apa tujuan pemberian Ranitidin pada pasien ini, sedang pasien tidak
mengeluh sakit peruh, bahkan tampaknya juga enggak sadar. ?
2. Saya lihat sepertinya seluruh wajahnya juga ikut terbakar, apa mungkin pada
pasien ini meninggalnya karena trauma inhalasi ?
setiap hal mungkin saja terjadi. Trauma inhalasi prosesnya adalah terjadi
edema di saluran nafasnya, baik di bronkus, bronkiolus bahkan sampai
sampai alveolar. Namun pada saat diperiksaan, pasien ini tidak terdapat
ronkhi maupun wheezing, jadi kecuriaan akan trauma inhalasi belum
didukung data pemfis.
kateter dipasang untuk menilai produksi urin,, ini untuk menilai input dan
output dari cairan yang kita berikan. Apalagi dengan luka bakar cukup luas,
tentu cairan akan semakin banyak yang dimasukkan maka yang keluar juga
banyak, namun jika ternyata yang keluar sedikit, ini ada kemungkinan terjadi
masalah, missal gagal ginjal.
Kalau tidak ada obstruksi, tdak ada keharusan. namun lebih baik dipasang,
guna melihat hal tadi.
4. kenapa pasien ini dikategorikan grade II sedang dia luka bakarnya sudah
sampai seluruh tubuh ?
kita pahami kembali makna grade dalam luka bakar, yakni berdasarkan
kedalaman lukanya. Sedang luas luka bakar untuk menentukan tingkat
keparahannya, apakah berat, sedang maupun ringan. Pasien dating dengan
keluhan nyeri, artinya sarafnya masih merasakan impuls nyeri, berarti belum
rusak, makanya dikategorikan ke dalam grade II, jika dia sudah tidak
merasakann nyeri lagi, dan kita lihat luka nya tampak lebih dalam, baru kita
kategorikan ke derajat III,
5. saya ada dengar, jika penanganan pertama jika terkena luka bakar adalah aliri
dengan air dingin, kenapa tidak direndam dalam es saja sekalian ? ada juga
dikasi minyak atau oli, itu bagaimana ?
1. sirs
singkatnya respon inflamasi secara sistemik. Setiap trauma maupun luka
bakar akan melepaskan mediator-mediator inflamasi. Awalnya sifatnya
fisiologis, artinya mendukung proses penyembuhan luka. Berubah secara
berlebihan, sehingga menyebabkan kerusakan organ bahkan disfungsi
hingga gagal menjalan kan fungsi.
Cirinya jika dijumpai 2 atau lebih dari gejala berikut :
- Hipertermia (suhu > 38C) atau hipotermia (suhu < 36C)
- Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)
- Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2
rendah (PaCO2< 32 mmHg)
- Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000
sel/mm3) atau dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).
2. mods
adalah hasil akhir dari SIRS, jadi SIRS adalah awal mula kerusakan organ,
sehingga terjadilah beberapa organ yang terkena dan akhirnya terjadi
gangguan fungsi. Dapar dikatakan bahwa akhir dari SIRS adalah MODS
tampak salah satu kerusakan yang jelas adalah GInjal. Bisa kita nilai dari
urine outputnya, hanya 70CC selama 8 jam
3. sepsis
jika tanda tanda SIRS tadi, seperti hipertermia, takikardi, takipneu,
leukosistosis/leukopenia. Jika diperoleh bukti penyebabnya adalah
bakteri, yang kita buktikan melalui kultur darah, maka disebut sebagai
SEPSIS