Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Infeksi adalah blok ke-7 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Di dalam blok ini diajarkan mengenai
prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar, khususnya di bidang sistem pertahanan
tubuh sebagai dasar keilmuan yang diperlukan dalam pemahaman ilmu
kedokteran serta konsep penyakit yang diakibatkan oleh adanya infeksi virus,
bakteri, jamur, maupun parasit. Studi kasus skenario tutorial A di blok VII ini
memaparkan kasus Tn. Roy, berusia 30 tahun, dating ke praktek dokter dengan
keluhan demam sejak 4 hari yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul,
paling tinggi pada sore hari dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai
menggigil. Tn. Roy juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan
mata tampak kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit. Tn. Roy
sebelumnya baru pulang mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik :

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital : TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38.3oC

Pemeriksaan Spesifik :

Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik

Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : datar, lemas, hepar lien tidak teraba

Ekstremitas : palmar pucat

1
Pemeriksaan Laboratorium :

Darah rutin : Hb : 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3

Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d L,
Kreatinin 3,1 mg/d L.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Budi Utama, M.Biomed

Moderator : Mufassir Oktadi Ekowantoni

Sekretaris Meja : Dewi Fortuna Agustia

Sekretaris Papan : Irene Regina Agustin

Anggota : Putri Saudah Wulandari

Tessa Maretha

Dimas Farizul Huda

Nadia Rachmafitria Nanda S

Aninda Afrilia Aryani

Zira Rizka Armidia

Irene Regina Agustin

Dhea Sinci Opianingrum

Fransiska Delvia

Waktu : Senin , 27 Mei 2019

Rabu, 29 Mei 2019


Peraturan tutorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen dan pertanyaan

3
3. Izin saat akan keluar ruangan
4. Dilarang membawa makanan dan minuman saat proses tutorial
berlangsung

2.2 Skenario Kasus

“Panas Membara”

Tn. Roy, berusia 30 tahun, dating ke praktek dokter dengan keluhan demam sejak
4 hari yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi pada sore
hari dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil. Tn. Roy juga
mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata tampak kuning.
BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit. Tn. Roy sebelumnya baru pulang
mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik :

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital : TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38.3oC

Pemeriksaan Spesifik :

Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik

Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : datar, lemas, hepar lien tidak teraba

Ekstremitas : palmar pucat

Pemeriksaan Laboratorium :

Darah rutin : Hb : 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3

4
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d L,
Kreatinin 3,1 mg/d L.

2.3 Klarifikasi Istilah


Demam : Sakit yang menyebabkan suhu badan menjadi lebih
tinggi daripada biasanya
Trombosit : Keping-keping darah mempunyai bentuk tidak teratur
dan tidak mempunyai inti
Menggigil : Bergetar keras tubuhnya karena kedinginan atau
ketakutan
Sklera Ikterik : Lapisan luar bola mata tampak kuning
Kreatinin : Bentuk anhibrida keratin, hasil akhir metabolisme
Fosfokreatin yang dipakai sebagai indicator diagnostic
fungsi ginjal dan massa otot.
Konjungtiva Anemis : Konjungtiva pucat yang disebabkan oleh anemia.
Pucat : Agak putih (rentang warna), putih pudar (rentang roman
muka)
Leukosit : Sel darah putih, sel darah tidak berwarna yang mampu
bergerak secara amoebolid dengan fungsi utamanya
untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit.
Bilirubin : Pigmen empedu yang dihasilkan oleh pemecahan heme
dan reduksi biliverdin
Composmentis : Sadar Sepenuhnya
Ureum : Produk akhir dari protein yang mengandung nitrogen
yang ditemukan dalam urin
SGOT : Enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh
terutama jantung dan hati, enzim ini dilepaskan ke dalam

5
serum akibat dari cedera jaringan, karena itu
konsentrasinya dalam serum dapat meningkat pada
penyakit infark atau miokard atau kerusakan akut pada
sel-sel hati
SGPT : Enzim yang normalnya dijumpai dalam serum dan
jaringan tubuh terutama pada hati, enzim ini dilepaskan
ke dalam serum sebagai basil cedera jaringan, karena itu
konsentrasinya dalam serum dapat meningkat pada
pasien dengan kerusakan sel inti yang akut.

2.4 Identifikasi Masalah


1) Tn. Roy, berusia 30 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan demam
sejak 4 hari yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi
pada sore hari dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil.
2) Tn. Roy juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata
tampak kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit.
3) Tn. Roy sebelumnya baru pulang mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari
yang lalu.
4) Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38.3oC
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : palmar pucat
5) Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : Hb : 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3

6
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d
L, Kreatinin 3,1 mg/d L.

2.5 Perioritas Masalah


Perioritas masalah terletak pada identifikasi yang pertama yakni Tn. Roy,
berusia 30 tahun, dating ke praktek dokter dengan keluhan demam sejak 4 hari
yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi pada sore hari
dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil.
Alasan :
Jika demam tidak segera dilakukan tatalaksana, maka akan menyebabkan infeksi
yang lain.

2.6 Analisis Masalah


1) Tn. Roy, berusia 30 tahun, dating ke praktek dokter dengan keluhan
demam sejak 4 hari yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul, paling
tinggi pada sore hari dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai
menggigil.

a. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi pada kasus ?


Jawab :

Hepar

Hepar merupakan kelenjar yang beratnya sekitar 1,4 kg pada dewasa.


Hepar terletak inferior dari diafragma, menempatisebagian besar ruang
hipokondrium kanan dan sebagian regio epigastrikum dalam kavitas
abdominopelvikum. Hepar dibagi oleh ligamen falsiformis menjadi 2 lobus
utama, yaitu lobus dekstra dan sinistra. Pada lobus dekstra terdapat lobus
kuadratus di bagian inferior serta lobus kaudatus di bagian posterior.

7
Hepar adalah organ yang sangat penting untuk mengatur metabolisme
tubuh. Fungsi hepar bagi sistem pencernaan di antaranya adalah sekresi
garam empedu yang membantu mencerna dan mendigesti lemak. Fungsi
lain hepar yaitu, memetabolisme nutrisi setelah diabsorbsi oleh traktus
digestivus; detoksifikasi tubuh; mensintesis plasma protein; menyimpan
glikogen, lipid, besi, dan vitamin; mengaktivasi vitamin D; mengeleminasi
bakteri dan mendegradasi eritrosit tua; mensekresi hormon trombopoietin,
hepsidin, dan insulin-like growth factor;memproduksi protein inflamasi
fase akut; dan mengekskresi kolesterol serta bilirubin (Sherwood, 2010).
Hepar mensintesis juga memproses substansi-substansi yang
kemudiandisalurkan ke organ tubuh lain. Oleh karena itu, disiplin biokimia
tergantung oleh reaksi metabolik yang terjadi di hepar. Hepar berfungsi
sebagai organ penyimpanan vitamin, dengan kuantitas terbanyak adalah
vitamin A, D, dan B12. Selain itu, hepar juga menyimpan besi dalam
bentuk feritin dan mensintesis substansi-substansi yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah. Hepar memiliki kemampuan detoksifikasi obat
dan hormon, termasuk sulfonamid, penisilin, ampisilin, eritromisin,
tiroksin, dan hormon steroid (Guyton dan Hall, 2006).
Unit fungsional hepar adalah hepatosit, yang berbentuk polihedral besar,
dengan enam atau lebih permukaan, dan berdiameter 20-30 µm. Hepatosit
memiliki inti sferis besar dengan nukleolus. Sel-sel tersebut sering
memiliki dua atau lebih nukleolus dan sekitar 50% darinya bersifat
polipoid, dengan 2,4,8, atau melebihi jumlah kromosom diploid normal.
Inti polipoid ditandai dengan ukuran yang lebih besar, yang proporsional
dengan sifat ploidnya. Permukaan setiap hepatosit berkontak dengaan
dinding sinusoid melalui celah Disse dan dengan permukaan hepatosit lain.
Di tempat dua hepatosit berkontak terbentuk suatu celah tubular di antara
kedua sel ini yang disebut kanalikulusbiliaris (Mescher, 2011).

8
Dari kanalikuli, empedu dialirkan ke duktulus empedu dan duktus empedu.
Duktus empedu bergabung dan membentuk duktus hepatikus dekstra dan
sinistra dan bergabung keluar dari hepar dalam duktus hepatikus komunis.
Sinusoid adalah kapiler yang sangat permeabel, menerima darah
teroksigenasi dari cabang-cabang arteri hepatika dan arah mengandung
nutrisi dari vena porta hepatika. Pada sinusoid juga terdapat sel Kupfer
yang mendestruksi eritrosit dan leukosit tua, bakteri, dan benda asing
lainnya (Tortora dan Derrickson, 2012).

Ren

Lokasi :

Kedua ren berwarna coklat kemerahan dan terletak di belakang


peritoneum, pada dinding posterior abdomen di samping kanan dan kiri
columna vertebralis, dan sebagaian besar tertutup oleh arcus costalis. Ren
dexter terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ren sinister, karena
adanya lobus hepatis dexter yang besar.

Fungsi :

Kedua ren berfungsi mensekresi kan sebagian besar produk sisa


metabolism. Ren mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air
dan elektrolit di dalm tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam-
basa darah. Produk sisa meninggalkan ren sebagai urin, yang mengalir ke
bawah di dalam ureter menuju ke vesica urinaria, yang terletak di dalam
pelvis. Urin keluar dari tubuh melalui urethra.

Arteri :

Arteri renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-
masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima Arteria
segmentalis yang masuk ke dalam hilus renalis, empat di depan dan satu di

9
belakang pelvis renalis. Arteri-arteri ini mendarahi segmen-segmen atau
area yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari masing-masing asteria
segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramis medullae
renalis. Sebelum masuk substansia renalis setiap arteria lobaris
mencabangkan dua atau tiga arteria interlobaris. Arteriae interlobares
berjalan menuju cortex dan medulla renalis, arteriae interlobares
mencabangkan arteriae arcuatae yang melengkung di atas basis pyramidis
medullae. Arteriae arcustae mencabangkan sejumlah arteriae interlobulares
yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus
merupakan cabang –cabang arteriae interlobulares.

Vena :

Vena renalis keluar dari hilus di depan arteria renalis dan bermuara ke vena
cava inferior.

Aliran limfe

Nodi aortici laterales di sekitar pangkal arteria renalis.

Persyarafan:

Plexus sympathicus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui


plexus renalis masuk medula spinalis melalui nervus thoracicus X, XI, dan
XII (Snell, 2012).

b. Apa saja jenis-jenis demam ?


Jawab : Ada 6 macam tipe demam, yaitu :
1. Demam Septik : demam yang suhunya tidak pernah mencapai normal,
tinggi pada malam hari dan turun ke tingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
2. Demam hektik : demam yang suhunya mencapai normal

10
3. Demam remitten : demam yang suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu normal, perbedaan suhu 2 derajat celcius.
4. Demam intermitten : demam yang suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam sehari.
5. Demam kontinyu : demam yang suhunya bervariasi sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari 1 derajat.
6. Demam siklik : demam yang kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu tubuh seperti semula.
(Nelwan, 2009)
Pada kasus ini demam yang terjadi pada Tn. Roy merupakan demam
intermiten karena pada saat demam berlangsung terjadi penurunan suhu
badan yang normal selama beberapa jam dalam sehari.

c. Apa etiologi demam ?


Jawab :

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.

1) Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan
demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis,
appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis,
meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan
lain-lain . Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam
antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam
chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang
pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis,
criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya

11
menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis.
2) Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang
terlalu tinggi,keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,
systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit
Hodgkin, Limfoma non- hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-
obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-
anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari
pemberian imunisasi selama ±1-10 hari.al lain yang juga berperan
sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem
saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera
hipotalamus, atau gangguan lainnya (Sudoyo, 2009).

d. Bagaimana mekanisme terjadinya demam yang disertai menggigil ?


Jawab :
Untuk mekanisme dari demam sendiri karena adanya pirogen hasil dari
pemecahan bakteri yang ada dalam tubuh terutama pada jaringan dan
darah. Bakteri tersebut kemudian dipecah oleh makrofag menjadi pirogen
berupa sitokin (IL-1, IL-6, TNF, IFN) menuju area pre-optik anterior
hipotalamus yang kemudian terjadi sintesis prostaglandin E2 oleh asam
arakidonat yang akan merangsang neuron sensitive panas. Setelah itu
terjadi perubahan pada set point yakni set point pada pusat pengaturan suhu
meningkat dan terjadi Demam. (Guyton, 2017)
Selain mekanisme tersebut, demam juga dapat terjadi melalui mekanisme
melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk local
makrofag inflammatory protein 1 (MIP-1). MIP-1 merupakan Kemokin
yang bekerja secara langsung terhadap hipotalamus anterior. Yang dimana

12
pada mekanisme ini, ditimbulkannya menggigil untuk mempercepat
produksi panas. (Jurnal FKUI)
e. Apa makna demam hilang timbul ?
Jawab :
Maknanya demam yang dialami oleh Tn. Roy merupakan demam
intermitten. Dimana hal tersebut disebabkan akibat demam yang
dialaminya bersifat kuartan, yakni terjadi dalam 72 jam. Massa tunas
intrinsic berakhir dengan timbulnya serangan pertama (First Attack). Tiap
serangan terdiri atas beberapa serangan demam yang timbulnya periodic,
bersamaan dengan sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga tergantung
dengan jumlah parasite (Cryogenic level, fever threshold). Berat infeksi
pada seseorang ditentuksn dengan hitung parasite (Parasite Count) pada
sediaan darah. (Widoyono, 2008)
f. Apa saja kemungkinan penyakit yang dialami oleh Tn. Roy ?
Jawab : Jenis-Jenis penyakit yang memiliki manifestasi klinik demam
tinggi meliputi :
1. Infeksi Bakteri
Pneumonia, Bronkitis, Osteomyelitis, Appendisitis, Tuberculosis,
Bakteremia, Sepsis, Bakterial Gastroenteritis, Meningitis, Ensefalitis,
Selulitis, Otitis Media, Infeksi Saluran Kemih, dan lain-lain.
2. Infeksi Virus
H5N1
3. Infeksi Jamur
Coccidioides Imitis, Criptococcosis, dan lain-lain
4. Infeksi Parasit
Malaria, Toksoplasmosis, dan helmintes
(Harijanto, 2014)

13
2) Tn. Roy juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata
tampak kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit.
a. Apa kemungkinan penyebab Tn. Roy mengeluh badan terasa lemah, wajah
pucat dan mata tampak kuning, BAK warna kuning dan jumlahnya sedikit
? Jawab :
1) Penyebab badan terasa lemah dan wajah pucat pada kasus terjadi
karena infeksi akibat suatu parasit. Parasit ini menginfeksi sel darah
merah (eritrosit) sehingga eritrosit akan pecah. Sel darah merah
berfungsi untuk membawa dan mengedarkan oksigen dan nutrisi ke
seluruh bagian tubuh, apabila terjadi pemecahan eritrosit yang cukup
banyak akibatnya prefusi aliran darah ke organ non vital seperti kulit
dan otot berkurang sehingga otot kekurangan nutrisi dan oksigen yang
menyebabkan tanda klinis badan terasa lemah dan wajah pucat
(Guyton dan Hall, 2008).
2) Penyebab mata tampak kuning dan BAK warna kuning serta jumlahnya
sedikit terjadi karena pecahnya sel darah merah (eritrosit) akibat infeksi
yang disebabkan oleh parasit. Sel darah merah yang pecah akan
menghasilkan bilirubin indirect kemudian diikat oleh albumin, lalu
bilirubin masuk ke sel hepar kemudian dikonjugasi menghasilkan
bilirubin direct yang akan diekskresikan ke empedu lalu ke usus
sehingga memberi warna pada feses dan sebagian ke ginjal sehingga
memberi warna kuning kecoklatan pada urin. Apabila terjadi
pemecahan eritrosit yanag cukup banyak maka produksi bilirubin
meningkat. Hal ini diperburuk juga oleh parasit yang menyerang hepar
yang mengakibatkan hepar tidak dapat bekerja maksimal dalam
mengeluarkan bilirubin sehingga bilirubin menumpuk didarah yang
menyebabkan tanda klinis mata tampak kuning dan BAK warna kuning
serta jumlahnya sedikit (Silbernagl, 2017).

14
b. Apa saja penyakit dengan keluhan BAK berwarna kuning dan jumlahnya
sedikit ?
Jawab :
1) Hepatitis
Dimana pada penderita hepatitis dapat dikenali dengan gejala satu
sampai lima hari sebelum kekuningan pada kulit muncul, air kencing
berwarna kuning kecoklatan (seperti teh). Tinja menjadi pucat. Warna
putih pada mata akan berwarna kekuningan yang diikuti kekuningan
pada kulit. Enzim hati (SGOT, SGPT, dan Gamma GT akan meningkat
pada pemeriksaan laboratorium) (Widoyono, 2008).
2) Sirosis Hati
Sirosis hati adalah suatu kondisi di mana hati tidak berfungsi dengan
baik karena kerusakan jangka panjang. Kerusakan ini ditandai dengan
penggantian jaringan hati normal dengan jaringan parut .Biasanya,
penyakit ini berkembang perlahan selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.Sejak awal, seringkali tidak ada gejala. Ketika
penyakitnya memburuk, seseorang mungkin menjadi lelah, lemah,
gatal, mengalami pembengkakan di kaki bagian bawah,
mengembangkan kulit kuning, mudah memar, memiliki cairan
menumpuk di perut, atau mengembangkan pembuluh darah seperti
laba-laba pada kulit. Penumpukan cairan di perut dapat terinfeksi
secara spontan. Komplikasi serius lainnya termasuk ensefalopati
hepatik, perdarahan dari vena yang melebar di esofagus atau vena
lambung yang melebar, dan kanker hati. Ensefalopati hepatik
menyebabkan kebingungan dan dapat menyebabkan ketidaksadaran.

c. Bagaimana patofisiologi Tn. Roy mengeluh badan terasa lemah, wajah


pucat dan mata tampak kuning ?
Jawab :

15
Badan lemah, wajah pucat

Sporozoit masuk ke dalam pembuluh darah menuju ke hati. Yang


mengakibatkan sel parenkim hati teinfeksi kemudian mengeluarkan
mezoroit ke aliran darah dan menyerang eritrosit sehingga eritrosit pecah.
Pecahnya eritrosit mengakibatkan tubuh mengalami perfusi jaringan dan
akibat kurangnya suplai oksigen. Sehingga terjadi badan lemah dan wajah
pucat.

Mata kuning

Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan
post hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke
pembuluh darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau
organ tubuh lainnya. Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat
jaringan ikat longga sehingga mata tampak kuning. (Harijanto, 2014)

d. Bagaimana patofisiologi BAK warna kuning dan jumlahnya sedikit ?


Jawab :
Yang menyebabkan warna urine kuning adalah dikarenakan
mengandung Bilirubin dimana bilirubin adalah produk akhir dari
penguraian bagian hem(yang mengandung besi) hemoglobin yang
terkandung dalam sel darah merah usang. Bilirubin ini akan diambil oleh
Hepatosit dari plasma, setelah itu sedikit terjadi modifikasi pigmen untuk
meningkatkan kelarutannya, setelah itu di ekskresikan ke dalam empedu,
dimana ini membuat warna empedu berwarna kuning, dari empedu itu akan
disalurkan ke saluran pencernaa terutama usus, yang membuat warna tinja
menjadi coklat khas, tanpa bilirubin maka warna tinja akan menjadi putih
abu-abu. Kemudian sebagian bilirubin akan diserap oleh usus dan masuk
ke dalam pembuluh darah, dari pembuluh darah akan masuk ke ginjal, dan
diekskresikan bersamaan dengan urine, dimana membuat urine menjadi

16
berwarna kekuningan (Sherwood, 2014) Dan juga karena ada pembentukan
senyawa urubilinogen yang membuat warna kuning (Price&Wilson,2005).
Sedangkan untuk mechanism terjadinya volume urin yang sedikit, yaitu
terjadinya glomerulonephritis. Hal ini disebabkan adanya jumlah bilirubin
yang tinggi pada darah, hal tersebut menandakan bahwa sel darah merah
banyak yang mengalami lisis akibat infeksi, ini menyebabkan jumlah
plasma dalam darah juga berkurang yang menyebabkan tekanan darah
glomerulus mengalami penurunan, tekanan darah glomerulus mengalami
penurunan, maka laju filtrasi glomerulus (LFG) juga mengalami
penurunan, kalau LFG turun maka jumlah urine yang dikeluarkan juga
mengalami penurunan (Sherwood, 2014).

3) Tn. Roy sebelumnya baru pulang mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari


yang lalu.
a. Apa hubungan Tn. Roy baru pulang mengunjungi keluarganya di Bangka
12 hari yang lalu dengan keluhan pada kasus ?
Jawab :

Hubungannya adalah, klasifikasi suatu wilayah ditentukan dengan tinggi


atau rendahnya suatu wilayah, cuaca, dan iklim. Bangka termasuk daerah
yang memiliki banyak pantai dan rawa (endemis malaria) banyaknya
genangan air berpotensi untuk perkembangbiakan vektor malaria yaitu
spesises nyamuk Anopheles (Mashoedi, 2012).
b. Apa saja kemungkinan penyakit yang timbul pada daerah endemis ?
Jawab :
Penyakit pada daerah endemis terbagi menjadi 4 macam, meliputi
Infeksi Bakteri :
1) TBC
2) Difteria
3) Pertusis

17
4) Tetanus Neonatorium
5) Demam Tifoid
6) Kusta
7) Pes
8) Antraks
9) Leptospirosis

Infeksi Virus :

1) DBD
2) Chikungunya
3) Campak
4) Hepatitis
5) Rabies
6) HIV-AIDS
7) Varisela
8) Flu Burung
9) SARS
10) Polio

Infeksi Parasit

1) Malaria
2) Penyakit Cacing
3) Filariasis

Sindrom Penyakit Menular

1) Diare
2) Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
3) Penyakit Menular Seksual (PMS)
(Widoyono, 2008)

18
4) Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38.3oC
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : palmar pucat

a. Bagaimana interpretasi abnormal pada pemeriksaan fisik ?


Jawab :
Kesadaran: compos Mentis : kesadaran normal
TD 110/80 : normal. rentang normalnya sistol: 90-120, diastol 70/80
RR 22x/menit : normal. Rentang normalnya 16-24x/menit
Nadi 110x/menit: takikardi. Rentang normalnya 60-100x/menit
Temperatur 38,3°C : hipertermi. Rentang normalnya 36,5°C - 37,5°C
(Sugiarti, 2014)

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik ?


Jawab :
Demam terjadi oleh karena pengeluaran zat pirogen dalam tubuh. Zat
pirogen sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksogen dan endogen.
Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh seperti
mikroorganisme dan toksin. Sedangkan pirogen endogen merupakan
pirogen yang berasal dari dalam tubuh meliputi interleukin-1 (IL-1),
interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing factor-alfa (TNF-A). Sumber
utama dari zat pirogen endogen adalah monosit, limfosit dan neutrofil
(Guyton,2017).

19
c. Bagaimana interpretasi abnormal dari pemeriksaan spesifik ?
Jawab :
Konjungtiva Anemis = Abnormal
(Normal Konjungtiva non anemis pucat)
Sklera Ikhterik = Abnormal
(Normal Sklera non ikhterik kuning)
Jantung dan paru dalam batas normal Abdomen
Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba = Normal
Palmar pucat = Abnormal

d. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan spesifik ?


Jawab :

Konjungtiva anemis dan palmar pucat merupakan tanda dari anemia

Anemia adalah kondisi defisiensi hemoglobin yang biasanya disertai


dengan penurunan jumlah eritrosil di dalam darah dan bisa juga karena
defisiensi nutrisi (Fe) sehingga komponen penyusun hemoglobin
mengalami kondisi patologis. Mekanisme yang terjadi yakni Sporozoit
masuk ke dalam pembuluh darah menuju ke hati. Kemudian sel parenkim
hati teinfeksi yang kemudian mengeluarkan mezoroit ke aliran darah dan
menyerang eritrosit. Hal itu menyebabkan eritrosit pecah dan parasit
memakan hemoglobin. Akibatnya adalah Tn. Roy mengalami kekurangan
hemoglobin (anemia).

Sklera ikterik (mata kuning)

Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan
post hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke
pembuluh darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau

20
organ tubuh lainnya. Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat
jaringan ikat longga sehingga mata tampak kuning.

Sporozoit masuk ke dalam pembuluh darah menuju ke hati lalu sel


parenkim hati teinfeksi. Kemudian mengeluarkan mezoroit ke aliran darah
dan menyerang eritrosit. Eritrosit pecah yang menyebabkan darah menjadi
hemolysis. Menghasilkan bilirubin meningkat dan terjadilah mata kuning.
(Harijanto, 2014)

Akral dingin

Akral dingin pada ekstremitas menunjukkan bahwa kurangnya prefusi


darah kebagain ekstremitas.
Mekanisme : Infeksi akibat suatu parasit. Parasit ini menginfeksi hepar
kemudian parasit masuk kedalam sirkulasi darah dan menginfeksi sel darah
merah (eritrosit). Eritrosit akan pecah mengakibatkan tubuh mengalami
defisiensi hemoglobin (anemia) sehingga prefusi aliran darah ke organ non
vital seperti kulit dan otot pada ekstremitas berkurang sehingga
metabolisme pada ekstremitas tidak dapat berlangsung akibat kekurangan
nutrisi dan oksigen yang menyebabkan terasa dingin bila diraba pada
bagian ekstremitas. (Guyton dan Hall, 2008)

5) Pemeriksaan Laboratorium :

Darah rutin : Hb : 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3

Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L,
Bilirubin total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d
L, Kreatinin 3,1 mg/d L.

a. Bagaimana interpretasi abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium ?


Jawab :

21
No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi
Laboratorium
1. Darah rutin

Hb 13,8-17,2 gr/dL 8,2 gr/dL Anemia

Trombosit 150.000-400.000/mm3 210.000/mm3 Normal

Leukosit 4000-11.000/mm3 9200/mm3 Normal

2. Kimia darah

Bilirubin indirect 0,1-1,0 mg/dL 7,1 mg/dL Abnormal

Bilirubin direct 0,1-0,3 mg/dL 1,3 mg/dL Abnormal

Bilirubin total 0,1-1,2 mg/dL 8,4 mg/dL Abnormal

SGOT 0-41 µ/L 112 µ/l Abnormal

SGPT 10-40 µ/L 132 µ/l Abnormal

Ureum 10-50 mg/dL 162 mg/dL Abnormal

Kreatinin < 1,5 mg/dL 3,1 mg/dL Abnormal

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium ?


Jawab :
1) Hb rendah: disebabkan plasmodium meninfeksi eritrosit, parasit
tumbuh memakan hemoglobinm terjadi pembiakan aseksual di
jaringan hati dan eritrosit.
2) Bilirubin indirect abnormal (tinggi) : peningkatan destruksi eritrosit
(hemolisis).

3) Bilirubin direct abnormal (tinggi) : terjadi kerusakan sel hati.

22
4) SGPT dan SGOT abnormal (tinggi) : terjadi kerusakan parenkim hati
akut.

5) Ureum dan kreatinin meningkat : gangguan pada ginjal.

6) Apa prinsip dari pemeriksaan Rapid Test Malaria ?


Jawab :

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.

(Harijanto, Paul. 2009)

7) Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ?


Jawab :
1. Anamnesis
Demam selama 4 hari, demam hilang timbul, menggigil serta mengeluh
badan terasa lemah. Wajah tampak pucat dan mata tampak kuning. Selain
itu Tn. Roy juga mengalami BAK tampak berwarna kuning dan jumlahnya
sedikit.
2. Pemeriksaan Fisik
Nadi 110x/menit = Takikardi
Temperatur 38,3°C = Hipertermi
3. Pemeriksaan Spesifik
Konjungtiva Anemis = Abnormal
Sklera Ikhterik = Abnormal
Palmar pucat = Abnormal
4. Pemeriksaan Laboratorium
No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi
Laboratorium

23
1. Darah rutin

Hb 13,8-17,2 gr/dL 8,2 gr/dL Anemia

Trombosit 150.000-400.000/mm3 210.000/mm3 Normal

Leukosit 4000-11.000/mm3 9200/mm3 Normal

2. Kimia darah

Bilirubin indirect 0,1-1,0 mg/dL 7,1 mg/dL Abnormal

Bilirubin direct 0,1-0,3 mg/dL 1,3 mg/dL Abnormal

Bilirubin total 0,1-1,2 mg/dL 8,4 mg/dL Abnormal

SGOT 0-41 µ/L 112 µ/l Abnormal

SGPT 10-40 µ/L 132 µ/l Abnormal

Ureum 10-50 mg/dL 162 mg/dL Abnormal

Kreatinin < 1,5 mg/dL 3,1 mg/dL Abnormal

5. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan rapid test malaria dinyatakan positif. Sedangkan pada
pemeriksaan apus darah tebal, ditemukan Plasmodium Falciparum (+)
stadium tropozoit dan gametosit (Widoyono, 2008).

8) Apa saja diagnosis banding pada kasus ?


Jawab :

1. Malaria:

Manifestasi umum yaitu demam periodik, anemia dan splenomegali,


terdapat keluhan prodomal berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit

24
punggung, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang demam
ringan, anoreksia, sakit perut, diare ringan dan kadang-kadang dingin.

Terdapat gejala Trias Malaria:

a) Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil.

b) Periode panas: penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap
tinggi

c) Periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperatur


turun dan penderita merasa sehat.

Penyakit malaria terbagi menjadi dua yaitu :

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium


yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut
ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria
berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi
babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

Malaria berat adalah suatu penyakit yang disebabkan protozoa, genus


plasmodium dan hidup intra sel, ang dapat bersifat akut atau kronik.
Transmisi berlangsung di lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia
oceania, Amerika Latin, Kepulauan Karibia dan Turki. Kira-kira 1,6 miliar
penduduk daerah ini berada selalu dalam risiko terkena malaria. Tiap tahun
ada 100 juta kasus dan meninggal 1 juta di daerah Sahara Afrika. Sebagian
besar yang meninggal adalah bayi dan anak-anak. Pmalariae dan
Pfalcifarum terbanyak di negara ini. Di negara-negara maju seperti di

25
Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia dan lain-lain, malaria
telah dapat diberantas. Hanya Plasmodium falcifarum yang dapat
menyebabkan malaria berat. Selain P falcifarum malaria berat dapat juga
disebabkan P Vivax dan P knowlesi. Malaria berat terutama malaria
serebral yang merupakan komplikasi terberat yang sering menyebabkan
kematian. (Harijanto, 2014).

2. Demam Tifoid

Demam lebih dari 7 hari. Keluhan berupa diare, anoreksia, atau batuk. sakit
kepala, nyeri tulang, sakit perut (diare obstipasi), lidah kotor, bradikardi
relatif, reseola, leukopenia, limfositosis relatif, dan aneosinofilia.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya salmonella dalam darah melalui
kultus. Karena isolasi salmonella relative sulit dan lama, maka pemeriksaan
serologi widal untuk mendeteksi antigen O dan H sering digunakan sebagai
alternative. Titer kurang > 1/40 dianggap positif demam tifoid.

3. Demam Dengue

Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala,
nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan
jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hemotokrit pada demam
berdarah dengue, tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti
dengue positif.

4. Leptospirosis ringan

Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,


conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri
betis yang menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination
Test (MAT) atau tes Leptodipstik positif.

26
5. Hepatitis

Satu sampai dua minggu sebelum gejala ikterik ( kekuningan pada kulit )
terjadi demam sedang, anoreksia, mual,muntah dan gejala tidak khas
lainnya. Satu sampai lima hari sebelum kekuningan pada kulit muncul, air
kencing berwarna kuning kecoklatan (seperti teh). Tinja menjadi pucat.
Warna putih pada mata akan berwarna kekuningan yang diikuti kekuningan
pada kulit. Enzim hati (SGOT, SGPT, dan Gamma GT akan meningkat
pada pemeriksaan laboratorium) (Widoyono, 2008).

9) Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ?


Jawab :

1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria


Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit
malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali
dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa malaria.
Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria
dapatdikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui
b. Tetesan preparat darah tebal.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena
tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Preparat
dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan
dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.
c. Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, dinyatakan sebgai
hitung parasit (parasite count). Bila dengan preparat darah tebal sulit
ditentukan. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi
yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa

27
penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa,
atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky.
2. Tes antigen
Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein II mendeteksi antigen dari
P.falciparum dan antigen terdapat LDH (Laktate Dehydrogenase) yang
terdapat pada plasmodium lainnya. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes
cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi specifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat sedikit jumlahnya.Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah 2
minggu terjadinya infeksi dan menetap 3-6 bulan.
4. Tes diagnosis molekular
Pemeriksaan ini sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spensifitasnya tinggi.
Termasuk dalam tes ini: PCR, LAMP, dll (Harijanto,2014)

10) Apa diagnosis pasti pada kasus ?


Jawab :

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, spesifik, dan pemeriksaan


laboratorium yang menunjukkan bahwasannya kadar hemoglobin dalam
tubuh Tn. Roy mengalami penurunan dari batas normal. Dimana hal itu
menandakan adanya pemecahan eritrosit oleh merozoit. Serta ditambah
dengan pemeriksaan rapid test malaria dan pemeriksaan apus darah tebal yang
menunjukkan ditemukannya Plasmodium falciparum (+) stadium tropozoit
dan gametosit, maka dapat ditentukan bahwa diagnosis pasti pada kasus
adalah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

11) Bagaimana tata laksana pada kasus ?

28
Jawab :
Penatalaksanaan pada kasus dapat menggunakan dua metode tata laksana.
1. Secara non-farmakologis (Upaya Pencegahan)
Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat
yaitu:
1) Mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah
endemik,
2) Mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena mampu
memberantas bentuk gametosit.
3) Pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis
malaria.
4) Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularnya
dengan menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan
sarang-sarang nyamuk Anopheles.
5) Menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu
jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada malam hari
pada kulit badan jika berada di luar rumah pada malam hari.
(Soedarto, 2008).
2. Secara Farmakologis
1) Malaria tanpa Komplikasi

Malaria Lini pertama Lini Kedua

Malaria Falcifarum DH3+ P3 + PQ1 Q7 + D/T7+ PQ1


Dihydroartemisinin Quinine +
+Piperaquin + Doxycycline +
Primaquine Primaquine Doxy
atau Tetracycline

29
Malaria Vivax DH3+P3+PQ14 Q7 + PQ14

2) Malaria falciparum berat atau dengan komplikasi

Lama Baru

Kinin Artesunate iv Artemether im


dihidroklorida
drip

30
3) Pengobatan Malaria Falciparum Lini Kedua

Kina + Doksisiklin / Tetrasiklin + Primakuin

12) Apa saja komplikasi yang akan terjadi pada kasus ?


Jawab :
1) Hipoglikemi

31
Hipoglikemi merupakan salah satu komplikasi dari malaria berat. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan metabolik dari parasit telah menghabiskan
cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada
penderita dengan keadaan umum yang berat ataupun penurunan
kesadaran. Penyebab terjadinya hipoglikemi yang paling sering ialah
karena pemberian terapi kina (dapat terjadi 3 jam setelah infus kina).
Penyebab lainya ialah kegagalan gluconeogenesis pada penderita dengan
ikterik, hiperparasitemia oleh karena parasite mengkonsumsi karbohidrat,
dan pada TNF-α yang meningkat. Hipoglikemi dapat pula terjadi pada
primigravida dengan malaria tanpa komplikasi. Hipoglikemia kadang-
kadang susah diobati dengan cara konvensionil, disebabkan hipoglikemia
yang presisten karena hiperinsulinemia akibat kina. Mungkin dengan
pemberian diazoksida dimana terjadi hambatan sekresi insulin merupakan
cara pengobatan yang dapat dipertimbangakan (Harijanto, 2010).

2) Malaria Serebral

Merupakan komplikasi palin bahaya. Ditandai dengan penurunan


kesadaran yang dapat terjadi secara perlahan dalam dalam beberapa hari
atau mendadak dalam waktu 1-2 jam, sering disertai kejang.

3) Gagal Ginjal Akut

Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi karena anoksia yang disebabkan


penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan
mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.

4) Kelainan Hati

Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin


disebabkan karena sekuestrasi dan sitoadheren yang menyebabkan
obstruksi mikrovaskular. Ikterik karenahemolitik sering terjadi. Ikterik

32
yang berat karena P. falsiparum sering penderita de:asa halini karena
hemolisis, kerusakan hepatosit. terdapat pula hepatomegali,
hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan peningkatan
ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. ganggguan fungsi hati
dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat,gangguan metabolisme
obat. (Departemen Parasitologi FKUI. 2008).

13) Apa prognosis pada kasus ?


Jawab :

Penderita malaria Falciparum berat prognosisnya buruk, sedangkan penderita


malaria Falciparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik bila dilakukan
pengobatan dengan segera dan dilakukan observasi hasil pengobatan. Dapat
dikatakan pada kasus ini menderita Malaria Berat karena kita ketahui bahwa
setelah di lakukan pemeriksaan penunjang, tes apusan darah tebal ditemukan
Plasmodium Falciparum (+) dan gejala gejala yang mendukung (Alfiani,
2014).

14) Apa saja SKDU pada kasus ?


Jawab :

Tingkat kemampuan 4A : mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara


mandiri dan tuntas. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
(Konsil Kedokteran Indonesia. 2012)

15) NNI
1. HR. Muslim No. 2575
“Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak
Adam, sebagaimana alat panas besi mampu menghilangkan karat”.
2. Surat Asy-Syu'ara' Ayat 80

33
ْ ‫َوإِذَا َم ِر‬
ِ ‫ضتُ فَ ُه َو يَ ْش ِف‬
‫ين‬

Artinya : “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”.

3. HR. Muslim 4/1993, no. 2575

Dari Jabir radiyallahu ‘anhu

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu


as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang
terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib),
kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada
keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu
mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana
alat pemanas besi mampu menghilangkan karat”.

4. HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim No. 6511


“Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya,
melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana
pohon menggugurkan daun-daunnya”.

2.7 Hipotesis
Tn. Roy, 30 tahun mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, mengeluh demam
hilang timbul, disertai menggigil karena mengalami malaria e.c. infeksi
plasmodium falciparum.

2.8 Kerangka Konsep

Gigitan Nyamuk

Plasmodium Masuk Ke
Pembuluh Darah

34
Sel Hepar Terinfeksi

Siklus Extra-Eritrosistik

Sporozoid yang Belum Matang


Membentuk Schizon

Schizon Pecah

Menghasilkan Merozoid

Masuk Ke Aliran Darah

Reaksi Inflamasi

BAK Kuning dan Mata Tampak


Sedikit Jumlahnya Kuning

Pucat Lemah Menggigil Demam

35
DAFTAR PUSTAKA

Alfiani, Y. 2014. Parasitologi UI. Jakarta: FKUI

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta:

Interna Publishing

Atiq, Baitil. 2009. Gambaran Mekanisme Demam. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hal : 6

Guyton & Hall. 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Edisi 12. Hal :

829-830

Harijanto, P N. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Interna

Publishing

Ismoedijanto. 2000. Demam Pada Anak, Sari Pediatri Vol.2, pp. 103-108

Jurnal Institut Nasional. Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal. 23 April

2014
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:

Konsil Kedokteran Indonesia.

Mashoedi. 2012. Faktor Perilaku Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria Di

Daerah Endemis Malaria. Jurnal Sains Medika. Hal : 168

36
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. EGC :

Jakarta.

Nelwan. 2009. Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam Ilmu Penyakit Dalam 6th ed.

Hal : 533-588. Jakarta: Interna Publishing

Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.

Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Silbernagl, S. 2017. Teks dan atlas berwarna patofisiologi. Jakarta : EGC

Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC

Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press.

Staf Pengajar Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 2008. Buku Ajar

Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sugiarti, DS. 2014. Harga Normal Data Laboratorium dan Data Klinik.

Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Edition.

United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Widoyono, dr. 2008. Penyakit Tropis. Semarang : Erlangga

37

Anda mungkin juga menyukai