BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epilepsi adalah salah satu gangguan pada sistem syaraf yang menyebabkan
penderita dapat mengalami kejang berulang secara tiba-tiba. Epilepsi ini
merupakan penyakit yang tidak menular akan tetapi dapat menyerang pada
semua umur, ras, maupun gender, dan tanpa batasan sosial ekonomi. Menurut
data WHO (2016), sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita
epilepsi.Hal ini menjadikan epilepsi sebagai penyakit syaraf yang paling
sering terjadi secara global.
Sebanyak 80% penderita epilepsi merupakan penduduk di negara dengan
pendapatan
rendah
atau
menengah.Pada
dasarnya,
pengobatan
dan
Epilepsi adalah kejang tanpa provokasi yang terjadi dua kali atau lebih
dengan interval waktu lebih dari 24 jam. Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit dan gangguan yang berat misalnya malformasi kongenital, pasca infeksi,
tumor, penyakit vaskuler, penyakit degeneratif dan pasca trauma otak
(Soetomenggolo, 1999; Panayiotopoulos, 2005 ).
2.2 Patofisiologi Epilepsi
Epilepsi adalah pelepasan muatan yang berlebihan dan tidak teratur di pusat
tertinggi otak.Sel saraf otak mengadakan hubungan dengan perantaraan pesan
listrik dan kimiawi. Terdapat keseimbangan antara faktor yang menyebabkan
eksitasi dan inhibisi dari aktivitas listrik (Soetomenggolo, 1999; Panayiotopoulos,
2005 ).
Pada saat serangan epilepsi yang memegang peranan penting adalah adanya
eksitabilitas pada sejumlah neuron atau sekelompok neuron, yang kemudian
terjadi lepas muatan listrik secara serentak pada sejumlah neuron atau sekelompok
neuron dalam waktu bersamaan, yang disebut sinkronisasi.Terjadinya lepas
muatan listrik pada sejumlah neuron harus terorganisir dengan baik dalam
sekelompok neuron serta memerlukan sinkronisasi. Epilepsi dapat timbul karena
ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi serta sinkronisasi dari pelepasan
neural (Christensen dkk., 2007; Kleigman, 2005 ).
2.3 Manifestasi Klinik / Gejala Epilepsi
Manifestasi kejang dapat bermacam-macam dari ringan seperti rasa tidak
enak diperut sampai kepada yang berat (kesadaran menghilang disertai kejang
tonik klonik), semuanya tergantung kepada sel-sel neuron dalam otak yang
terangsang dan sampai berapa luas rangsang ini menjalar.
Kejang diklasifikasikan secara internasional sesuai dengan otak yang terkena
diantaranya:
a. Kejang parsial (hanya mengenai semua bagian otak)
1) Kejang parsial sederhana dimanifestasikan dengan hanya satu jari atau
tangan yang bergetar, atau mulut dapat tersentak tak terkontrol, bicara tidak
dipahami, pusing, mengalami sinar, bunyi, bau, rasa yang tidak umum atau
tidak nyaman.
2) Kejang parsial komplek yaitu individu tidak dapat bergerak secara
automatik tetapi tidak tepat dengan waktu dan tempat, atau mengalami
emosi berlebihan yaitu takut, marah, kegirangan, atau peka rangsang
b. Kejang umum (tidak spesifik dan mengenai seluruh otak secara simulant)
1) Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) melibatkan kedua
hemisperium otak, yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi. Mungkin
ada kekakuan intens pada seluruh tubuh yang diikuti dengan kejang yang
bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot, sering lidah tertekan dan
klien mengalami inkontinensia urin dan feses setelah 1 dan 2 menit gerakan
konvulsif mulai hilang pasien rileks dan mengalami koma dalam, bunyi
nafas bising, pada keadaan postikal pasien sulit bangun dan tidur selam
berjam-jam banyak pasien mengeluh sakit kepala dan sakit otot
2) Kejang petit mal, dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5
tahun.
Tidak
terjadi
kejang
dan
gejala
dramatis
lainnya
dari
2.4 Diagnosis
Langkah awal adalah menentukan untuk membedakan apakah ini serangan
kejang ataubukan, dalam hal ini memastikannyabiasanyadengan melakukan
wawancara baik dengan pasien, orangtua atau orang yang merawat dan saksi mata
yang mengetahui alamat korespondensi. Serangan kejang itu terjadi.Beberapa
berlangsung. Apakah ada deviasi mata dan kepala kesatu sisi? Apakah
pada awal serangan kejang terdapat gejala aktivitas motorik yang dimulai
dari satu sisi tubuh? Apakah pasien dapat berbicara selama serangan
kejang berlangsung? Apakah mata berkedip berlebihan pada serangan
kejang terjadi? Apakah ada gerakan automatism
Apakah ada sikap tertentu pada anggota gerak tubuh? Apakah lidah
tergigit? Apakah pasien mengompol ? Serangan kejang yang berasal dari
lobus frontalis mungkin dapat menyebabkan kepala dan mata deviasi
kearah kontralateral lesi. Serangan kejang yang berasal dari lobus
temporalis sering tampak gerakan mengecapkan bibir dan atau gerakan
mengunyah. Pada serangan
kejang
dari lobus
oksipitalis
dapat
disebabkan
oleh
karena
kurangnya
perawatan
pasien,
ketidakpatuhan minum obat, ada perubahan minum obat dan penyakit lain
yang menyertai.
khususnya
serangan
kejang,
sedini/seawal
mungkin
tanpa
mengganggu fungsi normal saraf pusat dan penderita dapat melakukan tugas
tanpa bantuan.Terapi meliputi terapi kausal, terapi dengan menghindari factor
pencetus, dan memakai obat anti konvulsi.
2. Sasaran Terapi
Sasaran terapi pada epilepsi yaitu menstabilkan membran saraf dan
mengurangi
aktifitas
kejang
dengan
meningkatkan
pengeluaran
atau
mengurangi pemasukan ion Na+ yang melewati membran sel pada kortek
selama pembangkitan impuls saraf.
3. Strategi Terapi
Strategi terapi untuk epilepsi yaitu menggunakan terapi non farmakologis
dan terapi farmakologis.Dengan penanganan yang tepat, 80% penderita
epilepsi menunjukkan respon pengobatan yang bagus. Dengan catatan:
1. Minum obat secara teratur.
2. Hindari pencetus (makan tidak teratur, kelelahan, stres fisik dan psikis,
kurang tidur).
3. Jika anak sakit cepat berobat, karena demam tinggi, diare, atau muntah yang
menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit dapat mencetuskan kejang.
4. Pada epilepsi fotosensitif, hindari cahaya yang berkedip-kedip seperti dari
komputer, TV, playstation, video, dan sebagainya.
Dari catatan di atas, jelas terlihat bahwa penderita epilepsi membutuhkan
hidup teratur atau pola hidup sehat.Khusus pada remaja putri yang baru saja
mendapat menstruasi perlu perhatian khusus, karena perubahan hormonal yang
terjadi bisa memicu terjadinya kekambuhan epilepsi.Uniknya, tidak semua
epilepsi perlu diobati, jika interval antara kejang pertama dengan kejang
berikutnya.Lebih dari 6 bulan, maka tidak perlu obat.Jadi, tak perlu kawatir secara
berlebihan, karena ada jalan bagi penderita epilepsi.Dengan mengenali secara dini
(Hendra Utama, 2007).
2.6 Terapi Non Farmakologi Penyakit Epilepsi
1. Mengurangi Alkohol dan Narkoba
Salah satu penyebab penyakit epilepsi ini adalah karena zat yang
terakndung dalam alkohol ataupun Narkoba. Kedua benda ini dapat
memicu keadaan Fly atau rasa terbang pada otak kita. Alkohol dan
Narkoba ini dapat memicu timbulnya pengerasan syaraf pada otak
sehingga akan sangat fatal apabila penderita epilepsi masih mengkonsumsi
alkohol dan Narkoba ini secara rutin.
2. Perbanyak Istirahat
Keadaan badan yang capek akan membuat saraf pada otak menjadi
menegang sehingga akan memicu kambuhnya penyakit epilepsi. Jika Anda
mengalami penyakit epilepsi maka usahakan Anda tidak terlalu capek
dengan cara memperbanyak istirahat setiap harinya. Istirahat yang baik
adalah tidur. Untuk menjaga agar penyakit epilepsi tidak kambuh maka
usahakan tidur minimal 8 jam selama satu hari.
3. Mengurangi Stres
Stres merupakan keadaan dimana seseorang mengalami masalah yang
berat, masalah tersebut selalu dipikirkan oleh seseorang
sehingga
menyebabkan saraf pada otak bekerja dengan keras. Jika stres ini terajadi
pada penderita penyakit epilepsi maka akan terajdi tegangan listrik pada
otak sehingga menyebabkan saraf tegang dan penderita mengalami kejangkejang. Oleh sebab itu akan sangat baik apabila penderita penyakit epilepsi
untuk menghindari stres ini, Anda bisa refresing atau berlibur ke tempat
wisata hanya sekedar melepas penak dipikiran Anda.
4. Makan secara teratur
Terkadang kambuhnya penyakit epilepsi ini didorong oleh telat
makan.Hal ini terajdi karena lambung dalam keadaan kosong sehingga
lambung memerikan respon berupa sinyal listrik kepada sarat otak dan hal
10
11
12
atau phenytoin. Untuk menentukan dosis luminal harus diketahui umur penderita,
jenis epilepsinya, frekuensi serangan dan bila sudah diobati dokter lain. Dosis
obat yang sedang digunakan.Untuk anak-anak dosis luminal ialah 3-5
mg/kg/BB/hari, sedangkan orang dewasa tidak memerlukan dosis sebanyak
itu.Orang dewasa memerlukan 60 sampai 120 mg/hari.Dosis phenytoin (Dilatin,
Parke Davis) untuk anak-anak ialah 5 mg/kg/BB/hari dan untuk orang dewasa 515 mg/kg/BB/hari. Efek phenytoin 5 mg/kg/BB/hari (kira-kira 300 mg sehari)
baru terlihat dalam lima hari. Maka bila efek langsung hendak dicapai dosis 15
mg/kg/BB/hari (kira-kira 800 mg/hari) harus dipergunakan.
Efek antikonvulsan dapat dinilai pada follow up. Penderita dengan
frekuensi serangan umum 3 kali seminggu jauh lebih mudah diobati dibanding
dengan penderita yang mempunyai frekuensi 3 kali setahun. Pada kunjungan
follow up dapat dilaporkan hasil yang baik, yang buruk atau yang tidak dapat
dinilai baik atau buruk oleh karena frekuensi serangan sebelum dan sewaktu
menjalani terapi baru masih kira-kira sama. Bila frekuensinya berkurang secara
banding, dosis yang sedang dipergunakan perlu dinaikan sedikit. Bila
frekuensinay tetap, tetapi serangan epileptik dinilai oleh orangtua penderita atau
penderita epileptik Jackson motorik/sensorik/march sebagai enteng atau jauh
lebih ringan, maka dosis yang digunakan dapat dilanjutkan atau ditambah sedikit.
Jika hasilnya buruk, dosis harus dinaikan atau ditambah dengan antikonvulsan
lain(Ahmed, Spencer 2004).
Profil Obat Epilepsi
Fenobarbital
Merupakan obat antiepilepsi atau antikonvulsi yang efektif.Toksisitasnya
relatif rendah murah efektif dan banyak dipakai.Dosis antikonvulsinya berada di
bawah dosis untuk hipnotis.Ia merupakan antikonvulsan yang non-selektive.
Manfaat terapeutik pada serangan tonik-klonik generalisata (grand mall) dan
serangan fokal kortikal
Pirimidon
13
Hidantoin
Yang termasuk dalamm golongan ini adalah fenitoin mefenitoin dan
etotoin.Fenitoin adalah obat primer untuk semua bangkitan parsial dan bangkitan
tonik-klonik kecuali bangkitan absence (absence seizure).Fenitoin tidak sedative
pada dosis biasa. Berbeda dengan fenobarbital obat ini juga efektif pada beberapa
kasus epilepsy lobus temporalis
Karbamazepine
Termasuk dalam golongan iminostilbenes.Manfaat terapeutik ialah untuk
Epilepsi lobus temporalis sendiri atau kombinasi dengan bangkitan generalisata
tonik-klonik (GTCS).
Etosuksimid
Obat ini dipakai untuk bangkitan absence. Efek antikonvulsi pada binatang
sama halnya dengan trimetadion. Proteksi terhadap pentilentetrazol akan
menaikkan nilai ambang serangan. Manfaat terapeutik ialah terhadap bengkitan
absenceAsam valproat.
Valproic acid
Asam valproat dipakai untuk berbagai jenis serangan atau bangkitan. Efek
sedasinya minimal efek terhadap SSP lain juga minimal. Terhadap Pentilen
tetrazol potensi asam valproat lebih besar daripada etosuksimid tapi lebih kecil
pada fenobarbital.Asam valproat lebih bermanfaat untuk bangkitan absence
daripada terhadap bangkitan umum tonik-klonik (Andyana dkk, 2008).
BAB III
ANALISIS RESEP
III.I SKRINING RESEP
14
3.1.1 Resep 1
15
COPY RESEP
No: 24040451
Tgl Pembuatan R/: 29-5-16
Tgl Penerimaan R/ Dokter: dr.Rini Ismarijanti
Pro: K
Umur: Ex copy: -
R/ Phenytoin 100 XC
S 3dd1___________det
R/ Depakote 250 XC
S3dd1___________det 55
R/ Asam Folat LX
S 2dd1__________nedet
R/ Luminal 60 mg XXX
16
3
4
5
6
7
Persyaratan Administrasi
Apotek
Nama Apotek
Alamat Apotek
Pasien
Nama Pasien
Umur Pasien
Dokter
Nama Dokter Penulis Resep
Tanggal Penulisan Resep
Tanggal dan No. Urut Pembuatan
Tanda R/
Obat
7.1 Nama obat
7.2 Potensi
7.3 Dosis
7.4 Jumlah yang diminta
7.5 det atau nedet
Cek list
Keterangan
R/ Phenytoin 100 XC
S 3dd1________det
R/ Depakote 250 XC
S3dd1_______det 55
R/ Asam Folat LX
S 2dd1______nedet
R/ Luminal 60 mg XXX
S 1dd1
det
17
S 1dd1____
8
_det
2. Pertimbangan Farmasetika
Pertimbangan Farmasetika
1
Bentuk Sediaan
Cek
Keterangan
List
-
2
3
4
5
6
Potensi
Dosis
Stabilitas
Inkompatibilitas
Cara dan lama pemberian
3. Pertimbangan Klinis
1
2
3
4
Pertimbangan Klinis
Adanya alergi
Efek samping
Interaksi
Kesesuaian
4.1 Dosis
4.2 Durasi
4.3 Jumlah Obat
Cek List
Keterangan
Tidak dicantumkan alergi
Tidak ada interaksi obat
Kesesuaian Dosis
Nama Obat
Literatur
Fenitoin Na
Dosis inisial:
100 mg, diminum 3 x 1
hari. Untuk
Dosis di resep
Keteranga
Fenitoin Na
n
Sesuai
100mg
diminum 3x1
maintenance 300-400
mg 3x1 hari. Dosis
maksimum per hari 300
Depakote
mg.
Dosis normal:
- Dosis inisial 750 mg
Depakote
Sesuai
18
(Divalproex
250mg
Na)
diminum 3x1
kali.
Usual dose
ditingkatkan
menjadi 1000-2000
mg tiap hari.
Peningkatan atau
penurunan dosis
tergantung penyakit
Luminal
yang diderita.
Dosis antiepileptic
(Fenobarbita
diminum 1x1
l)
150-450
Asam Folat
Tidak
tercantum
kektuatan
obat yang
Piracetam
Piracetam 1200
diresepkan
Sesuai
mg, diminum 1
x1
: Phenytoin 100
Komposisi
: Fenitoin 100 mg
Indikasi
19
Dosis
Efek Samping :
Susunan Saraf pusat: manifestasi paling sering
yang berhubungan dengan terapi fenitoin dengan
SSP biasanya tergantung dosis. Efek samping ini
berupa
nistagmus,
ataksia,
banyak
bicara,
Stevens-Johnson
dan
nekrolisis
epidermal toksik.
Sistem hemopoetik: efek samping yang dapat
bersifat fatal ini kadang-kadang dilaporkan
terjadi. Hal ini dapat berupa trombositopenia
leukopenia,
granulositopenia,
agranulositosis,
sistemik
dan
lupus
kelainan
20
Obat-obat
yang
dapat
meningkatkan
kadar
klordiazepoksid,
diazepam,
isoniazid,
metilfenidat,
fenotiazin,
meningkatkan
atau
trisiklik
dapat
menyebabkab
yaitu:
kumarin,
terganggu
kortikosteroid,
digitoksin,
estrogen,
oleh
antikoagulan,
furosemid,
: Depakote 250
Komposisi
: Na divalproex
Indikasi
mania
(kelainan
psikiatri
dimana
21
Dosis
penurunan
berat
badam
risiko
hepatotoksik
Interaksi Obat :Beberapa produk yang dapat berinteraksi dengan
obat ini meliputi: antidepresan tertentu (misalnya,
amitriptyline, nortriptyline, phenelzine), antibiotik
tertentu
(carbapenems
seperti
doripenem,
carbamazepine,
lamotrigin,
ethosuximide,
fenobarbital,
topiramate),
rifampin,
fenitoin,
warfarin,
: Asam folat
Komposisi
Indikasi
Dosis
pada
pasien
anemia
mg/hari,
dosis
22
fenitoin,
methotrexate,
primidone,
nitrofurantoin,
barbiturat,
alkohol,
atau
dapat
meningkatkan
frekuensi kejang.
d. Luminal 60 mg
Nama Obat
: Luminal
Komposisi
: Fenobarbital
Indikasi
Dosis
:Hipnotik/sedatif
(dosis
diberikan
kali
itu
interaksi
dapat
menyulitkan
: Piracetam 1.2 g
Komposisi
: Piracetan 1.2 g
Indikasi
Dosis
23
rasa
gugup,
iritabilitas,
rasa
lelah,
bersama
dengan
ekstrak
tiroid,
Fenitoin diminum tiga kali sehari, lebih baik dikonsumsi bersama dengan
makanan
Depakote diminum tiga kali sehari, tablet harus langsung ditelan dengan
air, tidak boleh dikunyah, dapat dikonsumsi saat makan atau setelah
makan.
Luminal diminum satu kali sehari hanya saat malam hari karena dapat
menyebabkan kantuk dan tidak disertai dengan fenitoin
dilakukan oleh farmasis dalam memantau keamanan obat yang diberikan kepada
pasien.Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya
dapat dicegah (Menkes, 2016). Kegiatan medication error meliputi:
24
a.
b.
c.
d.
Prescribing Error
Transcribing Error
Dispensing Error
Administrating Error
a. Prescribing Error
Kesalahan yang dapat terjadi saat peresepan (prescribing error) pada
Resep 1 adalah ketidakjelasan identitas pasien (tidak tercantumnya jenis
kelamin dan usia pasien), terdapat obat yang kekuatan obatnya tidak
tertera pada copy resep, tidak ada bentuk sediaan dana atau rute
pemberian.
b. Transcribing Error
Kesalahan pada proses transcribing maksudnya adalah kesalahan saat
pembacaan resep untuk proses dispensing. Dalam Resep 1 ini
kemungkinan kesalahan transcring terjadi saat penulisan resep kembali ke
copy resep.
c. Dispensing Error
Dispensing Error terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep
oleh petugas apotek. Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada Resep 1
seperti kesalahan karena ketidaktelitian dalam pengambilan obat, misalnya
Depakote, terdapat jenis tablet biasa dan tablet ER atau kesalahan dalam
perhitungan jumlah obat. Obat yang diresepkan jumlahnya tidak sedikit,
sehingga ada kemungkinan terjadinya obat kurang (omission).
d. Administrating Error
Pada fase administrating error, kesalahan terjadi pada proses penggunaan
obat. Kemungkinan kesalahan penggunaan obat seperti:
a. waktu penggunaan obat
b. cara mengonsumsi obat tablet boleh dikunyah/tidak, tablet
boleh dikonsumsi bersama dengan makanan atau tidak
c. lupa mengonsumsi obat
d. salah tempat penyimpanan sehingga obat rusak
7. Drug Related Problems(DRP)
DRP adalah permasalahan yang sering muncul dalam pengobatan
pasien sehingga terapi yang didapatkan tidak efektif. Ada delapan
macam DRP, yaitu:
1. Indikasi yang tidak ditangani
2. Pilihan obat yang kurang tepat
3. Penggunaan obat tanpa indikasi
25
Administrasi
fenitoin,
primidone,
barbiturat,
methotrexate,
26
3.1.2
RESEP 2
a. Kelengkapan resep
1. Persyartan
administrasi
Persyarata
C cat
e ata
administra
k n
si
S 3 dd 1
S 1 dd 1
1 Dokter
1.4 nama- dokter R/ asam folat tab 5 mg No. XXX
1.5 nama sip
S 1 dd 1
Al
1.6 alamat dokter
am
Pro : ani sumarni
at
RS
C
M
2Tanggal
penulisan
resep
3Tanda
tangan/
Ca
p
Usia : 36 tahun
27
RSCM
4.1 nama
4.2 alamat
4.3 umur
4.4 berat badan
4.5 jenis kelamin
Obat
5.3 dosis
5.4 jumlah yang diminta
Informasi lainnya
b. Pertimbangan farmasetik
Pertimbangan farmasetik
1 Bentuk sediaan
.
2
3
4
5
6
Alergi
Potensi
Stabilitas
Inkompabilitas
Cara dan lama
Cek list
Catatan
pemberian
c. Pertimbangan klinis
Pertimbangan klinis
Cek list
Catatan
28
1
2
3
4
Adanya alergi
Efek samping
Interaksi
Kesesuaian
4.1 dosis
4.2 durasi
4.3 jumlah obat
d. Analisa resep
Nama obat Carbamazepine
Komposisi Setiap tablet
Indikasi
Clobazam
Clobazam Tab
mengandung
10 mg
karbamazepin 200 mg
Epilepsy, epilesi umuim
Gangguan
cemas (ansietas)
asam folat
Asam folat
megaloblastik
anemia, makrositik
anemia karena
komponen tonik-tonik,
neuralgia trigeminal,
Suplement :
neuralgia glosofaringeal
mencegah neural
Dosis
Ansietas awal
tube defect.
anemia (oral, im, iv,
20-30 mg/hari
sc): infant
kemudian ditingkatkan
secara bertahap
maksimum 6 tablet
0.4mg/hari. Wanita
hamil dan menyusui
0.8mg/hari.
Pencegahanneural
tube defect: dari ibu
dgn potensial saat
lahir: 400mcg/hari;
29
Sedasi
defect: 4mg/hari
Reaksi alergi,
samping
letih, kebingungan,
menimbulkan
bronkospasme,
wajah memerah,
mengantuk.
gatal, erupsi
Interaksi
sulit bernafas.
Amifampridine,
Menimbulkan
sementara.
Pada keadaan
obat
artemether,arazanavir
potensiasi
defisiensi folat,
mutual dengan
obat yang
folat mungkin
menekan SSp
meningkatkan
atau alkohol
metabolisme
fenitoin,
menyebabkan
penurunan
konsentrasi serum
Konseling
fenitoin.
Asam folat selalu digunakan untuk menangani dan
obat
pernyakit paru-paru,
Penggunaa clobazam sebaiknya tidak mengemudikan
kendaraan atau mengoprasikan alat berat karena obat ini
bias menyebabkan rasa kantuk, terutama pada konsumsi
30
pertama.
Untuk pasien yang mengidap epilepsi atau yang sementara
mengkonsusmsi obat ini sebaiknya tidak mengemudikan
kendaraan setelah minum obat ini karena dapat
menyebabkan kantuk terutama efek dari clobazam, selain
itu obat ini harus rutin diminum dan tidak boleh
diberhentikan atau lupa minum, karena obat ini adalah obat
yang harus di konsumsi selama dalam waktu yang lama
dan tidak boleh putus pengunaaanya. Jika terjadi diare
atau pusing bahkan darah berkurang itu adalah efek dari
samping yang biasanya timbul dari penggunaan obat ini.
Dalam mengkonsumsi obat ini diharapkan untuk istrahat
cukup. Jika penggunaan obat ini tida rutin maka
penyembuhanya juga akan lama, tetapi jika ingin
memproleh kesembuhan maka harus melakukan terapi ini
dengan sebaik-baiknya, dan tidak boleh lalai karena dapat
mempengaruhi proses penyembuhan.
3.1.3
Resep 3
31
KRONIS
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Tgl Pembuatan R/: 15-8-16
RUANGAN KLINIK : POLIKLINIK NEUROLOGI
R/ Depakene No III
S 2dd5ml
R/ Carbamazepin 250
Mf pulv dtd No LX
S 2dd1
R/ Piracetam syr No I
S 2dd5ml
R/ Ventolin respue No X
S 3dd1
R/ Spuit 5cc No I
S 1kali
R/ Spuit 10 cc No I
S 1 kali
Pasien
: Petra Samuel
Usia
: 4/5/25 Laki-laki
Tgl Lahir
: 25 Mar 2012
BB
: 14,8 Kg
Nama dokter : dr. Elvira, Spd
Persyaratan Administrasi
Apotek
Nama Apotek
Alamat Apotek
Cek list
Keterangan
32
3
4
5
6
7
Pasien
Nama Pasien
Umur Pasien
BB Pasien
Dokter
Nama Dokter Penulis Resep
Tanggal Penulisan Resep
Tanggal dan No. Urut Pembuatan
Tanda R/
Obat
7.1 Nama obat
7.2 Potensi
7.3 Dosis
7.4 Jumlah yang diminta
R/ Depakene No III
S 2dd5ml
R/ Carbamazepin 250
Mf pulv dtd No LX
S 2dd1
R/ Piracetam syr No I
S 2dd5ml
R/ Ventolin respue No X
S 3dd1
R/ Spuit 5cc No I
S 1kali
R/ Spuit 10 cc No I
S 1 kali
33
Sedangkan untuk surat izin praktek dokter, alamat dokter, nomor telepon
dokter juga dapat dipastikan dengan menanyakan pada pihak yang menebus resep
tentang dimana pasien datang berobat dan menghubungi klinik yang
bersangkutan.
2. Pertimbangan Farmasetika
Pertimbangan farmasetik yang dipersyaratkan pada Permenkes nomor
35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan
hasil skrining resep di atas dapat dilihat pada tabel
Nama Obat
Depakene
Kekuatan
250 mg/ 5ml
Bentuk Sediaan
Sirup
Stabilitas
Stabil
(120 ml)
Kompatibilitas
Tidak disebutkan
karena sediaan
obat jadi (Bukan
Carbamazepin
250 mg
Tablet
Stabil
racikan)
Tidak disebutkan
karena sediaan
obat jadi (Bukan
Piracetam
500mg/5ml
Sirup
Stabil
racikan)
Tidak disebutkan
karena sediaan
obat jadi (Bukan
Ventolin
2,5mg/2,5ml
Respule/nebules
Stabil
racikan)
Tidak disebutkan
karena sediaan
obat jadi (Bukan
Spuit 5 cc
Spuit 10 cc
Alat suntik
Alat suntik
racikan)
-
Resep ini sudah sesuai secara kajian farmasetis yang ditunjukan dalam
bentuk sediaan sudah dicantumkan yaitu berupa tablet dan sirup lengkap dengan
kekuatan masing-masing obat. Stabilitas sediaan terjamin selama masih belum
melewati batas kadaluwarsa dan disimpan dalam wadah yang baik sesuai kondisi
34
dengan
gejala
yang
kompleks
schizophrenia
resisten,
penghentian
alcohol,
Ventolin
35
penyakit
jantung
atau
tekanan
darah
tinggi,
ventolin
pemberian
dengan
dosis
mksimum
yang
direkomendasikan 35 mg/kg/hari.
Anak 6-12 tahun, awal: 100 mg dua kali sehari (tablet atau
tablet lepas kontrol) atau 200 mg sirup dalam 4 kali
pemberian Maintenance: 400-800 mg/hari, dosis maksimum
yang direkomendasikan 1000 mg/hari. Anak < 12 tahun yang
menerima 400 mg/hari dapat menggunakan sediaan lepas
control.
Anak > 12 tahun dan dewasa, dosis awal: 200 mg dua kali
sehari (tablet) atau 400 mg sehari terbagi menjadi 4 kali
pemberian. Dosis maksimum yang direkomendasikan, anak
(12-15 tahun) 1000 mg/hari, anak (> 15 tahun): 1200
mg/hari, dewasa 1600 mg/hari dan beberapa pasien
membutuhkan 1.6-2,4 g/hari.
36
Depakene :
Piracetam :
atau 5 10 ml.
Anak-anak 6 12 tahun : 3 4 kali sehari, 1 tablet atau 5 ml.
Anak-anak 2 6 tahun : 3 4 kali sehari, 1 tablet, atau
2,5 5 ml
c. Aturan, cara, dan lama penggunaan obat
Depakene:
2 kali 5 ml sehari peroral diberikan bersama makanan sebanyak
3 vial.
Carbamazepin:
2 kali sehari serbuk peroral sebanyak 60 bungkus
37
Piracetam syrup:
2 kali 5 ml sehari peroral diberikan peroral sebanyak 1 botol
Ventolin Respule:
4
kali 1 sehari
d. Duplikasi dan/atau polifarmasi
Tidak ditemukan obat yang memiliki mekanisme aksi yang sama
e. Reaksi obat yang tidak diinginkan
Depakene :
Perdarahan, memar, hiperammonemia, mual, muntah, peningkat
an nafsu makan, trombositopenia, anemia, penekanan sumsum
tulang, pankreatitis, iritasi GI.
Carbamazepin :
Mengantuk, Pusing, Gangguan Sakit kepala, Mual, Muntah,
Lambung, Pembengkakan pada pergelangan kaki.
Piracetam :
Rasa gugup, agitasi, iritabilitas, rasa lelah dan gangguan
tidur.Gangguan saluran cerna misalnya nausea, muntah, diare,
dan gastralgia.Yang jarang terjadi adalah pusing-pusing, sakit
kepala, tremor, peningkatan libido. Kegelisahan yang ringan dan
akan hilang bila pemberian dihentikan.
Ventolin :
Efek samping yang umum adalah palpitasi, nyeri dada, denyut
jantung cepat, tremor terutama pada tangan, kram otot, sakit
kepala dan gugup.Efek samping lain yang sering terjadi
diantaranya : vasodilatasi perifer, takikardi, aritmia, ganguan
tidur dan gangguan tingkah laku.Efek samping yang lebih berat
tetapi
kejadiannya
jarang
misalnya
bronkospasme
dosis
tinggi
telah
dilaporkan
38
f. Kontra Indikasi
Depakene:
Gangguan fungsi hati, penyakit hati.
Carbamazepine :
berkala.
Penggunaan kombinasi dengan penghambat mono amin
oksidase (MAO).
Piracetam:
Hipersensitif terhadap
Piracetam.Gangguan
ginjal
berat
39
Tidak ada
c. Dosis terlalu tinggi
Tidak ada
d. Efek samping obat
Depakene :
Perdarahan, memar, hiperammonemia, mual, muntah, pe
ningkatan
nafsu
sakit
yang
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari ketiga analisa resep dapat disimpulkan bahwa Persyaratan
administratif, pertimbangan farmasetika dan pertimbangan klinis yang
dipersyaratkan pada Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar
41
DAFTAR PUSTKA
Ahmed Z, Spencer S.S (2004) :An Approach to the Evaluation of a Patient
forSeizures and Epilepsy, Wisconsin Medical Journal, 103(1) : 49-55.
Andyana, I. K., Andrjati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008.
ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbit: Jakarta.
Christensen J, Vestergaard M, Mortensen PB, Sidenius P, Agerbo E.
Epilepsy and risk ofsuicide: a populationbased case control study. Lancet Neurol
2007;6:693-8
Hendra Utama dan Vincent. 2007. Antiepilepsi dan Antikonvulsi.
Farmakologi dan Terapi. Ed : ke 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI
L. Wong. Dona, 2003, Pedoman Medis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 2 Edisi 8.Jakarta : EGC. 2001.
42