PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Kanker Serviks”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing kami dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),
Sp.OG (K), yang telah meluangkan waktunya kepada kami dan memberikan
bimbingan serta masukan dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dilahirkan melalui jalan normal dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel
abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi
keganasan.5
Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan perlu menumbuhkan kesadaran diri
pada wanita dalam melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks serta
berperilaku hidup sehat dan bersih. Jika pada pemeriksaan awal ibu tidak terkena
kanker serviks maka dapat dilakukan pencegahan dengan vaksinasi. Namun, bagi
ibu yang sudah terkena kanker serviks maka harus segera diberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan stadium yang diderita untuk mencegah terjadinya
metastase (penyebaran ke organ lain).5
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit Kanker Serviks
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat
terhadap Kanker Serviks serta melakukan penatalaksanaan yang
tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan prognosis yang
baik.
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
1. Bagi Profesi Kedokteran
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk memberikan pendidikan
kesehatann terutama pada wanita yang mengalami paritas lebih dari tiga
kali dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber motivasi
bagi profesi kedokteran untuk melakukan penyuluhan kesehatan hal ini
sesuai dengan peran kedokteran yaitu sebagai pendidik dan konselor
kesehatan.
2. Bagi wanita
Wanita mengetahui jumlah paritas merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker serviks.
2
3. Bagi Penelitian yang akan datang
Dijadikan sebagai informasi untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan kanker serviks dan dapat menjadi
sebuah rekomendasi bagi penelitian selanjutnya
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus
uteri oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang berarti leher.
Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut. Batas atas serviks adalah ostium
interna. Serviks letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian
yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio vaginalis. Rata-rata
ukurannya adalah 3cm panjang dan 2,5cm lebar portio vaginalis. Ukuran dan
bentuk serviks bervariasi sesuai usia, hormon, dan paritas. Sebelum melahirkan,
ostium eksternal masih sempit, hanya berbentuk lingkaran kecil di tengah serviks.
Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong
antara ostium eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis
endoservikalis.6
4
Gambar 2.1. Anatomi sistem reproduksi wanita (dikutip dari http://www.artikelsiana.com/2016/02/ciri-ciri-
kanker-serviks-sesuai-stadium.html)
Permukaan serviks terdiri atas dua macam epitel yaitu epitel kolumner dan
epitel skuamosa dan antara epitel dengan stroma dibatasi oleh membran basalis.
Epitel kolumner menutupi endoserviks pada kanalis serviks. Kelenjar endoserviks
yang terdapat di bawahnya adalah lipatan epitel atau kripte yang masuk ke dalam
stroma dan bukan kelenjar asli.6
Epitel ini terdiri atas dua macam sel yaitu sel tidak bersilia yang memproduksi
lendir/mukus dan berfungsi membasahi kanalis servikalis dan sel yang bersilia
yang berfungsi membersihkan lendir. Epitel skuamosa melapisi ektoserviks,
terdiri atas empat lapis sel yaitu: 1) Lapisan yang paling dalam adalah lapisan
basal atau lapisan germinal yang berfungsi untuk regenerasi sel. Lapisan ini
tersusun dari satu sama atau dua lapis sel yang berbentuk lonjong dan berdiri
tegak lurus terhadap membrana basal. 2) Lapisan kedua adalah parabasal yang
berfungsi untuk pertumbuhan sel. 3) Lapisan ketiga adalah lapisan intermedier
yang berfungsi untuk permatangan sel di mana sitoplasma dan glikogen semakin
banyak sedangkan inti sel tetap. 4) Paling luar adalah lapisan superfisial yaitu sel-
sel pipih yang matang dengan inti piknotik agak meninggi di tengah dan
sitoplasma banyak.6
5
Gambar 2.2. Histologi Serviks (dikutip dari Vinoshini, 2015)
2.2.1 Defenisi
2.2.2 Epidemiologi
6
2.2.3 Etiologi
Penyebab primer kanker serviks adalah infeksi kronik serviks oleh satu
atau lebih virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko
tinggi menyebabkan kanker serviks yang ditularkan melalui hubungan seksual
(penyakit menular seksual). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia
belasan tahun, sampai tiga puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan
muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi menjadi
kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 di mana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada
sekitar 70% kasus.8
Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim
menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT)
yang merupakan lesi prakanker. Sementara HPV yang berisiko sedang dan rendah
menyebabkan kanker (tipe non-onkogenik) berturut turut adalah tipe 30, 31, 33,
35, 39, 51, 52, 58, 66 dan 6, 11, 42, 43, 44, 53, 54,55.9
7
terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda-beda sehingga dapat
mengakibatkan perubahan dari displasia menjadi kanker.10
2. Paritas
Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering melahirkan.
Semakin sering melahirkan, semakin besar risiko mendapatkan kanker serviks.
Perempuan dengan paritas tinggi (>3) merupakan faktor risiko kejadian kanker
serviks terkait dengan terjadinya eversi epitel kolumner serviks selama kehamilan
yang menyebabkan dinamika baru epitel metaplastik imatur yang dapat
meningkatkan risiko transformasi sel serta trauma pada serviks sehingga dterjadi
infeksi HPV resisten. Hal ini dibuktikan pada suatu studi kohort dimana
didapatkan bahwa infeksi HPV lebih mudah ditemukan pada wanita hamil
dibandingkan dengan yang tidak hamil. Selain itu pada kehamilan terjadi
penurunan kekebalan seluler.2
3. Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral merupakan faktor risiko kanker serviks. Kontrsepsi oral
dapat berbentuk pil kombinasi, sekuensial, mini atau pasca senggama dan bersifat
reversible. Kontrasepsi oral kombinasi merupakan campuran estrogen sintetik
seperti noretrindon. Kontrasepsi ini mengandung kandungan estrogen dan
progesterone yang tetap. Pemakaian estrogen dapat berisiko karena merangsang
penebalan dinding endometrium dan merangsal sel-sel endometrium sehingga
berubah sifat menjadi kanker. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka
panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali.11
4. Sosial Ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan faktor risiko kanker serviks. Wanita di kelas
sosial ekonomi yang rendah memiliki faktor risiko lima kali lebih besar daripada
faktor risiko pada wanita di kelas paling tinggi. Hubungan ini dikacaukan oleh
hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan.2
8
Menurut Suwijoga pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang
menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidikan dan pendapatan yang rendah.10
5. Tingkat Pendidikan
6. Kebiasaan Merokok
7. Umur
Umur diatas 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker serviks.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko seseorang terkena
kanker serviks. Meningkatnya risiko kanker serviks pada usia lebih dari 35 tahun
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
9
pemaparan terhadap karsinogen serta melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
pertambahan umur.2
8. Defisiensi Gizi
Menurut N.Fatimah menganalisis terjadinya peningkatan displasia ringan
dan sedang yang berhubungan dengan defisiensi zat gizi seperti beta karotin,
vitamin A dan asam folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang
mengandung bahan-bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk,
anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat untuk mencegah terjadinya kanker.
Dari beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C,
vitamin E, beta karotin atau retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko
kanker serviks.10
9. Karakterisitik Pasangan
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi
sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi case-control
menunjukan pasien dengan kanker serviks lebih sering mengalami menjalani seks
aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, partner dari
pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang istrinya meninggal terkena
kanker serviks juga akan meningkatkan risiko kanker serviks.10
10
2.2.5 Patofisiologi
Gambar 2.3. Perjalanan Kanker Serviks (PNPK Kanker Serviks, 2015, Calver, L.E., 2008).
11
Kesulitan atau nyeri saat berkemih.
Terasa nyeri didaerah sekitar panggul.
Perdarahan pada masa pra atau pasca menopause.
Bila kanker sudah mencapai stadium tiga ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dan
sebagainya.10
2.2.7 Diagnosis
a. Gejala
Lesi prakanker dan kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya
dapat terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi. Boon dan Suurmeijer melaporkan
bahwa sebanyak76% kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika sudah
terjadi kanker akan timbul gejala yang sesuai penyakitnya, yaitu dapat lokal atau
tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pasca senggama atau dapat
juga terjadi perdarahan di luar masa haid dan pasca menopause. Jika tumornya
besar, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan cairan (duh) berbau yang mengalir
keluar dari vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut, akan timbul nyeri panggul,
gejala yang berkaitan dengan kandung kemih dan usus besar.12
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan inspekulo:
Pada stadium awal terlihat normal, seiring makin progresifnya kanker,
akan menimbulkan ulkus, erosi, atau massa.13
Penegakkan Diagnosis
Diagnosis definitif harus didasarkan pada konfirmasi histopatologi dari
hasil biopsi lesi sebelum pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut
dilakukan.12
12
1. Sitologi
2. Kolposkopi
13
3. Biopsi
4. Konisasi
2.2.8 Staging
a. Sistem Staging Kanker
International Federation of Gynecologists and Obstetricians Staging
System for Cervical Cancer (FIGO) menetapkan suatu sistem stadium kanker
sebagai berikut:15
14
Table 2.2 stadium klinik menurut FIGO16
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat
secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam
stadium IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada
ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih
besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4.0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai
1/3 bawah vagina
IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang
IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm
III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau
menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau menimbulkan hidronefrosis atau
afungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/atau meluas keluar
panggul kecil (true pelvis)
15
Gambar 2.5 Stadium Kanker Serviks menurut FIGO15
2.2.9 Skrining
Ada beberapa metode pemeriksaan untuk skrining kanker serviks, seperti
tes Pap (Pap Smear), Pap net, servikografi, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),
tes HPV, kolposkopi dan sitologi berbasis cairan (Thin-Layer Pap Smear
Preparation).16
Namun metode yang sekarang ini sering digunakan diantaranya adalah Tes
Pap dan Inspeksi Visual Asetat (IVA). Tes pap memiliki snesitivitas 51% dan
16
spesifisitas 98%. Selain itu pemeriksaan Pap Smear masih memerlukan penunjang
laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relatif memerlukan waktu dan
biaya besar. Sedangkan IVA memiliki sensitivitas sampai 96% dan spesifisitas
97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang terlatih.16
a. Tes IVA
Definisi
Tes visual dengan menggunakan asam cuka (asam asetat 3-5%) pada
serviks dam melihat adanya perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami
displasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks.11
Teknik
Oleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks, tunggu 1-2 menit
untuk terjadinya perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks,
perhatikan dengan cermat daerah di sekitar zona transformasi. Lalu lihat
apakah ada plak berwarna putih dan tebal (epitel acetowhite) bila
menggunakan larutan asam asetat.12
17
b. Pap Smear
Definisi
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan portio untuk
melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio
(displasia) sbegai tanda awal keganasan serviks atau prakanker.11
Indikasi
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita
sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara
seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun
atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali,
melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko
tinggi harus melakukan tes setiap tahun.17
18
Interpretasi Hasil Pap Smear
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap
Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma
(CIN), dan sistem Bethesda.
19
- Atypical Glandular Cells
- Adenokarsinoma Endoservikal In situ
- Adenokarsinoma Endoserviks
- Adenokarsinoma Endometrium
- Adenokarsinoma Ekstrauterin
- Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
2.2.10 Tatalaksana
a. Tatalaksana Lesi Prakanker
20
Terapi NIS dengan Destruksi Lokal
Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain krioterapi dengan N2O
dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan
untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang
kemudian pada fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel
skuamosa yang baru.15
2.2.11 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam usaha pencegahan terjadinya
knaker serviks antara lain :
a. Vaksin HPV
Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis dapat melindungi tubuh dalam
melawan kanker yang disebabkan oleh HPV (tipe 16 dan 18). Salah satu vaksin
dapat membantu menangkal timbulnya kutil di daerah genital yang diakibatkan
oleh HPV 6 dan 11, juga HPV 16 dan 18.12
b. Penggunaan Kondom
Para ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi kini mereka punya
bukti pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi risiko penuaran virus
penyebab kutil kelamin dan banyak kasus kanker leher rahim. Hasil pengkajian
21
atas 82 orang yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine
memperlihatkan bahwa wanita yang mengaku pasangannya selalu menggunakan
kondom saat berhubungan seksual kemungkinan 70% lebih kecil untuk terkena
infeksi human papilloma virus (HPV) dibanding wanita yang pasangannya sangat
jarang menggunakan kondom.12
d. Tidak merokok
Tembakau mengandung bahan—bahan karsinogen baik yang didhisap
sebagai roko atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclicaromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin
pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurukan status imun lokal
sehingga dapat menjadi ko-karsinogen infeksi virus.12
e. Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan
berkhasiat mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur,
bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat,
vitamin C, vitamin E, beta-karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko
kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta-karoten mempunyai khasiat
antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap
pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk dari oksidasi karsinogen bahan
kimia.12
22
2.2.12 Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-
years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%,
stadium III kira-kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.12
23
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PENYAKIT
Ny. HS, 60 tahun, P6A2, Batak, Kristen Protestan, SMP, Ibu Rumah Tangga istri
dari Tn. M, 67 tahun, Batak, Kristen Protestan, SMP, Pensiunan, usia pertama
menikah 17 tahun, datang dengan:
Keluhan Utama : Perdarahan dari vagina
Telaah : Keluhan dialami sejak ± 6 bulan yang lalu dan dirasakan memberat
dalam 1 bulan ini. Darah yang keluar berupa darah segar dengan
frekuensi ganti pempers 2x/hari. Gumpalan darah dijumpai sedikit. Nyeri
abdomen dijumpai. Riwayat keputihan dijumpai. Penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan ± 6 kg dijumpai dalam 4 bulan ini.
Sebelumnya pasien merupakan pasien rawat inap RSUP Haji Adam
Malik dan pulang 2 hari yang lalu dengan diagnosa Ca. Cervix + Susp.
Sarcoma Uteri. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat keluarga
dengan penyakit keganasan dijumpai yaitu adik pasien yang didiagnosa
dengan Tumor Rahim.
24
RPT: Ca. Cervix sejak November 2018
RPO: Transfusi 3 kantung PRC (10/04/19)
Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu Ibu Rumah Tangga,
ekonomi cukup dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 14 tahun
Lama : 4-6 hari
Siklus : 28 hari
Volume : ± 3 doek/hari
Nyeri : ada
Menopause : 54 tahun
HPHT : tidak ingat
RIWAYAT KEHAMILAN
1. Laki-laki, 40 tahun, psp, bidan
2. Laki-laki, 38 tahun, psp, bidan
3. Laki-laki, 35 tahun, psp, bidan
4. Perempuan, 33 tahun, psp, bidan
5. Perempuan, 30 tahun, psp, bidan
6. Laki-laki, 28 tahun, psp, bidan
RIWAYAT OPERASI
Apendektomi
RIWAYAT KB
KB implant selama 5 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Status Presens:
Sensorium : Compos mentis Anemis : +/+
Tekanan darah : 130/80 mmHg Ikterik : -/-
Nadi : 93 x/menit Sianosis: -
25
Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe : -
Temperatur : 36,8oC Oedema: -
VAS : 4-5
Status Lokalisata :
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
isokor, kanan = kiri
Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai
Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Jantung: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)
Mammae : simetris, puting susu menonjol
Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-), edem pretibial(-/-)
Abdomen : soepel, peristaktik (+) N, nyeri tekan (+)
Perdarahan pervaginam : (+)
Lochia : (-)
Perineum : utuh
Jahitan : (-)
Status Ginekologi:
Inspekulo : tampak massa eksofitik pada serviks, mudah berdarah,
tampak perdarahan aktif
RVT : teraba massa eksofitik pada serviks ukuran 5x5cm
VT: AF>BB, teraba massa padat dengan pole atas setentang
umbilical, pole bawah setentang symphysis pubis, permukaan
rata, mobile, nyeri tekan tidak ada. Adneksa kanan dan kiri
26
tidak teraba massa, parametrium kanan dan kiri tegang CD
tidak menonjol, spincter ani ketat, mukosa recti licin.
PEMERIKSAAN USG
Kandung kemih terisi
UT AF 18,0 x 8,68 x 7,07 cm
Tampak gambaran hipoechoik pada cavum uteri 4,4 x 4 cm
Endometrial thickness 0,87 cm
Adnexa kiri dan kanan dalam batas normal
Kesimpulan : Susp. Sarcoma Uteri
LABORATORIUM (16/04/2019)
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Rujukan
Hemoglobin g/dL 11,2 12 - 16
Eritrosit Juta/µL 3,95 4,10 - 5,10
Leukosit /µL 12.320 4,000 - 11,000
Hematokrit % 35 36 - 47
Trombosit /µL 302.000 150,000 - 450,000
DIAGNOSA KERJA
Ca. Cervix IIIB + Susp. Sarcoma Uteri
TERAPI
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1gr/IV
- Inj. Ketorolak 30mg/IV
- Inj. Ranitidin 50mg/IV
RENCANA TINDAKAN
- Rawat inap, Observasi perdarahan
27
BAB 4
FOLLOW-UP PASIEN
Tanggal Follow-up
16 April 2019 S : Perdarahan pervaginam (+)
10.30 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37oC
A : Ca Cervix std. IIIB
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Evaluasi perdarahan
R/ CT-Scan abdomen dengan kontras pada 22 April 2019
28
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 110 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
A : Ca Cervix std. IIIB
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
R/ - Cek darah rutin
- Aff tampon besok
29
Emergency
30
- Inj. Lansoprazole 30 mg/IV/24 jam
- Observasi perdarahan
31
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat 3x500 mg tab
- Kompolax syr. 2 cth
- Dulcolax supp. 2x1
- Observasi perdarahan
22 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ CT-Scan abdomen dengan kontras hari ini
23 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (+)
O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
32
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - USG dan assessment di poli
- CT simulator hari ini
33
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ Foto thorax PA
34
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 25 April 2019
Hb/Ht/Leu/Plt : 9,0/28/12.850/392.000
26 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x +
Anemia (9,0)
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Radiasi tanggal 30 April 2019
- Transfusi PRC 2 bag (masuk bag pertama)
27 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x +
Anemia (9,0)
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
35
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Transfusi PRC 2 bag (masuk bag kedua)
- Cek darah rutin post transfusi
28 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x +
Anemia (9,0)
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Pasang tampon ikat sebanyak 4 buah
36
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,6 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Evaluasi perdarahan, aff tampon
- Pasang 1 tampon gulung dan 1 kassa lepas
- Radiasi I dipercepat hari ini
30 April 2019 S : Perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi eksterna I
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
37
R/ - Aff tampon besok
- Radiasi II hari ini
38
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI Kasus
Semua kasus yang diduga ca Ny. HS (77.68.16),60thn,batak,kristen,
serviks harus dirawat di rumah sakit Smp,ibu rumah tangga,menikah datang
rujukan Namun, beberapa gejala dengan keluhan:
mengarah kepada infeksi HPV menjadi Keluhan utama: Perdarahan dari
kanker serviks antara lain: vaginam.
Telaah :Keluhan dialami sejak ± 6
Terdapat keputihan berlebihan, bulan yang lalu dan dirasakan
berbau busuk dan tidak sembuh- memberat pada 2 hari ini.
sembuh. Darah yang keluar berupa
Adanya perdarahan tidak darah segar dengan frekuensi
normal. Hanya terjadi bila ganti pempers 2x/hari.
setelah sel-sel leher rahim Gumpalan darah dijumpai
menjadi bersifat kanker dan sedikit. Nyeri abdomen
menyerang jaringan-jaringan di dijumpai. Riwayat keputihan
sekitarnya. dijumpai. Penurunan nafsu
Meningkatnya perdarahan makan dan penurunan berat
selama menstruasi. badan ± 6 kg dijumpai dalam 4
39
Bila kanker sudah mencapai RPO : Transfusi 3 kantung PRC
stadium tiga ke atas, maka akan (10/04/19)
terjadi pembengkakan Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan
diberbagai anggota tubuh seperti psikososial yaitu Ibu Rumah Tangga,
betis, paha, tangan dan ekonomi cukup dan tidak ada riwayat
sebagainya.10 gangguan psikososial.
Faktor Resiko RIWAYAT KEHAMILAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi
1. Laki-laki, 40 tahun, psp, bidan
kanker serviks antara lain : 2. Laki-laki, 38 tahun, psp, bidan
Umur
3. Laki-laki, 35 tahun, psp, bidan
Pritas
4. Perempuan, 33 tahun, psp, bidan
Pola huungan seksual
5. Perempuan, 30 tahun, psp, bidan
Kontrasepsi oral 6. Laki-laki, 28 tahun, psp, bidan
Sosio ekonomi
Tingkat pendidikan
Defisensiasi gizi
40
Pemeriksaan Rectal Vaginal VT: AF>BB,
Toucher teraba massa padat
Pada stadium lanjut dapat teraba dengan pole atas
massa. setentang
umbilical, pole
bawah setentang
symphysis pubis,
permukaan rata,
mobile, nyeri tekan
tidak ada. Adneksa
kanan dan kiri
tidak teraba massa,
parametrium kanan
dan kiri tegang CD
tidak menonjol,
spincter ani ketat,
mukosa recti licin.
PEMERIKSAAN USG
Kandung kemih terisi
UT AF 18,0 x 8,68 x 7,07 cm
Tampak gambaran hipoechoik pada
cavum uteri 4,4 x 4 cm
Endometrial thickness 0,87 cm
Adnexa kiri dan kanan dalam batas
normal
Kesimpulan : Susp. Sarcoma Uteri
41
Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi prakanker Terapi Medikamentosa
disesuaikan dengan fasilitas pelayanan TERAPI
kesehatan, kemampuan sumber daya - IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
manusia dan sarana prasarana yang ada. - Inj. Asam traneksamat 1gr/IV
Pada tingkat pelayanan primer dengan - Inj. Ketorolak 30mg/IV
sarana dan prasarana terbatas, dapat - Inj. Ranitidin 50mg/IV
dilakukan program skrining atau
deteksi dini dengan tes IVA. Skrining
dengan tes IVA dapat dilakukan dengan
cara single visit approach atau see and
treat program, yaitu bila didapatkan
temuan IVA positif maka selanjutnya
dapat dilakukan pengobatan sederhana
dengan krioterapi oleh dokter umum
atau bidan yang sudah terlatih.15
Pada skrining dengan tes
Papsmear, temuan hasil abnormal
direkomendasikan untuk konfirmasi
diagnostik dengan pemeriksaan
kolposkopi. Bila diperlukan maka
dilanjutkan dengan tindakan Loop
Excision Electrocauter Procedure
(LEEP) atau Large Loop Excision of
the Transformation Zone (LLETZ)
untuk kepentingan diagnostik maupun
sekaligus terapeutik. Bila hasil
elektrokauter tidak mencapai bebas
batas sayatan, maka bisa dilanjutkan
42
dengan tindakan konisasi atau
histerektomi total. Temuan abnormal
hasil setelah dilakukan kolposkopi.15
Low Grade Squamous
Intraepithelial Lesion (LSIL),
dilakukan LEEP dan observasi 1
tahun.
High Grade Squamous
Intraepithelial Lesion (HSIL),
dilakukan LEEP dan observasi 6
bulan
43
serviks invasif tergantung dari
stadium berapa kanker serviks
tersebut. Penatalaksanaan
kanker serviks yang utama pada
stadium awal yaitu stadium 1A
sampai 2A adalah dapat berupa
konisasi, histerektomi total,
radikal histerektomi +
Limfadenektomi pelvis. Operasi
khusus seperti ini lazimnya
dikerjakan oleh seorang ahli di
bidang kanker kandungan
(onkologi -ginekologi).
Sedangkan penatalaksanaan
pada stadium 2B keatas adalah
kemoradiasi, radiasi, neoajuvan
kemoterapi atau kemoradiasi
paliatif saja
44
BAB 6
KESIMPULAN
Ny. HS, 60 tahun, P6A2, Batak, Kristen Protestan, SMP, Ibu Rumah Tangga
istri dari Tn. M, 67 tahun, Batak, Kristen Protestan, SMP, Pensiunan, usia pertama
menikah 17 tahun, datang dengan keluhan utama nyeri ke perdarahan dari vagina.
Keluhan dialami sejak ± 6 bulan yang lalu dan dirasakan memberat dalam 1 bulan
ini. Darah yang keluar berupa darah segar dengan frekuensi ganti pempers 2x/hari.
Gumpalan darah dijumpai sedikit. Nyeri abdomen dijumpai. Riwayat keputihan
dijumpai. Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan ± 6 kg dijumpai
dalam 4 bulan ini. Sebelumnya pasien merupakan pasien rawat inap RSUP Haji
Adam Malik dan pulang 2 hari yang lalu dengan diagnosa Ca. Cervix + Susp.
Sarcoma Uteri. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat keluarga dengan
penyakit keganasan dijumpai yaitu adik pasien yang didiagnosa dengan Tumor
Rahim. Riwayat operasi sebelumnya pasien pernah operasi apendektomi. Riwayat
pemakaian KB didapati pasien memakai KB implant selama 5 tahun.
Pada pemeriksaan ginekologi dijumpai massa eksofitik pada serviks ukuran
5x5cm, mudah berdarah, tampak perdarahan aktif. Pada pemeriksaan USG
didapatkan kesimpulan Susp. Sarcoma Uteri.
Pasien mendapat tatalaksana IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I, Inj. Asam
traneksamat 1gr/IV, Inj. Ketorolac 30 mg/IV, Inj. Ranitidin 50mg/IV. Kemudian
pasien direncanakan Rawat inap untuk observasi perdarahan.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
13. Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Kanker Serviks
14. Arisusilo, C, 2012, ‘Kanker Serviks Sebagai Pembunuh Wanita Terbanyak
di Negara Berkembang’, Sainstis, vol. 1, no. 1, pp. 112-123.
15. Departemen Kesehatan. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Kanker serviks.2018. Kanker Serviks, draft, Bakti Husda,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
16. Nuranna, L. penanggulangan Kanker Serviks yang Sahih dan Andal
dengan metode Proaktif-VO (Proaktif, koordinatif dengan skrining IVA
dan terapikrio). Desertasi Doktor. jakarta: FKUI; 2005.
17. American Cancer Society, 2009. Cervical Cancer. Available from
http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/CRI_2_2_2x_Can_Cancer_of
_the_Cervix_Be_Prevented.asp?rnav=cri
18. Soepardiman, H.M., 2002. Tes Pap dan Interpretasi. In: Ramli, H.M., et al,
eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 123-129.
19. Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L.,
eds. Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC, 100-104.
20. Saviano, E.C., 1993. Papanicolaou Smear & Cervical Intraepithelial
Neoplasia. In: Brown, J.S., Crombleholme, W.R., eds. Handbook of
Gynecology & Obstetrics. Stamford: Appleton & Lange, 36-40.
21. Feig, R.L., et al., 2001. First Aid For The Obstetrics & Gynecology
Clerkship. US: McGraw-Hill.
22. Marquardt, N., 2002. Cervical Neoplasma and Carcinoma. In: Marquardt,
N., ed. Obstetrics and Gynecology, 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins, 547-565.
47
48