Anda di halaman 1dari 4

KOMPLIKASI KEJANG DEMAM

Kejang Demam Berulang


Faktor risiko terjadinya kejang demam berulang adalah:
 Riwayat keluarga dengan kejang demam (derajat pertama)
 Durasi yang terjadi antara demam dan kejang kurang dari 1 jam
 Usia < 18 bulan
 Temperatur yang rendah yang membangkitkan bangkitan kejang
Epilepsi
Faktor risiko kejang demam yang berkembang menjadi epilepsi adalah:
 Kejang demam kompleks
 Riwayat keluarga dengan epilepsi
 Durasi demam kurang dari 1 jam sebelum terjadinya bangkitan kejang
 Gangguan pertumbuhan neurologis (contoh: cerebral palsy, hidrosefalus)
Paralisis Todd
Paralisis Todd adalah hemiparesis sementara setelah terjadinya kejang demam. Jarang
terjadi dan perlu dikonsultasikan ke bagian neurologi.
Epilepsi Parsial Kompleks Dan Mesial Temporal Sclerosis (MTS)
Pada pasien epilepsi parsial kompleks yang berhubungan dengan MTS ditemukan
adanya riwayat kejang demam berkepanjangan.
Gangguan Tingkah Laku Dan Kognitif

DIAGNOSIS EPILEPSI

KEJANG PARSIAL

 Lesi yg terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak atau satu hemisfer
serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau bagian tubuh
Perbedaannya antara kejang parsial sederhana dengan kejang parsial kompleks ialah pada
kejang parsial sederhana kesadaran pasien masih bagus , dan biasanya durasinya beberapa detik
hingga beberapa menit berbeda dengan kejang parsial kompleks sudah ada penurunan
kesadaran, terjadi otomatisme dan durasinya lebih lama dibandingkan yg sederhana
Ada satu lg kejang parsial yg berkembang jd kerjang umum , dimana awalnya dia kena
sebagian tubuh yg kemudian berlanjut seluruh tubuhnya mengalami kejang

KEJANG UMUM
lesi yg terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau kedua hemisfer
serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh

-Kejang absans  pasien hilang kesadaran beberapa detik, terjadi mendadak, disertai amnesia.
Biasanya pasiennnya ini kayak bengong, mengedip2kan mata setelah sadar.
-Kejang atonik  hilangnya tonus secara mendadak dan biasanya total pd otot anggota badan.
Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama. Disini pasien biasanya bisa tiba2 jatuh
-Kejang Mioklonik  ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yg cepat dan singkat.
Kejangnya dapat terjadi tungggal atau berulang
-Kejang tonik-klonik  kesadaran pasien biasanya menurun disertai dengan kontraksi menetap dan
massif di seluruh otot. Mata mengalami deviasi ke atas. Fase tonik biasanya durasinya 10-2- detik
dan diikuti fase klonik 30 detik. Jadi tampak pasiennya kayak tegang dan kelonjotan gitu
-Kejang Tonik  ditandai dengan kaku dan tegang pada otot.

ANAMNESIS
 Kapan mulai terjadinya bangkitan (onset)? Biasanya epilepsy itu interval antar kedua
serangannya > 24 jam
 Bagaimana bentuk bangkitan? Disini kita Tanya ke pasien untuk mengetahui apakah
kejangnya ini parsial atau umum
 Apa gejala yg muncul sebelum, selama bangkitan dan setelah bangkitan?
Sebelum bangkitan/ gajala prodromal
Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya bangkitan, misalnya
perubahan prilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, pasien menjadi
sensitive
Selama bangkitan/ iktal
Apakah terdapat aura atau tidak yaitu penglihatan yang menyerupai gambaran bayangan
gelap
 pola/ bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan kepala, gerakan tubuh ,
vokalisasi, aumatisasi, gerakan pada salah satu atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan
tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit, pucat, berkeringat,
Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan? Biasanya pada epilesi terdapat dua atau lebih
gejala bangkitan
Aktivitas pasien saat terjadi bangkitan,
Pasca bangkitan/ post-iktal:
biasanya pasiennya apakah merasa Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh
gelisah, Todd’s paresis yaitu kelemahan fokal di sebagian atau seluruh tubuh setelah terjadinya
kejang
 Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antara
bangkitan, kesadaran antara bangkitan.
 Tanya juga faktor pencetus, misalnya seperti : kelelahan, kurang tidur, hormonal,
stress psikologis, konsumsi alkohol
 Apakah pernah mengalami bangkitan kejang sebelumnya, kejang demam, kalau ada
kita tanya juga pd usia berapa saat pertama kali terjadinya bangkitan
 Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
 Apakah terdapat penyakit penyerta seperti stroke, trauma kepala, tanda2 infeksi SSP
 Apakah pernah mengonsumsi obat untuk penyakit epilepsy, kalau ada perlu juga
ditanya apa nama obat, berapa dosisnya, bagaimana kepatuhan si pasien dalam
minum obat
 Bagaimana riwayat antenatal, persalinan, tumbuh kembang

EPIDEMIOLOGI NYERI KEPALA

Global
 Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala
 TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang mempengaruhi hingga dua pertiga
populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya.
 Prevalensi TTH di Korea sebesar 16,2% sampai 30,8%
 Insiden di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per tahun.
 Suatu survei populasi di USA menemukan prevalensi tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan
TTH kronis sebesar 2,2%
 Sebuah penelitian tahun 2007, menyatakan bahwa 46% populasi global mengalami nyeri kepala,
dengan prevalensi global dari tension type headache  (TTH) merupakan yang terbesar yaitu 42%
pada orang dewasa.
 WHO bekerja sama dengan the Global Campaign againts headache yg melakukan penelitian
pada perwakilan pasien dari 101 negara, dilakukan dari 2006 sampai 2009 didapatkan hasil yaitu
gangguan nyeri kepala termasuk migrain dan nyeri kepala tipe tegang, merupakan gangguan
yang paling sering terjadi. Studi prevalensi memperkirakan 50-75 % dari orang berusia 18 - 65
tahun di dunia telah memiliki nyeri kepala.
 Studi Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk Factors (GBD) studies pada 2016 menyatakan
bahwa terdapat 1,89 juta orang di dunia yang menderita TTH pada tahun 2016.
 Suatu penelitian di new York menyatakan bahwa prevalensi TTH bervariasi 65% pada pria dan
86% pada wanita
 TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun puncak prevalensi
meningkat di usia 30-39 tahun.
 Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH, 25% penderita TTH juga
menderita migren.

Indonesia
Tidak banyak data epidemiologi mengenai tension type headache  (TTH) di Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada lima rumah sakit besar di Indonesia menunjukkan hasil
bahwa prevalensi pasien cluster headache 0,5%, migrain dengan aura 1,8%, migrain tanpa aura 10%,
mixed headache 14%, chronic tension-type headache 24%, episodic tension-type headache (TTH) 31%.
Dari hasil penelitian itu, dapat disimpulkan bahwa tension-type headache merupakan keluhan nyeri
kepala terbanyak yang dialami oleh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai