Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DEHIDRASI


RINGAN-SEDANG DAN VOMITUS PERFUSE

Oleh :
Yusriyah, S. Ked
71 2020 041

Pembimbing :
dr. Hadi Asyik, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul:
Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang Dan Vomitus Perfuse
Oleh:
Yusriyah, S.Ked
71 2020 041

Telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Agustus 2021


Pembimbing

dr. Hadi Asyik, Sp.A

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang” sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Hadi Asyik, Sp.A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Palembang BARI Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 3
1.3 Manfaat................................................................................. 3
BAB II. LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien....................................................................... 4
2.2 Anamnesis............................................................................... 4
2.3 Pemerikasaan Fisik................................................................. 7
2.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 11
2.5 Resume.................................................................................... 11
2.6 Diagnosis Banding ................................................................. 12
2.7 Diagnosis Kerja....................................................................... 12
2.8 Penatalaksanaan...................................................................... 12
2.9 Prognosis.................................................................................. 13
2.10 Follow Up............................................................................. 13
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Gastroenteritis Akut.................................................. 16
3.2 Etiologi Gastroenteritis Akut.................................................. 16
3.3 Patogenesis Gastroenteritis Akut............................................ 19
3.4 Manifestasi Gastroenteritis Akut............................................ 21
3.5 Diagnosa Gastroenteritis Akut................................................ 22
3.6 Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut..................................... 24
3.7 Komplikasi Gastroenteritis Akut............................................ 36
3.8 Prognosis Gastroenteritis Akut............................................... 37
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 43

iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 44

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada anak-
anak maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan
dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun
setengah cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain
dari konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang
air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang
berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan
peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering
menjadi penyebabnya adalah infeksi yaitu berupa virus, bakteri dan parasit.1
Diare dan gastroenteritis menempati posisi kelima dalam sepuluh penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan pada tahun 2010. Hasil Riset Kesehatan Dasar
menunjukkan prevalensi diare pada tahun 2007 sebesar 9%, kemudian mengalami
penurunan pada tahun 20/13 menjadi 7%. Pada tahun 2015, angka kesakitan diare
mencapai 214/1000 orang atau sekitar 5.405.235 kasus diare, dimana 74,3% dari
kasus tersebut dirawat dirumah sakit.2
Penyebab diare terbanyak setelah rotavirus adalah Escherichia coli. Bakteri
ini merupakan bakteri komensal, patogen intestinal dan patogen ekstra intestinal
yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, meningitis dan septicemia.
Sebagian besar dari E. coli berada dalam saluran pencernaan, tetapi yang bersifat
patogen menyebabkan diare pada manusia. Diare yang disebabkan oleh
Escherichia coli merupakan patogen enterik yang dapat menyebabkan dehidrasi
dengan berbagai mekanisme tergantung jenis patotipenya. Jumlah koloninya
dalam usus dapat memengaruhi beratnya gejala diare.3
Penyebab diare terbanyak setelah rotavirus adalah Escherichia coli. Bakteri
ini merupakan bakteri komensal, patogen intestinal dan patogen ekstra intestinal
yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, meningitis dan septicemia.
Sebagian besar dari E. coli berada dalam saluran pencernaan, tetapi yang bersifat
patogen menyebabkan diare pada manusia. Diare yang disebabkan oleh
Escherichia coli merupakan patogen enterik yang dapat menyebabkan dehidrasi
dengan berbagai mekanisme tergantung jenis patotipenya. Jumlah koloninya
dalam usus dapat memengaruhi beratnya gejala diare.3
Gastroentritis juga dapat disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi
bakteri (Foodborne disease) hal ini dikarenakan proses memasak yang tidak
sempurna, kurangnya kebersihan dari anak, ibu yang memberi makanan dan
pedagang makanan dan tidak higienisnya peralatan yang dipergunakan untuk
menyajikan makanan kepada anak. Bakteri Escherichia coli, Salmonella sp. dan
Vibrio cholera merupakan bakteri yang sering ditemukan dalam makanan yang
terkontaminasi. Beberapa kejadian wabah gastroenteritis berdasarkan survei
nasional di Amerika, disebabkan oleh adanya Salmonella sp dan Escherichia coli
yang dianggap sebagai patogen bawaan makanan.3
Komplikasi tersering pada diare adalah dehindrasi. Dehidrasi adalah
kehilangan air tubuh yang sering diikuti oleh kehilangan elektrolit dan perubahan
keseimbangan asambasa di dalam tubuh. Etiologi dehidrasi pada anak dengan
diare adalah BAB yang terus menerus dan muntah profuse. Muntah profuse
adalah muntah yang jumlahnya semakin meningkat. Bila hal ini terjadi terus
menerus maka dapat mengancam kehidupan. 4
Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan dalam
mengatasi gastroenteritis akut agar pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih
parah. Mulai dari diagnosis, pemberian terapi sampai nutrisi bagi penderita harus
diberikan dengan tepat. Dalam penegakan diagnosis gastroenteritis akut bisa
dilihat langsung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan
penentuan diagnosis definitif bisa menggunakan pemeriksaan laboratorium.
Dalam pemberian terapi sangat penting dalam penanganan gastroenteritis akut
disamping pemberian obat spesifik terhadap agen penyebab yang bisa diketahui
dari manifestasi klinis hasil laboratorium.5

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan kasus ini:
1. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat memahami setiap
kasus Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang Dan
Vomitus Perfuse secara menyeluruh.
2. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukannya diskusi
laporan kasus Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Dan Vomitus Perfuse ini dengan pembimbing klinik.
3. Diharapkan pada semua sarjana kedokteran dapat mengaplikasikan
pemahaman yang didapat mengenai kasus Gastroenteritis Akut Dengan
Dehidrasi Ringan-Sedang Dan Vomitus Perfuse, terkait pada kegiatan
kepaniteraan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Teoritis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu
tentang kasus Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Dan Vomitus Perfuse.
1.3.2 Praktis
Sebagai masukan guna lebih meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan terutama dalam memberikan informasi (pendidikan
kesehatan) kepada pasien dan keluarganya tentang kegawatan pada
pasien dengan Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Dan Vomitus Perfuse.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Tanggal Masuk : 31 Juli 2021
Nama Pasien : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 21 April 2020
Umur : 1 Tahun 3 Bulan 9 Hari
Agama : Islam
Alamat : Desa Muara Sungai, Kota Prabumulih
Bangsa : Indonesia
Nama Ayah : Tn. O
Nama Ibu : Ny. Y

2.2 Anamnesis (Tanggal 3 Mei 2021 Pukul 07.30 WIB)


1. Keluhan Utama
BAB cair sejak 1 hari SMRS.
2. Keluhan Tambahan
Muntah dan panas
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
An. R, usia 1 tahun 3 bulan datang Bersama Ibu dan ayah nya
ke UGD RSUD BARI dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS.
Ibu An.R mengatakan BAB cair dengan frekuensi >6x kali sehari,

1 1
BAB sebanyak sampai gelas. BAB berwarana kuning kehijauan .
4 2
Konsistensi feses cair dan tidak memiliki ampas , tidak ada darah dan
tidak ada lendir. An.R belum pernah mengalami BAB cair
sebelumnya.
Selain itu ibu An.L mengatakan bahwa anak nya mengalami
muntah sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi >5x/hari , isi muntah apa

1
yang dimakan, muntah sebanyak gelas, Muntah tidak berdarah.
2
An.R mengalami demam tinggi dan Terus menerus, tidak mengalami
kejang, batuk dan pilek. BAK seperti biasa. An.R mengalami
penurunan nafsu makan dan tidak mau menyusu, sering menangis dan
sedikit rewel. An.R belum pernah berobat dan minum oralit
sebelumnya.
4.  Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluh dengan keluhan yang
sama.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), Asma (-), Alergi (-),
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa (-)
6. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
 Paritas                     : P1A0
 Masa Kehamilan     : cukup bulan
 Pastus                     : normal
 Penolong                 : dokter
 Berat Badan Lahir  : 3610 gram
 Panjang Badan Lahir : 55 cm
 Keadaan saat lahir langsung menangis
 7. Riwayat Makanan
 ASI         : 0 bulan - sekarang (diselingi dengan susu
formula)
 Susu Formula         : 1 bulan - sampai sekarang
 Bubur susu             : -
 Nasi tim                 : -
 Sayuran, buah        : -
 Ikan                       : -
 Telur                      : -
 Ayam , daging       : -
 Tahu dan Tempe    : -
Kesan: ASI ekslusif dikarenakan diselingi dengan susu formula
8.  Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR ULANGAN

Umur Umur Umur Umur

Bcg 0
Dpt 1 2 Dpt 2 3 Dpt 3 4

Hepatitis b 1 - Hepatitis b 2 2 Hepatitis b 3 3

Hib 1 2 Hib 2 3 Hib 3 4

Polio 1 2 Polio 2 3 Polio 3 4

Campak 9 Polio 4 -

Kesan : Tidak mendapat imunisasi Hb 1

9. Riwayat Keluarga

Perkawinan : Pertama
Umur : 3tahun
Pendidikan : SMA
Penyakit yang pernah diderita: tidak ada

10. Riwayat Tumbuh Kembang


 Gigi pertama : 8 bulan
 Berbalik : 5 bulan
 Tengkurap : 7 bulan
 Merangkak : 10 bulan
 Duduk : 10 bulan
 Berdiri : 11 bulan
 Berjalan : 12 bulan
 Berbicara : 8 bulan
Kesan : tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembang.

11. Riwayat Perkembangan Mental


 Isap Jempol : tidak ada
 Ngompol : tidak ada
 Sering Mimpi : tidak ada
 Aktivitas : tidak ada
 Membangkang : tidak ada
 Ketakutan : tidak ada
 Kesan : perkembangan mental baik

 12. Riwayat Penyakit yang pernah diderita


tidak ada  

2.3     Pemeriksaan Fisik (objektif/ O)


A.  Pemeriksaan fisik umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 8,4 Kg
PB atau TB : 74 Cm
Status gizi : Kurang
BB/U : -2 SD (Normal)
TB (PB)/U : -2 SD dan - 3 SD (Pendek)
BB/TB (PB) : +1 SD dan -2 SD (Gizi baik / Normal)
Lingkar kepala : - Cm ( - SD)
Edema ( + / - ), sianosis ( + / -), dispnue ( + / -), anemia ( + / - ),
ikterus ( + / -), dismorfik ( + /- )

O
Suhu : 38 C
Respirasi : 36 x/menit, Tipe Pernapasan :
thoracoabdomial
Tekanan Darah :- mmHg
Nadi : 130 x/ menit, Isi/kualitas : cukup
Regularitas : baik
Kulit : CRT < 2 detik , dengn lemak subkutis sedikit

A. Pemeriksaan khusus
Kepala : Normocephali, ubun-ubun cekung (+)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skelera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),
edema (-), cekung (+).dan secret (-), 
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir kering dan sianosis (-)
Gigi : Dalam batas normal
lidah : Atropi papil (-), Lidah kotor (-), Lidah kering (-), hipersaliva (-)
UUB : Cekung

Faring/tonsil
hiperemis : Tidak
beslag : tidak
T1 / T1
Leher
Inspeksi : Simetris , tidak ada massa
Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
Inspeksi : Statis, dinamis, iktus kordus tidak terlihat, iga gembang terlihat x
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, stem fremitus (+) sama kanan dan kiri
A. Paru
Perkusi : Sonor (+) di kedua lapangan paru
Auskultasi
Vesikuler : Vesikuler
Ronkhi : Tidak ada
Wheezing : Tidak ada

B. Jantung
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II dalam batas normal

Abdomen
Inspeksi : Masa (-), perut sedikit cembung
Palpasi : Masa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Bising usus (+) dalam batas normal

Ekstremitas
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Deformitas : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Trofi : Tidak ada
Pergerakan : Luas
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Akral : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

Inguinal
Kelenjar Getah Bening : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada

Genitalia
Laki-laki :
Phimosis : Tidak ada
Testis : Dalam batas normal
Scrotum : Dalam batas normal

Gluteal : Dalam batas normal

Status pubertas : Belum ada

Status neurologis
Lengan
Tungkai
Kanan kiri Kanan Kiri
Fungsi motorik

Gerakan Luas Luas Luas Luas


Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Reflex fisiologis + + + +
Reflex patologis - - - -

Gejala rangsang meningeal


Fungsi sensorik : Dalam batas normal
Nervi craniales : Dalam batas normal
Reflex primitive : Dalam batas normal

2.4     Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
1. Hemoglobin : 10,6 g/dl (Low )
2. Eritrosit : 4,73 juta/ ul
3.   Leukosit : 11,1 ribu / ul (high)
4.   Hematokrit : 30%     (low)          
5.   Hitung Jenis : 0/2/2/67/21/8
6. Trombosit : 489 ribu /mm3 (high)

Feses
1.    Makroskopik
     Warna : Kuning Kehijau
     Konsistensi : Cair
Lendir : Negatif
Darah : Negatif

2.  Mikroskopik

Leukosit feses : 0-1


Eritrosit feses : 1-2
Telur cacing : Negatif
Amuba : Negatif
Jamur : Negatif
Bakteri : Positif
Lain-lain : lemak + (positif)
2.5 Resume
An. R mengalami BAB cair 1 hari SMRS dengan frekuensi > 6x/ hari

1 1
BAB sebanyak sampai gelas. BAB berwarana kuning kehijauan .
4 2
Konsistensi feses cair dan tidak memiliki ampas , tidak ada darah dan
tidak ada lendir. Muntah dengan frekuensi >5x/hari , isi muntah apa yang

1
dimakan, muntah sebanyak gelas, Muntah tidak berdarah. An.R
2
mengalami demam tinggi dan Terus menerus, tidak mengalami kejang,
batuk dan pilek. BAK seperti biasa.
 An. R 1 tahun 3 bulan mengalami mata cekung, lemak subkutan tipis,
perut gembung dan iga gambang (+),Cubitan di perut/ CRT <2 detik,
penurunan nafsu makan, tidak mau menyusu, sering menangis dan sedikit
rewel.

 2.6    Diagnosis Banding
1. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c.bakteri
2. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c.virus
3. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c. malabsorbsi
 
2.7    Diagnosis Kerja
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c.bakteri

2.8    Penatalaksanaan
Non Farmakologis :
 Rawat inap untuk melihat kemajuan terapi dan mengganti cairan yang
hilang
 Diet makanan biasanya, pemberian bubur saring
 Cek laboratorium darah lengkap, Fases lengkap.
 Edukasi:
1.      Cuci tangan
2.      Membersihkan peralatan makanan
3.      Mengajarkan ibu cara membuat dan memberikan oralit

Medikamentosa:
 IVFD RL 670 cc dalam 4 jam
 Lanjut KAEN 3A 35cc/jam
 Zinc syr 1x 20 mg
 Domperidon syr 2x ½ cth
 Inj. Ampicilin 3x300 mg
 Inj. Gentamicin 2x20 mg
 Oral Paracetamo 3x 1 cth
 Oralit 100 cc setiap BAB cair

2.8    Prognosis
Quo ad vitam             : dubia ad bonam
Quo ad functionam   : dubia ad bonam

2.9 Follow Up
Tanggal Catatan Kemajuan (S/O/A/P) DPJP
1 Agustus Masalah : BAB cair dr. Hadi A,Sp.A
2021 S : diare akut, muntah, dehidrasi ringan sedang
(08.00 WIB) dan demam tinggi.
O: KU : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
BB: 8,4 Kg
PB: 74 cm
Nadi : 148 x/m
RR : 30 x/m
T : 40 oC
- Kepala : Ubun-ubun cekung (+), mata cekung
(+)
- Rasa haus dan minum (+)
- Ekstremitas : akral hangat

A : Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-


sedang + vomitus perfuse e.c.bakteri +
hiperpireksia

P:
- Monitor TTV
- menganjurkan keluarga beri kompres
hangat
T/
1. IVFD RL 670cc dalam 4 jam
2. KAEN 3A 35cc/jam
3. Zink syr 1x20 mg
4. Domperidone syr 2x1/2 cth
5. Inj. Ampicilin 3x300 mg
6. Inj. Gentamicin 2x0 mg
7. Oral Paracetamo 3x 1 cth
2Agustus 8. Oralit 100cc tiap BAB cair
2021 9. Diet bubur saring
(Jam 08.00
Masalah : BAB cair
WIB)
S : BAB cair berkurang, muntah berkurang dan
demam
O: KU : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
BB: 8,4 Kg
PB: 74 cm
Nadi : 120 x/m
RR : 32 x/m
T : 38,0 oC
- Kepala : Ubun-ubun cekung (-), mata cekung
(-).
- Ekstremitas : akral hangat

A : Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-


sedang + vomitus perfuse e.c.bakteri +
hiperpireksia dehidrasi teratasi sebagian dan
demam berkurang

P:
- Observasi TTV

T/
1. IVFD KAEN 3A 35cc/jam
2. Zink syr 1x20 mg
3. Domperidone syr 2x1/2 cth.
4. Inj. Ampicilin 3x300 mg
5. Inj. Gentamicin 2x20 mg
6. Oral Paracetamo 3x 1 cth
7. Oralit 100cc tiap BAB cair

3 Agustus S :  BAB sudah berampas, tidak muntah, dan


2021 tidak demam.
(08.00 WIB) O: KU : keadaan baik
Sensorium : compos mentis
Nadi : 131x/m
RR : 28 x/m
T : 36,8 oC
- Kepala : ubun-ubun cekung (-) mata cekung (-)
- Ekstremitas : akral hangat
A :  Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-
sedang + vomitus perfuse e.c.bakteri +
hiperpireksia teratasi
P:
- Aff infus
- Rencana pulang hari ini

T/
- Zink 1x 20 mg
- Oralit 100c/ BAB cair
- Paracetamol KP

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian
mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah. Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan
berlangsung kurang dari 14 hari.6
Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala
infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya
menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar oleh organisme tersebut (food borne disease).7
Berdasarkan hal tersebut dapat disumpulkan Gastroenteritis akut (GEA)
adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau
cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali sehari
dan berlansung kurang dari 14 hari.8
3.2 Etiologi Gastroenteritis Akut
Faktor Infeksi
a. Virus
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari
gastroenteritis akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
5

1. Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di
rumah sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap
tahunnya, biasanya diare akibat rotavirus derat keparahannya diatas
rerata diare pada umumnya dan menyebabkan dehidrasi. Pada anak-
anak sering tidak terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur
tersering dari infeksi virus ini.
2. Human Caliciviruses (HuCVs)
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-
like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang
disebut Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab
utama terbanyak diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta
kasus per tahun. Norovirius merupakan penyebab tersering
gastroenteritis pada orang dewasa dan sering menimbulkan wabah dan
menginfeksi semua umur. Sapoviruses umumnya menginfeksi anak –
anak dan merupakan infeksi virus tersering kedua selain Rotavirus.
3. Adenovirus
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada
sistem respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk
icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus,
Aviadenovirus, Atadenovirus, dan Siadenovirus.

b. Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut
Bakteri yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic
Escherichia coli, Shigella species, Vibrio cholera, Salmonella sp.
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut adalah : 5
1. Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling sering
terdapat di negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini
tidak menimbulkan bahaya jenis dari bakterinya adalah :
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
2. Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering
berhubungan dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat
masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang
sangat cair dan menimbulkan disentri.
3. Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan
tingkat kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah : - S.
sonnei - S. flexneri - S. dysenteriae

4. Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen
pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering
adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang konsistensinya
sangat berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa
menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya
gejala awal.

5. Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang
menstimulasi sekresi aktif cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan.
Pada onset akut gejalanya dapat berupa mual, muntah dan diare berair
dan terkadang disentri pada beberapa kasus.
c. Parasitic agents
Seperti Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, dan
Cyclospora cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut
sangatlah jarang terjadi namun sering dihubungkan dengan traveler dan
gejalanya sering tak tampak. Dalam beberapa kasus juga dinyatakan
infeksi dari cacing seperti Strongiloide stecoralis, Angiostrongylus C,
Schisotoma Mansoni, S. Japonicum juga bisa menyebabkan gastroenteritis
akut.5
Non –Infeksi
a. Malabsorpsi/ maldigesti
1. Malabsorbsi karbohidrat disakarida, non sakarida, pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoletansi laktosa
2. Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride
3. Malasorbsi Protein: assam amino, B-Lactoglobulin
b. Imunodefisiensi
c. Terapi Obat
d. Lain-lain Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom
Zollinger-Ellison, neuropati diabetes sampai kondisi psikis juga dapat
menimbulkan gastroenteritis akut.5

3.3 Patogenesis Gastroenteritis Akut


Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi
yang berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor
agent dan faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman lambung, motilitas
usus, imunitas, dan lingkungan mikroflora usus. Patogenesis diare karena
infeksi bakteri/parasit terdiri atas:

A. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)


Diare jenis ini biasanya disebut juga sebagai diare tipe sekretorik
dengan konsistensi berair dengan volume yang banyak. Bakteri yang
memproduksi enterotoksin ini tidak merusak mukosa seperti V. cholerae
Eltor, Eterotoxicgenic E. coli (ETEC) dan C. Perfringens. V.cholerae
Eltor mengeluarkan toksin yang terkait pada mukosa usus halus 15-30
menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan
berlebihan nikotinamid adenin di nukleotid pada dinding sel usus,
sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’-5’-siklik monofosfat (siklik
AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam
lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation, natrium dan
kalium.

B. Diare karena bakteri/parasite invasive (enterovasif)


Diare yang diakibatkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare
inflammatory. Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasive
E. coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfringens tipe C.
Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur
lendir dan darah. Kuman salmonella yang sering menyebabkan diare
yaitu S. paratyphi B, Styphimurium, S enterriditis, S choleraesuis.
Penyebab parasite yang sering yaitu E. histolitika dan G. lamblia. Diare
inflammatory ditandai dengan kerusakan dan kematian enterosit, dengan
peradangan minimal sampai berat, disertai gangguan absorbsi dan
sekresi. Setelah kolonisasi awal, kemudian terjadi perlekatan bakteri ke
sel epitel dan selanjutnya terjadi invasi bakteri kedalam sel epitel, atau
pada IBD mulai terjadinya inflamasi. Tahap berikutnya terjadi pelepasan
sitokin antara lain interleukin 1 (IL-l), TNF-α, dan kemokin seperti
interleukin 8 (IL-8) dari epitel dan subepitel miofibroblas. IL8 adalah
molekul kemostatik yang akan mengaktifkan sistim fagositosis setempat
dan merangsang sel-sel fagositosis lainnya ke lamina propia. Apabila
substansi kemotaktik (IL-8) dilepas oleh sel epitel, atau oleh
mikroorganisme lumen usus (kemotaktik peptida) dalam konsentrasi
yang cukup kedalam lumen usus, maka neutrofil akan bergerak
menembus epitel dan membentuk abses kripta, dan melepaskan berbagai
mediator seperti prostaglandin, leukotrin, platelet actifating factor, dan
hidrogen peroksida dari sel fagosit akan merangsang sekresi usus oleh
enterosit, dan aktifitas saraf usus.
Terdapat 3 mekanisme diare inflamatori, kebanyakan disertai
kerusakan brush border dan beberapa kematian sel enterosit disertai
ulserasi. Invasi mikroorganisme atau parasit ke lumen usus secara
langsung akan merusak atau membunuh sel-sel enterosit. Infeksi cacing
akan mengakibatkan enteritis inflamatori yang ringan yang disertai
pelepasan antibodi IgE dan IgG untuk melawan cacing. Selama
terjadinya infeksi atau reinfeksi, maka akibat reaksi silang reseptor
antibodi IgE atau IgG di sel mast, terjadi pelepasan mediator inflamasi
yang hebat seperti histamin, adenosin, prostaglandin, dan lekotrin.
Mekanisme imunologi akibat pelepasan produk dari sel lekosit
polimorfonuklear, makrophage epithelial, limfosit-T akan mengakibatkan
kerusakan dan kematian sel-sel enterosit. Pada keadaan-keadaan di atas
sel epitel, makrofag, dan subepitel miofibroblas akan melepas kandungan
(matriks) metaloprotein dan akan menyerang membrane basalis dan
kandungan molekul interstitial, dengan akibat akan terjadi pengelupasan
sel-sel epitel dan selanjutnya terjadi remodeling matriks (isi sel epitel)
yang mengakibatkan vili-vili menjadi atropi, hiperplasi kripta-kripta di
usus halus dan regenerasi hiperplasia yang tidak teratur di usus besar
(kolon). Pada akhirnya terjadi kerusakan atau sel-sel imatur yang
rudimenter dimana vili-vili yang tak berkembang pada usus halus dan
kolon. Sel sel imatur ini akan mengalami gangguan dalam fungsi
absorbsi dan hanya mengandung sedikit (defisiensi) disakaridase,
hidrolase peptida, berkurangnya tidak terdapat mekanisme Nacoupled
sugar atau mekanisme transport asam amino, dan berkurangnya atau tak
terjadi sama sekali transport absorbsi NaCl. Sebaliknya selsel kripta dan
sel-sel baru vili yang imatur atau sel-sel permukaan mempertahankan
kemampuannya untuk mensekresi Cl- (mungkin HCO3- ). Pada saat yang
sama dengan dilepaskannya mediator inflamasi dari sel-sel inflamatori di
lamina propia akan merangsang sekresi kripta hiperplasi dan vili-vili atau
sel-sel permukaan yang imatur. Kerusakan immune mediated vascular
mungkin menyebabkan kebocoran protein dari kapiler. Apabila terjadi
ulserasi yang berat, maka eksudasi dari kapiler dan limfatik dapat
berperan terhadap terjadinya diare.9
3.4 Manifestasi Klinis Gastroenteritis Akut
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi dari salah
satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang anak dan dewasa, mual
(93%), muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya
merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien.
Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status
mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang
mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10%.
10 Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung
atau memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery
diarhhea) dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang
umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek
atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam
setelah makan atau minuman yang terkontaminasi. Diare sekretorik (watery
diarrhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis
yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Sedangkan
kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang mengakibatkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut
nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai
gelisah muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.5,10

3.5 Diagnosis Gastroenteritis Akut


Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

A. Anamnesis
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat,
dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair,
berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda
mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing,
dan perubahan status mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau
penyakit yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih
menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah demam, tenesmus,
dan feses berdarah. Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu
untuk mengevaluasi potensi paparan agent. Anak-anak di tempat
penitipan, penghuni panti jompo, penyicip makanan, dan pasien yang
baru dirawat di rumah sakit berada pada risiko tinggi penyakit diare
menular.9

B. Pemeriksaan Fisik
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat
dehidrasi pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering,
waktu pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan
tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan
peningkatan laju nafas dapat membantu dalam mengidentifikasi
dehidrasi. Dehidrasi Ringan (hilang cairan <5% BB) gambaran klinisnya
turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok. Dehidrasi
Sedang (hilang cairan 5-10% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh
dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam. Dehidrasi
Berat (hilang cairan >10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.6

C. Pemeriksaan Penunjang
Darah:
- Darah rutin
-Feses rutin (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses pada
inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada
jamur)
- Urin rutin atas indikasi
- Serum elektrolit: Na+ , K+ , Cl-
- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut
karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan
sampai pada terapi definitif.5

3.6 Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut


Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada anak dan dewasa terdiri
atas: rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi
simptomatik, dan memberikan terapi definitif.

1. Terapi Rehidrasi
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting
dalam terapi efektif diare akut. Pemberian terapi cairan dapat dilakukan
secara oral atau parateral. Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk
dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik,
walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah
hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali,
atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya
rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi
parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya
terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP
merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan
kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan
pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L Anak yang diare dan
tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya
sesuai umur.11
a. Tanpa Dehidrasi
Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan
menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan
berikan kembali dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi
cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit
(200 ml) untuk dibawa pulang. Beri tablet zinc.
Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari,
Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari Selama 10 hari
b. Dehidrasi Ringan – Sedang
Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan
jumlah sesuai dengan berat badan anak (atau umur anak jika berat
badan anak tidak diketahui). Namun demikian, jika anak ingin
minum lebih banyak, beri minum lebih banyak. Tunjukkan pada
ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1
– 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang
lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan
menggunakan cangkir. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul
masalah
• Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit
lebih lambat (misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit)
• Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan
beri minum air matang atau ASI. Nasihati ibu untuk terus
menyusui anak kapan pun anaknya mau.
Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda
dehidrasi yang terlihat sebelumnya (Catatan: periksa kembali
anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa minum larutan oralit
atau keadaannya terlihat memburuk.)
• Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan
untuk perawatan di rumah beri cairan tambahan.
a. Beri tablet Zinc selama 10 hari
b. Lanjutkan pemberian minum/makan.
c. Kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
- Anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu
- Kondisi anak memburuk
- Anak demam
- Terdapat darah dalam tinja anak
• Jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi
pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, seperti
di atas dan mulai beri anak makanan, susu atau jus dan berikan
ASI sesering mungkin
• Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama
sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah
profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena
secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau
Ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang
dibagi sebagai berikut :
Pemberian 70 ml/kg selama Bayi (di bawah umur 12 bulan) 5
jam Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 2½ jam
• Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.
• Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau
minum.
• Periksa kembali bayi sesudah 6 jam Atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan Dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang
sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan penanganan.
c. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10%
untuk bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital
tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik
sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan
sebagai berikut :
- Usia<12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
- Usia>12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya
70ml/kgbb/2-2½ jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi
kebutuhan penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi
masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang pendek.
Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana
biasanya. Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan
protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada
pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai
biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak
memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat
dilanjutkan.10
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial
anak teraba.Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan
infus lebih cepat.Selanjutnya, nilai kembali anak dengan
memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk
minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah
terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan membaik lebih
lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat
dalam pemantauan. Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah
diberikan, nilai kembali status hidrasi anak, Jika tanda dehidrasi
masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten)
setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini
biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair selama
dilakukan rehidrasi.Jika kondisi anak membaik walaupun masih
menunjukkan tanda dehidrasi ringan, hentikan infus dan berikan
cairan oralit selama 3-4 jam.Jika anak bisa menyusu dengan baik,
semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya.
Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, ikuti Rencana Terapi A,
Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang
dari rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan
penanganan hidrasi anak dengan memberi larutan oralit. Semua
anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam)
ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4
jam untuk bayi, atau 1–2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini
memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak cukup
disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil
diatasi, beri tablet zinc.12
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular
beberapa tahun terakhir karena memilik evidence based yang bagus.
Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang
dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan
bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat
menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan. Zinc
termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi
fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti
oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap,
pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam system
kekebalan tubuh dan meripakan mediator potensial pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan
diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel
saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border
apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok
diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh
karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang
kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan
volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak.12
Dosis zinc yang dapat diberikan pada anak diare adalah
berdasarkan usia yaitu :
A. Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg (½ tablet) per hari
B. Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak
telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan
air matang, ASI, atau oralit, Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.12
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu
yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat
badan serta pengganti nutrisis yang hilang. Pada diare berdarah nafsu
makan akan berkurang. Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan
frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan
puasa,kecuali jika muntah-muntah hebat. Jika curiga diare disebabkan
karena intoleransi laktosa hindarkan susu sapi dan susu formula.
Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase penyembuhan.12
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare
adalah sama dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
A. Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk
menyusui sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui
lebih dari biasanya dan ini harus didukung.
B. Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan
(atau susu formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin
dengan cangkir.
C. Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain
harus diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan
meningkatnya pasokan ASI, makanan lain harus diturunkan.
D. Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak,
ia harus diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di
atas 6 bulan dan makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai
selama episode diare atau segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau
telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti
pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari).
Makan porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi
lebih jarang. Setelah diare berhenti, dapat terus memberi makanan
dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan
daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah
kembali berat badan normal.12

4. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.13

Tabel 1. Terapi Antibiotik Empiris


Sumber : (Farthing et al., 2012)

Tabel 2. Pemberian Antibiotik pada Diare Akut


Sumber : (Farthing et al., 2012)

5. Edukasi orang tua


Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan
anak. Edukasi yang diberikan seperti cuci tangan sebelum member ASI,
kebersihan payudara juga perlu diperhatikan, kebersihan makanan
termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan,dan lain-lain.
Selain itu Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan, jika
anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.12

3.7 Komplikasi Gastroenteritis Akut


Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
kehilangan cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok
hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya
hipokalemia dan asidosis metabolic.10,11 Pada kasus-kasus yang terlambat
mendapat pertolongan medis, syok hipovolemik sudah tidak dapat diatasi
lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut ginjal dan selanjutnya terjadi gagal
multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian
cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimal tidak tercapai. Haemolityc
Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh EHEC. Pasien
HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari
setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya dengan penggunaan
antibiotik masih kontroversial. Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati
demielinisasi akut, merupakan komplikasi potensial lain, khususnya setelah
infeksi C. jejuni dimana 20-40% pasien Guillain – Barre menderita infeksi C.
jejuni beberapa minggu sebelumnya. Pasien menderita kelemahan motorik
dan mungkin memerlukan ventilasi mekanis. Mekanisme penyebab sindrom
Guillain – Barre belum diketahui. Artritis pascainfeksi dapat terjadi beberapa
minggu setelah penyakit diare karena Campylobacter, Shigella, Salmonella,
atau Yersinia spp. 13

3.8 Prognosis Gastroenteritis Akut


Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat
baik dengan morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare infeksius < 1,0%.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang
berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.13
BAB IV
PEMBAHASAN
Anak laki-laki usia 1 tahun 3 bulan datang Bersama Ibu dan ayah nya ke UGD
RSUD BARI dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS. Ibu An.R mengatakan

1 1
BAB cair dengan frekuensi >6x kali sehari, BAB sebanyak sampai gelas. BAB
4 2
berwarana kuning kehijauan . Konsistensi feses cair dan tidak memiliki ampas , tidak
ada darah dan tidak ada lendir. An.R belum pernah mengalami BAB cair
sebelumnya.
Selain itu ibu An.L mengatakan bahwa anak nya mengalami muntah sejak 1 hari
SMRS dengan frekuensi >5x/hari , isi muntah apa yang dimakan, muntah sebanyak

1
gelas, Muntah tidak berdarah. An.R mengalami demam tinggi dan Terus menerus,
2
tidak mengalami kejang, batuk dan pilek. BAK seperti biasa. An.R mengalami
penurunan nafsu makan dan tidak mau menyusu, sering menangis dan sedikit rewel.
An.R belum pernah berobat dan minum oralit sebelumnya.
Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi
sertagangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intol
eransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gang
guan gizi serta mengobati penyakit penyerta.14
Pasien ini memiliki gejala utama yaitu BAB cair dan pada Alloanamnesis didapa
tkan BAB cair sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi BAB cair >6x sehari dan konsist
ensi fases lebih banyak air dibandingkan ampas dan 1 kali BAB sebanyak ¼ sampai
½ gelas. Gejala-gejala tersebut merupakan beberapa manifestasi klinis dari diare
yaitu diawali dengan perubahan anak menjadi cengeng, gelisah, muntah-muntah
disusul timbulnya diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan
dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.13 Frekuensi BAB yang sering dan cair
menandakan anak banyak kehilangan cairan yang akan memicu dehidrasi.
Tabel 1. Derajat dehidrasi diare

Sumber : IDAI, 2014

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum An.L tampak sakit
sedang, suhu tubuh 40oC, denyut nadi 130x/menit dan laju pernapasan 35x/menit. Dalam
pemeriksaan suhu tubuh pada An.R terdapat hipertermia hal ini mendukung diagnosis pada
pasien bahwa terdapat infeksi oleh bakteri. Dari pemeriksaan fisik lainnya ditemukan bahwa
mata An.L cekung, mukosa bibir kering dan tidak tampak adanya sianosis tetapi turgor
kembali cepat. Hal ini menandakan Sebagian besar tanda vital dalam batas normal dengan
mukosa bibir kering menandakan kurangnya cairan. Untuk mengganti cairan yang hilang
dapat di berikan oralit dan IVFD RL. Pemeriksaan fisik pada kasus diare dilakukan untuk
mencari keterlibatan dehidrasi pada anak seperti kesadaran, rasa haus, mata cekung, tidak
adanya air mata, mukosa bibir kering dan turgor kulit abdomen kembali lambat. Pada kasus
ini termasuk dehidrasi ringan sedang berdasarkan gejala klinis. 14
Dari pemeriksaan penunjang didapati hasil laboratorium darah pada An.L ditemukan
peningkatan leukositosis (11.100 / ul). Dari hasil pemeriksaan feses ditemukan adanya bakteri
tetapi pada pemeriksaan laboratrium sudah ditemukan leukositosis serta tidak ditemukan
adanya telur cacing maupun amoeba, jamur dan lainnya. Pemeriksaan ini tepat dilakukan
karena pada diare akut sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan
feses. Pada non-inflamasi bakteri penyebabnya adalah Escherichia coli, Staphylococcus aure
us, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Vibrio cholerae pathogen yang tidak ditemukan
nya darah dan leukosit pada feses.13
Pada diare akibat infeksi bakteri sebagian besar adalah tipe diare sekretorik sedangkan
diare akibat infeksi virus adalah tipe sitolitik dan sekretorik serta diare akibat malabsorbsi
adalah tipe osmotik. Diare osmotik terjadi karena adanya bahan yang tidak dapat diabsorbsi
sehingga lumen usus menjadi lebih hiperosmoler yang akan menyebabkan keluarnya air dan
elektrolit dari intraseluler diikuti hiperperistaltik usus.Diare akibat malabsorbsi biasana
diakibatkan oleh malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak, diare tipe ini didapatkan
pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran
bilier hati.15 (Tabel. 2).

Tabel 2. Manifestasi yang membedakan diare akbiat virus, bakteri dan malabsorsi
Penilaian Virus Bakteri Malabsorbsi
Tipe Diare Sekretorik dan Sekretorik Osmotik
sitolitik
Gejala -Watery Diarrea -Watery Diarrea -Lesi kemerahan
-Mual dan muntah -Demam tinggi pada kulit pantat
-Demam tidak terlalu (>39℃) -Sering Flatus
tinggi (<39℃) -BAB berdarah (+/-) -Diare sering
-Sakit perut -Sakit perut berat
-Resiko dehidrasi
berat
Waktu 1-3 hari < 2 minggu 24-72 jam
Pemeriksaan -Darah lengkap -kultur darah -Pemeriksaa PH
Penunjang -ELISA -Darah Lengkap feses
-Pemeriksaan -Pemeriksaan -Test hydrogen
elektrolit elektrolit lactosse
Lab -Leukositosis (-) Leukositosis (+) -PH feses rendah
-Leukosit Feses (-) -Leukosit Feses (+/-) -laktosa feses (+)
-Blood feses (-) -Blood feses (+) -Lemak feses (+)

Sumber : (Stuempfig, 2020; Akhondi, 2020; Zuvarox, 2021)

Virus gastroenteritis biasanya menyebabkan mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan


berat badan, dan dehidrasi. Gejala biasanya berlangsung kurang dari seminggu, paling sering
membaik setelah 1 hingga 3 hari. Demam ringan dan sakit perut ringan sering terjadi. Muntah
terjadi di sebagian besar kasus, tetapi tidak semua kasus. Temuan pemeriksaan fisik lainnya
mungkin termasuk nyeri perut yang ringan dan menyebar. Diagnostik digunakan untuk
membantu menyingkirkan penyebab lain dari gejala pasien. Hitung darah lengkap dapat
mengungkapkan leukositosis ringan pada pasien dengan gastroenteritis virus.16
Diare akibat bakteri dapat menyebabkan diare akut yang lebih parah. Disentri adalah
diare yang berhubungan dengan darah (plus atau minus lendir) dan merupakan infeksi yang
lebih invasif. Organisme yang paling sering diidentifikasi menyebabkan bakteri diare
adalah Escherichia coli (paling umum di seluruh dunia), Shigella, Salmonella,
Campylobacter (paling umum pada anak-anak), Yersinia, dan Clostridium spp.17Diare akibat
bakteri akan ditemukan nya leukositosis pada pemeriksaan darah rutih sedangkan pada virus
cenderung normal.6 Pemeriksaan feses sebaiknya dilakukan dengan menggunakan feses diare
yang baru. Adanya sel darah putih (leukosit feses) bisa jadi merupakan tanda peradangan,
meski sensitivitasnya 70 persen dan spesifisitasnya hanya 50 persen. Kultur tinja bakteri
dapat diindikasikan untuk mengkonfirmasi patogen bakteri tertentu atau untuk membantu
dalam menentukan pola kerentanan antimikroba untuk memandu pengobatan.17
Gejala yang di temukan pada diare karna malabsorbsi adalah diare yang sering, feses
berbau tidak sedap , sering flatus ,Penurunan berat badan, dan ruam kulit pada bokong. Deskripsi
feses dapat berupa feses yang mengambang, pucat, berminyak, dan pasien mungkin
melaporkan melihat tetesan minyak di toilet. Pemeriksaan fisik dapat menghasilkan temuan
suara usus hiper / hipoaktif, perut kembung, nyeri perut (kurang umum), pucat (menunjukkan
anemia), pengecilan otot, refleks tendon dalam yang abnormal, kelainan bentuk tulang, ruam,
aritmia jantung, pertumbuhan yang tertunda (pada bayi dan anak-anak), penyembuhan luka
yang buruk, ekimosis, penurunan ketajaman penglihatan, neuropati perifer, gangguan
pendengaran, atau gangguan kognitif. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah
darah lengkap dan tes tinja (Lemak tinja, Ekskresi lemak tinja 72 jam, Pewarnaan Sudan III,
Steatokrit asam, Analisis reflektansi inframerah-dekat (NIRA).18
Tatalaksana yang diberikan pada kasus ini yaitu secara non-farmakologis dan
farmakologis. Tatalaksana non-farmakologis yang diberikan pada pasien ini adalah rawat inap
dikarenakan pada keadaan diare akut dengan frekuensi >6x sehari dan disertai dengan muntah
>5x sehari maka pasien tetap diberikan tatalaksana di pelayanan Kesehatan. Selain itu pasien
tetap diberikan bubur saring seperti biasa.14
Secara farmakologis, pasien diberikan tatalaksana awal berupa rehidrasi dengan cairan
Ringer Laktat 670cc/jam selama 4 jam dilanjutkan KAEN 3A 35cc/jam,zinc syr 1x20mg,
Domperidone syr 2x½ cth, Inj.Ampicilin 3x 300 mg , Inj. Gentamicin 2x20 mg,Paracetamol
3x1 cth peroral,dan oralit 50 cc/ tiap BAB cair setelah terehidrasi. Pemberian oralit pada kas
us pasien ini sudah tepat yaitu pasien diberikan oralit sebanyak 50 ml/kgBB dalam 3 jam pert
ama dilanjutkan dengan 50-100 ml atau ¼-½ gelas tiap kali BAB.
Pada kasus ini di berikan antibiotic oral seperti Ampisilin 3x 300 mg dan Gentamicin
2x20 mg. Penggunaan 2 antibotik di berikan sebagai pengobatan empiris untuk mencegah
infeksi dari bakteri baik itu gram negative dan gram positive semakin berlanjut. 15 Pada pasien
ini diberikan oral paracetamol dikarenakan terdapat hipotermia (40oC) sehingga parasetamol
oral dibutuhkan untuk menurunkan hipotermia tersebut. Pemberian Zinc pada pasien ini
Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan dan itu juga zinc dapat membantu
pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan. Pemberian Domperidone pada
pasien ini untuk meredahkan mual dan muntah dikarenakan pada pasien terdapat vomitus
perfuse. Pada pasien Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare 14
BAB V
KESIMPULAN

9.1 Kesimpulan
4. Penegakan diagnosis gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan secara lengkap.
5. Pada kasus ini, gastroenteritis akut termasuk dalam kategori gastroenteritis akut
dengan dehidrasi sedang.
6. Pada kasus ini, gastroenteritis akut kemungkinan disebabkan oleh bakteri serta
penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Riddle, M., dupont, H. And Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline: Diagnosis,
Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults. The American
Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Hasibuan B, Nasution F, Guntur G. Infeksi Rotavirus pada Anak Usia di bawah Dua
Tahun. Jurnal Sari Pediatri. 2016;13(3).p.165-168
3. Halim F, Warouw SM, Rampengan NH, Salendu P. Hubungan Jumlah Koloni
Escherichia Coli dengan Derajat Dehidrasi pada Diare Akut. Sari Pediatri.
2017;19(2), 81-82
4. IDAI. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Jakarta:IDAI; 2012
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
6. Dan L Longo, Dennis L Kasper, J Larry Jameson, Anthony S Fauci, Stephen L
Hauser, Joseph Loscalzo. Harrison’s Principles of internal medicine. USA: The
mcgraw-Hill Companies; 2016.
7. Mendri. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Balita Sakit Dan Bayi Resiko Tinggi (1st
ed.). Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
8. Jurnalis, Y. D., Sayoeti, Y., & Dewi, S. (2015). Profil Gangguan Elektrolit Dan
Keseimbangan Asam Basa Pada Pasien Diare Akut Dengan Dehidrasi Berat Di Ruang
Rawat Inap Bagian Balita Rs Dr. M. Djamil Padang. Majalah Kedokteran Andalas,
32(1). Https://doi.org/10.22338/MKA.V32I1.18
9. Dominguez GR, Ward R. Ebook Pediatric Gastroenteritis. Statpearls. 2010.p. 3-5
10. Cochran W. Gastroenteritis in Children. MSD Manual (Online) Februari 2020 di
https://www.msdmanuals.com/home/children-s-health-issues/digestive-disorders-in-
children/gastroenteritis-in-children [diakses tanggal 5 Mei 2021].
11. Armon, K., Stephenson, T., Macfaul, R., Eccleston, P., Warneke, U. An Evidence and
Consensus Based Guideline for Acute Diarrhea. Management, Arch Dis Child, 85,
132-134. 2001.
12. WHO. The Treatment Of Diarrhoea. 2005 . Http://apps.who.int/iris/bitstream.pdf.
(Diakses 5 Mei 2021)
13. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.2015; 42(7).p. 504-
8.
14. Archietobias MA. Diare Akut Dan Dehidrasi Ringan-Sedang +Hipokalemia. J Jurnal
Medula Unila. 2016;4(3), 94–98.
15. Stuempfig ND, Seroy J. Viral Gastroenteritis. StatPearls Bookself (Online) 19
November 2020 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518995/#:~:text=Acute
%20gastroenteritis%20is%20defined%20by,after%201%20to%203%20days [diakses
tanggal 15 Mei 2021].
16. Akhondi H, Simonsen KA. Bacterial Diarrhea. StatPearls Bookself (Online) 10
Agustus 2020 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551643/ [diakses tanggal
15 Mei 2021]
17. Zuvarox T, Belletieri C. Malabsorption Syndromes. StatPearls Bookself (Online) 8
Maret 2021 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553106/ [diakses tanggal 15
Mei 2021]

Anda mungkin juga menyukai