PENDAHULUAN
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan Spesifik :
1
Pemeriksaan Laboratorium :
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d L,
Kreatinin 3,1 mg/d L.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tessa Maretha
Fransiska Delvia
3
3. Izin saat akan keluar ruangan
4. Dilarang membawa makanan dan minuman saat proses tutorial
berlangsung
“Panas Membara”
Tn. Roy, berusia 30 tahun, dating ke praktek dokter dengan keluhan demam sejak
4 hari yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi pada sore
hari dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil. Tn. Roy juga
mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata tampak kuning.
BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit. Tn. Roy sebelumnya baru pulang
mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan Spesifik :
Pemeriksaan Laboratorium :
4
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d L,
Kreatinin 3,1 mg/d L.
5
serum akibat dari cedera jaringan, karena itu
konsentrasinya dalam serum dapat meningkat pada
penyakit infark atau miokard atau kerusakan akut pada
sel-sel hati
SGPT : Enzim yang normalnya dijumpai dalam serum dan
jaringan tubuh terutama pada hati, enzim ini dilepaskan
ke dalam serum sebagai basil cedera jaringan, karena itu
konsentrasinya dalam serum dapat meningkat pada
pasien dengan kerusakan sel inti yang akut.
6
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d
L, Kreatinin 3,1 mg/d L.
Hepar
7
Hepar adalah organ yang sangat penting untuk mengatur metabolisme
tubuh. Fungsi hepar bagi sistem pencernaan di antaranya adalah sekresi
garam empedu yang membantu mencerna dan mendigesti lemak. Fungsi
lain hepar yaitu, memetabolisme nutrisi setelah diabsorbsi oleh traktus
digestivus; detoksifikasi tubuh; mensintesis plasma protein; menyimpan
glikogen, lipid, besi, dan vitamin; mengaktivasi vitamin D; mengeleminasi
bakteri dan mendegradasi eritrosit tua; mensekresi hormon trombopoietin,
hepsidin, dan insulin-like growth factor;memproduksi protein inflamasi
fase akut; dan mengekskresi kolesterol serta bilirubin (Sherwood, 2010).
Hepar mensintesis juga memproses substansi-substansi yang
kemudiandisalurkan ke organ tubuh lain. Oleh karena itu, disiplin biokimia
tergantung oleh reaksi metabolik yang terjadi di hepar. Hepar berfungsi
sebagai organ penyimpanan vitamin, dengan kuantitas terbanyak adalah
vitamin A, D, dan B12. Selain itu, hepar juga menyimpan besi dalam
bentuk feritin dan mensintesis substansi-substansi yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah. Hepar memiliki kemampuan detoksifikasi obat
dan hormon, termasuk sulfonamid, penisilin, ampisilin, eritromisin,
tiroksin, dan hormon steroid (Guyton dan Hall, 2006).
Unit fungsional hepar adalah hepatosit, yang berbentuk polihedral besar,
dengan enam atau lebih permukaan, dan berdiameter 20-30 µm. Hepatosit
memiliki inti sferis besar dengan nukleolus. Sel-sel tersebut sering
memiliki dua atau lebih nukleolus dan sekitar 50% darinya bersifat
polipoid, dengan 2,4,8, atau melebihi jumlah kromosom diploid normal.
Inti polipoid ditandai dengan ukuran yang lebih besar, yang proporsional
dengan sifat ploidnya. Permukaan setiap hepatosit berkontak dengaan
dinding sinusoid melalui celah Disse dan dengan permukaan hepatosit lain.
Di tempat dua hepatosit berkontak terbentuk suatu celah tubular di antara
kedua sel ini yang disebut kanalikulusbiliaris (Mescher, 2011).
8
Dari kanalikuli, empedu dialirkan ke duktulus empedu dan duktus empedu.
Duktus empedu bergabung dan membentuk duktus hepatikus dekstra dan
sinistra dan bergabung keluar dari hepar dalam duktus hepatikus komunis.
Sinusoid adalah kapiler yang sangat permeabel, menerima darah
teroksigenasi dari cabang-cabang arteri hepatika dan arah mengandung
nutrisi dari vena porta hepatika. Pada sinusoid juga terdapat sel Kupfer
yang mendestruksi eritrosit dan leukosit tua, bakteri, dan benda asing
lainnya (Tortora dan Derrickson, 2012).
Ren
Lokasi :
Fungsi :
Arteri :
Arteri renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-
masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima Arteria
segmentalis yang masuk ke dalam hilus renalis, empat di depan dan satu di
9
belakang pelvis renalis. Arteri-arteri ini mendarahi segmen-segmen atau
area yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari masing-masing asteria
segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramis medullae
renalis. Sebelum masuk substansia renalis setiap arteria lobaris
mencabangkan dua atau tiga arteria interlobaris. Arteriae interlobares
berjalan menuju cortex dan medulla renalis, arteriae interlobares
mencabangkan arteriae arcuatae yang melengkung di atas basis pyramidis
medullae. Arteriae arcustae mencabangkan sejumlah arteriae interlobulares
yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus
merupakan cabang –cabang arteriae interlobulares.
Vena :
Vena renalis keluar dari hilus di depan arteria renalis dan bermuara ke vena
cava inferior.
Aliran limfe
Persyarafan:
10
3. Demam remitten : demam yang suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu normal, perbedaan suhu 2 derajat celcius.
4. Demam intermitten : demam yang suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam sehari.
5. Demam kontinyu : demam yang suhunya bervariasi sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari 1 derajat.
6. Demam siklik : demam yang kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu tubuh seperti semula.
(Nelwan, 2009)
Pada kasus ini demam yang terjadi pada Tn. Roy merupakan demam
intermiten karena pada saat demam berlangsung terjadi penurunan suhu
badan yang normal selama beberapa jam dalam sehari.
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
1) Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan
demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis,
appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis,
meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan
lain-lain . Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam
antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam
chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang
pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis,
criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya
11
menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis.
2) Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang
terlalu tinggi,keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,
systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit
Hodgkin, Limfoma non- hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-
obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-
anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari
pemberian imunisasi selama ±1-10 hari.al lain yang juga berperan
sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem
saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera
hipotalamus, atau gangguan lainnya (Sudoyo, 2009).
12
pada mekanisme ini, ditimbulkannya menggigil untuk mempercepat
produksi panas. (Jurnal FKUI)
e. Apa makna demam hilang timbul ?
Jawab :
Maknanya demam yang dialami oleh Tn. Roy merupakan demam
intermitten. Dimana hal tersebut disebabkan akibat demam yang
dialaminya bersifat kuartan, yakni terjadi dalam 72 jam. Massa tunas
intrinsic berakhir dengan timbulnya serangan pertama (First Attack). Tiap
serangan terdiri atas beberapa serangan demam yang timbulnya periodic,
bersamaan dengan sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga tergantung
dengan jumlah parasite (Cryogenic level, fever threshold). Berat infeksi
pada seseorang ditentuksn dengan hitung parasite (Parasite Count) pada
sediaan darah. (Widoyono, 2008)
f. Apa saja kemungkinan penyakit yang dialami oleh Tn. Roy ?
Jawab : Jenis-Jenis penyakit yang memiliki manifestasi klinik demam
tinggi meliputi :
1. Infeksi Bakteri
Pneumonia, Bronkitis, Osteomyelitis, Appendisitis, Tuberculosis,
Bakteremia, Sepsis, Bakterial Gastroenteritis, Meningitis, Ensefalitis,
Selulitis, Otitis Media, Infeksi Saluran Kemih, dan lain-lain.
2. Infeksi Virus
H5N1
3. Infeksi Jamur
Coccidioides Imitis, Criptococcosis, dan lain-lain
4. Infeksi Parasit
Malaria, Toksoplasmosis, dan helmintes
(Harijanto, 2014)
13
2) Tn. Roy juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata
tampak kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit.
a. Apa kemungkinan penyebab Tn. Roy mengeluh badan terasa lemah, wajah
pucat dan mata tampak kuning, BAK warna kuning dan jumlahnya sedikit
? Jawab :
1) Penyebab badan terasa lemah dan wajah pucat pada kasus terjadi
karena infeksi akibat suatu parasit. Parasit ini menginfeksi sel darah
merah (eritrosit) sehingga eritrosit akan pecah. Sel darah merah
berfungsi untuk membawa dan mengedarkan oksigen dan nutrisi ke
seluruh bagian tubuh, apabila terjadi pemecahan eritrosit yang cukup
banyak akibatnya prefusi aliran darah ke organ non vital seperti kulit
dan otot berkurang sehingga otot kekurangan nutrisi dan oksigen yang
menyebabkan tanda klinis badan terasa lemah dan wajah pucat
(Guyton dan Hall, 2008).
2) Penyebab mata tampak kuning dan BAK warna kuning serta jumlahnya
sedikit terjadi karena pecahnya sel darah merah (eritrosit) akibat infeksi
yang disebabkan oleh parasit. Sel darah merah yang pecah akan
menghasilkan bilirubin indirect kemudian diikat oleh albumin, lalu
bilirubin masuk ke sel hepar kemudian dikonjugasi menghasilkan
bilirubin direct yang akan diekskresikan ke empedu lalu ke usus
sehingga memberi warna pada feses dan sebagian ke ginjal sehingga
memberi warna kuning kecoklatan pada urin. Apabila terjadi
pemecahan eritrosit yanag cukup banyak maka produksi bilirubin
meningkat. Hal ini diperburuk juga oleh parasit yang menyerang hepar
yang mengakibatkan hepar tidak dapat bekerja maksimal dalam
mengeluarkan bilirubin sehingga bilirubin menumpuk didarah yang
menyebabkan tanda klinis mata tampak kuning dan BAK warna kuning
serta jumlahnya sedikit (Silbernagl, 2017).
14
b. Apa saja penyakit dengan keluhan BAK berwarna kuning dan jumlahnya
sedikit ?
Jawab :
1) Hepatitis
Dimana pada penderita hepatitis dapat dikenali dengan gejala satu
sampai lima hari sebelum kekuningan pada kulit muncul, air kencing
berwarna kuning kecoklatan (seperti teh). Tinja menjadi pucat. Warna
putih pada mata akan berwarna kekuningan yang diikuti kekuningan
pada kulit. Enzim hati (SGOT, SGPT, dan Gamma GT akan meningkat
pada pemeriksaan laboratorium) (Widoyono, 2008).
2) Sirosis Hati
Sirosis hati adalah suatu kondisi di mana hati tidak berfungsi dengan
baik karena kerusakan jangka panjang. Kerusakan ini ditandai dengan
penggantian jaringan hati normal dengan jaringan parut .Biasanya,
penyakit ini berkembang perlahan selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.Sejak awal, seringkali tidak ada gejala. Ketika
penyakitnya memburuk, seseorang mungkin menjadi lelah, lemah,
gatal, mengalami pembengkakan di kaki bagian bawah,
mengembangkan kulit kuning, mudah memar, memiliki cairan
menumpuk di perut, atau mengembangkan pembuluh darah seperti
laba-laba pada kulit. Penumpukan cairan di perut dapat terinfeksi
secara spontan. Komplikasi serius lainnya termasuk ensefalopati
hepatik, perdarahan dari vena yang melebar di esofagus atau vena
lambung yang melebar, dan kanker hati. Ensefalopati hepatik
menyebabkan kebingungan dan dapat menyebabkan ketidaksadaran.
15
Badan lemah, wajah pucat
Mata kuning
Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan
post hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke
pembuluh darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau
organ tubuh lainnya. Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat
jaringan ikat longga sehingga mata tampak kuning. (Harijanto, 2014)
16
berwarna kekuningan (Sherwood, 2014) Dan juga karena ada pembentukan
senyawa urubilinogen yang membuat warna kuning (Price&Wilson,2005).
Sedangkan untuk mechanism terjadinya volume urin yang sedikit, yaitu
terjadinya glomerulonephritis. Hal ini disebabkan adanya jumlah bilirubin
yang tinggi pada darah, hal tersebut menandakan bahwa sel darah merah
banyak yang mengalami lisis akibat infeksi, ini menyebabkan jumlah
plasma dalam darah juga berkurang yang menyebabkan tekanan darah
glomerulus mengalami penurunan, tekanan darah glomerulus mengalami
penurunan, maka laju filtrasi glomerulus (LFG) juga mengalami
penurunan, kalau LFG turun maka jumlah urine yang dikeluarkan juga
mengalami penurunan (Sherwood, 2014).
17
4) Tetanus Neonatorium
5) Demam Tifoid
6) Kusta
7) Pes
8) Antraks
9) Leptospirosis
Infeksi Virus :
1) DBD
2) Chikungunya
3) Campak
4) Hepatitis
5) Rabies
6) HIV-AIDS
7) Varisela
8) Flu Burung
9) SARS
10) Polio
Infeksi Parasit
1) Malaria
2) Penyakit Cacing
3) Filariasis
1) Diare
2) Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
3) Penyakit Menular Seksual (PMS)
(Widoyono, 2008)
18
4) Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38.3oC
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : palmar pucat
19
c. Bagaimana interpretasi abnormal dari pemeriksaan spesifik ?
Jawab :
Konjungtiva Anemis = Abnormal
(Normal Konjungtiva non anemis pucat)
Sklera Ikhterik = Abnormal
(Normal Sklera non ikhterik kuning)
Jantung dan paru dalam batas normal Abdomen
Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba = Normal
Palmar pucat = Abnormal
Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan
post hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke
pembuluh darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau
20
organ tubuh lainnya. Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat
jaringan ikat longga sehingga mata tampak kuning.
Akral dingin
5) Pemeriksaan Laboratorium :
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d
L, Kreatinin 3,1 mg/d L.
21
No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi
Laboratorium
1. Darah rutin
2. Kimia darah
22
4) SGPT dan SGOT abnormal (tinggi) : terjadi kerusakan parenkim hati
akut.
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
23
1. Darah rutin
2. Kimia darah
5. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan rapid test malaria dinyatakan positif. Sedangkan pada
pemeriksaan apus darah tebal, ditemukan Plasmodium Falciparum (+)
stadium tropozoit dan gametosit (Widoyono, 2008).
1. Malaria:
24
punggung, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang demam
ringan, anoreksia, sakit perut, diare ringan dan kadang-kadang dingin.
b) Periode panas: penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap
tinggi
25
Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia dan lain-lain, malaria
telah dapat diberantas. Hanya Plasmodium falcifarum yang dapat
menyebabkan malaria berat. Selain P falcifarum malaria berat dapat juga
disebabkan P Vivax dan P knowlesi. Malaria berat terutama malaria
serebral yang merupakan komplikasi terberat yang sering menyebabkan
kematian. (Harijanto, 2014).
2. Demam Tifoid
Demam lebih dari 7 hari. Keluhan berupa diare, anoreksia, atau batuk. sakit
kepala, nyeri tulang, sakit perut (diare obstipasi), lidah kotor, bradikardi
relatif, reseola, leukopenia, limfositosis relatif, dan aneosinofilia.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya salmonella dalam darah melalui
kultus. Karena isolasi salmonella relative sulit dan lama, maka pemeriksaan
serologi widal untuk mendeteksi antigen O dan H sering digunakan sebagai
alternative. Titer kurang > 1/40 dianggap positif demam tifoid.
3. Demam Dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala,
nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan
jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hemotokrit pada demam
berdarah dengue, tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti
dengue positif.
4. Leptospirosis ringan
26
5. Hepatitis
Satu sampai dua minggu sebelum gejala ikterik ( kekuningan pada kulit )
terjadi demam sedang, anoreksia, mual,muntah dan gejala tidak khas
lainnya. Satu sampai lima hari sebelum kekuningan pada kulit muncul, air
kencing berwarna kuning kecoklatan (seperti teh). Tinja menjadi pucat.
Warna putih pada mata akan berwarna kekuningan yang diikuti kekuningan
pada kulit. Enzim hati (SGOT, SGPT, dan Gamma GT akan meningkat
pada pemeriksaan laboratorium) (Widoyono, 2008).
27
penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa,
atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky.
2. Tes antigen
Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein II mendeteksi antigen dari
P.falciparum dan antigen terdapat LDH (Laktate Dehydrogenase) yang
terdapat pada plasmodium lainnya. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes
cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi specifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat sedikit jumlahnya.Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah 2
minggu terjadinya infeksi dan menetap 3-6 bulan.
4. Tes diagnosis molekular
Pemeriksaan ini sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spensifitasnya tinggi.
Termasuk dalam tes ini: PCR, LAMP, dll (Harijanto,2014)
28
Jawab :
Penatalaksanaan pada kasus dapat menggunakan dua metode tata laksana.
1. Secara non-farmakologis (Upaya Pencegahan)
Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat
yaitu:
1) Mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah
endemik,
2) Mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena mampu
memberantas bentuk gametosit.
3) Pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis
malaria.
4) Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularnya
dengan menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan
sarang-sarang nyamuk Anopheles.
5) Menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu
jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada malam hari
pada kulit badan jika berada di luar rumah pada malam hari.
(Soedarto, 2008).
2. Secara Farmakologis
1) Malaria tanpa Komplikasi
29
Malaria Vivax DH3+P3+PQ14 Q7 + PQ14
Lama Baru
30
3) Pengobatan Malaria Falciparum Lini Kedua
31
Hipoglikemi merupakan salah satu komplikasi dari malaria berat. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan metabolik dari parasit telah menghabiskan
cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada
penderita dengan keadaan umum yang berat ataupun penurunan
kesadaran. Penyebab terjadinya hipoglikemi yang paling sering ialah
karena pemberian terapi kina (dapat terjadi 3 jam setelah infus kina).
Penyebab lainya ialah kegagalan gluconeogenesis pada penderita dengan
ikterik, hiperparasitemia oleh karena parasite mengkonsumsi karbohidrat,
dan pada TNF-α yang meningkat. Hipoglikemi dapat pula terjadi pada
primigravida dengan malaria tanpa komplikasi. Hipoglikemia kadang-
kadang susah diobati dengan cara konvensionil, disebabkan hipoglikemia
yang presisten karena hiperinsulinemia akibat kina. Mungkin dengan
pemberian diazoksida dimana terjadi hambatan sekresi insulin merupakan
cara pengobatan yang dapat dipertimbangakan (Harijanto, 2010).
2) Malaria Serebral
4) Kelainan Hati
32
yang berat karena P. falsiparum sering penderita de:asa halini karena
hemolisis, kerusakan hepatosit. terdapat pula hepatomegali,
hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan peningkatan
ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. ganggguan fungsi hati
dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat,gangguan metabolisme
obat. (Departemen Parasitologi FKUI. 2008).
15) NNI
1. HR. Muslim No. 2575
“Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak
Adam, sebagaimana alat panas besi mampu menghilangkan karat”.
2. Surat Asy-Syu'ara' Ayat 80
33
ْ َوإِذَا َم ِر
ِ ضتُ فَ ُه َو يَ ْش ِف
ين
2.7 Hipotesis
Tn. Roy, 30 tahun mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, mengeluh demam
hilang timbul, disertai menggigil karena mengalami malaria e.c. infeksi
plasmodium falciparum.
Gigitan Nyamuk
Plasmodium Masuk Ke
Pembuluh Darah
34
Sel Hepar Terinfeksi
Siklus Extra-Eritrosistik
Schizon Pecah
Menghasilkan Merozoid
Reaksi Inflamasi
35
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Hal : 6
Guyton & Hall. 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Edisi 12. Hal :
829-830
Harijanto, P N. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Interna
Publishing
Ismoedijanto. 2000. Demam Pada Anak, Sari Pediatri Vol.2, pp. 103-108
Jurnal Institut Nasional. Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal. 23 April
2014
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
36
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. EGC :
Jakarta.
Nelwan. 2009. Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam Ilmu Penyakit Dalam 6th ed.
Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Staf Pengajar Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 2008. Buku Ajar
Sugiarti, DS. 2014. Harga Normal Data Laboratorium dan Data Klinik.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Edition.
37