STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Y
Umur
: 29 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Buruh
No. RM
: 526849
Alamat
: Kiara Eunyeuh Banyu Sari kec. Katapang kab. Bandung
Tanggal masuk RS : 18 September 2015
Tanggal pemeriksaan : 18 September 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Pasien datang dengan keluhan luka robek di kepala.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan pusing dan nyeri pada kepala sejak 1 jam SMRS. Pasien
sedang mandi kemudian setelah mandi selesai pasien keluar dari kamar mandi, dan ketika
ingin keluar dari kamar mandi pasien terpeleset karena lantai licin, kemudian pasien
terjatuh ke arah belakang dengan posisi telentang dan kepala bagian belakang pasien
terbentur ujung tembok yang lancip. Kemudian pasien dubawa ke RSUD Soreang.
Pusing (+) mual (-) muntah (-) pingsan (-).
Riwayat penyakit terdahulu :
Pasien mempunyai riwayat penyakit Hidrocephalus.
Riwayat penyakit lainya:
III.PEMERIKSAAN PASIEN
Primary survey
A : Clear
1
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan pusing dan nyeri pada kepala sejak 1 jam SMRS. Pasien
sedang mandi kemudian setelah mandi selesai pasien keluar dari kamar mandi, dan ketika
ingin keluar dari kamar mandi pasien terpeleset karena lantai licin, kemudian pasien
terjatuh ke arah belakang dengan posisi telentang dan kepala bagian belakang pasien
terbentur
Pusing (+) mual (-) muntah (-) pingsan (-). Sebelumnya Pasien mempunyai riwayat
penyakit Hidrocephalus. Dan riwayat penyakit lainya disangkal.
V. SARAN PEMERIKSAAN
Rontgen a/r ocipitaslis
VIII.
WTH (4)
ATS 1X1 amp IV (ST)
Ciprofloxacime
Ranitidine
PROGNOSA
1. Quo ad vitam
: ad bonam
2. Quo ad functionam
: ad bonam
3. Quo ad sanationam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma
kepala, yang dapat melibatkan kulit kepala ,tulang dan jaringan otak atau kombinasinya (Standar
Pelayanan Medis ,RS Dr.Sardjito). Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadiakibat kecelakaan lalu
lintas. (Mansjoer Arif , dkk ,2000)
2.2 Anatomi kepala
a) Kulit Kepala
dengan tengkorak
Loose areolar tissue tau jaringan penunjang longgar.
Perikranium Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari
perikranium dan merupakan tempat yang biasa terjadinya perdarahan subgaleal. Kulit
kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi
kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada anak-anak atau
penderita dewasa yang cukup lama terperangkap sehingga membutuhkan waktu lama
untuk mengeluarkannya (American college of surgeon, 1997).
b) Tulang Tengkorak
Terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa
tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal
adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata
sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu fosa anterior tempat lobus
frontalis,fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang
otak dan serebelum (American college of surgeon, 1997).
c) Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan
lapisan meningeal.Duramater merupakan selaput yang keras,terdiri atas jaringan ikat
fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat
pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdura) yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering dijumpai
perdarahan subdural (Japardi, 2004)
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak
menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins dapat
mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari
sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat(Japardi,2004).
Arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium
(ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada
arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami
cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
2. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang
meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut
spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh
direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada
sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid
sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intracranial.
Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan
dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari(Hafidh, 2007).
f) Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial(terdiri dari
fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii
posterior) (japardi,2004)
g) Vaskularisasi
Otak Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.Keempat
arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus Willisi.
Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan
tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus
venosus cranialis(japardi,2004).
2.3 Aspek fisiologi cedera kepala
a. Tekanan intracranial
Berbagai proses pataologi pada otak dapat meningkatkan tekanan intracranial yang
selanjutnya dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap
penderita. Tekanan intracranial yangtinggi dapat menimbulkaan konsekwensi yang
mengganggu fungsi otak.TIK Normal kira-kira sebesar 10 mmHg, TIK lebih tinggi dari
20mmHg dianggap tidak normal. Seamkin tinggi TIK seteelah cedera kepala,semakin
buruk prognosisnya (American college of surgeon,1997)
b. Hukum Monroe-Kellie
Konsep utama Volume intrakranial adalah selalu konstan karena sifat dasar dari tulang
tengkorang yang tidak elastik. Volume intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah total
8
Saraf otak dapat terganggu akibat trauma langsung pada saraf, kerusakan pada batang
otak, ataupun sekunder akibat meningitis atau kenaikan tekanan intrakranial.Kerusakan pada
saraf otak I kebanyakan disebabkan oleh fraktur lamina kribriform didasar fosa anterior maupun
countre coup dari trauma di daerah oksipital. Pada gangguan yangringan dapat sembuh dalam
waktu 3 bulan. Dinyatakan bahwa 5% penderita tauma kapitismenderita gangguan ini.
Gangguan pada saraf otak II biasanya akibat trauma di daerahfrontal. Mungkin traumanya hanya
ringan saja (terutama pada anak-anak), dan tidak banyak yang mengalami fraktur di orbita
maupun foramen optikum. Dari saraf-saraf penggerak ototmata, yang sering terkena adalah saraf
VI karena letaknya di dasar tengkorak. Inimenyebabkan diplopia yang dapat segera timbul akibat
trauma, atau sesudah beberapa hariakibat dari edema otak.Gangguan saraf III yang biasanya
menyebabkan ptosis, midriasis dan refleks cahayanegatif sering kali diakibatkan hernia tentorii.
Gangguan pada saraf V biasanya hanya padacabang supraorbitalnya, tapi sering kali gejalanya
hanya berupa anestesi daerah dahi hinggaterlewatkan pada pemeriksaan. Saraf VII dapat segera
memperlihatkan gejala, atau sesudah beberapa hari kemudian. Yang timbulnya lambat biasanya
cepat dapat pulih kembali, karena penyebabnya adalah edema.
Kerusakannya terjadi di kanalis fasialis, dan seringkali disertai perdarahan lewat lubang
telinga. Banyak didapatkan gangguan saraf VIII pada. traumakepala, misalnya gangguan
pendengaran maupun keseimbangan. Edema juga merupakansalah satu penyebab gangguan.
Gangguan pada saraf IX, X dan XI jarang didapatkan,mungkin karena kebanyakan penderitanya
meninggal bila trauma sampai dapat menimbulkangangguan pada saraf-saraf tersebut. Akibat
dari trauma pada pembuluh darah, selain robekanterbuka yang dapat langsung terjadi karena
benturan atau tarikan, dapat juga timbulkelemahan dinding arteri. Bagian ini kemudian
berkembang menjadi aneurisma.
10
11
12
13
fraktur
tulang
tengkorak
dan
laserasi
duramater.Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak. Fraktur
longitudinalsering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen
jugularis dan tubaeustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru
dibelakang telinga diatasos mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga).
Perdarahan dari telinga dengantrauma kepala hampir selalu disebabkan oleh retak
tulang dasar tengkorak. Fraktur basistengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto
rontgen, karena terjadi sangat dasar.Tanda-tanda klinik yang dapat membantu
mendiagnosa adalah :a.Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas
os mastoid ) b.Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )c.Periorbital
ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung )d.Rhinorrhoe ( liquor keluar
dari hidung )e.Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)Komplikasi pada trauma kepala
terbuka adalah infeksi, meningitis dan perdarahan.
lambat oleh otak. Ini mengakibatkan benturan dan goresan antara otak dengan bagianbagian dalam tengkorak yang menonjolatau dengan sekat-sekat duramater. Bila
terjadi deselerasi (pelambatan gerak), terjadi benturan karena otak masih bergerak
cepat pada saat tengkorak sudah bergerak lambatatau berhenti.
Mekanisme yang sama terjadi bila ada rotasi kepala yang mendadak.Tenaga
gerakan ini menyebabkan cedera pada otak karena kompresi (penekanan) jaringan,
peregangan maupun penggelinciran suatu bagian jaringan di atas jaringan yanglain.
Ketiga hal ini biasanya terjadi bersama-sama atau berturutan. Kerusakan jaringanotak
dapat terjadi di tempat benturan (coup), maupun di tempat yang berlawanan
(countrecoup). Diduga countre coup terjadi karena gelombang tekanan dari sisi
benturan (sisi coup) dijalarkan di dalam jaringan otak ke arah yang berlawanan;
teoritis pada sisi countre coup ini terjadi tekanan yang paling rendah, bahkan sering
kali negatif hinggatimbul kavitasi dengan robekan jaringan. Selain itu, kemungkinan
gerakan rotasi isi tengkorak pada setiap trauma merupakan penyebab utama
terjadinya countre coup, akibat benturan-benturan otak dengan bagian dalam
tengkorak maupun tarikan dan pergeseranantar jaringan dalam tengkorak. Yang
seringkali menderita kerusakan-kerusakan iniadalah daerah lobus temporalis, frontalis
dan oksipitalis.
A. Komusio serebri ( Gegar otak )
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kurang dari 10
menit ).Gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda didepan mata dan linglung.
Konkusioadalah hilangnya kesadaran (dan kadang ingatan) sekejap, setelah terjadinya
cedera padaotak yang tidak menyebabkan kerusakan fisik yang nyata. Konkusio
menyebabkankelainan fungsi otak tetapi tidak menyebabkan kerusakan struktural
yang nyata. Hal ini bahkan bisa terjadi setelah cedera kepala yang ringan, tergantung
kepada goncangan yangmenimpa otak di dalam tulang tengkorak. Konkusio bisa
menyebabkan kebingungan, sakitkepala dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian
besar penderita mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari.
Beberapa penderita merasakan pusing,kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi
pelupa, depresi, emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan.
Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu,
jarang lebih dari beberapa minggu. Penderita bisa mengalami kesulitandalam bekerja,
16
belajar dan bersosialisasi. Keadaan ini disebut sindroma pasca konkusio. Sindroma
pasca konkusio masih merupakan suatu teka-teki; tidak diketahui mengapa sindroma
ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala yang ringan. Para ahli belumsepakat,
apakah penyebabkan adalah cedera mikroskopi atau faktor psikis. Pemberianobatobatan dan terapi psikis bisa membantu beberapa penderita sindroma ini. Yang lebih
perlu dikhawatirkan selain sindroma pasca konkusio adalah gejala-gejala yang lebih
seriusyang bisa timbul dalam beberapa jam atau kadang beberapa hari setelah
terjadinya cedera.Jika sakit kepala, kebingungan dan rasa mengantuk bertambah
parah, sebaiknya segeramencari pertolongan medis. Biasanya, jika terbukti tidak
terdapat kerusakan yang lebih berat, maka tidak diperlukan pengobatan. Setiap orang
yang mengalami cedera kepaladiberitahu mengenai pertanda memburuknya fungsi
otak. Selama gejalanya tidak semakin parah, biasanya untuk meredakan nyeri
diberikan asetaminofen. Jika cederanya tidak parah, aspirin bisa digunakan setelah 34 hari pertama.
B. Kontusio serebri (Memar otak )
Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler. Pada jaringan otak akan terdapat kerusakan-kerusakan yang
hemoragik pada daerah coup dan countre coup, dengan piamater yang masih utuh
pada kontusio dan robek pada laserasio serebri. Kontusio yang berat di daerah frontal
dan temporal sering kalidisertai adanya perdarahan subdural dan intra serebral yang
akut. Sebagai kelanjutan darikontusio akan terjadi edema otak.Penyebab utamanya
adalah vasogenik, yaitu akibat kerusakan B.B.B. (blood brain barrier). Disini dinding
kapiler mengalami kerusakanataupun peregangan pada sel-sel endotelnya. Cairan
akan keluar dari pembuluh darah kedalam jaringan otak karena beda tekanan intra
vaskuler dan interstisial yang disebu tekanan perfusi. Bila tekanan arterial meningkat
akan mempercepat terjadinya edema dan sebaliknya bila turun akan memperlambat.
Edema jaringan menyebabkan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang
mengakibatkan aliran darah berkurang. Akibatnya terjadiiskemia dan hipoksia.
Asidosis yang terjadi akibat hipoksia ini selanjutnya menimbulkanva sodilatasi dan
hilangnya auto regulasi aliran darah, sehingga edema semakin hebat.Hipoksia karena
sebab-sebab lain juga memberikan akibat yang sama.
17
Jika otak membengkak, maka bisa terjadi kerusakan lebih lanjut pada jaringan
otak; pembengkakanyang sangat hebat bisa menyebabkan herniasi otak. Gejala dari
kontusio adalah pusing, kesulitan dalam berkonsentrasi, menjadi pelupa, depresi,
emosi atau perasaannya berkurang dan kecemasan. Biasanya gejala berlangsung
selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Sindroma pasca konkusio yaitu
kesulitan dalam bekerja, belajar dan bersosialisasi. Kontusio serebri dan robekan otak
lebih serius daripada konkusio. MRI menunjukkan kerusakan fisik pada otak yang
bisa ringan atau bisa menyebabkankelemahan pada satu sisi tubuh yang diserati
dengan kebingungan atau bahkan koma.
intrakranial bisa terjadi penurunan kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu
atau kedua sisi tubuh,gangguan pernafasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian.
Bisa juga terjadikebingungan dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut.
Hematoma epidural
Hematoma epidural berasal dari perdarahan diarteri yang terletak diantara
meningens dan tulang tengkorak. Hal ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah
merobek arteri. Darahdi dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat
memancar. Gejala berupa sakit kepala hebat bisa segera timbul tetapi bisa juga baru
muncul beberapa jamkemudian. Sakit kepala kadang menghilang, tetapi beberapa jam
kemudian muncul lagidan lebih parah dari sebelumnya. Selanjutnya bisa terjadi
peningkatan kebingungan, rasangantuk, kelumpuhan, pingsan dan koma. Diagnosis dini
sangat penting dan biasanyatergantung kepada CT scan darurat. Pada pemeriksaan
dengan CT-Scan akan tampak gambaran massa hiperdens dengan bentuk bikonveks
(double convex sign), atau ada pulayang menyebutnya sebagai gambaran football shaped
yang secara tipikal terletak di bagian temporal tengkorak. Hematoma epidural diatasi
sesegera mungkin dengan membuatlubang di dalam tulang tengkorak untuk mengalirkan
kelebihan darah, juga dilakukan pencarian dan penyumbatan sumber perdarahan.
Hematoma subdural
Hematoma subdural berasal dari perdarahan pada vena di sekeliling otak.
Perdarahan bisaterjadi segera setelah terjadinya cedera kepala berat atau beberapa saat
kemudian setelahterjadinya cedera kepala yang lebih ringan. Hematoma subdural yang
bertambah luassecara perlahan paling sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya
rapuh) dan padaalkoholik. Pada kedua keadaan ini, cedera tampaknya ringan; selama
beberapa minggugejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI bisa
menunjukkanadanya genangan darah dan didapatkan gambaran hiperdens berbentuk
konkaf ataumenyerupai bulan sabit, atau sering disebut crescentic sign.
Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala bertambah besar karena
tulang tengkoraknya masih lembut danlunak. Hematoma subdural yang kecil pada
19
tampak pada kalvaria atau basis, mungkin linier atau stelata, mungkin terdepres atau
tidak terdepres. Fraktur tengkorak biasanya terjadi pada tempat benturan. Garis fraktur
dapat menjalar sampai basis cranii. Patah tulang tengkorak bisa melukai arteri dan vena,
yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga di sekeliling jaringanotak. Patah
tulang di dasar tengkorak bisa merobek meningens. Cairan serebrospinal (cairan yang
beredar diantara otak dan meningens) bisa merembes ke hidung atautelinga yang
menandakan adanya fraktur basis cranii. Depresi pada kepala atau muka (sunken eye)
menandakan terjadi fraktur maksila. Bakteri kadang memasuki tulangtengkorak melalui
patah tulang tersebut, dan menyebabkan infeksi serta kerusakanhebat pada otak. Sebagian
21
besar patah tulang tengkorak tidak memerlukan pembedahan, kecuali jika pecahan tulang
menekan otak atau posisinya bergeser.
Cedera aksonal difusa
Kerusakan akson oleh karena adanya proses akselerasi dan deserelasi yang terjadi
pada otak sewaktu terjadinya trauma kepala. Otak memiliki beberapa lapisan yang
membentuknya.Pada saat terjadinya trauma, lapisan lapisan ini akan ikut bergeser.
Pergerakkan tiap lapisanini akan berbeda beda. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan
adanya penarikan neuron akibat perbedaan waktu pergeseran yang bias menyebabkan
akson teregang, terpuntir, terputus, danterjepit. Akibatnya cairan dan ionic akan masuk ke
axon dan menyebakan pembengkakkan,yang nantinya akan menyebakkan kerusakkan
neuron. Akson terputus dan akson bagian distalakan terpisah. Pada stadium lanjut, akan
terjadi kematian akson pada ujung distal
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis pada pasien cedera kepala yang kesadarannya cukup baik
mencakup pemeriksaaan neurologis yang lengkap, sedangkan pada penderita yang
kesadarannyamenurun dapat digunakan pedoman yaitu :
1.
2.
3.
4.
indikasi foto polos kepala meliputi jangan mendiagnosa foto kepala normal jika foto
tersebut tidak memenuhi syarat, Pada kecurigaan adanya fraktur depresi maka dilakukan
foto polos posisi AP/lateraldan oblique.
b) CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
Indikasi CT Scan adalah :
1
Nyeri
kepala
menetap
atau
muntah
muntah
yang
tidak
menghilang
4
5
(karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi shock, febris, dll).
Adanya lateralisasi.
Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal fraktur depresi
6
7
8
mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilakukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
c) MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
d) Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
e) Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
f) X-Ray:
Mendeteksi
perubahan
struktur
tulang
(fraktur),
g)
h)
i)
j)
perubahan
terjadi
k) Kadar
keseimbangan
elektrolit
sebagai
23
I.
Cedera kepala ringan : Bila dijumpai penderita sadar dan berorientasi dengan GCS 13
-15. Terdiri atas :
a Simple head injury
Tidak ada penurunan kesadaran
Adanya trauma kepala ( pusing )
b Commotio cerebri ( gegar otak )
Adanya penurunan kesadaran ( pingsan > 10 menit )
Amnesia retrograde
Pusing, sakit kepala, muntah
Tidak ada defisit neurologis
Manajemen
1. Airway
Periksa dan bebaskan jalan nafas dari sumbatan.
Lendir, darah,muntahan, benda asing : lakukan penyedotan dengan suction,
pasang NGT.
Posisi kepala dalam posisi netral, tidak miring ke kanan atau ke kiri.
Lakukan intubasi endotrakeal terutama pada pasien GCS 7 tetapi
adalah tracheostomy
Posisi kepala dalam posisi netral, tidak miring ke kanan atau ke kiri.
Lakukan intubasi endotrakeal terutama pada pasien GCS 7 tetapi
dilakukan adalahtracheostomi.
2. Breathing
Perhatikan gerak napasnya, jika terdapat tanda tanda sesak segera pasang
oksigen.
3. Circulation
Periksa tekanan darah dan denyut nadi. Jika ada tanda tanda syok segera pasang
infuse.Bila disertai dengan perdarahan yang cukup banyak bisa ditambah dengan
tranfusi darah( whole blood ). Pasang kateter untuk memonitoring balans cairan.
4. Setelah kondisi pasien stabil, Periksa tingkat kesadaran pasien, perhatikan
kemungkinancedera spinal. Adanya cedera/ luka robek atau tembus. Jika ada luka
robek, bersihkanlalu di jahit.
24
III.
a. Contusio cerebri
Pingsan > 10 menit
Kegelisahan motorik
Sakit kepala, muntah
Kejang
Pada kasus berat dapat dijumpai pernapasan cheyne stokes
Amnesia anterogard
b. Laceratio cerebri
Biasanya didapat pada fraktur terbuka maupun tertutup. Penangan kasus ini mencakup:
Stabilisasi kardiopulmoner mencakup prinsip ABC seperti pada cedera
kepalaringan.
Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguandi
Indikasi Operasi
Indikasi untuk tindakan operatif ditentukan oleh kondisi klinis pasien,
temuanneuroradiologi dan patofisiologi dari lesi. Secara umum digunakan panduan
sebagai berikut :
muntah proyektil)
Pada pemeriksaan CT-Scan terdapat pendorongan garis tengah sampai lebih dari
3mm atau penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang.
2.8 Prognosis
Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami penyembuhan
total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan beratnya kerusakan otak
26
yangterjadi. Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh beberapa area, sehingga area yang
tidak
mengalami
kerusakan
bisa
menggantikan
fungsi
dari
area
lainnya
yang
mengalamikerusakan. Tetapi semakin tua umur penderita, maka kemampuan otak untuk
menggantikanfungsi satu sama lainnya, semakin berkurang. Kemampuan berbahasa pada
anak kecildijalankan oleh beberapa area di otak, sedangkan pada dewasa sudah dipusatkan
pada satuarea. Jika hemisfer kiri mengalami kerusakan hebat sebelum usia 8 tahun, maka
hemisfer kanan bisa mengambil alih fungsi bahasa.
Kerusakan area bahasa pada masa dewasa lebih cenderung menyebabkan kelainan
yangmenetap. Beberapa fungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan lengan dan
tungkai)dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak. Kerusakan pada area ini
biasanyamenyebabkan kelainan yang menetap. Dampak dari kerusakan ini bisa diminimalkan
denganmenjalani terapi rehabilitasi. Penderita cedera kepala berat kadang mengalami
amnesia dantidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
penurunan kesadaran.Jika kesadaran telah kembali pada minggu pertama, maka biasanya
ingatan penderita akan pulih kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Penerbit : Dian Rakyat.Jakarta :
20092.Price SA, Wilson LM. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf. In : Pendit BU,
HartantoH, Wulansari P, Mahanani DA, Editors. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProsesPenyakit, 6th ed. Jakarta : EGC ; 2005
Hafid A. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi kedua. Jong W.D. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC
27