Disusun Oleh:
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyusun Makalah Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Gastroenteritis Akut ini dengan baik serta tepat waktu.
Tugas ini saya buat untuk memberikan ringkasan tentang Asuhan Keperawatan Pada
Ny. M Dengan Ganguan Sistim Pencernaan GEA (Gastroenteritis Akut) Di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD dr. Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi. Mudah-mudahan makalah yang
saya buat ini bisa memabantu menaikkan pengetahuan kita menjadi lebih luas lagi. Saya
menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu N Dr.
Pramita Iriana, SKp.,M.Biomed selaku dosen pembimbing saya dalam pembuatan makalah
mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I dan kepada seluruh pihak yang
sudah turut membantu dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya,
saya sampaikan banyak terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulis.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN KONSEP DASAR PENYAKIT................................3
2.1 Pengertian Gastroenteritis Akut (GEA).......................................................................3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal.......................................................................3
2.3 Klasifikasi....................................................................................................................7
2.4 Etiologi........................................................................................................................8
2.5 Patofisiologi.................................................................................................................9
2.6 Manifestasi Klinik.....................................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................10
BAB III TINJAUAN KEPUSTAKAAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN. 12
3.1 Pengkajian.................................................................................................................12
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................14
3.3 Intervensi Keperawatan (Perencanaan).....................................................................14
3.4 Implementasi Keperawatan (Pelaksanaan)................................................................15
3.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................................15
BAB IV TINJAUAN KASUS.................................................................................................16
4.1 Format Pengkajian Keperawatan...............................................................................16
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................17
4.3 Intervensi Keperawatan (Perencanaan).....................................................................18
4.4 Implementasi Keperawatan (Pelaksanaan)................................................................20
4.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................................24
BAB V PENUTUP...................................................................................................................28
5.1 Simpulan....................................................................................................................28
5.2 Saran..........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulis
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dibuatnya makalah ini agar mahasiswa mampu memahami bagaimana
konsep dasar dan asuhan keperawatan pada gastroenteritis akut (GEA).
b. Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian gastroenteritis akut (GEA).
2. Memahami anatomi fisiologi yang berkaitang dengan gastroenteritis akut (GEA).
3. Memahami penyebab terjadinya gastroenteritis akut (GEA).
4. Mengetahui klasifikasi gastroenteritis akut (GEA).
5. Memahami etiologi dari gastroenteritis akut (GEA).
6. Memahami patofiologi dari gastroenteritis akut (GEA).
7. Mengetahui manifestasi klinik gastroenteritis akut (GEA).
8. Mengetahui penatalaksanaan gastroenteritis akut (GEA).
2
BAB II
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83). Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa
lambung danusus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan
elektrolit (cecyly, Betz.2002).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan usus
yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lender dan darah (Murwani. 2009).
Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit (jamur, cacing,
protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan muntahdan diare yang dapat
menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya
menimbulkan asidosis metabolic dapat juga terjadi cairan atau dehidrasi (Setiati, 2009).
3
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang terdapat pada
pipi adalah otot buksinator.
c) Gigi
2. Bagian rongga mulut atau bagian dalam
Yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan
mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang terdiri
dari 2 palatum. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput
lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua =
pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua +11ujung lidah.
Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum
lingua) terdapat putting puting pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah,
jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan duktus
stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar
submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah,kelenjar
ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah
lidah. Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut
koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Di sekitar
rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya
dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular,
duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga
mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah
rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus 10 watoni bermuara di rongga 12
mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di dasari oleh saraf-saraf tak
sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid dan
prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan
otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang
terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks
lingua.
3. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limfosit.
4
4. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna
vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan, menembus
diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung
adalah kardia.
5. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan
limpa,menempel di sebelah kiri fudus uteri.
6. Intestinum minor (usus halus)
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan
berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari :
a) Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
b) Otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar)
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
a) Kontraksi pencampur (segmentasi) Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus
halus yaitu desakan kimus.
b) Kontraksi Pendorong 12 Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang
peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke dalam
duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh
peregangan lambung terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung
turun sepanjang dinding usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup
ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus.
Derajat kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari
sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di perantarai oleh pleksus
mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap
ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan
lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi
dapat menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan peristaltik sangat
kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit. 13 intesinum minor
terdiri dari :
a) Duodenum (usus 12 jari)
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang
membuktikan di sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu
(duktus koledukus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum
dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan
5
yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan
lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan
vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan
peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak
mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini di
perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis
atau valvula baukini. Mukosa usus halus.
Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili
memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan
submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang vili
di lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormone jaringan
dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
7. Intestinium Mayor (usus besar)
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam
keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan
ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
a) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
b) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas
dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini di sebut
Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
c) Appendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
d) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens
berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri
terdapat fleksura linealis.
e) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas
ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung dengan
rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan
feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam :
1) Pergerakan pencampur (haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan
longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar
menjadi seperti kantong.
6
2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang
mendorong feses ke arah anus.
8. Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Anus adalah
bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara
luar). Terletak di antara pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter Ani Internus
b) Sfingter Levator Ani
c) Sfingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement. Mekanisme :
a) Kontraksi kolon desenden
b) Kontraksi reflek rectum
c) Kontraksi reflek signoid
d) Relaksasi sfingter ani
2.3 Klasifikasi
Jenis-jenis gastroenteritis Menurut Suratun & Lusianah (2010, h. 137) jenis-jenis diare :
1. Gastroenteritis akut
Adalah gastroenteritis yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan :
a. Gastroenteritis non inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan oleh enterotoksin dan
menyebabkan gastroenteritis cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Keluhan abdomen jarang atau bahkan tidak sama sekali.
b. Gastroenteritis inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran
sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis
terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan secara mikroskopis terdapat
sel leukosit polimorfonuklear.
2. Gastroenteritis kronik
Yaitu gastroenteritis yang berlangsung selama lebih dari 14 hari. Mekanisme
terjadinya gastroenteritis yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
gastroenteritis sekresi, gastroenteritis osmotrik, gastroenteritis eksudatif, dan gangguan
motilitas.
a. Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume feses banyak biasanya
disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi
air dan elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa ke usus ke dalam lumen usus
menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.
b. Gastroenteritis osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus
sehingga terjadilah gastroenteritis.
7
c. Gastroenteritis eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri
atau non infeksi atau akibat radiasi.
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit
makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksin, sindroma usus
iritabel atau diabetes melitus bisa muncul gastroenteritis ini.
2.4 Etiologi
8
b) Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
4) Campylobacter
a) Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik lain.
b) Kram abdomen yang hebat.
c) Muntah/dehidrasi jarang terjadi.
5) Yersinia enterecolitica
a) Feses mukosa.
b) Sering didapatkan sel polos pada feses.
c) Mungkin ada nyeri abdomen yang berat.
d) Diare selama 1-2 minggu.
e) Sering menyerupai ependicitis.
2. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan gastroenteritis adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih banyak yang merugikan
kesehatan salah satunya kurang memperhatikan kebersihan makanan seperti pengelolaan
makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan makanan, penyimpanan bahan
mentah dan perlindungan bahan makanan terhadap debu.
3. Faktor lingkungan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk (2009) gastroenteritis dapat
disebabkan dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi
yang jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang sudah tercemar,
pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar,
kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga kebersihannya.
2.5 Patofisiologi
Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak
karena peningkatan isi rongga usus.
b. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.
9
2.6 Manifestasi Klinik
2.7 Penatalaksanaan
10
Ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi
semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer
Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20
tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral 2
c. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan /
tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1
mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium loperamia tidak
di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,
charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan
lagi.
3) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga
diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
11
BAB III
3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
1) Indentitas
Tanggal/Jam masuk RS : 07 Maret 2022 / Jam 09.00 WIB
No. Register : 18293186
Inisial Nama Pasien : Ny. Midah
Tanggal Lahir/Umur : 29 September 1962 / 60 tahun
Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut (GEA)
Ruangan/No. Kamar : Wijaya Kusuma / 203
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Bekasi
Status Perkawinan : Menikah
Jaminan : BPJS
2) Keadaan Umum
- Keadaan umum pasien sedang
- Kesadaram composmentis
3) Keluhan utama
- Pasien mengeluh diare sejak 2 hari yang lalu sebanyak 7 kali disertai mual dan muntah.
4) Riwayat penyakit saat ini
- Pasien mengalami diabetes dan hipertensi.
5) Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada.
6) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada.
7) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
- Pasien ibadah di tempat tidur
- Keadaan pasien baik
- Pasien semangat untuk sembuh
- Pasien humoris dan baik
8) Pengkajian Pola Gordon
a) Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
- Pasien mengatakan penyebab diare karena makanan kurang bersih
12
- Pasien mengatakan jika diare minum teh pahit
b) Pola nutrisi metabolic
- Nafsu makan klien menurun.
- Porsi makan yang dihabiskan ½ - 1 porsi.
c) Pola eliminasi
- Klien mengatakan BAB cair warna coklat kekuningan
- BAB sebanyak 5-7 kali dalam sehari
d) Pola aktivitas dan latihan
- Pasien mengatakan lemas karena diare
- RR: 20 x/mnt
e) Pola tidur dan istirahat
1) Pasien mengatakan sulit tidur karena diare
f) Pola kognitif/perceptual
Tidak bermasalah.
g) Pola persepsi diri/konsep diri
Tidak dikaji.
h) Pola peran/hubungan
Tidak dikaji.
i) Pola seksualitas/reproduksi
Tidak dikaji.
j) Pola koping/toleransi stress
Tidak dikaji.
k) Pola nilai/kepercayaan
l) Pasien ibadah di tempat tidur
9) Pemeriksaan Persistem
a) Pernafasan B1 (breath)
RR normal (20x/menit), tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki
riwayat asma dan suara nafas normal.
b) Kardiovaskular B2 (blood)
Tekanan darah normal (N=130/90 mmHg), nadi normal (N=82 x/menit), suhu badan
normal (36,5 C), turgor kulit buruk.
c) Persyarafan B3 (brain)
13
Kadang pasien merasa pusing, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil normal,
orientasi tempat-waktu, orang baik, reflek bicara baik, pendengaran baik, penglihatan
baik, penghidu baik.
d) Perkemihan B4 (bladder)
Normal, urin normal (240-1000 cc), tidak ada perubahan pola eliminasi.
e) Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan berkurang porsi yang dihabiskan ½ - 1 porsi, mual dan muntah 3 x/hr,
serta BAB 7 x/hr pagi dan sore, diare.
f) Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kulit bersih, turgor kulit buruk, muncul keringat dingin dan lembab, tidak ada nyeri
otot dan persendian, cepat lelah.
10) Pemeriksaan penunjang (diagnostik)
a) Hematologi
a. Hemoglobin : 13,1 g/dL (normal 12,0 – 14,0 (P) g/dL)
b. Hematokrit : 37,6 % (normal 40 – 50 (P) %)
c. Trombosit : 237 103/µl (normal 150 – 400 103/µl)
d. Leukosit : 16,7 103/µl (normal 5,0 – 10,0 103/µl)
b) Kimia Klinik
a. Gula darah seaktu (GDS): 282 mg/dL (normal 80 – 130 mg/dL)
c) Elektrolit
a. Natrium : 133 mmol/L (normal 135 – 145 mmol/L)
b. Kalium : 3,8 mmol/L (normal 3,5 – 5,0 mmol/L)
c. Klorida : 94 mmol/L (normal 94 – 111 mmol/L)
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, PPNI (2016)
pada gastroenteritis akut Ny. Midah diantaranya:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3.3 Intervensi Keperawatan (Perencanaan)
Perencanaan dibuat berdasarkan keadaan pasien atau diagnosa keperawatan sesuai
dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, PPNI (2018). Perencanaan tindakan
diantaranya:
1. Manajemen Diare (I.03101 hal. 164)
a) Observasi
1) Identifikasi riwayat pemberian makanan
2) Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinja.
3) Monitor tanda dan gejala hipovolemia
14
4) Monitor jumlah pengeluaran diare
5) Monitor keamanan penyiapan makanan
b) Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral
2) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
c) Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2) Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan mengandung lactose
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
2. Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119 hal. 200)
a) Observasi
1) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan,
2) Identifikasi makanan yang disukai,
3) Monitor asupan makanan,
b) Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk
c) Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen penambah nafsu makan,
2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mual dan muntah,
3) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian program diet yang tepat.
3.4 Implementasi Keperawatan (Pelaksanaan)
Implementasi dilakukan berdasarkan perencaan tindakan terhadap diagnosa yang telah
dibuat. Implementasi terhadap pasien gastroenteritis akut (GEA) dilakukan dengan
tindakan observasi, kolaborasi, dan juga edukasi. Observasi dilakukan untuk memonitor
keadaan pasien serta perkembangan atau kemajuan dari hasil pengobatan dan perawatan,
kolaborasi dilakukan bersama dokter untuk pemberian terapi medis seperti obat-obat
diuretic yang diperlukan, pemeriksaan penunjang untuk mengontrol perkembangan
pasien, juga ahli gizi apabila pasien mengalami defisit nutrisi, edukasi dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakitnya, obat-obatan dan efek samping
dari obat yang digunakan, serta menganjurkan untuk memonitor intake dan output cairan
secara mandiri.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit pasien dapat dinilai dengan hal-hal
berikut:
a. Pasien menunjukkan perbaikan status nutrisi.
b. Pasien mennjukkan peningkatan kemampuan untuk mengatasi keadaan.
c. Pola tidur pasien membaik.
d. Tidak terjadi komplikasi.
15
BAB IV
TINJAUAN KASUS
DATA DASAR
A. Identitas Pasien/Keluarga
Inisial Nama Pasien : Ny. Midah
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal/Jam masuk RS : 07 Maret 2022 / Jam 09.00 WIB
Tanggal Lahir : 29 September 1962
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Bekasi
B. Data Fokus
16
C. Data Penunjang
ANALISA DATA
O:
- Hematokrit : 36,8 %
- Leukosit : 16,7 103/µl
- Pasien tampak lemas
- Turgor kulit lambat
- Pasien tampak pucat
- TTV
TD: 130/90 mmHg
ND: 82 x/mnt
RR: 22 x/mnt
SH: 36,2 ◦C
2. S: Ketidakmampuan Risiko Defisit
- Keluarga pasien mengatakan pasien mengabsorbsi nutrien Nutrisi
belum mau makan sejak pagi
- Keluarga pasien mengatakan pasien (SDKI D.0032
muntah 3 x/hari hal. 81)
- Pasien mengeluh mual
- Pasien mengeluh perutnya kembung
O:
17
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak mual
- Akral pasien teraba hangat
- Tampak makanan pasien belum
dimakan
- Pasien tampak pucat
- TTV
TD: 130/90 mmHg
ND: 82 x/mnt
RR: 22 x/mnt
SH: 36,2 ◦C
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama pasien / umur : Ny. Midah / 60 tahun No. Register : 18293186
Ruangan / No. Kamar : Wijaya Kusuma / 203
18
tampak lemas e. Monitor keamanan
penyiapan makanan
Terapeutik
a. Berikan asupan cairan
oral
b. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
Edukasi
a. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
b. Anjurkan menghindari
makanan, pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung lactose
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama pasien / umur : Ny. Midah / 60 tahun No. Register : 18293186
Ruangan / No. Kamar : Wijaya Kusuma / 203
19
- Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat mual dan
muntah,
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk pemberian
program diet
yang tepat.
20
10.00 - Memonitor warna, - Pasien
volume, frekwensi, mengatakan
dan konsistensi warna feses coklat
tinja. kekuningan
- Memonitor jumlah dengan
pengeluaran diare konsistensi cair
Edukasi - Pasien mengeluh
- Menganjurkan BAB 5-7 x/hr
makanan porsi - Pasien
kecil dan sering mengatakan akan
secara bertahap makan sedikit tapi
- Menganjurkan sering
menghindari - Keluarga pasien
makanan, mengatakan sudah
pembentuk gas, tidak makan pedas
pedas, dan
mengandung RO:
lactose - Pasien tampak
Kolaborasi pucat
- Kolaborasi - Pasien tampak
pemberian obat lemas
antimotilitas - Pasien
mendapatkan obat
diatab 2 tablet jam
11.00
RO:
- Turgor kulit
pasien normal
- Makanan sudah di
siapkan ahli gizi
- TTV:
21
TD: 120/80
mmHg
ND: 82 x/mnt
RR: 20 x/mnt
SH: 36,2 ◦C
Dx 1 09 Maret 2022 Edukasi RS: Sukma
10.00 - Anjurkan makanan - Pasien
porsi kecil dan mengatakan akan
sering secara makan sedikit tapi
bertahap sering
- Anjurkan - Keluarga pasien
menghindari mengatakan sudah
makanan, tidak makan pedas
pembentuk gas,
pedas, dan RO:
mengandung - Pasien
lactose mendapatkan obat
Kolaborasi diatab 2 tablet jam
- Kolaborasi 11.00
pemberian obat
antimotilitas
RO:
- Turgor kulit
pasien normal
- Makanan sudah di
siapkan ahli gizi
- TTV:
TD: 120/80
mmHg
ND: 82 x/mnt
RR: 20 x/mnt
22
SH: 36,2 ◦C
Dx 1 10 Maret 2022 Edukasi RS: Sukma
10.00 - Anjurkan makanan - Pasien
porsi kecil dan mengatakan akan
sering secara makan sedikit tapi
bertahap sering
- Anjurkan - Keluarga pasien
menghindari mengatakan sudah
makanan, tidak makan pedas
pembentuk gas,
pedas, dan RO:
mengandung - Pasien
lactose mendapatkan obat
Kolaborasi diatab 2 tablet jam
- Kolaborasi 11.00
pemberian obat
antimotilitas
23
No Dx Hari/Tanggal/Jam Tindakan Respon Paraf dan
Keperawatan Nama
Perawat
Dx 2 09 Maret 2022 Observasi RS: Sukma
08.35 - Monitor asupan -
makanan,
- Edukasi RO:
- Anjurkan posisi - Porsi makan yang
duduk dihabiskan ½ - 1
porsi
- Pasien dapat duduk
saat makan
- Pasien tampak
mual
Dx 2 09 Maret 2022 Kolaborasi RS: Sukma
11.00 - Pasien mengatakan
- Kolaborasi dengan mual sedikit
dokter dalam berkurang
pemberian obat - Pasien mengatakan
mual dan muntah, muntah 1-2 x/hr
RO:
- Terapi
Ondansentron 16
mg / 8 jam
4.5 Evaluasi Keperawatan
EVALUASI KEPERAWATAN
24
- Keluarga pasien mengatakan masih
mau minum 500 ml,
O:
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemas
- Turgor kulit pasien lambat
- Makanan sudah di siapkan ahli gizi
- Makanan pasien belum dimakan
- Sampel darah sudah di ambil dan
tunggu hasil
- TTV:
TD: 130/90 mmHg
ND: 82 x/mnt
RR: 22 x/mnt
SH: 36,2 ◦C
- Pasien mendapatkan obat diatab 2
tablet jam 11.00
P: Intervensi dilanjutkan
Observasi
- Monitor warna, volume, frekwensi,
dan konsistensi tinja.
- Monitor tanda dan gejala
hipovolemia
- Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan,
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung lactose
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
2. 08 Maret 2022 Risiko defisit S: Sukma
Pk.12.00 nutrisi b.d - Keluarga pasien mengatakan tidak ada
ketidakmampuan alergi
mengabsorbsi - Pasien mengatakan tidak tahu
nutrient makanan yang disukai
- Pasien mengatakan muntah 3 x/hr
25
(SDKI D.0032) - Keluarga pasien mengatakan ketika
minum dapat duduk
O:
- Porsi makan yang dihabiskan ¼ porsi
- Pasien tampak mual
- Terapi Ondansentron 16 mg / 8 jam
- Ahli gizi menyiapkan diet yang sesuai
dengan pasien
P: Intervensi dilanjutkan
Observasi
- Monitor asupan makanan,
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat mual dan muntah,
O:
- Turgor kulit pasien normal
- Makanan sudah di siapkan ahli gizi
- TTV:
TD: 120/80 mmHg
ND: 82 x/mnt
RR: 20 x/mnt
SH: 36,2 ◦C
26
A: Masalah diare teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. 09 Maret 2022 Risiko defisit S: Sukma
Pk.12.00 nutrisi b.d - Pasien mengatakan mual berkurang
ketidakmampuan - Pasien mengatakan muntah 1-2 x/hari
mengabsorbsi
nutrient O:
- Porsi makan yang dihabiskan ½ - 1
(SDKI D.0032) porsi
- Pasien dapat duduk saat makan
- Pasien tampak mual
- Terapi Ondansentron 16 mg / 8 jam
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83). Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa
lambung danusus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan
elektrolit (cecyly, Betz.2002).
Tanda dan Gejala:
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun
h. Malaise
(Cecyly, Betz.2002)
5.2 Saran
Kolaborasi peran profesi dokter, perawat, dan ahli gizi serta tenaga kesehatan lain
sangat diperlukan untuk pencapaian derajat sehat yang lebih baik pada pasien
gastroenteritis akut. Dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam mengkaji setiap
respon perubahan klinis yang muncul dari penderita gastroenteritis akut untuk menentukan
Asuhan Keperawatan yang tepat. Keberhasilan dari suatu kesembuhan pasien dapat
dicapai dengan terlaksananya proses keperawatan yang sistematis, terintegrasi, lengkap,
dan akurat. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan dalam setiap tahapan mulai dari
28
pengkajian, penegakan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
harus dilaksanakan dengan baik dan tepat sesuai dengan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi: Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC.
135
Hidayat A. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Untuk Brunner dan Sudarth.
Jakarta: EGC
Tom Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 vol 3.
Jakarta: DPP PPNI
Tom Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 vol 2.
Jakarta: DPP PPNI
Hasyim Ajiz. 2018. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Pada Tn.A Di Ruang Inap
Puskesmas Kambang. STIKES Perintis Padang. Padang Tahun 2018
I Mujasyaroh. 2019. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Bab II. Universitas Muhamadiyah
Ponorogo. Ponorogo Tahun 2019
dr. Soeradji Tirtonegoro melalui Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran. 2018.
Gastroenteritis (GEA). https://rsupsoeradji.id/kenali-gea/, diakses pada 09 Maret 2022
29