Kolitis Ulserativa
Disusun Oleh :
Dewi Fortuna Agustia, S.Ked
NIM : 712021008
Pembimbing Klinik:
Prof. dr. Zarkasi Anwar, Sp.A(K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Dewi Fortuna Agustia, S. Ked
712021082
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Kolitis Ulserativa”
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
SMF/Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
1. Prof. dr. Zarkasi Anwar, Sp.A(K), selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF/Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam
penyelesaian referat ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
adanya demam, tingkatan anemia, dan laju endap darah (LED).7,8 Inflamasi yang
terjadi pada kolitis ulseratif hanya melibatkan lapisan mukosa usus besar.9
Inflammatory bowel disesase (IBD), termasuk kolitis ulserativa (UC) dan
penyakit Crohn (CD), adalah gangguan peradangan kronis pada saluran
pencernaan yang paling sering dimulai selama masa remaja dan dewasa
muda. Sekitar 25% pasien dengan IBD hadir sebelum usia 20 tahun.10 Di antara
anak-anak dengan IBD, 4% hadir sebelum usia 5 tahun dan 18% sebelum usia 10
tahun, dengan onset puncak pada masa remaja.11 Insiden IBD pediatrik adalah
sekitar 10 per 100.000 anak di Amerika Serikat dan Kanada dan terus
meningkat. Dengan prevalensi 100 hingga 200 per 100.000 anak di Amerika
Serikat (dan perkiraan total 70.000), sebagian besar dokter anak akan merawat
anak dengan IBD dalam praktik mereka.11
Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memberikan gambaran kontemporer
fitur epidemiologi, patogenesis, diagnosis, dan pengelolaan IBD pada anak-anak
dan remaja.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari referat ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami teori Kolitis
Ulserativa.
2. Diharapkan munculnya pola berpikir kritis bagi semua dokter muda setelah
dilakukan diskusi dengan dosen pembimbing klinik tentang kasus Kolitis
Ulserativa.
3. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat mengaplikasikan
pemahaman yang didapatkan dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) terutama untuk kasus Kolitis Ulserativa.
1.3 Manfaat
6
Diharapkan referat ini dijadikan sebagai sumber bacaan dan referensi
dalam bidang ilmu kebidanan dan kandungan terutama mengenai
Kolitis Ulserativa.
2. Bagi Akademik
Diharapkan referat ini dapat dijadikan landasan untuk penulisan karya
ilmiah selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Epidemiologi
Inflammatory bowel disesase (IBD), termasuk kolitis ulserativa (UC)
dan penyakit Crohn (CD), adalah gangguan peradangan kronis pada
saluran pencernaan yang paling sering dimulai selama masa remaja dan
dewasa muda. Sekitar 25% pasien dengan IBD hadir sebelum usia 20
8
tahun.10 Di antara anak-anak dengan IBD, 4% hadir sebelum usia 5 tahun
dan 18% sebelum usia 10 tahun, dengan onset puncak pada masa
remaja.11 Insiden IBD pediatrik adalah sekitar 10 per 100.000 anak di
Amerika Serikat dan Kanada dan terus meningkat. Dengan prevalensi 100
hingga 200 per 100.000 anak di Amerika Serikat (dan perkiraan total
70.000), sebagian besar dokter anak akan merawat anak dengan IBD
dalam praktik mereka.11
2.2.3 Etiologi
Penyakit radang usus disebabkan oleh respon imun mukosa yang
tidak teratur terhadap mikroflora usus pada inang yang memiliki
kecenderungan genetik. Namun, penyebab colitis ulserativa yang spesifik
tidak diketahui, tetapi penyakit ini dapat menyertai respons imun yang
abnormal dalam traktus GI dan kemungkinan berkaitan dengan makanan
atau bakteri, seperti Escherichia Coli.13
2.2.4 Patofisiologi
Kolitis ulserativa biasanya dimulai sebagai inflamasi pada dasar
lapisan mukosa usus besar. Permukaan mukosa kolon menjadi gelap,
berwarna merah, dan halus seperti beludru. Inflamasi akan menimbulkan
erosi kecil-kecil yang kemudian menyatu dan membentuk ulkus. Mukosa
usus besar mengalami ulserasi yang difus disertai perdarahan, kongesti,
edema, dan inflamasi eksudatif. Ulserasi akan berkesinambungan. Abses
yang terjadi di dalam mukosa akan mengalirkan eksudat yang purulen,
mengalami nekrosis dan ulserasi. Pelepasan jaringan nekrotik (sloughing)
menyebabkan feses yang berdarah dan mengandung mukus atau lendir.
Setelah abses sembuh akan terjadi parut dan penebalan yang dapat terlihat
dalam tunika muskularis interna dinding usus besar. Dengan terjadinya
penggantian lapisan otot tersebut oleh jaringan granulasi, maka usus besar
atau kolon akan menyempit, memendek, dan kehilangan lipatan haustre
9
(lekukan kolon yang khas).13
2.2.6 Diagnosis
a) Sigmoidoskopi memastikan lesi pada rektum, secara khas mukosa
menjadi rapuh dan rata dengan eksudat inflamasi yang tebal.
b) Kolonoskopi memperlihatkan taraf penyakit, daerah striktur dan
pseudopolip (pemeriksaan ini tidak dilakukan jika pasien menunjukkan
tanda dan gejala aktif)
c) Biopsi dengan kolonoskopi memastikan diagnosis.
d) Barium enema mengungkapkan taraf penyakit, mendeteksi komplikasi
dan mengenali keberadaan kanker (pemeriksaan ini tidak dilakukan
kalau pasien menunjukkan tanda dan gejala aktif).
e) Analisis spesimen tinja memperlihatkan darah, pus dan mukus tetapi
tidak terdapat mikroorganisme yang menyebabkan penyakit.
f) Pemeriksaan serologi menunjukkan penurunan kadar kalium,
magnesium, serta albumin, penurunan jumlah sel darah putih dan
pemanjangan waktu protrombin. Kenaikan laju endap darah memiliki
korelasi dengan intensitas serangan.13
10
2.2.7 Tatalaksana
1. Pemberian kortikotropin dan obat-obatan kortikosteroid adrenal
untuk mengendalikan inflamasi
2. Preparat sulfasalazin untuk efek antiinflamasi dan antimikroba
3. Obat-obat antidiare untuk mengurangi episode diare yang frekuen
dan mengganggu pada pasien kolitis ulserativa yang sudah dapat
dikendalikan.
4. Suplemen zat besi untuk mengoreksi anemia
5. Nutrisi parenteral total dan puasa (NPO, nothing per os) pada pasien
dengan penyakit yang berat, tindakan ini diperlukan untuk
mengistirahatkan saluran usus, mengurangi volume feses, dan
memulihkan keseimbangan nitrogen)
6. Minuman suplemen untuk menambah nutrisi pada pasien dengan
gejala sedang.
7. Terapi hidrasi IV untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare
8. Pembedahan untuk mengoreksi pelebaran kolon yang masif dan
menangani pasien yang keluhan dan gejala nya sudah tidak
tertahankan lagi atau yang tidak responsif terhadap pengobatan serta
tindakan suportif.
9. Proktokolektomi dengan ileostomi untuk mengalihkan lintasan feses
dan memberikan kesempatan sembuh pada anastomosis rektal,
tindakan bedah ini akan menghilangkan epitelium rektum dan kolon
yang berpotensi untuk menjadi kelainan malignan.13
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi :13
1. Perforasi
2. Toksik megakolon
3. Penyakit hati
4. Pembentukan striktur
11
5. Kanker kolon
6. Anemia
2.2.9 Prognosis
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat terjadi remisi pada
perjalanan penyakit. Penelitian kohort yang dilakukan selama 6 tahun
menunjukkan dari 84 pasien ditemukan angka kekambuhan pada tahun
pertama sebesar 24%, tahun kedua 41%, tahun ketiga 51%, tahun
keempat 65%, tahun kelima 71%, dan tahun keenam 79%.14
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit radang usus (IBD), termasuk kolitis ulserativa dan penyakit
Crohn, adalah gangguan peradangan kronis pada saluran pencernaan yang
paling sering didiagnosis pada masa remaja dan dewasa muda, dengan insiden
yang meningkat pada populasi anak-anak. Gangguan ini cukup umum pada
anak-anak sehingga sebagian besar dokter anak dan dokter anak lainnya akan
menemui anak-anak dengan IBD dalam praktik umum mereka. Penyakit radang
usus disebabkan oleh respon imun mukosa yang tidak teratur terhadap
mikroflora usus pada inang yang memiliki kecenderungan genetik. Meskipun
anak-anak dapat hadir dengan gejala klasik penurunan berat badan, sakit perut,
dan diare berdarah, banyak yang hadir dengan gejala nonklasik seperti
pertumbuhan yang buruk, anemia, atau manifestasi ekstraintestinal
lainnya. Setelah IBD didiagnosis, tujuan terapi terdiri dari menghilangkan
gejala, menormalkan kualitas hidup, memulihkan pertumbuhan, dan mencegah
komplikasi sambil meminimalkan efek samping obat. Pertimbangan unik saat
merawat anak-anak dan remaja dengan IBD mencakup perhatian pada efek
penyakit pada pertumbuhan dan perkembangan, kesehatan tulang, dan fungsi
psikososial.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
12. Djojoningrat, Dharmika. Inflammatory Bowel Disease : Alur Diagnosis dan
Pengobatannya di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi ke-
IV. Hal. 384-388. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.
13. Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2017). Buku Ajar Patofisiologi
(Professional Guide to Pathophysiology. Jakarta: EGC. Hal : 395-396
14. Park BJ, Lee KJ, Hwang JC, Sin SJ, Chung JY, Cho SW. Relapse rates of
ulcerative colitis in remission and factors related to relapse. Korean J
Gastroenterol. 2008 Jul;52(1):21-6.
15