Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

TUGAS KEHIDUPAN MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Agama

Dosen pengampu: Drs. Mujilan.,M.Ag

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Amanda Violanita (P3.73.20.1.20.048)


2. Diana Puspasari (P3.73.20.1.20.058)
3. Nabila Sukma Anggraheni (P3.73.20.1.20.068)
4. Sthepanie Zahra Perez (P3.73.20.1.20.078)

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun Makalah Tugas Kehidupan
Manusia ini dengan baik serta tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Tugas Kehidupan
Manusia. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan
pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan
dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dosen mata kuliah Agama. Kepada pihak yang sudah turut menolong dan dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.

Bekasi, 09 September 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan.....................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam..............................................................3
2.2 Proses Penciptaan Manusia.........................................................................................4
2.3 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia......................................................................7
2.4 Kedudukan Manusia....................................................................................................8
2.5 Martabat Manusia......................................................................................................11
2.6 Perjalanan Hidup Manusia........................................................................................12
2.7 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama......................................................................20
2.8 Tanggung Jawab Kehidupan Manusia.......................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan................................................................................................................28
3.2 Saran..........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah


berbagai macam perspektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional
(animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Pemikiran tentang
hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai sekarang belum juga berakhir dan
memiliki kemungkinan hal tersebut tidak akan pernah berakhir. Pada kenyataannya,
orang menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandang.
Banyak yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi fisik,
adapula yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya yaitu antropologi budaya,
sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi filsafat.
Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak
henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang
mendasar tentang manusia itu sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia
itu. Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi lingkungan dan pembawaan dari
orang tua mereka.
Al-Qur’an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya, untuk
menjawab pertanyaan siapakan manusia itu?. Dari ayat-ayat Qur’an tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggungjawab.
Pada surat al-Mu’minun ayat 115 Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut :
“Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?”.
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah
yaitu [1] Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] Manusia diciptakan tidak sia-
sia, tetapi berfungsi, dan [3] Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan,
untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup
di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah relisasi daripada fungsi manusia itu
sendiri.[1] Berdasarkan fakta dan paparan tersebut, maka diperlukan adanya suatu
pemahaman lebih lanjut tentang hakekat manusia menurut Islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian hakikat?
2. Bagaimana Konsep Manusia menurut Teori dan Islam?
3. Apa tujuan penciptaan manusia?
4. Bagaimana fungsi dan peranan manusia?
5. Bagaimana Tanggungjawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah?
6. Apa Hakikat Agama Islam?
7. Apa Sejarah Turun dan Perkembangan Agama Islam
8. Apa Komponen dalam Beragama Islam
9. Apa Nilai Agama Islam dalam Kehidupan Profesi Keperawatan
10. Apa Fungsi Profetik Agama Islam dalam Bidang Kesehatan

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui pengertian hakikat.


2. Mengetahui Konsep manusia dalam konteks Islam.
3. Mengetahui tujuan dan penciptaan manusia.
4. Mengetahui fungsi dan peranan manusia.
5. Mengetahui seberapa besar Tanggungjawab kita (manusia) sebagai Hamba dan
Khalifah Allah.
6. Apa Hakikat Agama Islam?
7. Apa Sejarah Turun dan Perkembangan Agama Islam
8. Apa Komponen dalam Beragama Islam
9. Apa Nilai Agama Islam dalam Kehidupan Profesi Keperawatan
10. Apa Fungsi Profetik Agama Islam dalam Bidang Kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat


diciptakannnya manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan
pandangan agama islam.
1. Sebagai Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT.
Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT
dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,”
(QS:98:5).
2. Sebagai al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam
Alquran cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan
manusia lain atau dalam masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman
Allah SWT berikut
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan
(mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS: An Nisa:1).
3. Sebagai khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya,
manusia diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka
bumi.(baca fungsi alqur’an bagi umat manusia).
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu

3
mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
…”(QS Shad:26).
4. Sebagai Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam
untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat.
Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, …” (QS : Al araf 26-27).
5. Sebagai al- Insan
Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut
sebagai Al insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan
pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya
(baca hukum menuntut ilmu). Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut
ini
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu
kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.”
(QS: Al Hud:9).
6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh,
memerlukan makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri
makhluk hidup pada umumnya.

2.2 Proses Penciptaan Manusia

1. Penciptaan Manusia Menurut Bibel


Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat pernyataan
pernyataan mengenai berbagai fenomena alam yang pada setiap masa sejarah

4
manusia dapat menjadi subyek pengamatan dan dapat meningkatkan banyaknya
penjelasan atas kemahakuasaan Tuhan, disertai dengan rincian-rincian spesifik
tertentu. Sebagaimana akan kita lihat nanti, teks-teks semacam itu hanya ada di
dalam Al-Qur’an.
Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai asal-usul penciptaan manusia,
dijelaskan di dalam Kitab Genesis dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan
secara keseluruhan. Salah satu ayat yang ada di dalam Kitab Genesis berbunyi :
“Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita membuat manusia dalam citra kita, sesuai
dengan kita; dan jadilah mereka menguasai ikan di laut, burung di udara, ternak,
dan segala suatu di atas bumi serta setiap makhluk yang melata di atas bumi’.
2. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan
yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia
pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal
(tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk
Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke
dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al
Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut
dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses
biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik.
Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air
mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah
beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian
dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun
(23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa
ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan
40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat.
Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian
kecilnya (spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

5
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani

Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki
pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya.
Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel
telur karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak
sesuai dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan
juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu
sperma saja. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya
sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik
mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

a) Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim


Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal
darah yang disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk
sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang
biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja
hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia
melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan
carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat
penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban
penting dari Al Qur’an terungkap.
Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah
menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab
adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah
digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap
darah.

6
b) Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya
tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-
tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan
bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih
dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi
baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan
dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat
tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel
otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus
tulang-tulang ini.

c) Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani


Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani
disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga
menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang
menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari
tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-
Qur’an, 32:7-8).

2.3 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada
Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh
Allah swt.

7
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami
menyebutkan tiga kalsifikasi, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan
mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan
tugas itu, Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan
yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat
manusia, bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si
kaya tidak memperdulikan si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah
kebaikan hidup bersama melalui tolong menolong.
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai
‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan
seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah
swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
 Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
 Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
 Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola,
pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah
swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan
penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia
dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat
dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut
semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.

2.4 Kedudukan Manusia

Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi.
Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan
tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan

8
ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang
diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu
adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? bagaimanakah
manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa
mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang
menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti
disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah:
30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-
tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia
memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh
Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai
hamba Allah. Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah
tuannya, Allah SWT. Esensi dari ‘Abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah
yang dicerminkan dalam ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan
keadilan.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-
tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia
memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh
Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu
manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”.
Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari
jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan
keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah,

9
maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga
tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan
selama dia menjabat.
Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan
duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh
sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari
khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah
bertindak kepada semua makhluknya.
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada
usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh
Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada
di dalam rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah
janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut
kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah.
Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah
kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim
ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah
akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut.
Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu
pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau
mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku
mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”
Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat
rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau
mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya,
yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak
bertasbih kepada-Nya.
Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah
yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat
fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan
penyimpangan.

10
Makna sederhana dari khalifatullah adalah “pengganti Allah di bumi”. Setiap
detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah, seperti
ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:
Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu.
“Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”

Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada
Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer
(ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah
adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak
langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka akan diberikan
siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung
diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan
haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan
merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan
menuntut ilmu.
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang paling banyak dilakukan dalam
keseharian kita. Dalam kondisi tertentu, ibadah ghairu mahdhah harus didahulukan
daripada ibadah mahdhah. Nabi mengatakan, jika kita akan shalat, sedangkan di
depan kita sudah tersedia makanan, maka dahulukanlah untuk makan, kemudian
barulah melakukan shalat. Hal ini dapat kita pahami, bahwa jika makanan sudah
tersedia, lalu kita mendahulukan shalat, maka dikhawatirkan shalat yang kita lakukan
tersebut menjadi tidak khusyu’, karena ketika shalat tersebut kita selalu mengingat
makanan yang sudah tersedia tersebut, apalagi perut kita memang sedang lapar.
Seperti itulah penggambaran kedudukan manusia dalam islam, manusia diciptakan
sebagai sesuatu yang sempurna dan sesuatu yang baik, akan menjadi apa saat mereka
menjalani kehidupan ini adalah pilihan mereka sendiri yang akan dipertanggung
jawabkanya di akhirat nanti.

2.5 Martabat Manusia

Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk


ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat

11
yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan
manusia itu lebih tinggi dan lebth terhormat dibandingican dengan makhluk lainnya.
 Martabat Manusia Menurut Agama Islam
Martabat adalah harga diri tingkatan harkat kemanusiaan dan
kedudukan yang terhormat, dan martabat saling berkaitan dengan
maqam, maksudnya adalah secara dasarnya maqam merupakan tingkatan
martabat seseorang hamba terhadap khalik-Nya, yang juga merupakan sesuatu
keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam
perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam
hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan
maqam tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam
ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh,
seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui
bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam ini
setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan
menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya
pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari
amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui
beberapa proses sebagai berikut :
1. Taubat;
2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang
haram;
3. Merasa miskin diri dari segalanya;
4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati
terhadap tuhan yang maha esa;
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara
menetapkan ingatan kepadaNya;

12
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.

2.6 Perjalanan Hidup Manusia

Kehidupan manusia perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan


tahapan tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh,
sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi
manusia, neraka atau neraka. Al-Qur'an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase
dari perjalanan panjang manusia itu.
Al-Qur'an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi
untuk memberikan baru bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu
rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang
diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang
sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.
Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur'an dengan
tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan bahwa manusia ada
dengan sendirinya. Dibantah Al-Qur'an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada
karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan bahwa manusia ada
dari proses evolusi yang panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah
menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama
adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam sebagai. diciptakan
Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma
lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.
Rasulullah melihat. lebih mengokohkan tentang kisah rihlatul insan.
Disebutkan dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing
atau orang yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia
itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah
pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya ”(HR At-Tirmidzi).
1. Alam Arwah
Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt.
setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat,
jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dipersiapkan untuk
menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk
menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya.

13
Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari
calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah
mengambil sumpah kepada mereka arus masuk dalam Al-Qur'an: Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu keluar dari keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka: “Bukankah
Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A'raf: 172).
Dengan kesaksian dan perjanjian maka seluruh manusia lahir ke dunia
sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang
lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan tidak melihat. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah melihat. bersabda:
“Setiap anak secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan
Yahudi atau Nashrani atau Majusi. ” (HR Bukhari)
2. Alam Rahim
Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam
rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa 'alaqah (gumpalan darah), dan 40
hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah
janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah
manusia ke dunia.
Allah SWT. berfirman: “Hai, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sebenarnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna , agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan ( ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, rapor dia tidak melihat lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian

14
berlalu setelah Kami turunkan udara di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. ”
(Al-Hajj: 5)
Rasulullah melihat. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kalian
dikumpulkannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian 'alaqoh selama hari
yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus
diutus malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan
rizki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia. ” (HR Bukhari dan Muslim).
Seluruh manusia di dunia apapun kondisi sosialnya diingatkan tentang
kejadian awal yang berasal dari benda yang hina, yaitu lelaki sperma dan sel
telur wanita. Manusia sebelumnya belum dikenal, belum memiliki kemuliaan
dan kehormatan. Lalu apakah manusia akan bangga, congkak, dan sombong
dengan kondisi sosial yang dapat dilihat sekarang jika siaga dari muasal
mereka?
Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan
untuk hidup normal sudah lengkap, seperti indra, akal, dan hati, maka lahirlah
manusia ke dunia dalam keadaan telanjang. Belum bisa apa-apa dan tidak
memiliki apa-apa.
3. Alam Dunia
Perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang
hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh.
Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini
tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan
datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian
meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang
lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua
bahkan pikun.
Di dunia inilah manusia bersama dengan jin yang mendapat taklif
(tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia,
manusia dasar oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat
mengisi; dimensi waktu, yaitu umur waktu sebagai sebuah kesempatan atau
target waktu tepat; dimensi potensi diri sebagai modal dalam jalan; dan
dimensi baru hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.

15
Allah Ta'ala telah melengkapi manusia perangkat baru hidup agar
dalam hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya,
menurunkan wahyu Al-Qur'an dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat
mengaplikasikan baru secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang
menolak dan ingkar tidak baru hidup tersebut. Banyak manusia yang
memperturutkan hawa nafsunya menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk
hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.
Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur
keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan
hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang
yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal
shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-
nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, apalagi perbuatan yang dibenci
(makruh) dan haram.
Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi
manusia. Apakah yang dinikmati, dinikmati, dan dinikmati sesuai dengan
aturan Allah swt. atau menyimpang dari ajaran-Nya? Apakah segala fasilitas
yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai perintah Allah atau tidak? Dunia
merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas
kesenangan sewaktu-waktu. Rasulullah melihat. memberikan contoh
bagaimana hidup di dunia. Ibnu Mas'ud menceritakan bahwa Rasulullah saw.
tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: “Wahai
Rasulullah saw., Bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur.” Rasululah
melihat. bersabda: “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia
seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi
dan meninggalkannya. ” (HR At-Tirmidzi)
Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian.
Semuanya akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang beriman
atau kafir, pemimpin atau rakyat, kaya atau miskin, tua atau muda, lelaki atau
perempuan. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah
dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh tidak akan berguna, kecuali
amal shalihnya berupa sedekah manusia yang mengalir, ilmu yang bermanfaat,
dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan
gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian selamat akhir kesudahan manusia,

16
bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari
kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari
perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.
Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu fase dalam
kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek,
sementara, melelahkan, dan menyusahkan menuju akhirat yang panjang,
kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh dengan
kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan
belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, selalu
berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi.
Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Utopia belaka. Karena, kematian pasti datang
menjumpainya. Suka atau tidak suka.
4. Alam Barzakh
Fase berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam
barzakh. Di sana mereka tinggal sendiri. Yang akan menemaninya adalah amal
mereka sendiri. Kubur adalah taman dari lembah-lembah neraka. Manusia
sudah akan melihat nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah
termasuk ahli surga atau neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka
dibukakan pintu surga setiap pagi dan sore. Surga surga akan mereka rasakan.
Malah jika menjadi penghuni neraka, neraka neraka akan dibukakan neraka
setiap pagi dan dia akan merasakan hawa panasnya.
Al-Barra bin 'Azib menceritakan hadits yang panjang yang
diriwayatkan Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian.
Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat
dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas
perintah dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya.
Selanjutnya diminta oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan
dinaikkan ke langit. Penduduk langit dari lingkaran malaikat menyambutnya,
sampai di langit terakhir bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada
malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke dalam 'illiyiin dan kembalikan
kedunia”. Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua
malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang
diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat
menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga, mendapat

17
kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan dari pintu surga, dilapangkan
kuburnya, dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian
yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah perbuatannya.
5. Alam Akhirat (Hari Akhir)
Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan segala
rinciannya. Kehidupan hari akhir didahului dengan kejadian Kiamat, berupa
kerusakan seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah mahsyar,
yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir
dikumpulkan dalam satu tempat. Di sana manusia dikumpulkan dalam
keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan. Saat itu matahari
sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, mengalirlah keringat dari tubuh
manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang
sampai lutut, ada yang sampai pusar, ada yang sampai dada, bahkan banyak
yang tenggelam dengan keringatnya.
Dalam kondisi yang berat ini manusia berbondong-bondong
mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha
berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir,
hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar.
Rasulullah melihat. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan
instruksi-muji-Nya. Kemudian Allah swt. berfirman: “Tegakkan kepalamu,
mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan. ” Kemudian
Rasululullah saw. mengangkat dan mengucapkan: “Ya Rabb, umatku.” Dan
dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian
melalui proses berikutnya.
Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan
(timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan
cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian
yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya berada formalitas.
Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas hisab.
Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab
terkait dengan masalah dalam hidupnya. Rasulullah melihat. bersabda: “Tidak
akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanyai 5 hal di sisi
Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk
apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana

18
menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya . ” (HR At-Tirmidzi).
Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang dizhalimi meng-
qishash orang yang menzhalimi.
Kejadian selanjutnya manusia harus melalui shirath, yaitu sebuah
jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka
jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal
sampai yang akhir. Shirath ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang,
dan terdapat banyak kalajengking. Kemampuan manusia melewati jembatan
itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti
kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga
yang berjalan merangkak, bahkan manusia yang jatuh ke neraka jahanam.
Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw.
yang disebut Al-Kautsar. Rasulullah melihat. bersabda: “Telagaku sejauh
perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari
misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya,
maka tidak akan pernah haus selamanya. ” (Muttafaqun 'alaihi)
6. Surga dan Neraka
Pada fase terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian
mereka masuk surga dan sebagian masuk neraka. Surga tempat orang-orang
bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir. Kedua tempat tersebut
sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, surga sudah rindu pada
penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya. Neraka pun
sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan
neraka. Al-Qur'an dan Sunnah telah mengungkapkan surga dan neraka secara
detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang
persinggahan akhir yang akan mereka buat diami.
Orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nashrani maupun
orang-orang musyrik, jika meninggal dunia dan tidak bertobat, maka
tempatnya adalah neraka. Neraka yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya
jika ditaruh di dunia dapat melakukan semua penghuni dunia. Minuman
penghuni neraka adalah nanah dan makanannya zaqum (buah berduri).
Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak
mati karena jika mati akan hilang penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal
abadi.

19
Orang-orang beriman akan mendapatkan surga dan kain sutra karena
kesabaran mereka. Dalam surga mereka duduk-duduk bersandar di atas dipan,
tidak merasakan panas teriknya matahari dan dingin yang sangat. Mereka
dinaungi pohon-pohon surga dan buahnya sangat mudah untuk dipetik.
Mereka juga mendapatkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala minuman
yang sangat bening. Mereka akan minum minuman surga yang rasanya sangat
nikmat seperti minuman jahe yang didatangkan dari mata air bernama
Salsabila. Di surga juga ada banyak sungai yang berisi beraneka macam
minuman, sungai mata air yang jernih, sungai susu, sungai khamr, dan sungai
madu.
Penghuni surga akan dilayani oleh anak-anak muda yang jika dilihat
sangat indah bagaikan mutiara yang bertaburan. Surga yang penuh dengan
kenikmatan dan kerajaan yang besar. Orang beriman di surga memakai
pakaian sutra halus berwarna hijau dan sutra tebal, juga memakai gelang yang
terbuat dari perak dan emas. Allah SWT. memberikan minuman kepada
mereka minuman yang bersih.
Dan yang tidak kalah nikmatnya yaitu istri-istri dan bidadari surga.
Mereka berwarna putih bersih berseri, bermata bulat, pandangannya pendek,
selalu gadis sebaya belum pernah disentuh manusia dan jin. Buah dadanya
montok dan segar, tidak mengalami haidh, nifas, dan buang kotoran.
Puncak dari semua kenikmatan di surga adalah melihat pencipta Allah
yang Maha Indah, Sempurna, dan Perkasa. Manusia dapat melihat secara
serentak, begitu juga manusia akan memandang Allah secara serentak. Indah,
mempesona, takzim, dan suci. Allah Maha Besar.
Allah akan memasukkan hamba – Nya ke dalam surga dengan rahmat-
Nya, dan surga adalah puncak dari rahmat-Nya. Allah Ta'ala akan memasukan
hamba-Nya ke dalam rahmat (surga) berdasarkan rahmat-Nya juga.
Disebutkan dalam hadits shahih: “Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki 100
rahmat. Diturunkan satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan itu
mereka saling simpati dan kasih sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang
buas menyayangi anaknya. Dan Allah swt. menyimpan 99 rahmat bagi hamba-
Nya di hari kiamat. ” (Muttafaqun alaihi).
Maka, sejatinya nikmat surga jauh dari apa yang dibayangkan manusia.
Rasulullah melihat. bersabda: “Allah swt. mengatakan, “Aku telah siapkan

20
bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum didengar
telinga, dan belum terlintas pada hati manusia” (Muttafaqun 'alaihi

2.7 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Dr. Yusuf Al-Qaradhawy dalam bukunya “Madkhal li-Ma’rifatil Islam”-


Pengantar KajianIslam- menyebutkan paling tidak ada lima faktor yang menyebabkan
manusia butuh terhadap agama, lima faktor itu bisa dijabarkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar.
Betapapun cerdasnya manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan
bisa menjawab dengan pasti pertanyaan: darimana ia berasal?, kemanakah ia
setelah mejalani hidup ini? dan untuk apa ia hidup?. Banyak filosof dan
pemikir yang mencoba mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan ini, namun tak
ada jawaban pasti yang dapat mereka berikan. Karenanya tak mengherankan
jika jawaban- jawaban itu berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini terjadi
karena jawaban- jawaban yang mereka berikan hnya didasarkan pada asumsi-
asumsi dan prasangka. Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas,
hanya bisa didapatkan melui agama dan itu pun tidak semua agama. Sebab
pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah berasal dari Tuhan yang
menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah yang
mempunyai sumber autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an. Selain Al-Qur’an
semua sudah tercampur denganperkataan manusia, bahkan ada yang murni
hasil karya manusia namun dianggapfirmanTuhan.
2. Kebutuhan fitrah manusia
Bukti yang paling jelas menunjukkan bahwa secara fitrah manusia
butuh terhadap agama adalah kenyataan bahwa semua bangsa mengenal
kepercayaan terhadap dzat yang dianggap agung. Baik itu bangsa yang
primitif maupun yang berperadaban, yang di barat maupun yang di timur,
yang kuno maupun yang modern. Sedangkan orang-orang yang mengaku tidak
percaya terhadap Tuhan, itu sebenarnya adalah hanya sebuah pelarian dari rasa
kecewa terhadap agama yang mereka lihat. Padahal yang salah adalah ajaran
agama itu dan sama sekali itutidak membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.
Tentang kebutuhan fitri terhadap agama ini Allah berfirman :
‫ فطرت هللا التى فطر النا س عـليها‬, ‫فأقم وجهك للدين حنيفا‬

21
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”.(Qs.Ar-
Rum:30)
3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani
Kehidupan manusia tak selamanya mulus tanpa kerikil dan batu
sandungan. Ada saat-saat gembira, bahagia, damai dan tentram namun juga
ada saat dimana ia sedih, gundah, menderita dan tertimpa musibah. Disaat jiwa
sedang dalam kondisi lemah seperti itulah semakin terasa ia membutuhkan
kekuatan yang bisa mengembalikan rasa bahagia, tentram dan damai yang
hilang. Atau paling tidak ia bisa menghadapi semua itu dengan jiwa yang
besar, ketabahan dankesadaran. Keyakinan dan keimanan terhadap agamalah
sumber kekuatan itu. Sebab hanya agamalah yang mengajarkan tentang
kepercayaan terhadap takdir, tawakkal, kesabaran, pahala dan siksa. Dengan
kepercayaan terhadap takdir ia bisa dengan mudah menerima kenyataan.
Dengan tawakkal ia tidak akan terlalu kecewa jika ternyata jerih payahnya tak
sesuai dengan harapan. Dan dengan kepercayaan terhadap pahala dan siksa ia
akan bisa segera bangkit kembali tatkala didzalimi orang lain. Dengan
kepercayaan semacam itulah jiwa akan menjadi sehat dan rohani akan menjadi
kuat.
Tentang kaitan antara agama dan kesehatan jiwa ini Dr. Karl Bang
memberikan kesaksian: “Setiap pasien yang berkonsultasi padaku semenjak
tiga puluh tahun yang lalu yang berasal dari seluruh penjuru dunia, ternyata
sesungguhnya penyebab sakit mereka adalah kurangnya keimanan dan
goyahnya akidah mereka. Sementara mereka tidak akan mendapatkan
kesembuhan kecua lisetelah mereka mengembalikan keimanan mereka”.
4. Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin akhlak.
Hukum dan peraturan jelas tidak bisa menjamin bahwa anggota sebuah
masyarakat akan bisa melaksanakan kebaikan, menunaikan kewajiban dan
meninggalkan larangan. Sebab hukum dan peraturan itu tidak bisa
menciptakan motivasi dan menumbuhkan kedisiplinan. Karena memanipulasi
hukum adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan mencurangi peraturan
adalah bukan hal sulit untuk dilakukan.
Hukum dan peraturan hanyalah sebuah perwujudan dari pengawasan
eksternal, dan itu tidak cukup sampai di situ. Masyarakat membutuhkan

22
motivasi internal yang kita kenal dengan hati nurani. Dengan membina hati
nurani inilah seorang manusia akan termotivasi untuk melakukan kebaikan
dan meninggalkan keburukan dengan sukarela walaupun tanpa ada
pengawasan dari manusia dan tekanan dari hukum dan peraturan.
Peran pembinaan terhadap hati nurani inilah yang tak dapat dilakukan
selain oleh agama. Apalagi agama juga mengajarkan adanya “pengawasan
melekat” oleh Tuhan terhadap seluruh perbuatan manusia. Motivasi hati
nurani dan “pengawasan melekat” seperti inilah yang bisa menjamin suburnya
nilai-nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam masyarakat.
5. Kebutuhan masyarakat kepada solidaritas dan soliditas.
Agama sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar urgensinya
dalam mempererat hubungan antara manusia satu sama lain, dalam status
mereka semua sebagai hamba milik satu Tuhan (Allah) yang talah
menciptakan mereka dan dalam status mereka semua sebagai anak dari satu
bapak (Adam) yang telah menurunkan mereka, terlebih lagi dengan
persaudaraan akidah dan ikatan iman yang dibangun oleh agama diantara
mereka.
Bahkan ikatan akidah dan keimanan ini mampu melampaui batas-batas
bangsa, suku, warna kulit, jenis kelamin dan melebihi ikatan darah dan
kekerabatan. Maka tidak mengherankan jika kita menemukan mereka
mencintai yang lainnya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, rela
mengorbankan nyawa demi saudaranya dan berlinang air mata karena
penderitaan saudaranya di negeri lain meskipun dipisahkan jarak beribu-ribu
kilo meter. Dengan cinta dan pengorbanan semacam itulah sebuah masyarakat
menjadi solid dan kokoh dalam menjalankan agama.
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini
sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain.
Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan
bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini
bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan
lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi
fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang
mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi. Dalam kehidupannya,
manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin

23
mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah
Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk
beribadah kepada Tuhannya.
Demikian kiranya hajat manusia terhadap agama,sebagai pembawaan
nalurinya sebagai manusia, meskipun karena desakan – desakan sosial bisa
jadi naluri ini menjadi termarjinalkan dari kebutuhan manusia disamping
kebutuhan – kebutuhannya yang bersifat materi.

2.8 Tanggung Jawab Kehidupan Manusia

Tanggung jawab sangat erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban


merupakan sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan
bandingan terhadap hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab
terhadap kewajibannya.
Nabi Adam as, yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah-Nya di
bumi, tidak bisa hidup sendirian, untuk itu Allah menciptakan siti hawa sebagai
istrinya dari jenisnya sendiri. Firman Allah SWT :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “ Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. ( QS. Al-Baqarah, 2:30)
Hai, sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri (Adam) dan dari padanya Alloh menciptakan istrinya (Hawa).
Dan daripada keduanya Alloh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. ( QS 4:1)
Manusia bertanggung jawab terhadap kewajibannya menurut keyakinan
agamanya, misalnya kita sebagai seorang muslim berkewajiban melakukan shalat 5
waktu dalam sehari maka kita harus melaksanakan kewajiban tersebut dengan penuh
kesadaran karena kita yakin akan hal tersebut dengan begitu kita telah bertanggung
jawab terhadap kewajiban kita sebagai seorang hamba-Nya.
a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
1. Manusia diciptakan Allah swt dengan tanggung jawab yang luas yang perlu
dilaksanakan, kerana ia akan disoalkan tentang amanah yang diberikan
kepadanya di hari akhirat nanti. Allah swt, mencipta manusia dengan tujuan
tertentu yaitu untuk dikembalikan semula kepadaNya, dan mereka
dipertanggung jawabkan atas setiap usaha dan amal yang berkaitan dengan

24
perintah keagamaan semasa ia hidup di dunia. Mereka akan diadil dan diberi
pembalasan di hari pembalasan sama ada ditempatkan di Syurga tau neraka.
2. Sabda Nabi saw, dari Ibnu Umar ra katanya, " Saya mendengar rasulullah saw
bersabda", maksudnya:
"Semua orang dari engaku sekalian itu adalah pengembala, dan
dipertanggung jawabkan terhadap apa yang digembalainya. Seorang pemimpin
adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaanya;
Seorang lelaki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya
tentang pengembalaannya;
Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya
tentang pengembalaannya;
Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan akan
ditanya tentang pengembalaanya.
Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan
ditanya tentang pengembalaannya."
( Muttafaq 'alaih)
b. Tanggung jawab manusia terhadap allah swt adalah seperti berikut;
1. Mengabdikan diri kepada Allah swt dengan beriman dan melakukan amal
soleh mengikut syariat yang ditetapakan oleh agama melalui RasulNya.
2. Melaksanakan amanah Allah swt memelihara dan mengawal agama Allah
serta ajaran Allah swt seperti FirmanNya; Surah Al Ahzab; 72 (ms. 427).
"Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah
(Kami) kepada langit dan bumi serata gunung-gunung (untuk memikul) maka
mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat meyempurnakannya
(kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya) dan (pada
ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup
memikulnya. (ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka
melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak
patut dikerjakan." (Surah Al Ahzab: 72)
3. Melaksanakan amar makruf, nahi mungkar, iaitu sebagai khalifah Allah swt
bertanggung jawab menyebarkan Islam, meninggikan kalimah Allah swt dan
supaya manusia menjadi orang Islam.
Firman Allah swt,: " Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam).

25
Dan menyeru berbuat  kebaik, serta melarang dari kemungkaran (buruk dan
keji ). Dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya."
( Surah Ali imran: 104)
4. Menjaga kesucian agama, dengan menegakkan Islam dengan berdakwah dan
melaksanakan syariat Islam  yang telah ditetapkan agama.
5. Bertanggung jawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga dari azab
neraka.

c. Manusia Sebagai Khalifah Allah.


Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk
menjadi khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajipan
menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan
kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Firman Allah SWT :
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya
Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak
jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah,
sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab
Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah:30)
Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah
melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan
makhluk yang paling istimewa.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami)
kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka
enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada
pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan
persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat
kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat
perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.” (Al-Ahzab: 72)
Dengan berbagai kelebihan tersebut, sangat penting bagi manusia untuk dapat
mengembangkan diri dan mengoptimalkan kemampuanya. Optimalisasi kemampuan
tercermin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri terhadap potensi-
potensi yang dimilikinya.

26
Dengan otak manusia diharapkan kehidupan di bumi secara umum dapat
berkembang dengan baik dan terjaga dari kerusakan. Dengan tangan, manusia
diharapkan memiliki kemampuan mencipta, dalam arti memnafaatkan potensi sumber
daya dari Allah. Dengan lisan manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi
yang baik.
Walaupun Al Quranul Karim telah memberitahu tugas dan tanggungjawab
manusia di dunia ini dan diberitahu mereka yang menunaikan tanggung jawab akan
masuk ke Syurga, manakala yang tidak bertanggung jawab akan ke Neraka, namun
tidak semua manusia percaya berita ini serta beriman dengannya. Bahkan yang
percaya dan beriman dengannya pun, karena tidak mampu melawan nafsu serta
mempunyai kepentingan-kepentingan peribadi, ramai yang tidak dapat benar-benar
memperhambakan diri kepada Allah dan gagal menjadi khalifah-Nya yang mentadbir
dan mengurus dunia ini dengan syariat-Nya.
Karena itulah Allah Taala berfirman dalam surat Saba 13 : “Sedikit sekali
daripada hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’: 13)
Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan
dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan
berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri
kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka
mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di
bumi.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia
diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa
al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
 Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya
makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu
mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
 Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia
dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-
kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan
penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia
sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama
bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang
dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak
dapat dibuktikan.
 Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua
tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai
manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari

28
tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung
dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging
(mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan
ruh.
 Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan
komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software,
lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara
sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah
di bumi.
 Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi
kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke
dalam tiga (3) pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

3.2 Saran

Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan,
hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari
keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa
yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam
jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada
Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah
SWT sebagai pencipta semua makhluk.

29
DAFTAR PUSTAKA

Wordpress.com, 23 Mei 2014. Makalah Hakikat Manusia Dalam Islam. Diakses pada 09


September 2020, dari https://sukirman722.wordpress.com/2014/05/23/makalah-hakikat-
manusia-dalam-islam/

Wordpress.com, 10 Oktober 2014. Proses Penciptaan Manusia Dalam Islam. Diakses pada 09
September 2020, dari https://updateberitamu.wordpress.com/2014/10/10/makalah-proses-
penciptaan-manusia-menurut-islam/

Researchgate.net, Februari 2018. Makalah Hakikat Manusia Menurut Islam. Diakses pada 09
September 2020, dari
https://www.researchgate.net/publication/323608519_HAKIKAT_MANUSIA_MENURUT_
ISLAM

Blogspot.com, 07 April 2012. Pengertian Dan Kedudukan Manusia Dalam Islam. Diakses
pada 09 September 2020, dari http://carakamu.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-
kedudukan-manusia-dalam.html

Blogspot.com, 12 Febuari 2019. Hakikat Martabat Dan Tanggung Jawab Manusia. Diakses
pada 09 September 2020, dari http://anindahan.blogspot.com/2019/02/hakikat-martabat-dan-
tanggung-jawab.html

Umma.com, 2018. Perjalanan Hidup Manusia. Diakses pada 09 September 2020, dari
https://umma.id/article/share/id/6/188576 2018

Assalam.com, 21 Juni 2014. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Diakses pada 09


September 2020, dari https://assalaam.or.id/kebutuhan-manusia-terhadap-agama/

30
Digilib.com, 16 Oktober 2014. Tanggung Jawab Kehidupan Manusia. Diakses pada 09
September 2020, dari http://digilib.uin-suka.ac.id/16050/1/BAB%20I%2C%20IV%2C
%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Blogspot.com, 26 Juni 2012. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah. Diakses pada
09 September 2020, dari http://raden-ganis-saputra.blogspot.com/2012/06/tanggung-jawab-
manusia-sebagai hamba.html#:~:text=Tanggung%20jawab%20manusia%20sebagai
%20hamba%20Allah%20swt%2C.&text=Allah%20swt%2C%20mencipta%20manusia
%20dengan,semasa%20ia%20hidup%20di%20dunia.

Facebook.com, 06 September 2013. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Dan Khalifah
Allah. Diakses pada 09 September 2020, dari https://www.facebook.com/notes/andi-
hermawan/tanggung-jawab-manusia-sebagai-hamba-dan-khalifah/10151730688145415/

31

Anda mungkin juga menyukai