Pada awalnya klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ ini berdasarkan pada DSM
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder— DSM.) menggunakan sistem
multiaksis, yang menggambarkan kriteria diagnosis yg memperlihatkan berbagai gejala
yang harus ada agar diagnosis dapat ditegakkan
• Terdiri multiple axis :
o Axis I : Gangguan klinis kondisi lainnya yang mungkin merupakan perhatian klinis
o Axis II : Gangguan kepribadian atau Retardasi Mental
o Axis III : Kondisi Medik Umum
o Axis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan
o Axis V : Penilaian Fungsi secara Global (GAF)
AKAN TETAPI, pada PPDGJ III ini disusun berdasarkan ICD (International
Classification of Disease) X.
• Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem
hierarki ➔ penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan
mencakup gejala-gejala pada hierarki yang ada dibawahnya. Selain itu penggunaan
hierarki mempunyai makna bahwa penyakit yang diatas mempunyai kecenderungan
lebih berat dan mengancam jiwa.
2. F10 – F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
Gangguan mental yang diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif
• F1.0 : Golongan alkohol
• F1.1 : Golongan opioida (misal : candu, morfin, heroin, dsb)
• F1.2 : Golongan kanabinoida (misal : ganja)
• F1.3 : Golongan sedativa atau hipnotika (misal : obat tidur)
• F1.4 : Golongan kokainF15 : Golongan stimulansia lain termasuk kafein
• F1.6 : Golongan halusinogenika
• F1.7 : Golongan tembakau
• F1.8 : Golongan zat pelarut yang mudah menguap
• F1.9 : Golongan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya
5. F4.0 – F4.8 : gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres.
▪ F4.0 Gangguan anxietas fobik
▪ F4.1 Gangguan panik
▪ F4.2 Gangguan obsesif kompulsif
▪ F4.3 Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian
▪ F4.4 Gangguan disosiatif (konversi)
▪ F4.5 Gangguan Somatoform
▪ F4.8 Gangguan neurotic lainnya
6. F50 – F59 : sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik.
• F5.0 Gangguan makan
• F5.1 Gangguan tidur non organik
• F5.2 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
• F5.3 Gangguan jiwa dan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas
• F5.4 Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
• F5.5 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebaban ketergantungan
• F5.9 Sindrom perilaku yang tidak dapat ditentukan yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik
4. Tanda dan gejala gangguan psikopatologi (Kesadaran, emosi, perilaku motorik, berpikir,
pembicaraan)
5. Tanda dan gejala gangguan psikopatologi (persepsi, daya ingat, intelegensia, tilikan,
pertimbangan)
6. prinsip diagnosis psikiatri
7. Definisi dan klasifikasi, epidemiologi GMO (Demensia & Delirium)
8. etiologi, faktor resiko, patogenesis GMO (Demensia)
9. etiologi, faktor resiko, patogenesis GMO (Delirium)
10. Manifestasi klinis, diagnosis GMO (Demensia)
11. Manifestasi klinis, diagnosis GMO (Delirium)
12. Tatalaksana, prognosis, komplikasi GMO (Demensia)
13. Tatalaksana, prognosis, komplikasi GMO (Delirium)
14. Definisi dan klasifikasi, epidemiologi gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif
(Alkohol & Ganja)
15. etiologi, faktor resiko, patogenesis gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Alkohol)
16. etiologi, faktor resiko, patogenesis gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Ganja)
17. Manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif
(Alkohol)
18. Manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis gangguan terkait penggunaan zat
psikoaktif (Ganja)
GEJALA INTOKSIKASI
GEJALA WITHDRAWAL
Perubahan psikologis yang terjadi pada pengguna kronis berbeda dengan penggunaan akut. Pada
penggunaan kronis, pengguna cenderung memiliki mood depresi yaitu apatis, kehilangan
motivasi, iritabilitas, kehilangan keinginan untuk beraktivitas, kesulitan untuk berkonsentrasi dan
penarikan sosial.
Pada cannabis use disorder kronis, dapat dijumpai fase withdrawal (gejala penarikan) yang
muncul 1-2 hari setelah penghentian ganja dan dapat bertahan hingga 7-14 hari. Gejala yang
paling sering pada cannabis withdrawal termasuk iritabilitas, ansietas, penurunan berat badan,
dan insomnia. Selain itu, bisa terdapat episode rekuren mual muntah, sakit kepala, hyperhidrosis
(keringat berlebihan), nyeri abdomen pada penggunaan kronis cannabis use disorder, dikenal
sebagai cannabinoid hyperemesis syndrome. Gejala ini akan mereda ketika penghentian ganja
dihentikan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urine pada nilai cut off 100 ng/ml pada 48-72 jam
setelah efek psikologis menurun. Metabolit kanabinoid larut lemak, menetap di cairan tubuh
dalam periode yang agak lama dan dieksresikan secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid
pada individu yang menggunakan cannabis tsb dapat memberikan hasil positif dlm 7-10 hari dan
pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.
Immunoassay
Merupakan pemeriksaan yang paling banyak digunakan, terutama sebagai pemeriksaan skrining.
Pemeriksaan ini menggunakan antibodi yang mengenali sebuah metabolik pada sebuah alat
analisis otomatis. Waktu pemeriksaan menggunakan metode immunoassay hanya beberapa
menit, dan kemudian diinterpretasikan sebagai hasil positif dan negatif.
Terkait stimulan methamphetamine and amphetamine, bisa menyebabkan reaksi silang dan
menghasilkan positif palsu, misalnya pseudoefedrin yg digunakan biasanya untuk obat flu.
Dalam mengatasi hal ini, pemeriksaan immunoassay harus mendeteksi baik amphetamine dan
methamphetamine agar dapat melaporkan hasil positif.
Metode yang paling akurat untuk memeriksa obat adiksi dengan sensitivitas dan spesifisitas
tinggi untuk mendeteksi metabolit. Metode ini menggunakan saringan elektromagnetik untuk
mengarahkan ion kepada detektor tertentu.
19. Tatalaksana, prognosis, komplikasi gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Alkohol)
20. Tatalaksana, prognosis, komplikasi gangguan terkait penggunaan zat psikoaktif (Ganja)