Ucok, 34 tahun, mudik ke kampung halaman dengan menggunakan travel dan duduk di bagian tengah.
Mobil travel yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tunggal yang menewaskan sopirnya. Pada saat
kecelakaan, kepala Ucok membentur blower AC dan kakinya terjepit bagian besi dari kursi penumpang. Saat
mengevakuasi Ucok dari dalam mobil, ucok dalam keadaan tidak sadar dan petugas polisi harus memotong
plat-plat besi yang menjepit kaki kanan Ucok. Ucok sempat sadar pada saat dibawa mobil Ambulance dan
mengeluh nyeri pada kaki kanan. Namun, Ucok kelihatan tertidur saat sampai di UGD Puskesmas rawat
inap Indralaya.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum: tidak sadar, namun bangun bila dipanggil.
Primary Survey:
- Airway: bangun bila dipanggil, mengeluarkan suara jelas namun menjerit kesakitan dan suara tambahan
tidak ada. Dokter memasangkan oksigen dengan NRM (Nonrebreathing Oxygen Face Mask), 10 liter/menit.
- Breathing: dalam batas normal
- Circulation: denyut nadi 102x/menit. Tekanan darah 130/70 mmHg. Terdapat fraktur terbuka di daerah
1/3 distal cruris dextra tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif. Dokter melakukan penatalaksanaan terhadap
sirkulasi dengan memasang IVFD dua jalur.
- Disability: Ucok terlihat tertidur, membuka mata bila dipanggil dengan lantang, menjerit kesakitan dan
tidak bisa menceritakan kronologis kejadiannya dengan benar. Ucok mampu menggerakan kedua tangan dan
kaki kiri sesuai perintah. Reflek cahaya: pupil kanan sedikit lebih lambat dari pupil kiri. Dokter melihat ada
masalah pada disability dan merencanakan pemeriksaan tambahan untuk Ucok.
- Exposure: Ada hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah parietal dextra. Tampak multiple
fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra (Crush injury)
Secondary Survey:
- Kepala: Ada hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah parietal dextra.
- Leher: trakea di tengah, JVP tidak distensi
- Thoraks: dalam batas normal
- Abdomen: dalam batas normal
- Ekstremitas: lengan dan tungkai kiri dalam batas normal, tungkai kanan: fraktur terbuka multipel pada
1/3 distal cruris dextra, tampak pecahan tulang kecil-kecil dan otot yang terkoyak pada beberapa bagian,
terlihat bengkak dan pucat, pasien mengeluh nyeri seperti tertindih benda berat, terasa kesemutan, nadi
dorsalis pedis tidak teraba.
4
Dokter merencanakan untuk merujuk ucok ke rumah sakit BARI Palembang. Dokter melakukan serangkaian
prosedur agar proses evakuasi berlangsung sesuai dengan standar.
a. Bagaimana anatomi yang terlibat pada kasus ?
Jawab :
Anatomi Kepala :
Otak merupakan salah satu organ yang teksturnya lembut dan berada dalam kepala. Adapun pelindung
otak yang lain adalah lapisan meningen, yang terdiri dari duramater, araknoid, dan piamater.
1. Tengkorak
Tengkorak merupakan kerangka kepala yang disusun menjadi dua bagian kranium yang terdiri dari
tulang oksipital, parietal, frontal, temporal, etmoid dan kerangka wajah terdiri dari tulang hidung,
palatum, lakrimal, zigotikum, vomer, turbinatum, maksila, mandibula.
2. Otak
Menurut Pearce (2009) Otak merupakan organ tubuh yang paling penting karena merupakan pusat
dari semua organ tubuh, otak terletak didalam rongga tengkorak (kranium) dan dibungkus oleh
selaput otak (meningen) yang kuat.
a) Cerebrum
b) Cerebelum
c) Batang otak
Anatomi ekstremitas inferior :
Regio Cruris dextra (Tungkai kanan bawah) terdiri 2 tulang yaitu os.fibula dan os.Tibia. Musculus di
regio cruris dibagi 3 : anterior, lateral dan posterior.
1. Vena pada regio cruris yakni
a. v. saphena magna
b. v.saphena parva.
2. Pada regio cruris di vaskularisasi oleh
a. Poplitea
b. tibialis anterior
c. tibialis posterior yang bercabang a.fibularis
3. Articulation regio cruris dan ligamen yang terkait
a. Art. Tibiofibularis dan Art. Talocruralis
4. Saraf-saraf dikulit
a. N.cutaneus surae lateralis cabang n.peraneus communis
b. N.peroneus superficialis cabang n.cutaneus communis
c. N. Saphenus cabang n.femoralis
5. Anatomi Os.Tibia dan Os. Fibula tampak anterior
a. Otot- otot
Musculus di regio cruris dibagi 3 : anterior, lateral dan posterior
Otot ventral anterior, diinervasi oleh N. fibularis profundus (N. Ischiadicus)
1) M. Tibialis anterior
2) M. Extensor hallucis longus
3) M. Extensor digitorum longus
5
4) M. fibularis (peroneus) tertius (otot yang tidak selalu ada)
b. Apa makna Ucok, 34 tahun, mudik ke kampung halaman dengan menggunakan travel dan duduk di
bagian tengah. Mobil travel yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tunggal yang menewaskan
sopirnya. Pada saat kecelakaan, kepala Ucok membentur blower AC dan kakinya terjepit bagian besi
dari kursi penumpang. Saat mengevakuasi Ucok dari dalam mobil, ucok dalam keadaan tidak sadar dan
petugas polisi harus memotong plat-plat besi yang menjepit kaki kanan Ucok. Ucok sempat sadar pada
saat dibawa mobil Ambulance dan mengeluh nyeri pada kaki kanan. Namun, Ucok kelihatan tertidur
saat sampai di UGD Puskesmas rawat inap Indralaya?
Jawab : Maknanya mengalami deselerasi dan lucid interval, dimana adanya periode sadar diantara
periode tidak sadar. Dan merupakan salah satu manifestasi dari epidural hematoma
Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera, dapat diklasifikasi penilaiannya berdasarkan skor
Glasgow Coma Scale(GCS) dan dikelompokkan menjadi (Permana, 2013), yaitu :
a) Minimal = simple head injury Nilai GCS, yaitu 15 (normal), dengan kesadaran baik, tidak
adanya tanda amnesia, pemeriksaan radiologi sebagai dasar indikasi sehingga hanya perawatan
luka dan tidak perlu adanya mondok. Pesan dari anggota keluarga adalah hanya melihat atau
observasi kesadaran seseorang yang mengalami cedera kepala.
b) Cedera Kepala Ringan (CKR) Nilai GCS yaitu 14, pasien terkesan disorientasi atau tidak
mematuhi perintah. Sedangkan nilai GCS 15 menunjukkan adanya amnesia pasca cedera selama
kurang dari 24 jam dan dapat terjadi kehilangan kesadaran selama < 10 menit, disertai adanya
gejala klinik seperti mual, muntah, sakit kepala atau vertigo. Vital sign dalam batas normal, tidak
adanya defisit neurologi pada pemeriksaan radiologis seperti foto schedel, head CT scan. Hal ini
pasien mondok untuk observasi akan adanya lucid interval, dimana kesadarannya semakin
menurun atau dapat ditemukan lateralisasi dengan diikuti GCS selama setiap 30 menit, pupil,
defisit neurologi.
c) Cedera Kepala Sedang(CKS) Nilai GCS yaitu 9-13, terjadi kehilangan kesadaran selama > 10
menit tetapi < 8, terjadi kehilangan kesadaran > 6 jam atau terjadi amnesia pasca cedera selama
>7 hari jam, dan ditemukan defisit neurologis disertai cedera multipel selama adanya gangguan
cerebral diikuti oleh gangguan sistemik yang mempunyai survey primer dan riwayat SAMPLE.
HCTS adalah 40℅ massa intrakranial (hematom), midline shift > 5 mm atau hematom > 25 cc
dan tindakan operasi segera 60℅ massa intrakranial (hematom), midline shift < 5 mm atau
hematom < 25 cc terapi konvensional. (American College of Surgeons Committee on Trauma,
2018).
7
e. Apa saja klasifikasi trauma musculo skletal ?
Jawab :
1) Trauma ekstremitas dengan potensi ancaman nyawa
a) Perdarahan arteri besar
b) Crush syndrome (Rabdominalis Traumatik
2) Trauma mengancam ekstremitas
a) Patah tulang terbuka dan trauma sendi
b) Cedera vaskular, termasuk amputasi
c) Traumatik sindrom kompartemen
d) Cedera syaraf akibat fraktur dislokasi
3) Trauma ekstremitas lain
a) Kontusio dan laserasi
b) Trauma sendi
c) Fraktur
8
yakni kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
b) Fraktur terbuka (open fracture)
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within) atau dari luar (fromwithout)
c) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur yang disertai komplikasi misalnya mal-union, delayed union, non-union (tidak terjadi
tautan) , serta infeksi tulang.
3) Fraktur berdasarkan penilaian radiologis
Yakni penilaian lokalisasi/letak fraktur, meliputi: diafisial, metafisial, intraartikular, dan fraktur
dengan dislokalisasi. Klasifikasi radiologis berdasarkan sudut patah yakni:
a) Fraktur transversal: fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ketempatnya semula,
maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan bidai gips.
b) Fraktur kominutif: (tulang pecah menjadi beberapa fragmen ) serpihan-serpihan atau
terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang
c) Fraktur oblik: fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak
stabil dan susah untuk diperbaiki.
d) Fragtur segmental: dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya
segmen sentral dari suplai darahnya.
e) Fraktur impaksi/fraktur kompresi (brust fracture): (sebagian fragmen tulang masuk ke dalam
tulang lainnya) terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang berada diantaranya. Misal
pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebrae ini dapat
didiagnosis dengan radiogram.
f) Fraktur spiral: timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini khas pada cedera terputar
sampai tulang patah.
9
Kecelakaan mobil → Kaki terjepit kursi penumpang Kecelakaan mobil → trauma langsung → jaringan
tidak kuat/ tidak dapat menahan kekuatan dari luar → fraktur → kerusakan kontinuitas tulang →
kelemahan/ ketidaknormalan mobilitas dan krepitasià fraktur terbuka cruris dextra.
j. Bagaimana cara melakukan initial assesment pada pasien trauma ? Jawab : Initial assessment adalah
suatu bentuk penilaian dan pengelolaan awal kondisi korban/pasien yang dilakukan secara cepat dan
tepat. Tahapan initial assessment adalah sebagai berikut:
1) Primary survey
Primary survey yaitu melakukan penanganan airway, breathing, circulation, disaabiliy, exposure
dan resusitasi. Pada saat melakukan primary survey yang dicari adalah keadaan yang mengancam
nyawa, dan apabila menemukan maka harus dilakukan resusitasi.
a) Airway maintenance: mengecek jalan napas dengan tujuan menjaga jalan napas disertai
dengancervical spone protectin (kontrol servikal)
b) Breathing dan oxygenation: mengecek pernapasan dengan tujuan mengelola pernapasan agar
oksigenasi adekuat
c) Circulation: mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan
d) Disability: pemeriksaan neurologis singkat
e) Exposure: environmental control (dengan kontrol lingkungan), buka baju penderita tapi cegah
hipotermia.
2) Secondary survey
Secondary survey merupakan pemeriksaan secara lengkap dan teliti yang dilakukan dari ujung
rambut sampai ujung kaki dan dari depan hingga belakang. Secondary survey dilakukan setelah
kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok mulai
membaik. Tahapan secondary survey adalah sebagai berikut:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik, yang terdiri Head to Toe dan Revie of sistem. Teknik pemeriksaan fisik
terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
c) Tambahan terhadap secondary survey: pemeriksaan tambahan seperti foto thoraks, CT-scan,
USG, EKG, endoskopi dan lain-lain
10
d) Re-evaluasi penderita
e) Transfer ke pelayanan defenitif.
11
Suara tambahan tidak ada: Tidak ada obstruksi jalan nafas.
Reflek cahaya: pupil kanan sedikit lebih lambat dari Pupil tidak melebar, Anisokor
pupil kiri reflex cahaya tidak
lambat
5. Exposure
- Ada hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah parietal dextra, (fraktur
parietal dextra disertai perdarahan epidural)
- Tampak multiple fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra (Crush injury) (Fraktur pada
bagian cruris dextra)
12
Kepala membentur blowe AC → trauma kapitisàterjadi perdarahan pada intracranial (EDH) → volume
intracranial meningkat → peningkatan tekanan intracranial → Peerfusi otak menurun → tidak sadar,
namun bangun bila dipanggil.
Primary survey:
Ekstravasasi darah ke scalp → Terjadi benturan/trauma di kepala (coup-contrecoup) → Trauma kapitis
→ Terjadi perdarahan intracranial (EDH) → Vol intracranial ↑ → Peningkatan tekanan intracranial →
Penekanan pada N.II → Pupil anisokor
Fraktur
Kecelakaan mobil → Kaki terjepit kursi penumpang Kecelakaan mobil → trauma langsung →
jaringan tidak kuat/ tidak dapat menahan kekuatan dari luar → fraktur → kerusakan kontinuitas tulang
→ kelemahan/ ketidaknormalan mobilitas dan krepitasià fraktur terbuka cruris dextra (Sjamsuhidajat,
2017).
13
1) Chin-lift dan Jaw trust manuver untuk mengangkat lidah yang jatuh (apabila terdengar
suara nafas tambahan berupa snooring)
2) Suction cairan atau darah apabila terdapat perdarahan dan terdengar suara tambahan berupa
grugling.
3) Orophringeal aiway (OPA), Membantu ventilasi dengan menahan lidah yang jatuh
kebelakang, menutup jalan nafas.
4) Epiglotis dan supraglotis device
5) Devinitive airway
a) Intubasi Endotrakea
b) Crichotyroidectomy
c) Trakeostomi (American College Of Surgeons Commitee On Trauma, 2008)
e. Bagaimana cara mengevaluasi primary survey breathing?
Jawab : Lakukan penilaian dan periksa dengan cepat: Look-Listen-Feel (LLF).
1) Look
a) Adakah luka terbuka, memar.
b) Periksa frekuensi pernapasan
c) Apakah simetris kanan kiri?
d) Gerakan kedua hemithoraks: apakah ada yang tertinggal?
2) Listen
a) Auskultasi: bandingkan kedua hemithoraks.
b) Vesikuler menurun/hilang : apakah hemotoraks atau pneumotoraks?
3) Feel
a) Palpasi: emfisema subkutan, nyeri, fraktur sternum.
b) Perkusi: sonor, hipersonor, redup, atau pekak. (ATLS, 2018)
1) Laju nafas → tidak ada lagi hambatan saluran pernafasan, Atau pun sesak dll.
2) ABG (Arterial Blood Gases)
3) Pulse oxymetry → suatu sensor yang diletakan pada ujung jari atau cuping telinga dan
kemudian mengukur saturasi oksigen (American College of Surgeons Committee on
Trauma, 2018).
14
2) Nadi.
3) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
4) Mengetahui sumber perdarahan internal
5) Tekanan darah
15
j. Bagaimana prinsip penanganan pada primary survey breathing?
Jawab :
1) Oksigenasi (10-12 L/mnt)
Pakai masker
2) Ggn gerak dinding dada karena nyeri (kontusio/fraktur)
Analgesik
3) Pneumotoraks, hemotoraks
Chest-tube + Water Shield Drainase (WSD)
4) Khusus Tension Pneumotoraks
d) Neddle decompressi → chest-tube + WSD
n. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada pemasangan alat bantu oksigen?
Jawab : Indikasi Menurut Standar Keperawatan ICU KEMENKES RI (2010), indikasi terapi oksigen
adalah :
a. Pasien hipoksia
16
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.
o. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada pemasangan IVFD dua jalur?
Jawab :
1) Indikasi
a) Menggantikan kehilangan volume cairan ekstraseluler
b) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Memperbaiki gangguan elektrolit atau asam-basa yang ada
d) Menyediakan sumber glukosa
2) Kontraindikasi
a) Metabolisme hiperkloremik
b) asidosis, hipertensi yang memburuk
c) Hyponatremia
d) Hypernatremi
e) Kelebihan cairan
p. Pemeriksaan tambahan apa yang akan dilakukan dokter pada Ucok? Jawab : CT-scan (cedera kepala)
dan Foto polos (cedera cruris) (Helmi, 2017)
SECONDARY SURVEY
a. Bagaimana interpretasi Secondary Survey?
Jawab :
Kasus Interpretasi
Kepala : Ada hematom berdiameter 4 cm dan krepitasi di daerah Fraktur cranium – cedera kepala
parietaldextra sedang
17
Ekstremitas: Sindrom kompertemen et causa fraktur
terbuka1/3 distal cruris dextra derajat
Lengan dan tungkai dalam batas normal, tungkai kanan: fraktur
IIIC
terbuka multiple pada1/3 distal cruris dextra, tampak pecahan
tulang kecil-kecil dan otot yang terkoyak pada beberapa bagian,
terlihat bengkak dan pucat, pasien mengeluh nyeri seperti
tertindih benda berat, terasa kesemutan, nadi dorsalis pedis tidak
teraba.
Ekstremitas
Kecelakaan mobil → Kaki terjepit kursi penumpang Kecelakaan mobil → trauma langsung →
jaringan tidak kuat/ tidak dapat menahan kekuatan dari luar → fraktur → kerusakan kontinuitas
tulang → kelemahan/ ketidaknormalan mobilitas dan krepitasià fraktur terbuka cruris dextra →
kerusakan otot sekitar → merangsang pelepasan mediator inflamasi → mensensitisasi
nociceptor otot → spasme otot → tekanan kapiler meningkat → pelepasan histamin bradikinin
→ protein plasma menghilang → edema → terjadi terus menerus → terbentuk jaringan parut
yang menjebak otot, tulang, saraf dan pembuluh darah → pengembangan tekanan
kompartemen → darah tidak bisa beredar ke otot dan saraf untuk memasok oksigen dan nutrisi
→ nyeri, kesemutan, nadi dorsalis pedis tidak teraba, pucat → Sindrom Kompartemen
(Sjamsuhidajat, 2017).
4. Dokter merencanakan untuk merujuk ucok ke rumah sakit BARI Palembang. Dokter melakukan
serangkaian prosedur agar proses evakuasi berlangsung sesuai dengan standar.
a. Bagaimana standar prosedur untuk melakukan proses evakuasi ?
Jawab :
1) Panggil semua korban yang dapat berjalan, dan perintahkan pergi kesuatu tempat.
a) Semua korban ditempat ini dapat kartu Hijau
b) korban yang tidak dapat berjalan, tahap berikut
2) korban yang tidak dapat berjalan, nilai respirasi (R)
a) Tidak bernafas buka airway
Tetap tidak bernafas : Hitam
Bila kembali bernafas : Merah
b) bernafas spontan
> 30 x / menit : Merah
< 30 x / menit : tahap berikut
19
CARA DIAGNOSIS
Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Primary Survey: Secondary Survey:
DIAGNOSIS BANDING
1) Cedera Kepala sedang (fraktur parietal dextra) dengan EDH + Sindroma kompartemen ec fraktur
terbuka 1/3 distal cruris dextra
2) Cedera kepala sedang (fraktur parietal dextra) dengan SDH + Sindroma kompartemen ec fraktur
terbuka 1/3 distal cruris dextra
3) Cedera Kepala ringan (fraktur parietal dextra) dengan EDH + Sindroma kompartemen ec fraktur
terbuka 1/3 distal cruris dextraCedera kepala sedang dengan perdarahan subdural dan fraktur 1/3 distal
cruris dextra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
Hematoma epidural derajat sedang ec. Trauma tumpul dan fraktur terbuka 1/3 distal cruris dextra disertai
sindrom kompartemen.
TATALAKSANA
20
Algoritma untuk tatalaksana cedera kepala sedang
Diperlukan evaluasi bedah saraf
1. Penatalaksanaan awal
a. Survei primer dan resusitasi
b. Siapkan dirujuk ke fasilitas bedah saraf untuk evaluasi diagnosa dan manajemen
c. Pemeriksaan neurologis terfokus
d. Survei sekunder dan riwayat AMPLE
2. Diagnostik
a. Ct scan semua kasus evaluasi dengan seksama adanya cedera lain
b. Pemeriksaan laboratorium preoperasi lengkap dan sinar X
3. MGMT Sekunder
a. Lakukan pemeriksaan serial
b. Pertimbangkan pemeriksaan Ct scan 12-18 jam berikutnya
4. Disposisi
a. Ulangi Ct scan secepatnya bila ada perburukan dan tatalaksana sebagai cedera otak berat
(10%)
b. Boleh pulang dengan pengaturan waktu kontrol dan evaluasi neuropsikologis jika GCS
sudah stabil 15 (90%)
b) Cedera Cruris 1/3 distal cruris dextra
1. Profilaksis antibiotik (Amoxcicilin 3x500 mg)
2. Debridemen dan fasiotomi
21
3. Stabilisasi dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi eksterna
4. Penundaan penutupan
5. Penundaan rehabilitasi
c) Sindrom Kompartemen
Intervensi bedah
(American College of Surgeon Committee on Trauma, 2012 : 250)
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
KOMPLIKASI
Cedera kepala:
1) Secara fisik (Disfasia, hemiparesis, palsi saraf cranial) maupun mental (gangguan kognitif, perubahan
kepribadian)
2) Kebocoran cairan serebrospinal
3) Epilepsi pascatrauma, amnesia pascatrauma yang lama, fraktur depresi kranium dan hematom
intrakranial.
4) Hematom subdural kronik.
5) Sindrom pasca concusio
Komplikasi Fraktur :
1) Syok, terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang
menyebabkan menurunnya oksigenasi.
2) Kerusakan arteri karena trauma yang ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT yang menurun, sianosis
bagian distal, hematoma yang besar, serta dingin pada ekstremitas
3) Sindrom kompartemen
4) Sepsis
5) Crush Syndrome
6) Kematian apabila tidak segera ditatalaksana dengan baik dan tepat
NNI
22
Jawab : Qs. Al-Baqarah: 153
Qs. At-taghabun 11
Artinya :
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi pentuk pada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.
Kesimpulan
Ucok, 34 tahun dibawa ke UGD puskemas Indralaya karena mengalami cedera kepala sedang et causa
hematoma epidural dengan disertai fraktur parietal dextra, fraktur terbuka derajat III B pada 1/3 distal
cruris dextra dan sindrom kompartemen.
Kerangka Konsep
Kecelakaan mobil
Terjepit kaki
Membentur blower penumpang
ac
Rusak PD
aerteri Fraktur cranium edema
meningeal
-Nyeri
-Kesemutan
Darah Krepitasi di daerah
parietal -Pucat
memenuhi
epidural -Nadi dorsal pedis
tidak teraba
hematoma
Sindrom
kompartemen