Oleh :
Yusriyah, S. Ked
71 2020 041
Pembimbing :
dr. Hadi Asyik, Sp.A
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul:
Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang Dan Vomitus Perfuse
Oleh:
Yusriyah, S.Ked
71 2020 041
Telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang” sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Hadi Asyik, Sp.A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Palembang BARI Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 3
1.3 Manfaat................................................................................. 3
BAB II. LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien....................................................................... 4
2.2 Anamnesis............................................................................... 4
2.3 Pemerikasaan Fisik................................................................. 7
2.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 11
2.5 Resume.................................................................................... 11
2.6 Diagnosis Banding ................................................................. 12
2.7 Diagnosis Kerja....................................................................... 12
2.8 Penatalaksanaan...................................................................... 12
2.9 Prognosis.................................................................................. 13
2.10 Follow Up............................................................................. 13
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Gastroenteritis Akut.................................................. 16
3.2 Etiologi Gastroenteritis Akut.................................................. 16
3.3 Patogenesis Gastroenteritis Akut............................................ 19
3.4 Manifestasi Gastroenteritis Akut............................................ 21
3.5 Diagnosa Gastroenteritis Akut................................................ 22
3.6 Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut..................................... 24
3.7 Komplikasi Gastroenteritis Akut............................................ 36
3.8 Prognosis Gastroenteritis Akut............................................... 37
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 43
iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 44
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1.3.1 Teoritis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu
tentang kasus Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Dan Vomitus Perfuse.
1.3.2 Praktis
Sebagai masukan guna lebih meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan terutama dalam memberikan informasi (pendidikan
kesehatan) kepada pasien dan keluarganya tentang kegawatan pada
pasien dengan Gastroenteritis Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Dan Vomitus Perfuse.
BAB II
LAPORAN KASUS
1 1
BAB sebanyak sampai gelas. BAB berwarana kuning kehijauan .
4 2
Konsistensi feses cair dan tidak memiliki ampas , tidak ada darah dan
tidak ada lendir. An.R belum pernah mengalami BAB cair
sebelumnya.
Selain itu ibu An.L mengatakan bahwa anak nya mengalami
muntah sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi >5x/hari , isi muntah apa
1
yang dimakan, muntah sebanyak gelas, Muntah tidak berdarah.
2
An.R mengalami demam tinggi dan Terus menerus, tidak mengalami
kejang, batuk dan pilek. BAK seperti biasa. An.R mengalami
penurunan nafsu makan dan tidak mau menyusu, sering menangis dan
sedikit rewel. An.R belum pernah berobat dan minum oralit
sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluh dengan keluhan yang
sama.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), Asma (-), Alergi (-),
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa (-)
6. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Paritas : P1A0
Masa Kehamilan : cukup bulan
Pastus : normal
Penolong : dokter
Berat Badan Lahir : 3610 gram
Panjang Badan Lahir : 55 cm
Keadaan saat lahir langsung menangis
7. Riwayat Makanan
ASI : 0 bulan - sekarang (diselingi dengan susu
formula)
Susu Formula : 1 bulan - sampai sekarang
Bubur susu : -
Nasi tim : -
Sayuran, buah : -
Ikan : -
Telur : -
Ayam , daging : -
Tahu dan Tempe : -
Kesan: ASI ekslusif dikarenakan diselingi dengan susu formula
8. Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR ULANGAN
Bcg 0
Dpt 1 2 Dpt 2 3 Dpt 3 4
Campak 9 Polio 4 -
9. Riwayat Keluarga
Perkawinan : Pertama
Umur : 3tahun
Pendidikan : SMA
Penyakit yang pernah diderita: tidak ada
O
Suhu : 38 C
Respirasi : 36 x/menit, Tipe Pernapasan :
thoracoabdomial
Tekanan Darah :- mmHg
Nadi : 130 x/ menit, Isi/kualitas : cukup
Regularitas : baik
Kulit : CRT < 2 detik , dengn lemak subkutis sedikit
A. Pemeriksaan khusus
Kepala : Normocephali, ubun-ubun cekung (+)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skelera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),
edema (-), cekung (+).dan secret (-),
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir kering dan sianosis (-)
Gigi : Dalam batas normal
lidah : Atropi papil (-), Lidah kotor (-), Lidah kering (-), hipersaliva (-)
UUB : Cekung
Faring/tonsil
hiperemis : Tidak
beslag : tidak
T1 / T1
Leher
Inspeksi : Simetris , tidak ada massa
Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
Inspeksi : Statis, dinamis, iktus kordus tidak terlihat, iga gembang terlihat x
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, stem fremitus (+) sama kanan dan kiri
A. Paru
Perkusi : Sonor (+) di kedua lapangan paru
Auskultasi
Vesikuler : Vesikuler
Ronkhi : Tidak ada
Wheezing : Tidak ada
B. Jantung
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Masa (-), perut sedikit cembung
Palpasi : Masa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Bising usus (+) dalam batas normal
Ekstremitas
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Deformitas : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Trofi : Tidak ada
Pergerakan : Luas
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Akral : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Inguinal
Kelenjar Getah Bening : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada
Genitalia
Laki-laki :
Phimosis : Tidak ada
Testis : Dalam batas normal
Scrotum : Dalam batas normal
Status neurologis
Lengan
Tungkai
Kanan kiri Kanan Kiri
Fungsi motorik
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
1. Hemoglobin : 10,6 g/dl (Low )
2. Eritrosit : 4,73 juta/ ul
3. Leukosit : 11,1 ribu / ul (high)
4. Hematokrit : 30% (low)
5. Hitung Jenis : 0/2/2/67/21/8
6. Trombosit : 489 ribu /mm3 (high)
Feses
1. Makroskopik
Warna : Kuning Kehijau
Konsistensi : Cair
Lendir : Negatif
Darah : Negatif
2. Mikroskopik
1 1
BAB sebanyak sampai gelas. BAB berwarana kuning kehijauan .
4 2
Konsistensi feses cair dan tidak memiliki ampas , tidak ada darah dan
tidak ada lendir. Muntah dengan frekuensi >5x/hari , isi muntah apa yang
1
dimakan, muntah sebanyak gelas, Muntah tidak berdarah. An.R
2
mengalami demam tinggi dan Terus menerus, tidak mengalami kejang,
batuk dan pilek. BAK seperti biasa.
An. R 1 tahun 3 bulan mengalami mata cekung, lemak subkutan tipis,
perut gembung dan iga gambang (+),Cubitan di perut/ CRT <2 detik,
penurunan nafsu makan, tidak mau menyusu, sering menangis dan sedikit
rewel.
2.6 Diagnosis Banding
1. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c.bakteri
2. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c.virus
3. Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c. malabsorbsi
2.7 Diagnosis Kerja
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang + vomitus perfuse
e.c.bakteri
2.8 Penatalaksanaan
Non Farmakologis :
Rawat inap untuk melihat kemajuan terapi dan mengganti cairan yang
hilang
Diet makanan biasanya, pemberian bubur saring
Cek laboratorium darah lengkap, Fases lengkap.
Edukasi:
1. Cuci tangan
2. Membersihkan peralatan makanan
3. Mengajarkan ibu cara membuat dan memberikan oralit
Medikamentosa:
IVFD RL 670 cc dalam 4 jam
Lanjut KAEN 3A 35cc/jam
Zinc syr 1x 20 mg
Domperidon syr 2x ½ cth
Inj. Ampicilin 3x300 mg
Inj. Gentamicin 2x20 mg
Oral Paracetamo 3x 1 cth
Oralit 100 cc setiap BAB cair
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
2.9 Follow Up
Tanggal Catatan Kemajuan (S/O/A/P) DPJP
1 Agustus Masalah : BAB cair dr. Hadi A,Sp.A
2021 S : diare akut, muntah, dehidrasi ringan sedang
(08.00 WIB) dan demam tinggi.
O: KU : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
BB: 8,4 Kg
PB: 74 cm
Nadi : 148 x/m
RR : 30 x/m
T : 40 oC
- Kepala : Ubun-ubun cekung (+), mata cekung
(+)
- Rasa haus dan minum (+)
- Ekstremitas : akral hangat
P:
- Monitor TTV
- menganjurkan keluarga beri kompres
hangat
T/
1. IVFD RL 670cc dalam 4 jam
2. KAEN 3A 35cc/jam
3. Zink syr 1x20 mg
4. Domperidone syr 2x1/2 cth
5. Inj. Ampicilin 3x300 mg
6. Inj. Gentamicin 2x0 mg
7. Oral Paracetamo 3x 1 cth
2Agustus 8. Oralit 100cc tiap BAB cair
2021 9. Diet bubur saring
(Jam 08.00
Masalah : BAB cair
WIB)
S : BAB cair berkurang, muntah berkurang dan
demam
O: KU : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
BB: 8,4 Kg
PB: 74 cm
Nadi : 120 x/m
RR : 32 x/m
T : 38,0 oC
- Kepala : Ubun-ubun cekung (-), mata cekung
(-).
- Ekstremitas : akral hangat
P:
- Observasi TTV
T/
1. IVFD KAEN 3A 35cc/jam
2. Zink syr 1x20 mg
3. Domperidone syr 2x1/2 cth.
4. Inj. Ampicilin 3x300 mg
5. Inj. Gentamicin 2x20 mg
6. Oral Paracetamo 3x 1 cth
7. Oralit 100cc tiap BAB cair
T/
- Zink 1x 20 mg
- Oralit 100c/ BAB cair
- Paracetamol KP
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian
mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah. Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan
berlangsung kurang dari 14 hari.6
Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala
infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya
menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar oleh organisme tersebut (food borne disease).7
Berdasarkan hal tersebut dapat disumpulkan Gastroenteritis akut (GEA)
adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau
cair dan muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali sehari
dan berlansung kurang dari 14 hari.8
3.2 Etiologi Gastroenteritis Akut
Faktor Infeksi
a. Virus
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari
gastroenteritis akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
5
1. Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di
rumah sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap
tahunnya, biasanya diare akibat rotavirus derat keparahannya diatas
rerata diare pada umumnya dan menyebabkan dehidrasi. Pada anak-
anak sering tidak terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur
tersering dari infeksi virus ini.
2. Human Caliciviruses (HuCVs)
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-
like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang
disebut Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab
utama terbanyak diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta
kasus per tahun. Norovirius merupakan penyebab tersering
gastroenteritis pada orang dewasa dan sering menimbulkan wabah dan
menginfeksi semua umur. Sapoviruses umumnya menginfeksi anak –
anak dan merupakan infeksi virus tersering kedua selain Rotavirus.
3. Adenovirus
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada
sistem respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk
icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus,
Aviadenovirus, Atadenovirus, dan Siadenovirus.
b. Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut
Bakteri yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic
Escherichia coli, Shigella species, Vibrio cholera, Salmonella sp.
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut adalah : 5
1. Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling sering
terdapat di negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini
tidak menimbulkan bahaya jenis dari bakterinya adalah :
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
2. Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering
berhubungan dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat
masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang
sangat cair dan menimbulkan disentri.
3. Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan
tingkat kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah : - S.
sonnei - S. flexneri - S. dysenteriae
4. Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen
pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering
adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang konsistensinya
sangat berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa
menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya
gejala awal.
5. Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang
menstimulasi sekresi aktif cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan.
Pada onset akut gejalanya dapat berupa mual, muntah dan diare berair
dan terkadang disentri pada beberapa kasus.
c. Parasitic agents
Seperti Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, dan
Cyclospora cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut
sangatlah jarang terjadi namun sering dihubungkan dengan traveler dan
gejalanya sering tak tampak. Dalam beberapa kasus juga dinyatakan
infeksi dari cacing seperti Strongiloide stecoralis, Angiostrongylus C,
Schisotoma Mansoni, S. Japonicum juga bisa menyebabkan gastroenteritis
akut.5
Non –Infeksi
a. Malabsorpsi/ maldigesti
1. Malabsorbsi karbohidrat disakarida, non sakarida, pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoletansi laktosa
2. Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride
3. Malasorbsi Protein: assam amino, B-Lactoglobulin
b. Imunodefisiensi
c. Terapi Obat
d. Lain-lain Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom
Zollinger-Ellison, neuropati diabetes sampai kondisi psikis juga dapat
menimbulkan gastroenteritis akut.5
A. Anamnesis
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat,
dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair,
berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda
mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing,
dan perubahan status mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau
penyakit yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih
menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah demam, tenesmus,
dan feses berdarah. Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu
untuk mengevaluasi potensi paparan agent. Anak-anak di tempat
penitipan, penghuni panti jompo, penyicip makanan, dan pasien yang
baru dirawat di rumah sakit berada pada risiko tinggi penyakit diare
menular.9
B. Pemeriksaan Fisik
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat
dehidrasi pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering,
waktu pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan
tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan
peningkatan laju nafas dapat membantu dalam mengidentifikasi
dehidrasi. Dehidrasi Ringan (hilang cairan <5% BB) gambaran klinisnya
turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok. Dehidrasi
Sedang (hilang cairan 5-10% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh
dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam. Dehidrasi
Berat (hilang cairan >10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.6
C. Pemeriksaan Penunjang
Darah:
- Darah rutin
-Feses rutin (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses pada
inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada
jamur)
- Urin rutin atas indikasi
- Serum elektrolit: Na+ , K+ , Cl-
- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut
karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan
sampai pada terapi definitif.5
1. Terapi Rehidrasi
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting
dalam terapi efektif diare akut. Pemberian terapi cairan dapat dilakukan
secara oral atau parateral. Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk
dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik,
walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah
hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali,
atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya
rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi
parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya
terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP
merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan
kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan
pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L Anak yang diare dan
tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya
sesuai umur.11
a. Tanpa Dehidrasi
Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan
menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan
berikan kembali dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi
cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit
(200 ml) untuk dibawa pulang. Beri tablet zinc.
Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari,
Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari Selama 10 hari
b. Dehidrasi Ringan – Sedang
Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan
jumlah sesuai dengan berat badan anak (atau umur anak jika berat
badan anak tidak diketahui). Namun demikian, jika anak ingin
minum lebih banyak, beri minum lebih banyak. Tunjukkan pada
ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1
– 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang
lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan
menggunakan cangkir. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul
masalah
• Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit
lebih lambat (misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit)
• Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan
beri minum air matang atau ASI. Nasihati ibu untuk terus
menyusui anak kapan pun anaknya mau.
Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda
dehidrasi yang terlihat sebelumnya (Catatan: periksa kembali
anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa minum larutan oralit
atau keadaannya terlihat memburuk.)
• Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan
untuk perawatan di rumah beri cairan tambahan.
a. Beri tablet Zinc selama 10 hari
b. Lanjutkan pemberian minum/makan.
c. Kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
- Anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu
- Kondisi anak memburuk
- Anak demam
- Terdapat darah dalam tinja anak
• Jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi
pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, seperti
di atas dan mulai beri anak makanan, susu atau jus dan berikan
ASI sesering mungkin
• Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama
sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah
profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena
secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau
Ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang
dibagi sebagai berikut :
Pemberian 70 ml/kg selama Bayi (di bawah umur 12 bulan) 5
jam Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 2½ jam
• Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.
• Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau
minum.
• Periksa kembali bayi sesudah 6 jam Atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan Dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang
sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan penanganan.
c. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10%
untuk bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital
tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik
sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan
sebagai berikut :
- Usia<12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
- Usia>12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya
70ml/kgbb/2-2½ jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi
kebutuhan penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi
masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang pendek.
Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana
biasanya. Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan
protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada
pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai
biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak
memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat
dilanjutkan.10
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial
anak teraba.Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan
infus lebih cepat.Selanjutnya, nilai kembali anak dengan
memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk
minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah
terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan membaik lebih
lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat
dalam pemantauan. Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah
diberikan, nilai kembali status hidrasi anak, Jika tanda dehidrasi
masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten)
setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini
biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair selama
dilakukan rehidrasi.Jika kondisi anak membaik walaupun masih
menunjukkan tanda dehidrasi ringan, hentikan infus dan berikan
cairan oralit selama 3-4 jam.Jika anak bisa menyusu dengan baik,
semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya.
Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, ikuti Rencana Terapi A,
Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang
dari rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan
penanganan hidrasi anak dengan memberi larutan oralit. Semua
anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam)
ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4
jam untuk bayi, atau 1–2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini
memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak cukup
disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil
diatasi, beri tablet zinc.12
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular
beberapa tahun terakhir karena memilik evidence based yang bagus.
Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang
dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan
bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat
menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan. Zinc
termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi
fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti
oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap,
pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam system
kekebalan tubuh dan meripakan mediator potensial pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan
diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel
saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border
apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok
diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh
karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang
kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan
volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak.12
Dosis zinc yang dapat diberikan pada anak diare adalah
berdasarkan usia yaitu :
A. Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg (½ tablet) per hari
B. Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak
telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan
air matang, ASI, atau oralit, Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.12
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu
yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat
badan serta pengganti nutrisis yang hilang. Pada diare berdarah nafsu
makan akan berkurang. Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan
frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan
puasa,kecuali jika muntah-muntah hebat. Jika curiga diare disebabkan
karena intoleransi laktosa hindarkan susu sapi dan susu formula.
Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase penyembuhan.12
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare
adalah sama dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
A. Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk
menyusui sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui
lebih dari biasanya dan ini harus didukung.
B. Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan
(atau susu formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin
dengan cangkir.
C. Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain
harus diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan
meningkatnya pasokan ASI, makanan lain harus diturunkan.
D. Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak,
ia harus diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di
atas 6 bulan dan makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai
selama episode diare atau segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau
telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti
pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari).
Makan porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi
lebih jarang. Setelah diare berhenti, dapat terus memberi makanan
dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan
daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah
kembali berat badan normal.12
4. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.13
1 1
BAB cair dengan frekuensi >6x kali sehari, BAB sebanyak sampai gelas. BAB
4 2
berwarana kuning kehijauan . Konsistensi feses cair dan tidak memiliki ampas , tidak
ada darah dan tidak ada lendir. An.R belum pernah mengalami BAB cair
sebelumnya.
Selain itu ibu An.L mengatakan bahwa anak nya mengalami muntah sejak 1 hari
SMRS dengan frekuensi >5x/hari , isi muntah apa yang dimakan, muntah sebanyak
1
gelas, Muntah tidak berdarah. An.R mengalami demam tinggi dan Terus menerus,
2
tidak mengalami kejang, batuk dan pilek. BAK seperti biasa. An.R mengalami
penurunan nafsu makan dan tidak mau menyusu, sering menangis dan sedikit rewel.
An.R belum pernah berobat dan minum oralit sebelumnya.
Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi
sertagangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intol
eransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gang
guan gizi serta mengobati penyakit penyerta.14
Pasien ini memiliki gejala utama yaitu BAB cair dan pada Alloanamnesis didapa
tkan BAB cair sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi BAB cair >6x sehari dan konsist
ensi fases lebih banyak air dibandingkan ampas dan 1 kali BAB sebanyak ¼ sampai
½ gelas. Gejala-gejala tersebut merupakan beberapa manifestasi klinis dari diare
yaitu diawali dengan perubahan anak menjadi cengeng, gelisah, muntah-muntah
disusul timbulnya diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan
dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.13 Frekuensi BAB yang sering dan cair
menandakan anak banyak kehilangan cairan yang akan memicu dehidrasi.
Tabel 1. Derajat dehidrasi diare
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum An.L tampak sakit
sedang, suhu tubuh 40oC, denyut nadi 130x/menit dan laju pernapasan 35x/menit. Dalam
pemeriksaan suhu tubuh pada An.R terdapat hipertermia hal ini mendukung diagnosis pada
pasien bahwa terdapat infeksi oleh bakteri. Dari pemeriksaan fisik lainnya ditemukan bahwa
mata An.L cekung, mukosa bibir kering dan tidak tampak adanya sianosis tetapi turgor
kembali cepat. Hal ini menandakan Sebagian besar tanda vital dalam batas normal dengan
mukosa bibir kering menandakan kurangnya cairan. Untuk mengganti cairan yang hilang
dapat di berikan oralit dan IVFD RL. Pemeriksaan fisik pada kasus diare dilakukan untuk
mencari keterlibatan dehidrasi pada anak seperti kesadaran, rasa haus, mata cekung, tidak
adanya air mata, mukosa bibir kering dan turgor kulit abdomen kembali lambat. Pada kasus
ini termasuk dehidrasi ringan sedang berdasarkan gejala klinis. 14
Dari pemeriksaan penunjang didapati hasil laboratorium darah pada An.L ditemukan
peningkatan leukositosis (11.100 / ul). Dari hasil pemeriksaan feses ditemukan adanya bakteri
tetapi pada pemeriksaan laboratrium sudah ditemukan leukositosis serta tidak ditemukan
adanya telur cacing maupun amoeba, jamur dan lainnya. Pemeriksaan ini tepat dilakukan
karena pada diare akut sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan
feses. Pada non-inflamasi bakteri penyebabnya adalah Escherichia coli, Staphylococcus aure
us, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Vibrio cholerae pathogen yang tidak ditemukan
nya darah dan leukosit pada feses.13
Pada diare akibat infeksi bakteri sebagian besar adalah tipe diare sekretorik sedangkan
diare akibat infeksi virus adalah tipe sitolitik dan sekretorik serta diare akibat malabsorbsi
adalah tipe osmotik. Diare osmotik terjadi karena adanya bahan yang tidak dapat diabsorbsi
sehingga lumen usus menjadi lebih hiperosmoler yang akan menyebabkan keluarnya air dan
elektrolit dari intraseluler diikuti hiperperistaltik usus.Diare akibat malabsorbsi biasana
diakibatkan oleh malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak, diare tipe ini didapatkan
pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran
bilier hati.15 (Tabel. 2).
Tabel 2. Manifestasi yang membedakan diare akbiat virus, bakteri dan malabsorsi
Penilaian Virus Bakteri Malabsorbsi
Tipe Diare Sekretorik dan Sekretorik Osmotik
sitolitik
Gejala -Watery Diarrea -Watery Diarrea -Lesi kemerahan
-Mual dan muntah -Demam tinggi pada kulit pantat
-Demam tidak terlalu (>39℃) -Sering Flatus
tinggi (<39℃) -BAB berdarah (+/-) -Diare sering
-Sakit perut -Sakit perut berat
-Resiko dehidrasi
berat
Waktu 1-3 hari < 2 minggu 24-72 jam
Pemeriksaan -Darah lengkap -kultur darah -Pemeriksaa PH
Penunjang -ELISA -Darah Lengkap feses
-Pemeriksaan -Pemeriksaan -Test hydrogen
elektrolit elektrolit lactosse
Lab -Leukositosis (-) Leukositosis (+) -PH feses rendah
-Leukosit Feses (-) -Leukosit Feses (+/-) -laktosa feses (+)
-Blood feses (-) -Blood feses (+) -Lemak feses (+)
9.1 Kesimpulan
4. Penegakan diagnosis gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan secara lengkap.
5. Pada kasus ini, gastroenteritis akut termasuk dalam kategori gastroenteritis akut
dengan dehidrasi sedang.
6. Pada kasus ini, gastroenteritis akut kemungkinan disebabkan oleh bakteri serta
penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Riddle, M., dupont, H. And Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline: Diagnosis,
Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults. The American
Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Hasibuan B, Nasution F, Guntur G. Infeksi Rotavirus pada Anak Usia di bawah Dua
Tahun. Jurnal Sari Pediatri. 2016;13(3).p.165-168
3. Halim F, Warouw SM, Rampengan NH, Salendu P. Hubungan Jumlah Koloni
Escherichia Coli dengan Derajat Dehidrasi pada Diare Akut. Sari Pediatri.
2017;19(2), 81-82
4. IDAI. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Jakarta:IDAI; 2012
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
6. Dan L Longo, Dennis L Kasper, J Larry Jameson, Anthony S Fauci, Stephen L
Hauser, Joseph Loscalzo. Harrison’s Principles of internal medicine. USA: The
mcgraw-Hill Companies; 2016.
7. Mendri. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Balita Sakit Dan Bayi Resiko Tinggi (1st
ed.). Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
8. Jurnalis, Y. D., Sayoeti, Y., & Dewi, S. (2015). Profil Gangguan Elektrolit Dan
Keseimbangan Asam Basa Pada Pasien Diare Akut Dengan Dehidrasi Berat Di Ruang
Rawat Inap Bagian Balita Rs Dr. M. Djamil Padang. Majalah Kedokteran Andalas,
32(1). Https://doi.org/10.22338/MKA.V32I1.18
9. Dominguez GR, Ward R. Ebook Pediatric Gastroenteritis. Statpearls. 2010.p. 3-5
10. Cochran W. Gastroenteritis in Children. MSD Manual (Online) Februari 2020 di
https://www.msdmanuals.com/home/children-s-health-issues/digestive-disorders-in-
children/gastroenteritis-in-children [diakses tanggal 5 Mei 2021].
11. Armon, K., Stephenson, T., Macfaul, R., Eccleston, P., Warneke, U. An Evidence and
Consensus Based Guideline for Acute Diarrhea. Management, Arch Dis Child, 85,
132-134. 2001.
12. WHO. The Treatment Of Diarrhoea. 2005 . Http://apps.who.int/iris/bitstream.pdf.
(Diakses 5 Mei 2021)
13. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.2015; 42(7).p. 504-
8.
14. Archietobias MA. Diare Akut Dan Dehidrasi Ringan-Sedang +Hipokalemia. J Jurnal
Medula Unila. 2016;4(3), 94–98.
15. Stuempfig ND, Seroy J. Viral Gastroenteritis. StatPearls Bookself (Online) 19
November 2020 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518995/#:~:text=Acute
%20gastroenteritis%20is%20defined%20by,after%201%20to%203%20days [diakses
tanggal 15 Mei 2021].
16. Akhondi H, Simonsen KA. Bacterial Diarrhea. StatPearls Bookself (Online) 10
Agustus 2020 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551643/ [diakses tanggal
15 Mei 2021]
17. Zuvarox T, Belletieri C. Malabsorption Syndromes. StatPearls Bookself (Online) 8
Maret 2021 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553106/ [diakses tanggal 15
Mei 2021]