Anda di halaman 1dari 73

Penggolongan Diagnosis

Gangguan Jiwa
PPDGJ III
Dan
Penatalaksanaan Medik Pada
Pasien Gangguan Jiwa
F00-F09
Gangguan Mental Organik termasuk
Gangguan Mental Simtomatik
 F00Demensia pada penyakit Alzheimer
– F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer
dengan onset dini
– F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer
dengan onset Lambat
– F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer tipe
tak khas atau tipe campuran
 F01 Demensia vascular
– F01.0 Demensia vascular onset akut
– F01.1 Demensia multi-infark
– F01.2 Demensia vascular subkortikal
– F01.3 Demensia vascular campuran kortikal
dan subkortikal
F02 Demensia pada penyakit lain

F02.0 Demensia pada penyakit Pick


F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob
F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson
F02.4 Demensia pada penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV)

F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi


otak dan penyakit fisik

F06.0 Halusinosis Organik


F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood / afektif) organik
F06.4 Gangguan anxietas organik
F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat
penyakit, kerusakan dan disfungsi otak

F07.0 Gangguan kepribadian organik


F07.1 Sindrom pasca ensefalitis
F07.2 Sindrom pasca kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku
organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak lainnya
F10-F19
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif

F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol


F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida
F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa
atau hipnotika
F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain
termasuk kafein
F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F20-F29
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan
Gangguan Waham

F20. Skizofrenia
F21. Gangguan skizotipal
F22. Gangguan waham menetap
F23 Gangguan psikotik akut dan sementara
F30-F39
Gangguan Suasana Perasaan
F30. Episode manik (Hipomania, Mania dengan dan tanpa
gejala psikotik)

F31 Gangguan afektif bipolar


F32. Episode Depresif ( ringan, sedang, berat dengan dan
tanpa gejala psikotik)
F33. Gangguan depresif berulang

F34. Gangguan suasana perasaan (mood) menetap


F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F40-F48
Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform
dan Gangguan yang berkaitan dengan stres
F40. Gangguan anxietas fobik (Agorafobia, Fobia social, Fobia khas /
terisolasi
F41. Gangguan anxietas lainnya

F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)


F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif

F42. Gangguan obsesif – kompulsif


F43. Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian

F43.0 Reaksi stres akut


F43.1 Gangguan stress pasca-trauma
F43.2 Gangguan penyesuaian
F44. Gangguan disosiatif (konversi)

F44.0 Amnesia disosiatif


F44.1 Fugue disosiatif
F44.2 Stupor disosiatif
F44.3 Gangguan trans dan kesurupan
F44.4 Gangguan motorik disosiatif
F44.5 Konvulsi disosiatif
F45.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
F45.7 Gangguan disosiatif (konversi) campuran

F45. Gangguan somatoform

F45.0 Gangguan somatisasi


F45.2 Gangguan hipokondrik
F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap
F48. Gangguan neurotik lainnya

F48.0 Neurastenia
F48.1 Sindrom depersonalisasi-
derealisasi
F50-F59
Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik

F50. Gangguan makan


F50.0 Anoreksia nervosa
F50.1 Anoreksia nervosa tak khas
F50.2 Bulimia nervosa
F50.4 Makan berlebih yg berhub dg ggn psikologis lainnya
F50.5 Muntah yg berhub dg ggn psikologis lainnya

F51. Gangguan tidur non organik


F51.0 Insomnia non organik
F51.1 Hipersomnia non organik
F51.2 Gangguan jadual tidur non organik
F51.3 Somnambulisme (berjalan sambil tidur/ ngelindur)
F51.4 Teror tidur (terror malam)
F51.5 Mimpi buruk
F52. Disfungsi seksual bukan disebabkan
oleh gangguan atau penyakit organik

F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual


F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks
F52.2 Kegagalan dari respons genital
F52.3 Disfungsi orgasme
F52.4 Ejakulasi dini
F52.5 Vaginismus non organik
F52.6 Dispareunia non organik
F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan

F53. Gangguan jiwa dan perilaku yang


berhubungan dengan masa nifas
(ringan, berat)
F60-F69
Gangguan Kepribadian dan Perilaku
Masa Dewasa

F60. Gangguan kepribadian khas


F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas / menghindar
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F61. Gangguan kepribadian campuran dan
Lainnya
F61.0 Gangguan kepribadian campuran
F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah

F62. Perubahan kepribadian yang berlangsung


lama yang tidak diakibatkan oleh kerusakan
atau penyakit otak

F63. Gangguan kebiasaan dan impuls


F63.0 Judi patologis
F63.1 Bakar patologis (piromania)
F63.2 Curi patologis (kleptomania)
F63.3 Trikotilomania
F64. Gangguan identitas jenis kelamin
F64.0 Transseksualisme
F64.1 Transvestisme peran ganda
F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak

F65. Gangguan preferensi seksual

F65.0 Fetishisme
F65.1 Transvestisme fetishistik
F65.2 Ekshibisionisme
F65.3 Voyeurisme
F65.4 Pedofilia
F65.5 Sadomasokisme
F65.6 Gangguan preferensi seksual multipel
F70-F79
Retardasi Mental
F70 Retardasi mental ringan
F71 Retardasi mental sedang
F72 Retardasi mental berat
F73 Retardasi mental sangat
berat
F78 Retardasi mental lainnya
F80-F89
Gangguan Perkembangan Psikologis

F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan


berbahasa

F80.0 Gangguan artikulasi berbicara khas


F80.1 Gangguan berbahasa ekspresif
F80.2 Gangguan berbahasa reseptif
F80.3 Afasia yang didapat dengan epilepsi
(Sindrom Landau-Kleffner)
F80.8 Gangguan perkembangan berbicara dan
berbahasa lainnya
F66. Gangguan psikologia dan perilaku yang
berhubungan dengan perkembangan dan
orientasi seksual

F66.0 Gangguan maturitas seksual


F66.1 Orientasi seksual egodistonik
F66.2 Gangguan hubungan seksual
F66.8 Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya
F66.9 Gangguan perkembangan psikoseksual YTT

F68. Gangguan kepribadian dan perilaku masa


dewasa lainnya

F68.0 Elaborasi gejala fisik karena alas an psikologis


F68.1 Kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau
disabilitas, baik fisik maupun psikologis (gangguan
buatan)
F68.8 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
lainnya YDT
F80-F89
Gangguan Perkembangan Psikologis

F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan


berbahasa

F80.0 Gangguan artikulasi berbicara khas


F80.1 Gangguan berbahasa ekspresif
F80.2 Gangguan berbahasa reseptif
F80.3 Afasia yang didapat dengan epilepsi (Sindrom
Landau-Kleffner)
F80.8 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa
lainnya
F81. Gangguan perkembangan belajar khas

F81.0 Gangguan membaca khas


F81.1 Gangguan mengeja khas
F81.2 Gangguan berhitung khas
F81.3 Gangguan belajar campuran

F82. Gangguan perkembangan motorik khas

F83 Gangguan perkembangan khas campuran


F84 Gangguan perkembangan pervasif

F84.0 Autisme masa kanak


F84.1 Autisme tak khas
F84.2 Sindrom Rett
F84.3 Gangguan desintegratif masa kanak
lainnya
F84.4 Gangguan aktivitas berlebih yang
berhubungan dengan retardasi mental
dan gerakan stereotipik
F84.5 Sindrom Asperger
F90-F98
Gangguan Perilaku dan Emosional
dengan Onset
Biasanya pada masa kanak dan remaja
F90. Gangguan hiperkinetik

F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian


F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik

F91. Gangguan tingkah laku

F91.0 Gangguan tingkah laku yang terbatas pada


lingkungan keluarga
F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok
F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok
F91.3 Gangguan sikap menentang (membangkang)
F92. Gangguan campuran tingkah laku dan
emosi

F92.0 Gangguan tingkah laku depresif


F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan
emosi lainnya

F93. Gangguan emosional dengan onset khas


pada masa kanak

F93.0 Gangguan anxietas perpisahan masa


kanak
F93.1 Gangguan anxietas fobik masa kanak
F93.2 Gangguan anxietas sosial masa kanak
F93.3 Gangguan persaingan antar saudara
F94. Gangguan fungsi sosial dengan onset khas
pada masa kanak dan remaja

F94.0 Mutisme elektif


F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak

F95. Gangguan “tic”

F95.0 Gangguan “tic” sementara


F95.1 Gangguan “tic” motorik atau vokal kronik
F95.2 Gangguan campuran “tic” vokal dan motorik
multipel
F95.8 Gangguan “tic” lainnya
F98. Gangguan perilaku dan emosional
lainnya dengan onset biasanya
pada masa kanak dan remaja

F98.0 Enuresis non organik


F98.1 Enkopresis non organik
F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak
F98.3 Pika masa bayi dan kanak
F98.4 Gangguan gerakan stereotipik
F98.5 Gagap
F98.6 “Cluttering”
Penatalaksanaan Medik
Gangguan Jiwa
Depresi
Sedih yang mendalam
Gejala :
Fisik : 1. Sakit kepala
2. Nyeri punggung
3. Gangguan tidur (sulit atau terlalu
banyak
tidur)
4. Sering terbangun dini hari
5. Gangguan makan (kurang atau terlalu
banyak makan)
6. Letih yang berlebihan
7. Gairah seksual yang menurun
Perilaku :
1. Menghindari pergaulan dengan orang lain
2. Tidak mau bicara
3. Sering lupa
4. Putus asa
5. Bosan
6. Merasa tidak berharga
7. Merasa gagal menyelamatkan diri sendiri dan
keluarga
8. Tidak memperdulikan lingkungan sekitar
9. Ada pikiran atau usaha untuk bunuh diri
Penatalaksanaan
Terhadap penderita
1. Sehubungan interaksi dengan korban/penderita
 Membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari,
seperti makan, tidur, menjaga kebersihan diri, berdoa
dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
 Memberikan dukungan emosional (emotional
support)
i. Temani dan ajak mengobrol
ii. Dengarkan keluhannya
iii. Ucapkan kalimat-kalimat yang membangkitkan
semangat
iv. Tunjukkan bahwa kita memahami perasaannya
 Mendorong untuk mulai beraktifitas
i. Ajak mealukan kegiatan secara mandiri, seperti
mandi sendiri, makan sendiri, dst
ii. Ajak berinteraksi dengan keluarga atau
orang-
orang disekitarnya
iii. Ajak untuk melakukan aktifitas ringan
seperti
membaca, bermain, olahraga, dsb

2. RUJUK kepada Ahli kesehatan jiwa


(psikiater/psikolog), jika menunjukkan gejala :
 Pikiran atau usaha untuk bunuh diri
 Sulit sekali atau sama sekali tidak mau
berbicara dengan orang lain
 Menangis terus menerus
 Terlihat sedih berkepanjangan
Terhadap Keluarga atau kelompok
Mengajak keluarga agar :
1. Memahami kondisi yang dihadapi oleh korban
selamat
2. Menemani dan mengajak berbicara
3. Menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti
makan, minum, kebersihan
4. Mengajak untuk melakukan kegiatan yang biasa dan
bisa dilakukan sehari-hari
5. Menfasilitasi untuk berbagi rasa terhadap perubahan
yang terjadi setelah bencana
6. Membantu membuat prioritas penyelesaian masalah
yang ada dikeluarga
7. Saling memberikan dukungan dan semangat
8. Saling memberikan dukungan secara non verbal
seperti memeluk, memuji, mengelus, dll
Penatalaksanaan
Terhadap Penderita
1. Membina hubungan agar saling percaya dengan
cara :
A. Berbicara dengan ramah dan sabar
B. Memberi kesempatan untuk menyampaikan
keluhannya
C. Menggali informasi dan menjelaskan situasi
D. Membantu merumuskan pemecahan masalah
Yang dihadapinya
E. Mendukung pilihan pemecahan masalah yg
positif
F. Mengajak latihan relaksasi
Agresif Perilaku Marah
Gejala
Fisik :
 Ekspresi wajah marah

 Tangan mengepal

 Rahang terkatup

Perilaku :
 Menolak berhubungan dengan orang lain

 Menyalahkan orang lain atau tuhan

 Kasar dan tidak tenang

 Mengancam

 Menyerang atau merusak lingkungan


PENATALAKSANAAN
Terhadap Penderita
1. Membina hubungan agar saling percaya dengan
cara
a. Berbicara dengan ramah dan sabar
b. Memberi kesempatan untuk menyampaikan
keluhannya
c. Menggali informasi dan menjelaskan situasi
d. Membantu merumuskan pemecahan masalah
yang dihadapi
e. Mendukung pilihan pemecahan masalah yang
positif
f. Mengajak latihan relaksasi
2. RUJUK kepada dokter/Psikiater, JIKA :
 Gejala yang ditunjukkan sudah tidak bisa lagi
ditangani
 Kemarahan bersifat massal maka koordinasikan
dengan pihak keamanan
Catatan : Apabila korban/penderita dalam
keadaan sangat marah maka hendaknya
- tidak membelakangi korban dan menjaga jarak
- Tetap ada kontak mata tanpa sikap
menantang
- Sebaiknya tidak mengahadapi ia seorang diri
Terhadap Keluarga atau Kelompok
1. Memahami kondisi yang dihadapi penderita
2. Menemani dan mengajak berbicara
3. Memfasilitasi kebutuhan dasar seperti makan,
minum, kebersihan
4. Melibatkan kelompok / keluarga dalam penanganan
marah penderita
5. Mengajak latihan relaksasi
6. Penyaluran energi melalui kegiatan bersama seperti
berzikir, olah raga, menari dll
7. Membuat perencanaan kegiatan harian
Terhadap Masyarakat setempat dan lingkungan
Sekitar

1. Menfasilitasi terbentuknya kelompok pertolongan


mandiri ( self help group ) untuk membicarakan dan
memecahkan masalah korban selamat dalam
kelompok
2. Menciptakan lingkungan yang aman, baik untuk
lingkungan maupun untuk korban selamat
PERILAKU PANIK
Gejala
Fisik : 1. Jantung berdebar-debar
2. Sesak nafas/nafas pendek/nafas berat
3. Keringat dingin
4. Gemetar dan menggigil (bukan krn panas)
5. Sakit kepala
6. Rasa berat didada
7. Mual
8. Muka pucat
9. Merasa tidak ada daya seperti orang
lumpuh, lemah seakan-akan mati
PERILAKU :
Korban/penderita bertingkah laku tidak sewajarnya,
misal:
1. Perilaku tidak terkontrol, misal ; bingung, mondar-
mandir, takut ( mati, kehilangan, gila )
2. Berbicara dengan nada tinggi
3. Menangis meraung – raung
4. Mudah tersinggung dan peka bila ingat trauma
5. Korban selamat mengemukakan pikiran tidak wajar :
- merasa bencana terulang kembali
- tidak dapat menerima kenyataan
- sulit berkonsentrasi
- kecewa dan frustasi
- merasa tubuh tidak berfungsi ; buta/tuli
PENATALAKSANAAN
Terhadap Penderita
o Tetap bersikap tenang, tidak terpancing kepanikan

o Memberi kesempatan ia ungkapkan perasaannya

o Mendengar dengan penuh perhatian dan pengertian

o Memberikan dukungan moral saat ia tercekam emosi ;


berikan sentuhan kasih sayang, dekapan
o Lakukan upaya relaksasi dengan cara ;

- longgarkan pakaian yang ketat


- mengatur nafas rileks
- memberi minuman, kata-kata yang menenangkan
- mengajak berdoa
o Jangan berbohong dan memberi harapan terlalu
berlebihan, jangan menyalahkan, jangan memberi
pernyataan yang membuat korban selamat semakin
merasa bersalah
o Menjawab pertanyaan korban selamat dengan penuh
keyakinan, realistis, sederhana, jelas, singkat
o Rujuk kepada dokter/psikiater, Jika ;
- upaya perorangan tidak berhasil dan cenderung
membahayakan diri dan orang lain
- Korban selamat mengalami kesulitan tidur,
gangguan mimpi buruk, menderita rasa nyeri
yang tak tertahankan, menarik diri dari
lingkungan atau muncul gagasan/ide bunuh diri
Terhadap Keluarga atau Kelompok

 Beri kesempatan setiap anggota


keluarga/kelompok untuk saling mengenal dan
mendengarkan ungkapan perasaan
 Saling memperkuat dan memberi dukungan
dari sesama anggota keluarga/kelompok
 Lakukan tindakan relaksasi sebagaimana diatas
secara bersama-sama
 Tenangkan dan bawa korban selamat ke lokasi
yang aman (posko)
STRES PASCA MUSIBAH
Gejala
Fisik : - Mimpi buruk : Mimpi yang menakutkan tentang kejadian
trauma
- Gangguan Tidur : karena mimpi buruk, sering terbangun,
sulit tidur, tidak lelap
- Gelisah, muka pucat, berdebar-debar bila ingat kembali
kejadian traumatik tersebut
Perilaku : - Kilas balik:keadaan ini dialami terus menerus dan
sewaktu-
waktu
- Mudah terkejut:mudah kaget dengan suara keras,
waspada,
sulit konsentrasi
- Merasa sedih dan putus asa : sedih karena kehilangan
keluarga, harta benda, barang dan lingkungan sosial
- Ketakutan:takut akan terulang kembali, takut teringat
kembali,
PENATALAKSANAAN
Terhadap penderita
- Membina hubungan rasa saling percaya
- Membantu mengekspresikan perasaan
- Menelusuri seberapa sering gejala muncul dan
seberapa jauh gejala tsb mengganggu kegiatan
- Membantu memahami kejadian yang dialami
- Mengajarkan teknik relaksasi
- Mengenali dan memberi tahu potensi yang dimiliki
- Rujuk kepada dokter/psikiater atau psikolog
- Kondisi korban selamat membahayakan diri dan
lingkungan
- Membutuhkan pengobatan dan perawatan
Terhadap Lingkungan Sekitar

- Menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman


- Mengurangi rangsangan dari lingkungan (stressor)
yang dapat memicu reaksi emosi terhadap bencana
- Menfasilitasi terbentuknya kelompok pertolongan
mandiri (self help group) untuk membicarakan dan
memecahkan masalah korban selamat dalam
kelompok
DIMENTIA = KEPIKUNAN
Gejala
Fisik :
 Penurunan daya ingat, mengenai hal yang baru
terjadi, misal ; lupa makan, mandi, meletak barang
 Penurunan daya pikir, misal; tidak mampu lagi
berhitung yang biasanya mudah dilakukan
 Penurunan daya nilai, misal ; sulit membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk
 Penurunan kemampuan berbahasa, misal; sulit
mencari kata-kata untuk menyampaikan pendapat
 Penurunan fungsi sehari-hari, misal ; tidak mampu
berpakaian, mencuci, memasak, dan kegiatan sehari
hari
Perilaku :
 Kehilangan kendali emosional, misal ; mudah bingung,
menangis, mudah tersinggung
 Menjadi gaduh gelisah, misal ; pencuriga dan emosi
yang meledak-ledak

Penatalaksanaan Terhadap Penderita:


 Demensia memang sering terjadi pada usia lanjut

 Jika kehilangan daya ingat yang ringan,


pertimbangkan penggunaan alat bantu atau pengingat
 Hindari penempatan penderita ditempat atau situasi
yang asing
Terhadap Lingkungan Sekitar
 Kehilangan daya ingat dan kebingungan bisa
menyebabkan problem prilaku (misalnya ; agitasi,
kecurigaan, letupan emosional) untuk itu diperlukan
pengertian dari masyarakat agar dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif
 Menfasilitasi terbentuknya kelompok pertolongan
mandiri ( self help group ) untuk membicarakan dan
memecahkan masalah korban selamat dalam
kelompok
PSIKOTIK = Perilaku Kacau
Gejala
Fisik : - Penampilan tidak terawat, badan bau, kotor
Perilaku :
- Tingkah laku kacau dan bicara tidak dimengerti
- Tertawa dan bicara sendirian
- Mondar-mandir tanpa tujuan
- Keyakianan tidak sesuai kenyataan (menganggap diri Tuhan /
ada yang ingin mencelakai ia)
- Mendegar suara atau melihat sesuatu tanpa ada sumbernya
(halusinasi)
- Gelisah dan tidak tidur berhari-hari
- Mengurung diri atau mengganggu lingkungan
PENATALAKSANAAN
Terhadap Penderita
 Membina Hubungan baik dengan memanggil nama
 Tersenyum dengan ramah
 Menerima dan memahami ia apa adanya
 Mendegarkan keluhan, jangan mengoreksi
 Gunakan kata-kata lembut, sikap tenang dan rileks
 Beri kesempatan mencurahkan perasaan dan fikiran
 Bila ia mengalami halusinasi
- jangan mendukung juga jangan membantah
- katakan “saya percaya suara itu tapi saya tidak
mendengar apa-apa
- sarankan mengalihkan halusinasi, misal ; dengan
tidak memperdulikan, melakukan kegiatan
Rujuk kepada Dokter/Psikiater, jika :

- Langkah-langkah diatas tidak dapat mengatasi


kekacauan prilaku penderita

- Perilakunya membahayakan diri dan orang lain


Terhadap Keluarga atau Kelompok
- Melibatkan keluarga dalam merawat penderita dengan
memberikan informasi dan cara-cara mengatasi
keadaan
- Mengawasi agar obat benar-benar diminum sesuai
aturan dokter, jika mendapatkan obat
- Menjauhkan benda yang berbahaya yang ada disekitar
orang tersebut (pisau, gunting, parang dll)
- Melakukan aktifitas kelompok, jika bisa dalam bentuk
berbagi rasa, olah raga, musik, permaianan

Terhadap Masyarakat Setempat


- Memberikan informasi kalau prilaku kacau tersebut
tidaklah disengaja disebabkan kondisi kejiwaannya
- Mendorong Masyarakat agar tidak mengucilkan,
mengolok-olok, memasung, membeda-bedakan
PSIKOMATIS = Gangguan Somatoform
Gejala
Fisik :
- Penampilan biasa saja
- Terlihat normal namun sering mengeluh sakit pada
bagian tubuh tertentu
- Dapat timbul gejala fisik bervariasi
- Keluhan mungkin tunggal atau multipel
Perilaku :
- Keluhan / gejala fisik yang aneh
- Sering berkunjung ke fasilitas kesehatan walaupun
hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil negatif
- Mengeluh ingin bebas dari gejala fisik walau ( - )
- Disertai depresi dan cemas yang berlebihan
PENATALAKSANAAN

Terhadap Penderita
Menerima dan memahami ia apa adanya
- Berikan saran untuk berolahraga dan aktifitas yang
menyenangkan, penderita tidak perlu menunggu
sampai semua gejala hilang untuk kembali kekegiatan
sehari-hari
- Rujuk ke Dokter/Psikiater, jika ;
- langkah-langkah diatas tidak dapat mengatasi
keluhan atau gejala yang timbul
- Perilaku mengeluh makin sering dan terlihat parah
Terhadap Keluarga atau kelompok
- Sadari bahwa keluhan penderita adalah nyata, bukan
bohong atau rekayasa
- Tanyakan tentang keyakinan penderita (apa yang
menyebabkan gejala) dan ketakutannya (apa yang ia
takutkan akan terjadi)
- Berikan keyakinan yang memadai (misalnya;nyeri
perut tidak berarti kanker)
sarankan penderita untuk tidak memusatkan perhatian
terhadap kekhawatiran tentang penyakit
- Diskusikan stres emosional yang ada ketika gejala
mulai timbul
- Metode relaksasi dapat membantu mengurangi gejala
yang berkaitan dengan ketegangan * nyeri kepala,
nyeri tengkuk atau punggung
Terhadap Masyarakat Setempat

 Memberikan informasi bahwa gejala-


gejala yang timbul bila sudah berobat 2
atau 3 kali tidak ada perubahan,
mungkin bukan penyakit fisik
 Mendorong masyarakat agar
membantu penderita untuk membawa
ke dokter ahli jiwa untuk konsultasi
Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika
Gejala
Fisik :
- Kesehatan Fisik menurun, nafas sesak
- Penampilan diri menurun, denyut jantung lambat
- Badan kurus, lemas, malas, kulit dingin
- Suhu badan tidak beraturan, nafas lambat
- Pernafasan lambat dan dangkal
- Pupil mata mengecil, mata hidung berair, menguap
- Warna muka membiru, diare, takut air malas mandi
- Tekanan darah menurun
- Kejang otot
- Kesadaran makin menurun
Perilaku :
 Membangkang pada teguran orang tua

 Semakin jarang ikut kegiatan keluarga

 Teman berubah, jarang mengenalkan teman

 Melupakan tanggung jawab rutin dirumah

 Sering pulang larut malam

 Sering kediskotik, mall

 Pola tidur berubah, pagi susah bangun

 Sikap penuh kebencian atau defensif

 Selalu kehabisan uang

 Sering mencuri uang atau menjual barang-barang

 Sering merongrong keluarga untuk minta uang dengan alasan


beli buku, bayar sekolah
- Malas mengurus diri ( tidak mau membersihkan
kamar/tempat tidur, malas mandi, sering tidur, malas
gosok gigi, kamar berantakan, malas bekerja)
- Sering tersinggung dan mudah marah
- Menarik diri dari lingkungan dan sering dikamar dan
mengunci diri
- Sering berbohong
- Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga
lainnya dibanding dengan sebelumnya
- Sekali-kali mabuk, bicara pelo, jalan sempoyongan
- Ada bekas kertas timah,bekas jarum suntik, bau obat
dikamar mandi dan kamar tidur
- Gelisah berlebihan bila tiba saatnya untuk
menggunakan Narkoba
PENATALAKSANAAN
Terhadap Penderita
Memberitahukan dengan bijak bahwa Napza bisa sangat
berbahaya bagi dirinya, keluarga dan orang lain
- Awasi siapa teman-temannya bergaul
- Periksa keadaan kamarnya, dompetnya, tas sekolah
- Rujuk kepada Dokter/psikiater, jika ;
- langkah-langkah diatas tidak dapat mengatasi
keluhan atau gejala yang timbul
- Perubahan prilakunya makin menunjukkan
perbedaan
PENATALAKSANAAN

Terhadap Keluarga atau Kelompok


- Beri Pengertian bahwa mungkin ada sesuatu yang
menyebabkan anaknya menggunakan Napza
- Berikan dukungan bahwa ketergantungan terhadap
Napza dapat disembuhkan dengan membawa
penderita ke Dokter / fasilitas kesehatan
- Berikan pengertian bahwa penderita jangan dimusuhi
dan jangan selalu disalahkan, berikan nasihat agar
dilakukan komunikasi yang lebih baik dari hati ke hati
pada saat penderita tidak mengalami sakau
PENATALAKSANAAN
Terhadap Masyarakat setempat

 Memberikan informasi kepada pihak yang


berwajib bila diketahui ada salah satu anggota
masyarakat mengedarkan Napza

 Mendorong masyarakat agar membantu


penderita untuk membawa kedokter ahli untuk
konsultasi
Bantuan Untuk penderita gangguan
kesehatan jiwa:

Gangguan kesehatan jiwa dapat diobati, apalagi


kalau diketahui sejak awal,
Perhatikan tingkah laku anggota keluarga, kalau
ada perubahan segera telusuri apakah ada
sesuatu yang menyebabkannya. Tanyakan apa
yang difikirkan atau dirasakannya.
Kalau tidak selesai, minta bantuan dokter atau
petugas kesehatan di Puskesmas
Adanya pikiran atau perasaan yang mengganggu
dapat membebani seseorang. Apabila ada yang
mau mendengarkan, berbagi rasa, berbagi cerita
lalu membantu menyelesaikannya sesuai dengan
keadaan dan kebutuhannya adalah bantuan yang
diperlukan untuk mereka yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa
Ada beberapa pihak yang dapat membantu mereka
yang mengalami masalah kesehatan jiwa, yaitu ;
1. Dokter atau perawat puskesmas dapat memberikan
obat yang sesuai dengan kebutuhan dan
mendengarkan keluhan
2. Ahli jiwa atau psikolog yang dapat membantu
dengan percakapan konseling agar orang yang
mengalami masalah tersebut menjadi lebih
mengenal dirinya dan mengerti permasalahannya.
Psikolog juga memberikan arahan untuk dapat
mencari pilihan cara menyelesaikan masalahnya
3. Dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater yang
dapat memberikan obat yang diperlukan untuk
mengatasi gangguan kesehatan jiwa selain itu
psikiater juga membantu mendengarkan keluhan
dan membahas masalahnya
4. Guru bimbingan dan konseling (guru BK) disekolah
dapat diminta bantuan untuk menolong murid sekolah
yang mengalami masalah kesehatan jiwa dalam batas
tertentu. Guru BK adalah guru yang telah
mendapatkan pendidikan /pelatihan tentang
bimbingan/konseling
5. Pekerja sosial dapat membantu mengatasi masalah
sosial yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
6. Ulama/ahli agama/ustadz/pastor/pendeta/biksu dapat
dimintai bantuannya untuk mengatasi masalah melalui
pendekatan agama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan harus segera
dirujuk ke dokter atau puskesmas jika terjadi hal-hal
sebagai berikut ;
1. Kalau dirumah ada anggota keluarga yang murung
terus menerus, menangis tak henti, tanpa penyebab
yang jelas
2. Kalau ada anggota keluarga yang mengatakan
mendengar sesuatu atau melihat sesuatu dan sangat
mempengaruhinya, disebut halusinasi
3. Kalau ada anggota keluarga yang ingin bunuh diri
atau mengancam membunuh orang lain
4. Kalau ada anggota kelurga yang gaduh gelisah,
mengamuk tanpa ada alasan yang jelas
5. Kalau ada anggota kelurga mengeluh sakit,
terganggu fungsi pekerjaan dan sosial
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga
1. Kalau disarankan rawat inap, jangan ragu untuk
mengikuti petunjuk dokter demi kesembuhan namun
jangan lupa mengunjunginya. Jangan sampai dia
merasa ditinggalkan atau disisihkan. Gangguan
kesehatan jiwa bukanlah aib yang harus ditutupi
2. Tanyakan pada dokter mengenai berapa sering dan
lama menjenguknya, apa saja yang dibicarakan dan
tidak boleh disampaikan
3. Ketika sudah kembali kerumah jangan lupa untuk
terus memberikan dukungan dan
bantuan.bangkitkan kembali rasa percaya diri
4. Beri dia kegiatan yang akan mencegah melamun
Bantuan untuk yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa
1. Sakit kepala
2. Kurang nafsu makan
3. Tidur tidak nyenyak
4. Mudah takut
5. Merasa cemas
6. Tangan gemetar
7. Pencernaan terganggu
8. Sulit berfikir jernih
9. Tidak merasa bahagia
10. Lebih sering menangis dari biasanya
11. Sulit menikmati kegiatan sehari-hari
12. Sulit mengambil keputusan
13. Pekerjaan sehari-hari terganggu
14. Tidak mampu berperan aktif dalam kehidupan
sehari-hari
15. Kehilangan minat atau gairah
16 merasa tidak berharga
17. Berfikir untuk bunuh diri
18. Selalu merasa lelah
19. Merasa tidak nyaman di perut anda
20. Mudah lelah
21. Lebih sering menggunakan alkohol/zat terlarang
22. Merasa seseorang bermaksud mencelakai anda
23. Merasa ada yang mengganggu fikiran anda
24. Mendengar suara-suara yang tidak didengar orang
lain
25. Mengalami mimpi tentang musibah atau seakan
mengalaminya kembali
26. Menghindari berbagai kegiatan, tempat,orang atau
pikiran yang mengingatkan musibat tsb
27. Kurang tertarik terhadap teman-teman atau kegiatan
sehari-hari
28. Merasa sangat sedih bila berada dalam situasi yang
mengingatkan musibah tsb
29. Sulit menghayati atau mengeluarkan perasaan
Bila jumlah jawaban “ ya “ sebanyak 5 atau
lebih dari pertanyaan 1 – 20 atau sebanyak
1 atau lebih pada pertanyaan 21- 29 maka
sebaiknya menghubungi petugas untuk
mendapatkan bantuan
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai