dengan SQ manusia dapat muncul sebagai
makhluk yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual. Cara
pengungkapan SQ adalah melalui pendidikan agama dan pendidikan budi
pekerti.
7. Potensi ketangguhan (adversity quotient), merupakan potensi kecerdasan
manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan
dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. AQ
merupakan salah satu faktor spesifik sukses (prestasi) seseorang karena
mampu merespons berbagai kesulitan dengan baik. Dengan AQ, berarti
seseorang telah mampu mengubah rintangan menjadi peluang.
2.3 Kesimpulan
Potensi-potensi tersebut, pada dasarnya masih merupakan
kemampuan yang belum terwujud secara optimal. Oleh karena itu,
dibutuhkan hal lain agar potensi tersebut dapat didayagunakan, tentu saja
manusia mesti memiliki ambisi. Ambisi inilah yang mendorong orang
untuk berusaha meraih keinginannya. Tanpa ambisi, orang hanya akan
merasa puas dengan kondisi yang dimilikinya sekarang, tidak ada
keinginan untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Walaupun demikian,
kita harus mampu untuk menakar kemampuan diri. Jangan sampai ambisi
yang berlebihan, yang berada di luar jangkauan dan kewajaran justru
membawa kita ke jurang kesombongan dan mendorong pada kegagalan.
Harus disadari bahwa potensi yang dimiliki manusia semuanya ada
batasnya, jika Allah menghendaki pasti semua dapat berubah sesuai
dengan kehendak-Nya. Kewajiban manusia yang pokok ialah senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah Swt. dalam segala aspek kegiatannya.

Situs Articel:
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/download/480/398
BAB III
KELEMAHAN MANUSIA
3.1 Kelemahan Dalam Diri Manusia

Seseorang yang beriman sekali pun tentu mempunyai kesalahan dan


memiliki sifat buruk yang terkadang sukar dihilangkan. Tiada seorang
Mukmin pun yang murni atau sempurna. Sebagai contoh, Nabi Muhammad
Saw pernah bersabda kepada Abu Dzarr ra, beliau bersabda, “Engkau seorang
yang masih ada padamu sifat jahiliyah.” Dalam siroh para sahabat Nabi,
sahabat Abu Dzar adalah seorang sahabat utama, termasuk dari orang-orang
pertama yang beriman dan berjihad, namun ternyata masih ada
kekurangannya. Kelemahan Abu Dzarr adalah terlalu zuhud sehingga selalu
merasa diri sempurna karenanya dia reaktif terhadap sahabat Bilal.
Namun kelemahan ini langsung dikoreksi Nabi Muhammad Saw. “Wahai
Abu Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu
daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab
ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada
shalat seribu rakaat.” (HR. Ibnu Majah). [2]
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang kelemahan manusia akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. QS. Al-Ma’arij:ayat 19-26
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh, dan apabila ia
mendapat kebaikan ia Amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan
shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,  dan orang-orang yang
dalam hartanya tersedia bagian tertentu,bagi orang (miskin) yang meminta
dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan
orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang
takut terhadap azab Tuhannya. dan orang-orang yang takut terhadap azab
Tuhannya.
Maksudnya: orang yang menyimpan hartanya dan tidak mau
mengeluarkan zakat dan tidak pula menafkahkannya ke jalan yang benar.
Tafsir dan Penjelasan:
”Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah”.
Maksud dari  kata “Halu’a”  (Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu Kisan
menafsirkan ayat ini dengan ; “Allah menciptakan manusia dengan sifat selalu
menyukai perkara-perkara yang menyenangkan, dan selalau tidak menyukai
perkara-perkara yang tidak menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu
yang disenanginya dan tidak sabar atas sesuatu yang dibencinya.”
”Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya”. Artinya, bahwa orang-orang yang tetap mengerjakan
sholat tidak termasuk manusia yang menolak kebaikan dengan tidak
mensyukurinya dan menyesali kejelekan dengan tidak sanggup bersikap sabar
menghadapinya. Orang yang selalu mendirikan sholat memiliki hubungan dan
ketergantungan vertikal yang sangat kuat kepada Allah SWT. dan akan selalu
memposisikan kebaikan dan keburukan yang menimpanya sebagai batu ujian
keimanan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 35
”Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Shalat yang akan menetralisir manusia sebagai mahluk yang berkeluh
kesah adalah sholat yang dilakukan secara terus menerus. Dalam bahasa Arab,
berarti mengerjakan sesuatau secara terus menerus dan tidak pernah berhenti.
Orang yang setia melaksanakan shalat dan berusaha menerapkan nilai-nilainya
dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang tidak akan berkeluh kesah
menghadapi sesulit apapun kehidupan ini.
Kelompok orang yang tidak akan mengalami keluh kesah, yaitu
1. orang-orang yang memberikan sebagian hak kekayaannya kepada
fakir miskin
2. orang-orang yang membenarkan akan datangnya hari pembalasan,
3. orang-orang yang merasa takut akan siksaaan Allah,
4. orang-orang yang memelihara kemaluannya selain kepada istri-
istrinya,
5. orang-orang yang memelihara amanat,
6. orang-orang yang selalu memberikan kesaksian yang benar. [3]

2. QS. Al-Rum: ayat 54.


“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui
lagi Maha Kuasa” (QS.Al-Rum:54)
Tafsir / Penjelasan :
Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan
melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan
seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya
yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan
mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Pernahkah kita
berpikir, mengapa meski memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia
memiliki tubuh yang sangat rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari
luar dan dalam? Mengapa begitu mudah terserang mikroba atau bakteri, yang
begitu kecil bahkan tidak tertangkap oleh mata telanjang? Mengapa ia harus
menghabiskan waktu tertentu setiap harinya untuk menjaga dirinya bersih?
Mengapa ia membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan mengapa ia
bertambah usia sepanjang waktu?
Manusia bukan makhluk super, walaupun manusia makhluk yang
diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, tetapi manusia adalah
makhluk yang paling lemah diantara makhluk-makhluk lainnya. Dengan
makhluk yang tidak bernyawa seperti angin,air,tanah dan api pun manusia
tidak bisa melawannya. Angin jika telah menjadi angin puting beliung akan
mengancam jiwa manusia. Air jika menjadi air bah dan tsunami akan
melenyapkan peradaban manusia. Tanah jika bergunjang dan longsor akan
mengubur manusia. dan api jika telah berkobar membara akan
menghanguskan manusia. Tak ada yang patut disombongkan pada diri
manusia. La haula wala quwata illah Billah. Tiada daya dan upaya melainkan
dari Allah.

3. QS. AL-Ahzab: 72.


“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Sehingga
Allah mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-
orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima
taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah
Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Al-Ahzab: 72-73)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah melakukan komunikasi dengan
menawarkan al-Amanat kepada langit, bumi dan gunung sebelum kemudian
diterima oleh manusia. Setiap alam semesta selain manusia, berjalan dengan
hukum alamnya secara terpaksa dan penuh kepatuhan, tanpa harus
menanggung resiko dari apa yang telah diperbuatnya. Hanya manusialah yang
bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, yang menghasilkan pahala atau
siksa. Tak seorang pun yang menanggung akibat perbuatan orang lain. Dan
tidak satupun perbuatan yang tanpa balasan. In khairan fa khairan wa in
syarran fa syarrun. [4]

4. QS. Al-Nisa’:28-29.:
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”

Tafsir / Penjelasan :
Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah fenomena alami.
Namun, sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki tujuan
tersendiri. Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara khusus.
Kebutuhan manusia yang tanpa batas diciptakan dengan sengaja, agar ia
mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah
tempat tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat
kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau
bagaimana ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk
membatasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi hidupnya adalah sia-
sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan yang membutuhkan banyak perawatan
untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak terlindungi dan lemah terhadap
kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi di dunia. Sama halnya, ia
tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak dapat diperkirakan, tak
peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi atau pedesaan di gunung
yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat manusia dapat
mengalami penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan.

5. Mudah terjerumus ke dalam godaan hawa nafsu/setan


Seperti yang digambarkan ketika Adam dan Hawa tergoda oleh
hawa nafsu da godaan setan, sehingga mereka memakan buah khuldi dan
melupakan peringatan Allah untuk tidak mendekati pohon yang terlarang.
“Kemudian setan membisikan (pikiran jahat) kepadanya, dengan
berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukan kepadamu pohon
keabadian(khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”, Lalu keduanya
memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah
keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah
durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesaatlah dia.”
(Q.S Thahaa : 120-121)
6. Sifat manusia yang sukamenganiaya dan mengingkari nikmat
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikhmat
Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia
itu sangat dzalim dan mengingkari (nikmat Allah)” (Q.S Ibrahim: 34)
7. Suka membantah perintah dan larangan Allah Swt.

‫ان َأ ْكثَ َر َش ْي ٍء َج َداًل‬


ُ ‫اس ِم ْن ُكلِّ َمثَ ٍل ۚ َو َكانَ اِإْل ْن َس‬ ِ ْ‫ص َّر ْفنَا فِي ٰهَ َذا ْالقُر‬
ِ َّ‫آن لِلن‬ َ ‫َولَقَ ْد‬
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam
Al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah
makhluk yang paling banyak membantah” (Q.S Al Kahfi: 54)
8. Bersifat lemah

Terdapat di Qur’an surah An-Nisa : 28 yang isinya

‫ض ِعيفًا‬ ُ ‫ق اِإْل ْن َس‬


َ ‫ان‬ uَ ِّ‫ي ُِري ُد هَّللا ُ َأ ْن يُخَ ف‬
َ ِ‫ف َع ْن ُك ْم ۚ َو ُخل‬
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah.
9. Zalim dan bodoh
Terdapat di Qur’an surah Al-Ahzab : 72

َ‫فَ ْقن‬u ‫َأبَ ْينَ َأ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوَأ ْش‬u َ‫ال ف‬u
ِ uَ‫ض َو ْال ِجب‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫ِإنَّا ع ََرضْ نَا اَأْل َمانَةَ َعلَى‬
َ ‫ َم‬u ‫الس‬
‫ان ۖ ِإنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُواًل‬ ُ ‫ِم ْنهَا َو َح َملَهَا اِإْل ْن َس‬
”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”
10. Senang bermaksiat
Terdapat di Qur’an surah Al-Qiyamah: 5

ُ‫ُر َأ َما َمه‬uَ ‫ان لِيَ ْفج‬


ُ ‫بَلْ ي ُِري ُد اِإْل ْن َس‬
“ bahkan manusia itu hendak bermaksiat terus-menerus”
11. Mencintai kehidupan dunia
Terdapat di Qur’an surah Al-Qiyamah: 20

ِ ‫َكاَّل بَلْ تُ ِحبُّونَ ْال َع‬


َ‫اجلَة‬
“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia)
mencintai kehidupan dunia”
12. Melampaui batas
Terdapat di Qur’an surah Al-Alaq : 6

ْ َ‫َكاَّل ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ لَي‬


‫طغ َٰى‬
“ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas”

13. Malas berbuat baik


Terdapat di Qur’an surah Al-Ma’arij: 21

‫َوِإ َذا َم َّسهُ ْالخَ ْي ُر َمنُوعًا‬


“dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”
14. Senang berkeluh kesah dan gelisah
Terdapat di Qur’an surah Al-Ma’arij: 19

‫ق هَلُوعًا‬
َ ِ‫ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ ُخل‬
“sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesan lagi kikir”
15. Tergesa-gesa
Terdapat di Qur’an surah Al-Anbiya: 37

‫ون‬ ِ ‫ان ِم ْن ع ََج ٍل ۚ َسُأ ِري ُك ْم آيَاتِي فَاَل تَ ْستَع‬


ِ ُ‫ْجل‬ ُ ‫ق اِإْل ْن َس‬
َ ِ‫ُخل‬
Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku
perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta

kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.


16. Kikir
Terdapat di Qur’an surah Al-Isra’ : 100

ِ َ‫قُلْ لَوْ َأ ْنتُ ْم تَ ْملِ ُكونَ خَزَاِئنَ َرحْ َم ِة َربِّي ِإ ًذا َأَل ْم َس ْكتُ ْم خَ ْشيَةَ اِإْل ْنف‬
ُ u ‫اق ۚ َو َكانَ اِإْل ْن َس‬
‫ان‬
‫قَتُورًا‬
Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu
tahan, karena takut membelanjakannya”. Dan adalah manusia itu sangat
kikir.Banyak kan sifat jelek yang berpotensi melekat pada diri kita, jadi
janganlah sombong hanya karena dianugerahi wajah yang cantik lalu
merasa kita adalah makhluk satu-satunya yang diciptakan cantik. Dan
setiap manusia diberikan 2 potensi, yakni potensi baik dan buruk.
Terserah kita ingin jadi baik atau buruk, tidak ada yang melarang bahkan
Allah sekalipun. Tetapi, ketika kita memilih menjadi buruk, kita harus siap
dengan segala konsekuensi yang akan terima nantinya. Karena satu-
satunya yang mendapat kerugian hanyalah kita, manusia, makhluk ciptaan
Allah yang paling mendekati sempurna.

.
BAB IV
PENUTUP

3.1.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai
potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan
di dunia dan akhirat. Kita sebagai manusia pandai-pandai bersyukur atas
segala karunia Allah S.W.T termasuk dalam penciptaan manusia dengan
cara dan sifat yang istimewa. Manusia sebagai An-Naas dan Al-Insan
diciptakan agar senantiasa mencari ilmu, makrifat, dan menjalankan
ibadah agar memperoleh Rahmat-Nya. Manusia diserahi tugas hidup yakni
tugas kekhalifahan. Manusia sebagai pemimpin untuk dirinya sendiri, dan
setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, baik
lahir maupun batin, di dunia maupun di akhirat. Namun diantara itu, kita
mempunyai kesalahan dan memiliki sifat buruk yang terkadang sukar
dihilangkan.

3.1.2 Saran
Dengan segala yang telah melekat pada manusia, mulai dari proses
penciptaan sampai dengan keistimewan/ kelebihan yang dimiliki olehnya,
juga kelemahan dan sifat buruk yang ada pada diri kita masing-masing,
hendaknya kita lebih bisa mengetahui apa sebenarnya tujuan dari hidup,
untuk apa dan siapa kita hidup. Kita harus senantiasa berusaha menahan
hawa nafsu dan godaan setan agar tidak terjerumus ke dalam hal yang
tidak baik. Hingga dapat mencapai titik kemuliaan yang sesungguhnya di
sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Anda mungkin juga menyukai