Anda di halaman 1dari 6

1.

Konsep dasar psikiatri


2. Wawancara psikiatri
3. Klasifikasi gangguan jiwa
Untuk klasifikasi dari gangguan jiwa ini di Indonesia menggunakan pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ)

Pada awalnya klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ ini berdasarkan pada DSM
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder— DSM.) menggunakan sistem
multiaksis, yang menggambarkan kriteria diagnosis yg memperlihatkan berbagai gejala
yang harus ada agar diagnosis dapat ditegakkan
• Terdiri multiple axis :
o Axis I : Gangguan klinis kondisi lainnya yang mungkin merupakan perhatian klinis
o Axis II : Gangguan kepribadian atau Retardasi Mental
o Axis III : Kondisi Medik Umum
o Axis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan
o Axis V : Penilaian Fungsi secara Global (GAF)

AKAN TETAPI, pada PPDGJ III ini disusun berdasarkan ICD (International
Classification of Disease) X.
• Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem
hierarki ➔ penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan
mencakup gejala-gejala pada hierarki yang ada dibawahnya. Selain itu penggunaan
hierarki mempunyai makna bahwa penyakit yang diatas mempunyai kecenderungan
lebih berat dan mengancam jiwa.

1. F00 – F09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental simtomatik).


• GMO adalah gangguan mental yang berkaitan dengan kondisi medik/penyakit. Kondisi
medik/penyakit tersebut secara langsung mengenai otak atau tidak langsung akibat
sekunder penyakit/ gangguan sistemik di luar otak menyebabkan disfungsi pada otak
• F0.0 Demensia pada penyakit alzeimer
• F01 Demensia vaskuler
• F02 Demensia pada penyakit lain
• F03 Demensia yang tidak dapat ditentukan
• F04 Sindrom amnestik organic bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
• F05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
• F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
• F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
• F09 Gangguan mental organic atau simtomatik yang tidak dapat ditentukan

2. F10 – F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
Gangguan mental yang diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif
• F1.0 : Golongan alkohol
• F1.1 : Golongan opioida (misal : candu, morfin, heroin, dsb)
• F1.2 : Golongan kanabinoida (misal : ganja)
• F1.3 : Golongan sedativa atau hipnotika (misal : obat tidur)
• F1.4 : Golongan kokainF15 : Golongan stimulansia lain termasuk kafein
• F1.6 : Golongan halusinogenika
• F1.7 : Golongan tembakau
• F1.8 : Golongan zat pelarut yang mudah menguap
• F1.9 : Golongan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya

3. F20 – F29 : skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham.


o F20 Skizofrenia
o F21 Gangguan Skizotipal
o F22 Gangguan waham menetap
o F23 Gangguan psikotik akut dan sementara
o F24 Gangguan waham terinduksi
o F25 Gangguan skizoafektif
o F28 Gangguan psikotik non organic lainnya
o F29 Gangguan psikotik non organic yang tidak dapat ditentukan

4. F30 – F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif).


➔ Perubahan suasana perasaan (mood) kearah depresi atau kearah elasi (meningkat)
• F30 Episode manik
• F31 Gangguan afektif bipolar
• F32 Episode Depresi
• F33 Gangguan depresi berulang
• F34 Gangguan mood menetap
• F38 Gangguan suasana perasaan (mood afektif ) lainny
• F39 Gangguan suasana perasaan yang tidak dapat ditentukan

5. F4.0 – F4.8 : gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres.
▪ F4.0 Gangguan anxietas fobik
▪ F4.1 Gangguan panik
▪ F4.2 Gangguan obsesif kompulsif
▪ F4.3 Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian
▪ F4.4 Gangguan disosiatif (konversi)
▪ F4.5 Gangguan Somatoform
▪ F4.8 Gangguan neurotic lainnya

6. F50 – F59 : sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik.
• F5.0 Gangguan makan
• F5.1 Gangguan tidur non organik
• F5.2 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
• F5.3 Gangguan jiwa dan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas
• F5.4 Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
• F5.5 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebaban ketergantungan
• F5.9 Sindrom perilaku yang tidak dapat ditentukan yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik

7. F6.0 – F6.9 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.


• F6.0. Gangguan kepribadian khas
• F6.1. Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
• F6.2. Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh
kerusakan atau penyakit
• F6.3. Gangguan kebiasaan dan impuls
• F6.4. Gangguan identitas jenis kelamin
• F6.5. Gangguan preferensi seksual
• F6.6. Gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan
dan orientasi seksual
• F6.8 Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa lainnya
• F6.9 Gangguan kepribadian dan perilaku

8. F70 – F79 : retardasi mental.


• F7.0. Retardasi mental ringan (IQ 50-69)
• F7.1. Retardasi mental sedang ( 35-49)
• F7.2. Retardasi mental berat (20-34)
• F7.3. Retardasi mental sangat berat (<20)
• F7.8 Retardasi mental lainnya

9. F80 – F89 : gangguan perkembangan psikologis


• F8.0. Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa
• F8.1. Gangguan perkembangan belajar khas
• F8.2. Gangguan perkembangan motorik khas
• F8.3. Gangguan perkembangan khas campuran
• F8.4. Gangguan perkembangan pervasif
• F8.8. Gangguan perkembangan psikologis lainnya
• F8.9. Gangguan perkembangan psikologis yang tidak dapat ditentukan
10. F90 – F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada anak dan
remaja.
• F9.0. Gangguan hiperkinetik
• F9.1. Gangguan tingkah laku
• F9.2. Gangguan campuran tingkah laku dan emosi
• F9.3. Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak
• F9.4. Gangguan fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja
• F9.5. Gangguan Tic
• F9.8. Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa
kanak dan remaja

4. Tanda dan gejala gangguan psikopatologi (Kesadaran, emosi, perilaku motorik, berpikir,
pembicaraan)
5. Tanda dan gejala gangguan psikopatologi (persepsi, daya ingat, intelegensia, tilikan,
pertimbangan)
6. prinsip diagnosis psikiatri
7. Definisi dan klasifikasi, epidemiologi GMO (Demensia & Delirium)
8. etiologi, faktor resiko, patogenesis GMO (Demensia)
9. etiologi, faktor resiko, patogenesis GMO (Delirium)
10. Manifestasi klinis, diagnosis GMO (Demensia)
11. Manifestasi klinis, diagnosis GMO (Delirium)
12. Tatalaksana, prognosis, komplikasi GMO (Demensia)
13. Tatalaksana, prognosis, komplikasi GMO (Delirium)
14. Definisi dan klasifikasi, epidemiologi gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif
(Alkohol & Ganja)
15. etiologi, faktor resiko, patogenesis gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Alkohol)
16. etiologi, faktor resiko, patogenesis gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Ganja)
17. Manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif
(Alkohol)
18. Manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis gangguan terkait penggunaan zat
psikoaktif (Ganja)
GEJALA INTOKSIKASI

Penggunaan akut ganja dapat menyebabkan intoksikasi dan overdosis.


Pada penggunaan akut, pasien dapat mengalami perubahan secara psikologis dan perilaku berupa
gejala euforia, peningkatan kepekaan pengguna terhadap rangsangan eksternal, dan kesulitan
untuk berkonsentrasi. Pasien juga dapat mengalami flight of ideas dan asosiasi longgar. Pada
beberapa kasus, pasien dapat mengalami waham serta halusinasi. Dalam dosis tinggi, pengguna
mungkin mengalami depersonalisasi dan derealisasi (seseorang mengalami perasaan di mana ia
merasa terpisah dari pikiran, perasaan, dan lingkungan)
Pada pemeriksaan fisik gejala dapat berupa konjungtiva hiperemis , peningkatan nafsu makan,
mulut kering, peningkatan tekanan darah, dan takikardia. Peningkatan nadi sebesar 25-30%
dengan onset beberapa menit hingga 25 menit dapat terjadi, efek ini dapat terjadi bertahan
hingga 3 jam

GEJALA WITHDRAWAL

Perubahan psikologis yang terjadi pada pengguna kronis berbeda dengan penggunaan akut. Pada
penggunaan kronis, pengguna cenderung memiliki mood depresi yaitu apatis, kehilangan
motivasi, iritabilitas, kehilangan keinginan untuk beraktivitas, kesulitan untuk berkonsentrasi dan
penarikan sosial.

Pada cannabis use disorder kronis, dapat dijumpai fase withdrawal (gejala penarikan) yang
muncul 1-2 hari setelah penghentian ganja dan dapat bertahan hingga 7-14 hari. Gejala yang
paling sering pada cannabis withdrawal termasuk iritabilitas, ansietas, penurunan berat badan,
dan insomnia. Selain itu, bisa terdapat episode rekuren mual muntah, sakit kepala, hyperhidrosis
(keringat berlebihan), nyeri abdomen pada penggunaan kronis cannabis use disorder, dikenal
sebagai cannabinoid hyperemesis syndrome. Gejala ini akan mereda ketika penghentian ganja
dihentikan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Strip Test Urine

Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urine pada nilai cut off 100 ng/ml pada 48-72 jam
setelah efek psikologis menurun. Metabolit kanabinoid larut lemak, menetap di cairan tubuh
dalam periode yang agak lama dan dieksresikan secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid
pada individu yang menggunakan cannabis tsb dapat memberikan hasil positif dlm 7-10 hari dan
pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.

Immunoassay
Merupakan pemeriksaan yang paling banyak digunakan, terutama sebagai pemeriksaan skrining.
Pemeriksaan ini menggunakan antibodi yang mengenali sebuah metabolik pada sebuah alat
analisis otomatis. Waktu pemeriksaan menggunakan metode immunoassay hanya beberapa
menit, dan kemudian diinterpretasikan sebagai hasil positif dan negatif.

Terkait stimulan methamphetamine and amphetamine, bisa menyebabkan reaksi silang dan
menghasilkan positif palsu, misalnya pseudoefedrin yg digunakan biasanya untuk obat flu.
Dalam mengatasi hal ini, pemeriksaan immunoassay harus mendeteksi baik amphetamine dan
methamphetamine agar dapat melaporkan hasil positif.

Kromatografi Gas/ Spektrometri Massa

Metode yang paling akurat untuk memeriksa obat adiksi dengan sensitivitas dan spesifisitas
tinggi untuk mendeteksi metabolit. Metode ini menggunakan saringan elektromagnetik untuk
mengarahkan ion kepada detektor tertentu.

19. Tatalaksana, prognosis, komplikasi gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Alkohol)
20. Tatalaksana, prognosis, komplikasi gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Ganja)

Anda mungkin juga menyukai