Rita anak perempuan berusia 4 tahun, berat badan 16 kg dibawa ibunya ke puskesmas dalam keadaan
kejang. Kurang lebih 15 menit yag lalu, Rita mengalami kejang umum kelojotan. Kejang ini baru pertama
kali. Menurut ibunya rita diajak oleh ibunya mengantri, pembagian sembako lebaran ditengah terik matahari
dari pukul 12.00 samai 14.00 WIB. Menurut ibunya Rita mulai berkeringat, badannya teraba panas dan
kulitnya memerah sebelum kejang, riwayat demam sbelum timbul kejang disangkal.
Pemeriksaan Fisik:
Secondary Survey
- Kepala
- Mata : Konjungtiva tidak anemis
- Hidung : Nafas cuping hidung (-)
- Teling : dalam batas normal
- Mulut : tampak kering
- Leher : dalam batas normal
- Thoraks : dalam batas normal
- Abdomen : dalam batas normal
Kondisi Perinatal
Malformasi serebral
Infeksi intrauterine
Hipoksik iskemik
Trauma
Perdarahan
Sindrom neurokutan
Tuberosklerosis
1
Neurofibromatosis
Penyakit sistemik
Vaskulitis (SSP/sistemik)
Sistemic Lupus Erythematosus
Ensefalopati hipertensi
Gagal ginjal
Ensefalopati hepatic
Penyakit/kondisi penyebab lain
Trauma
Tumor
Demam
Idiopatik
b. Apa saja klasifikasi kejang ?
Jawab:
Menurut International League against Epilepsy, kejang dapat diklasifikasikan menjadi6 :
1. Kejang parsial
Kejang parsial adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibatan satu hemisfer serebri. Kejang
parsial dapat berkembang menjadi kejang umum pada 30% anak yang mengalami kejang. Pada
umumnya kejang ini ditemukan pada anak berusia 3 hingga 13 tahun 8. Kejang parsial dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Kejang parsial simpleks
Kejang parsial simpleks adalah bentuk kejang parsial yang tanpa disertai dengan perubahan
status mental. Kejang ini sering ditandai dengan perubahan aktivitas motorik yang abnormal,
sering terlihat pola aktivitas motorik yang tetap pada wajah dan ekstremitas atas saat episode
kejang terjadi.
2. Kejang parsial kompleks
Kejang parsial kompleks ditandai dengan perubahan abnormal dari persepsi dan sensasi, dan
disertai dengan perubahan kesadaran. Pada saat kejang, pandangan mata anak tampak linglung,
mulut anak seperti mengecap – ngecap, jatuhnya air liur keluar dari mulut, dan seringkali
disertai mual dan muntah.
3. Kejang parsial dengan kejang umum sekunder
Kejang parsial dapat melibatkan kedua hemisfer serebri dan menimbulkan gejala seperti
kejang umum. Kejang parsial dengan kejang umum sekunder biasanya menimbulkan gejala
seperti kejang tonik klonik. Hal ini sulit dibedakan dengan kejang tonik – klonik.
2. Kejang Umum
2
Kejang umum adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibata kedua hemisfer serebri. Kejang
umum disertai dengan perubahan kesadaran. Kejang umum dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kejang tonik klonik (grand mal seizure)
Kejang tonik klonik adalah bentuk kejang umum yang paling sering terjadi pada anak.
Kebanyakan kejang ini memiliki onset yang tiba – tiba, namun pada beberapa anak kejang ini
didahului oleh aura (motorik atau sensorik).
2. Kejang tonik
Bentuk kejang ini sama seperti kejang tonik klonik pada fase tonik. Anak tiba – tiba terdiam
dengan seluruh tubuh menjadi kaku akibat rigiditas otot yang progresif.
3. Kejang mioklonik
Kejang mioklonik ditandai dengan gerakan kepala seperti terjatuh secara tiba – tiba dan
disertai dengan fleksi lengan. Kejang tipe ini dapat terjadi hingga ratusan kali per hari.
4. Kejang atonik
Kejang atonik ditandai dengan kehilangan tonus otot secara tiba – tiba.
5. Kejang absens
Kejang absens dapat dibagi menjadi kejang absens simpel (tipikal) atau disebut juga petit mal
dan kejang absens kompleks (atipikal). Kejang absens tipikal ditandai dengan berhentinya
aktivitas motorik anak secara tiba – tiba, kehilangan kesadaran sementara secara singkat, yang
disertai dengan tatapan kosong.
3. Kejang tak terklasifikasi
Kejang ini digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk kejang yang tidak dapat dimasukkan dalam
bentuk kejang umum maupun kejang parsial. Kejang ini termasuk kejang yang terjadi pada
neonatus dan anak hingga usia 1 tahun.
c. Apa dampak kejang kurang lebih 15 menit yang lalu ?
Jawab:
Kejang kasus ini dapat menyebabkan kegagalan multisistem. Cedera sistem saraf pusat terjadi pada
20% kasus dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. Rhabdomiolisis yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan sering terjadi, dan menyebabkan mioglobinuria dan risiko cedera ginjal. Sel
hepatosit dapat menjadi rusak, dan menyebabkan terjadinya koagulapati dan hepatitis. Dan pada otot
miokard dapat menjadi rusak dan mengakibatkan aritmia atau bahkan cardiac arrest pada kasus kejang
pada heat stroke. (Glazer, James L., M.D., 2005)
d. Apa makna kejang ini baru terjadi pertama kali ?
Jawab:
Maknanya adalah untuk menyingkitkan kemungkinan kejang akibat Epilepsi, dan kejang akibat
gangguan infeksi atau demam sebelumnya.
3
e. Apa hubungan usia, jenis kelamin, berat badan dengan kejang yang dialami rita ?
Jawab:
Tidak terdapat hubungan yang spesifik antara usia dan jenis kelamin. Segala usia dan semua manusia
baik laki-laki maupun perempuat dapat mengalami heat stroke. Namun rentan terjadi heat stroke pada
usia <10 tahun. Dan berat badan yang berlebih (obesitas) merupakan faktor resiko terjadinya heat
stroke , akibat lapisan lemak yang berkurang seiring dengan kompensasi penghilangan panas saat
terpapar panas yang berlebihan. (Glazer, James L., M.D., 2005)
f. Bagaimana mekanisme kejang kelojotan ?
Jawab:
Antrian dalam waktu yang lama dan dalam cuaca yang terik (paparan suhu ekstrim) → terjadi respons agar suhu
tubuh tetap seperti suhu awal → metabolism tubuh meningkat → sebagai kompensasi tubuh, tubuh melakukan
evaporasi → keringat menjadi banyak → kehilangan cairan yang banyak secara cepat dan tiba-tiba →
kehilangan mineral, elektrolit, Na+, K+, dll → pengantaran impuls terganggu → kejang.
g. Apa hubungan keluhan utama dengan rita diajak oleh ibunya mengantri sembako ditengah terik
matahari ?
Jawab:
Suhu tubuh normal dijaga pada sekitar hampir 37 ° C oleh hipotalamus anterior melalui proses
termoregulasi. Beberapa mekanisme terkait dengan berkeringat, seperti penguapan, radiasi, konveksi
dan konduksi, berfungsi untuk mendinginkan permukaan tubuh. Saat suhu tubuh meningkat, aktif
simpatik vasodilatasi kulit meningkatkan aliran darah di kulit dan memulai keringat termal. Vasodilatasi
kulit menyebabkan penurunan relatif dalam volume intravaskular, mengarah untuk memanaskan sinkop.
Hilangnya garam dan air mengalir keringat menginduksi dehidrasi dan penipisan garam, yang
merupakan bergaul dengan kelelahan panas dan kram kecuali jika sesuai makan suplemen air dan garam
dimulai. Hilangnya garam dan air akan merusak termoregulasi diikuti oleh pengurangan perfusi visceral
karena pirau dari sirkulasi pusat ke kulit dan otot, hasilnya-dalam kegagalan organ. Karena itu, heat
stroke adalah kondisi kegagalan beberapa organ yang disebabkan oleh panas lingkungan Hidup (Hifumi
et al., 2018).
h. Apa dampak terpapar terik matahari ?
Jawab:
1. Heat stroke
adalah cedera paling parah dari cedera panas. Terdapat dua bentuk heat stroke, yakni Exertional Heat
stroke (EHS) umumnya terjadi pada orang muda yang terlibat dalam aktivitas fisik berat untuk jangka
waktu lama dalam lingkungan panas, dan Non Exertional Heat stroke (NEHS) yang lebih sering
mempengaruhi orang tua, orang yang sakit kronis dan orang yang sangat muda (Halman et al, 2009).
EHS didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh (hipertermia) >40oC yang berhubungan dengan
gangguan sistem sistem saraf pusat dan kegagalan sistem multi organ (Amstrong et al, 2010).
4
Hyperthermia yang ekstrim terjadi pada saat panas yang terjadi karena kerja otot melebihi kemampuan
tubuh untuk menghilangkan panas pada saat yang bersamaan. Meningkatnya suhu tubuh dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh, mengakibatkan kerusakan organ secara bersamaan, dan
dapat menjadi fatal jika salah mendiagnosis atau terlambat mendiagnosis.
2. Milliria Rubra (Heat Rash)
Sering dijumpai di kalangan militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal didaerah beriklim panas.
Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini
terjadi sebagai akibat sumbatan kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan.
Kelainan ini dapat mengganggu tidur sehingga efisiensi fisiologik menurun dan meningkatkan kelelahan
kumulatif. Keadaan ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kelainan yang lebih serius.
Adanya kelainan kulit mengakibatkan proses berkeringat dan evaporasi terhambat, sehingga proses
pendiginan tubuh terganggu. Keadaan ini memudahkan sengatan panas.
Pengobatan:
a. Menjaga agar kulit tetap terlindung dan tetap kering
b. Istrirahat di lingkungan yang sejuk.
1. Primary Survey
- Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas
- Breathing : RR24x/menit, tidak ada ronki tidak ada wheezing
- Circulation :TD 90/70mmHg, Nadi 140x/menit, eksermitas hangat , cappilary refiled time
<3 menit
- Disabillity : Mata mendelik keatas dan terdapat gerakan kejang tonik klonik di keempat
eksermitas
- Exposure : Temp 41’C, kemerahan seluruh tubuh
m. Bagaimana intepretasi pemeriksaan Primary survey dan mekanisme abnormal pemeriksaan Primary
survey ?
Jawab:
8
Primary Survey Skenario Nilai Normal Interpretasi
Airway Tidak ada sumbatan Tidak ada sumbatan Normal
jalan nafas jalan nafas
Breathing RR 24X/ menit, 20-50x/ menit, tida Normal
tidak ada ronki dan k ada ronki dan tida
tidak ada wheezing k ada wheezing
Circulation TD 90/70 mmHg, 99/65 mmHg Hipotensi ,
nadi 140x/ menit, 80-120x/ menit Takikardi
ekstremitas hangat, < 3 detik
capillary refilled
time <3 detik
Disability Mata mendelik ke Mata normal, Tidak Kejang tonik
atas dan terdapat terdapat kejang klonik generalisata
gerakan kejang
tonik klonik di
keempat ektremitas
Exposure Temp 41 c, 36.4°C (97.4°F) - Hipertermia
kemerahan seluruh 37.5°C (99.5°F), tid
tubuh ak ada kemerahan
Mekanisme Abnormal pemeriksaan Primary survey :
Paparan panas yang ekstrem → kompensasi tubuh untuk meningkatkan metabolisme dan meningkatkan akti
vitas organ dalam → memicu termoregulator di hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh → hipertermi
a.
Takikardi
Paparan panas ekstrim gangguan hipotalamic thermoregulatory center merangsang neuron
simpatetik cholinergic merangsang kelenjar keringat produksi keringat keringat tubuh
kehilangan cairan dehidrasi Takikardi
2. Secondary Survey
- Kepala
a. Mata : Konjungtiva tidak anemis
b. Hidung : Nafas cuping hidung (-)
c. Teling : dalam batas normal
d. Mulut : tampak kering
- Leher : dalam batas normal
- Thoraks : dalam batas normal
- Abdomen : dalam batas normal
Eksermitas atas dan bawah: belum bisa dinilai (masih dalam keadaan kejang)
n. Bagaimana intepretasi pemeriksaan Secondary survey dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
Secondary survey?
9
Telinga Dalam batas normal Normal
Mulut Lembab , tidak sianosis Tanda dehidrasi
Leher Dalam batas normal Normal
Thoraks Dalam batas normal Normal
Abdomen Dalam batas normal Normal
Pemeriksaan Fisik:
Secondary Survey
DIAGNOSIS BANDING
1. Non Exertional Heat Stroke
Terjadi pada anak-anak atau lanjut usia yang jarang melakukan aktivitas. Disebabkan karena peningkata
n suhu.
2. Exertional Heat Stroke
Terjadi pada umur yang relative muda, disebabkan karena aktivitas fisik yang berat dalam jangka waktu
lama dan disebabkan karena peningkatan suhu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang diberikan sudah cukup.
WORKING DIAGNOSIS
Heat Stroke Non Exertional
TATALAKSANA
Non Farmakologi
a. Memindahkan penderita ke tempat sejuk dan berventilasi baik (gunakan kipas angin atau AC), pakaian
ditanggalkan
b. Mengguyur penderita dengan air dingin dan masase kulit untuk mengatasi efek vasokontriksi dari air
dingin.
10
Preventif:
a. Usahakan tidak berada dibawah terik matahari langsung antara pukul 10.00-16.00. Jika harus pergi
keluar pada siang hari, gunakan payung
b. Meminum air lebih banyak
c. Mengkonsumsi makanan bergaram
d. Menggunakan pakaian longgar dengan membiarkan lebih banyak area kulit yang terkena matahari
untuk meningkatkan penguapan
e. Menambah waktu untuk berdiam di ruangan yang memiliki pendingin udara
Farmakologi
a. Infus cairan
b. Diazepam 10-20 mg IV.
KOMPLIKASI
a. Sindrom Disfungsi Multiorgan
b. Gagal Ginjal Akut
c. Sindrom Distres oernapasaan Akut
d. Kerusakan Miokard
e. Kerusakan pancreas
PROGNOSIS
Dubia Ad Bonam
KDU
3B - Lulusan dokter mampu membuat diagnosis kinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
gawat darurat dan mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Serta
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).
Artinya : Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan
mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura : 3
0)
2.1. Kesimpulan
Rita anak perempuan usia 4 tahun diantar ke UGD dalam keadaan kejang karena mengalami Heat
stroke Non Excertional.
11
2.2. Kerangka Konsep
Gangguan Keseimbangan
panas tubuh dan panas
paparan
Gangguan
Termoregulator
Evaporasi
Dehidrasi
Gangguan
Elektrolit
Kejang
Heat Stroke
12