Anda di halaman 1dari 51

KANKER SERVIKS

PEMBIMBING :

dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), Sp.OG (K)

Disusun Oleh :

Arifin M Siregar 140100196


Maruli Liasna 140100215
Febriana Rahmadani 140100162
Nanda Reza Javanda 140100145
Mitra Khairani 140100005
Harintharan 130100325
Kiko Sihombing 120100046
Shaheen Reddi 120100441

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Kanker Serviks”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing kami dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),
Sp.OG (K), yang telah meluangkan waktunya kepada kami dan memberikan
bimbingan serta masukan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.

Medan, 2 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Anatomi dan Histologi Serviks ................................................................. 4
2.2 Kanker Serviks........................................................................................... 6
2.2.1 Definisi .................................................................................. …… . 6
2.2.2 Epidemiologi..................................................................................... 6
2.2.3 Etiologi ............................................................................................. 7
2.2.4 Faktor Risiko .................................................................................... 7
2.2.5 Patogenesis dan Patofisiologi ........................................................... 11
2.2.6 Gejala Klinis ..................................................................................... 11
2.2.7 Diagnosis .......................................................................................... 12
2.2.8 Klasifikasi dan Staging ..................................................................... 14
2.2.9 Skrining ............................................................................................ 16
2.2.10 Tatalaksana ..................................................................................... 20
2.2.11 Pencegahan ..................................................................................... 21
2.2.12 Prognosis ........................................................................................ 23
BAB 3 LAPORAN KASUS .............................................................................. 24
BAB 4 FOLLOW UP PASIEN ........................................................................ 30
BAB 5 DISKUSI KASUS .................................................................................. 37
BAB 6 KESIMPULAN ..................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan suatu proses neoplasma atau keganasan pada


leher rahim (serviks) yang disebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV).
Kanker serviks menempati peringkat kedua penyakit yang dialami wanita di
seluruh dunia akibat kanker.1 Setiap tahun di seluruh dunia terdapat 600.000
kanker serviks invasif baru dan 300.000 kematian. Pada tahun 2012 terdapat
kurang lebih 270.000 kematian wanita karena kanker serviks, lebih dari 85% dari
kematian tersebut terjadi pada negara miskin dan berkembang.2 Faktor resiko
terjadinya infeksi HPV adalah hubungan seksual pada usia dini, berhubungan seks
dengan berganti-ganti pasangan dan memiliki pasangan yang suka berganti-ganti
pasangan. Ko-faktor yang memungkinkan infeksi HPV berisiko menjadi kanker
leher rahim antara lain status imunitas (pasien HIV positif), jumlah paritas yang
banyak, merokok, ko-infeksi dengan penyakit menular seksual lainnya atau
penggunaan jangka panjang (lebih dari 5 tahun) kontrasepsi oral.3
Menurut hasil penelitian dari PNPK4, jumlah kehamilan >3 kali
merupakan faktor prospektif terhadap kejadian kanker serviks. Kanker serviks
banyak ditemukan pada wanita yang melahirkan 3-5 kali. Bagi banyak orang tua,
beranggapan bahwa banyak anak maka akan banyak rejeki. Akan tetapi,
masyarakat banyak yang belum mengerti tentang akibat yang ditimbulkan dari
seringnya seorang ibu melahirkan. Dengan seorang ibu sering melahirkan dan
memiliki banyak anak maka akan menyebabkan hormon selama kehamilan dan
perlukaan pasca persalinan berubah menjadi sel kanker.
Wanita dengan paritas tinggi dapat menyebabkan trauma pada jalan lahir
dan dapat menimbulkan sel-sel abnormal pada mulut rahim jumlah anak yang

1
dilahirkan melalui jalan normal dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel
abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi
keganasan.5
Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan perlu menumbuhkan kesadaran diri
pada wanita dalam melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks serta
berperilaku hidup sehat dan bersih. Jika pada pemeriksaan awal ibu tidak terkena
kanker serviks maka dapat dilakukan pencegahan dengan vaksinasi. Namun, bagi
ibu yang sudah terkena kanker serviks maka harus segera diberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan stadium yang diderita untuk mencegah terjadinya
metastase (penyebaran ke organ lain).5

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit Kanker Serviks
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat
terhadap Kanker Serviks serta melakukan penatalaksanaan yang
tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan prognosis yang
baik.

1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
1. Bagi Profesi Kedokteran
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk memberikan pendidikan
kesehatann terutama pada wanita yang mengalami paritas lebih dari tiga
kali dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber motivasi
bagi profesi kedokteran untuk melakukan penyuluhan kesehatan hal ini
sesuai dengan peran kedokteran yaitu sebagai pendidik dan konselor
kesehatan.
2. Bagi wanita
Wanita mengetahui jumlah paritas merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker serviks.

2
3. Bagi Penelitian yang akan datang
Dijadikan sebagai informasi untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan kanker serviks dan dapat menjadi
sebuah rekomendasi bagi penelitian selanjutnya

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi Serviks

Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus
uteri oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang berarti leher.
Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut. Batas atas serviks adalah ostium
interna. Serviks letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian
yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio vaginalis. Rata-rata
ukurannya adalah 3cm panjang dan 2,5cm lebar portio vaginalis. Ukuran dan
bentuk serviks bervariasi sesuai usia, hormon, dan paritas. Sebelum melahirkan,
ostium eksternal masih sempit, hanya berbentuk lingkaran kecil di tengah serviks.
Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong
antara ostium eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis
endoservikalis.6

Pada serviks terdapat zona transformasi (transformation zone), yaitu: area


terjadinya perubahan fisiologi sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks.
Terdapat 2 ligamen yang menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan
uterosakral. Ligamen kardinal adalah jaringan fibromuskular yang keluar dari
segmen bawah uterus dan serviks ke dinding pelvis lateral dan menyokong
serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat yang mengelilingi serviks dan
vagina dan memanjang hingga vertebra. Serviks memiliki sistem limfatik melalui
rute parametrial, kardinal, dan uterosakral.6

4
Gambar 2.1. Anatomi sistem reproduksi wanita (dikutip dari http://www.artikelsiana.com/2016/02/ciri-ciri-
kanker-serviks-sesuai-stadium.html)

Permukaan serviks terdiri atas dua macam epitel yaitu epitel kolumner dan
epitel skuamosa dan antara epitel dengan stroma dibatasi oleh membran basalis.
Epitel kolumner menutupi endoserviks pada kanalis serviks. Kelenjar endoserviks
yang terdapat di bawahnya adalah lipatan epitel atau kripte yang masuk ke dalam
stroma dan bukan kelenjar asli.6

Epitel ini terdiri atas dua macam sel yaitu sel tidak bersilia yang memproduksi
lendir/mukus dan berfungsi membasahi kanalis servikalis dan sel yang bersilia
yang berfungsi membersihkan lendir. Epitel skuamosa melapisi ektoserviks,
terdiri atas empat lapis sel yaitu: 1) Lapisan yang paling dalam adalah lapisan
basal atau lapisan germinal yang berfungsi untuk regenerasi sel. Lapisan ini
tersusun dari satu sama atau dua lapis sel yang berbentuk lonjong dan berdiri
tegak lurus terhadap membrana basal. 2) Lapisan kedua adalah parabasal yang
berfungsi untuk pertumbuhan sel. 3) Lapisan ketiga adalah lapisan intermedier
yang berfungsi untuk permatangan sel di mana sitoplasma dan glikogen semakin
banyak sedangkan inti sel tetap. 4) Paling luar adalah lapisan superfisial yaitu sel-
sel pipih yang matang dengan inti piknotik agak meninggi di tengah dan
sitoplasma banyak.6

5
Gambar 2.2. Histologi Serviks (dikutip dari Vinoshini, 2015)

2.2 Kanker Serviks

2.2.1 Defenisi

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan leher


rahim (serviks). Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari
serviks (kanalis servikalis dan atau portio). Serviks adalah bagian ujung depan
rahim yang menjulur ke vagina.6

2.2.2 Epidemiologi

Menurut World Health Organitation (WHO, 2009) didapatkan data


500.000 sampai 1 juta kasus baru terinfeksi kanker serviks setiap tahunnya.
Sedangkan menurut data dari Globocan pada tahun 2008, didapatkan data pada
kasus kanker serviks di seluruh dunia mencapai 530.232 kasus. Asia memiliki
312.990 kasus kanker serviks dan baik dari jumlah global maupun Asia 58%
meninggal. Sebanyak 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks.
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker serviks, dan
sebanyak 80% terjadi pda wanita yang hidup di negara berkembang.7
Negara Indonesia memiliki penderita kanker serviks terbanyak dibandingkan
dengan negara berkembang lainnya. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI
saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per
100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.4

6
2.2.3 Etiologi

Penyebab primer kanker serviks adalah infeksi kronik serviks oleh satu
atau lebih virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko
tinggi menyebabkan kanker serviks yang ditularkan melalui hubungan seksual
(penyakit menular seksual). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia
belasan tahun, sampai tiga puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan
muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang berisiko tinggi menjadi
kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 di mana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada
sekitar 70% kasus.8
Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim
menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT)
yang merupakan lesi prakanker. Sementara HPV yang berisiko sedang dan rendah
menyebabkan kanker (tipe non-onkogenik) berturut turut adalah tipe 30, 31, 33,
35, 39, 51, 52, 58, 66 dan 6, 11, 42, 43, 44, 53, 54,55.9

2.2.4 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi kanker serviks antara lain :

1. Pola hubungan seksual


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara lesi pra kanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual pada
usia dini, khususnya sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga ada hubungan dengan
belum matangnya daerah transformasi pada usia tersebut bila sering terekspos.
Frekuensi hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih tingginya risiko pada
usia, tetapi tidak ada pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan seksual
menimbulkan konsep pria berisiko tinggi sebagai vektor yang dapat menimbulkan
infeksi yang berkaitan dengan penyakit hubungan seksual. Sedangkan Nugraha
B.D menganalisis bahwa akan terjadinya perubahan pada sel leher rahim pada
wanita yang sering berganti-gantian pasangan, penyebabnya adalah sering

7
terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda-beda sehingga dapat
mengakibatkan perubahan dari displasia menjadi kanker.10

2. Paritas
Kanker serviks sering terjadi pada wanita yang sering melahirkan.
Semakin sering melahirkan, semakin besar risiko mendapatkan kanker serviks.
Perempuan dengan paritas tinggi (>3) merupakan faktor risiko kejadian kanker
serviks terkait dengan terjadinya eversi epitel kolumner serviks selama kehamilan
yang menyebabkan dinamika baru epitel metaplastik imatur yang dapat
meningkatkan risiko transformasi sel serta trauma pada serviks sehingga dterjadi
infeksi HPV resisten. Hal ini dibuktikan pada suatu studi kohort dimana
didapatkan bahwa infeksi HPV lebih mudah ditemukan pada wanita hamil
dibandingkan dengan yang tidak hamil. Selain itu pada kehamilan terjadi
penurunan kekebalan seluler.2

3. Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral merupakan faktor risiko kanker serviks. Kontrsepsi oral
dapat berbentuk pil kombinasi, sekuensial, mini atau pasca senggama dan bersifat
reversible. Kontrasepsi oral kombinasi merupakan campuran estrogen sintetik
seperti noretrindon. Kontrasepsi ini mengandung kandungan estrogen dan
progesterone yang tetap. Pemakaian estrogen dapat berisiko karena merangsang
penebalan dinding endometrium dan merangsal sel-sel endometrium sehingga
berubah sifat menjadi kanker. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka
panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali.11

4. Sosial Ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan faktor risiko kanker serviks. Wanita di kelas
sosial ekonomi yang rendah memiliki faktor risiko lima kali lebih besar daripada
faktor risiko pada wanita di kelas paling tinggi. Hubungan ini dikacaukan oleh
hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan.2

8
Menurut Suwijoga pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang
menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidikan dan pendapatan yang rendah.10

5. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi tingkat


pendidikan seseorang, semakin mudah pula orang tersebut untuk menerima
informasi. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan berkaitan dengan sosio ekonomi,
kehidupan seks, dan kebersihan. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan
memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan, sehingga orang tersebut
memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatannya dan melakukan upaya-upaya
pencegahan agar terhindar dari penyakit khususnya kanker serviks.2

6. Kebiasaan Merokok

Wanita yang memiliki kebiasaan merokok berisiko 2 kali lebih besar


terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok. Risiko
menderita kanker serviks meningkat dengan peningkatan jumlah batang rokok
yang dikonsumsi, tetapi tidak berhubungan dengan lamanya merokok. Rokok
mengandung karsinogen, yakni bahan kimia yang dapat memicu kanker. Bahan
karsinogen tersebut akan diserap ke dalam paru-paru, lalu masuk ke dalam darah,
dan selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Para peneliti
menduga bahan kimia tersebut menjadi penyebab kerusakan DNA sel serviks
yang kemudian berkembang menjadi kanker serviks. Selain itu merokok dapat
menurunkan daya tahan tubuh kita dalam memerangi infeksi HPV.9

7. Umur
Umur diatas 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker serviks.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko seseorang terkena
kanker serviks. Meningkatnya risiko kanker serviks pada usia lebih dari 35 tahun
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu

9
pemaparan terhadap karsinogen serta melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
pertambahan umur.2

8. Defisiensi Gizi
Menurut N.Fatimah menganalisis terjadinya peningkatan displasia ringan
dan sedang yang berhubungan dengan defisiensi zat gizi seperti beta karotin,
vitamin A dan asam folat. Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang
mengandung bahan-bahan antioksidan seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk,
anggur, bawang, bayam dan tomat berkhasiat untuk mencegah terjadinya kanker.
Dari beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C,
vitamin E, beta karotin atau retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko
kanker serviks.10

9. Karakterisitik Pasangan
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi
sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi case-control
menunjukan pasien dengan kanker serviks lebih sering mengalami menjalani seks
aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, partner dari
pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang istrinya meninggal terkena
kanker serviks juga akan meningkatkan risiko kanker serviks.10

10. Etnis dan faktor sosial


Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko
pada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh
hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. Di USA ras negro,
hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden kanker serviks yang lebih tinggi
daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini mencerminkan pengaruh dari
sosioekonomi.11

10
2.2.5 Patofisiologi

Gambar 2.3. Perjalanan Kanker Serviks (PNPK Kanker Serviks, 2015, Calver, L.E., 2008).

Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada


lapisan epitel serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (NIS) 1, NIS 2,
NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya setelah menembus membrana
basalis akan berkembang menjadi karsinoma mikroinvasif dan invasif.
Pemeriksaan sitologi papsmear digunakan sebagai skrining, sedangkan
pemeriksaan histopatologik sebagai konfirmasi diagnostik.4

2.2.6 Gejala Klinis

Pada tahapan pra kanker sering tidak ditemukannya gejala (asimtomatis).


Bila ada gejala yang timbul biasanya keluar keputihan yang tidak khas. Namun,
beberapa gejala mengarah kepada infeksi HPV menjadi kanker serviks antara lain:
 Terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
 Adanya perdarahan tidak normal. Hanya terjadi bila setelah sel-sel leher
rahim menjadi bersifat kanker dan menyerang jaringan-jaringan di
sekitarnya.
 Meningkatnya perdarahan selama menstruasi.
 Terjadinya siklus diluar menstruasi dan setelah hubungan seks.
 Nyeri selama berhubungan seks.

11
 Kesulitan atau nyeri saat berkemih.
 Terasa nyeri didaerah sekitar panggul.
 Perdarahan pada masa pra atau pasca menopause.
 Bila kanker sudah mencapai stadium tiga ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dan
sebagainya.10

2.2.7 Diagnosis
a. Gejala
Lesi prakanker dan kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya
dapat terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi. Boon dan Suurmeijer melaporkan
bahwa sebanyak76% kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika sudah
terjadi kanker akan timbul gejala yang sesuai penyakitnya, yaitu dapat lokal atau
tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pasca senggama atau dapat
juga terjadi perdarahan di luar masa haid dan pasca menopause. Jika tumornya
besar, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan cairan (duh) berbau yang mengalir
keluar dari vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut, akan timbul nyeri panggul,
gejala yang berkaitan dengan kandung kemih dan usus besar.12

b. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan inspekulo:
Pada stadium awal terlihat normal, seiring makin progresifnya kanker,
akan menimbulkan ulkus, erosi, atau massa.13

 Pemeriksaan Rectal Vaginal Toucher


Pada stadium lanjut dapat teraba massa.13

 Penegakkan Diagnosis
Diagnosis definitif harus didasarkan pada konfirmasi histopatologi dari
hasil biopsi lesi sebelum pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut
dilakukan.12

12
1. Sitologi

Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan Pap’s Smear. Sitologi


bermanfaat untuk mendeteksi sel-sel serviks yang tidak menunjukkan adanya
gejala, dengan tingkat ketelitiannya mencapai 90%. Untuk deteksi diambil dari
dinding vagina atau dari serviks dengan spatel ayre atau kapas lidi kemudian
dibuat sediaan apus kaca benda yang bersih dan segera diberi alkohol 95%.10

Gambar 2.4 Proses Pap’s Smear14

2. Kolposkopi

Kolposkosi merupakan pemeriksaan serviks dengan menggunakan alat


kolposkopi yaitu alat yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah
pembesaran antara 6-40 kali dan terdapat sumber cahaya didalamnya. Kolposkopi
dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%. Alat ini pertama kali
diperkenalkan di Jerman pada tahun 1925 oleh Hans Hinselmann untuk
memperbesar gambaran permukaan porsio sehingga pembuluh darah lebih jelas
dilihat. Pada alat ini juga dilengkapi dengan filter hijau untuk memberikan kontras
yang baik pada pembuluh darah dan jaringan. Pemeriksaan kolposkopi dilakukan
untuk konfirmasi apabila hasil tes pap smear abnormal dan juga sebagai penuntun
biopsy pada lesi serviks yang dicurigai.10

13
3. Biopsi

Menurut Sjamsuddin (2001) biopsy dilakukan di daerah yang abnormal jika


sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang terlihat seluruhnya dengan
menggunakan kolposkopi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi
harus tajam dan harus diawetkan dalam larutan formalin 10% sehingga tidak
merusak epitel.10

4. Konisasi

Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga


bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut. Konisasi dilakukan apabila :10

 Proses dicurigai berada di endoserviks.


 Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
 Ada kesenjangan antara hasil sitologik dengan histopatologik

2.2.8 Staging
a. Sistem Staging Kanker
International Federation of Gynecologists and Obstetricians Staging
System for Cervical Cancer (FIGO) menetapkan suatu sistem stadium kanker
sebagai berikut:15

14
Table 2.2 stadium klinik menurut FIGO16

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)

I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat diabaikan)

IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat
secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam
stadium IB

IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada
ukuran secara horizontal

IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang

IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih
besar dari IA2

IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang

IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4.0 cm

II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai
1/3 bawah vagina

IIA Tanpa invasi ke parametrium

IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang

IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm

IIB Tumor dengan invasi ke parametrium

III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau
menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal

IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul

IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau menimbulkan hidronefrosis atau
afungsi ginjal

IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/atau meluas keluar
panggul kecil (true pelvis)

IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari


kelenjar getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau
tulang)

15
Gambar 2.5 Stadium Kanker Serviks menurut FIGO15

Penyebaran ke korpus uterus tidak mempengaruhi stadium. Penumbuhan


ke dinding panggul pendek dan induratif. Kalau tidak, nodular dimasukkan
sebagai stadium IIB, bukan stadium IIIB. Induratif sulit dibedakan apakah proses
kanker ataukah peradangan. Penemuan postoperasi dicatat tetapi tidak merubah
stadium yang ditetapkan praoperasi.15

2.2.9 Skrining
Ada beberapa metode pemeriksaan untuk skrining kanker serviks, seperti
tes Pap (Pap Smear), Pap net, servikografi, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),
tes HPV, kolposkopi dan sitologi berbasis cairan (Thin-Layer Pap Smear
Preparation).16
Namun metode yang sekarang ini sering digunakan diantaranya adalah Tes
Pap dan Inspeksi Visual Asetat (IVA). Tes pap memiliki snesitivitas 51% dan

16
spesifisitas 98%. Selain itu pemeriksaan Pap Smear masih memerlukan penunjang
laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relatif memerlukan waktu dan
biaya besar. Sedangkan IVA memiliki sensitivitas sampai 96% dan spesifisitas
97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang terlatih.16

a. Tes IVA
 Definisi
Tes visual dengan menggunakan asam cuka (asam asetat 3-5%) pada
serviks dam melihat adanya perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami
displasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks.11

 Teknik
Oleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks, tunggu 1-2 menit
untuk terjadinya perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks,
perhatikan dengan cermat daerah di sekitar zona transformasi. Lalu lihat
apakah ada plak berwarna putih dan tebal (epitel acetowhite) bila
menggunakan larutan asam asetat.12

 Interpretasi Hasil IVA


Klasifikasi IVA sesuai temuan klinis:12
Klasifikasi IVA Temuan Klinis
Hasil Tes-Positif Plak putih tebal atau epitel acetowhite, biasanya
dekat SSK
Hasil Tes-Negatif Permukaan polos dan halus, berwarna merah
jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi.
Kanker Massa mirip kembang kol atau bisul

17
b. Pap Smear
 Definisi
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan portio untuk
melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio
(displasia) sbegai tanda awal keganasan serviks atau prakanker.11

 Indikasi
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita
sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara
seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun
atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali,
melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko
tinggi harus melakukan tes setiap tahun.17

 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear


Prosedur Pemeriksaan Pap Smear adalah:11,18,19
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve
(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau
tanda, dan alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360˚ searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi
yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim
ke ahli patologi anatomi

18
 Interpretasi Hasil Pap Smear
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap
Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma
(CIN), dan sistem Bethesda.

Klasifikasi Papanicolau membagi hasil menjadi 5 :20


1. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
2. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada
indikasi adanya keganasan.
3. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia
ringan sampai sedang.
4. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
5. Kelas V : keganasan

Klasifikasi CIN dibagi menjadi 3 :21


1. CIN I : Merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel
neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
2. CIN II : Merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga
epitelium.
3. CIN III : Merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang
dimana telah melibatkan sampai ke basement membrane dari
epitelium

Klasifikasi Bethesda dibagi menjadi :22


1. Sel skuamosa
- Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
- Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
- High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
- Squamous Cells Carcinoma
2. Sel glandular
- Atypical Endocervical Cells
- Atypical Endometrial Cells

19
- Atypical Glandular Cells
- Adenokarsinoma Endoservikal In situ
- Adenokarsinoma Endoserviks
- Adenokarsinoma Endometrium
- Adenokarsinoma Ekstrauterin
- Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

2.2.10 Tatalaksana
a. Tatalaksana Lesi Prakanker

Tatalaksana lesi prakanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan


kesehatan, kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada.
Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas, dapat
dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes
IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat
program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat
dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan
yang sudah terlatih.15
Pada skrining dengan tes Papsmear, temuan hasil abnormal
direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi.
Bila diperlukan maka dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter
Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the Transformation Zone
(LLETZ) untuk kepentingan diagnostik maupun sekaligus terapeutik. Bila hasil
elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan
tindakan konisasi atau histerektomi total. Temuan abnormal hasil setelah
dilakukan kolposkopi.15
 Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL), dilakukan LEEP dan
observasi 1 tahun.
 High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL), dilakukan LEEP
dan observasi 6 bulan

Berbagai Metode Terapi Lesi Prakanker Serviks:

20
 Terapi NIS dengan Destruksi Lokal
Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain krioterapi dengan N2O
dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan
untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang
kemudian pada fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel
skuamosa yang baru.15

b. Tatalaksana Kanker Serviks Invasif


Tatalaksana kanker serviks invasif tergantung dari stadium berapa kanker
serviks tersebut. Penatalaksanaan kanker serviks yang utama pada stadium awal
yaitu stadium 1A sampai 2A adalah dapat berupa konisasi, histerektomi total,
radikal histerektomi + Limfadenektomi pelvis. Operasi khusus seperti ini
lazimnya dikerjakan oleh seorang ahli di bidang kanker kandungan (onkologi -
ginekologi). Sedangkan penatalaksanaan pada stadium 2B keatas adalah
kemoradiasi, radiasi, neoajuvan kemoterapi atau kemoradiasi paliatif saja (Sofian,
2011).15

2.2.11 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam usaha pencegahan terjadinya
knaker serviks antara lain :

a. Vaksin HPV
Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis dapat melindungi tubuh dalam
melawan kanker yang disebabkan oleh HPV (tipe 16 dan 18). Salah satu vaksin
dapat membantu menangkal timbulnya kutil di daerah genital yang diakibatkan
oleh HPV 6 dan 11, juga HPV 16 dan 18.12

b. Penggunaan Kondom
Para ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi kini mereka punya
bukti pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi risiko penuaran virus
penyebab kutil kelamin dan banyak kasus kanker leher rahim. Hasil pengkajian

21
atas 82 orang yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine
memperlihatkan bahwa wanita yang mengaku pasangannya selalu menggunakan
kondom saat berhubungan seksual kemungkinan 70% lebih kecil untuk terkena
infeksi human papilloma virus (HPV) dibanding wanita yang pasangannya sangat
jarang menggunakan kondom.12

c. Sirkumsisi pada pria


Sebuah studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada pria berhubungan
dengan penurunan risiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus seorang pria
dengan riwayat multiple sexual partners, terjadi penurunan risiko kanker serviks
pada pasangan wanita mereka yang sekarang.12

d. Tidak merokok
Tembakau mengandung bahan—bahan karsinogen baik yang didhisap
sebagai roko atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclicaromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin
pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurukan status imun lokal
sehingga dapat menjadi ko-karsinogen infeksi virus.12

e. Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan
berkhasiat mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur,
bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat,
vitamin C, vitamin E, beta-karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko
kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta-karoten mempunyai khasiat
antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap
pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk dari oksidasi karsinogen bahan
kimia.12

22
2.2.12 Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-
years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%,
stadium III kira-kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.12

23
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Status Orang Sakit


ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ny. HS (77.68.16)
Umur : 60 tahun
Suku : Batak
Alamat : Jl. Gatot Subroto Lk. II, Tebing Tinggi
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk : 16 April 2019
Jam Masuk : 19.44 WIB

ANAMNESA PENYAKIT
Ny. HS, 60 tahun, P6A2, Batak, Kristen Protestan, SMP, Ibu Rumah Tangga istri
dari Tn. M, 67 tahun, Batak, Kristen Protestan, SMP, Pensiunan, usia pertama
menikah 17 tahun, datang dengan:
Keluhan Utama : Perdarahan dari vagina
Telaah : Keluhan dialami sejak ± 6 bulan yang lalu dan dirasakan memberat
dalam 1 bulan ini. Darah yang keluar berupa darah segar dengan
frekuensi ganti pempers 2x/hari. Gumpalan darah dijumpai sedikit. Nyeri
abdomen dijumpai. Riwayat keputihan dijumpai. Penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan ± 6 kg dijumpai dalam 4 bulan ini.
Sebelumnya pasien merupakan pasien rawat inap RSUP Haji Adam
Malik dan pulang 2 hari yang lalu dengan diagnosa Ca. Cervix + Susp.
Sarcoma Uteri. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat keluarga
dengan penyakit keganasan dijumpai yaitu adik pasien yang didiagnosa
dengan Tumor Rahim.

24
RPT: Ca. Cervix sejak November 2018
RPO: Transfusi 3 kantung PRC (10/04/19)
Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu Ibu Rumah Tangga,
ekonomi cukup dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.

RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 14 tahun
Lama : 4-6 hari
Siklus : 28 hari
Volume : ± 3 doek/hari
Nyeri : ada
Menopause : 54 tahun
HPHT : tidak ingat
RIWAYAT KEHAMILAN
1. Laki-laki, 40 tahun, psp, bidan
2. Laki-laki, 38 tahun, psp, bidan
3. Laki-laki, 35 tahun, psp, bidan
4. Perempuan, 33 tahun, psp, bidan
5. Perempuan, 30 tahun, psp, bidan
6. Laki-laki, 28 tahun, psp, bidan
RIWAYAT OPERASI
Apendektomi
RIWAYAT KB
KB implant selama 5 tahun

PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Status Presens:
Sensorium : Compos mentis Anemis : +/+
Tekanan darah : 130/80 mmHg Ikterik : -/-
Nadi : 93 x/menit Sianosis: -

25
Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe : -
Temperatur : 36,8oC Oedema: -
VAS : 4-5

Status Lokalisata :
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
isokor, kanan = kiri
Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai
Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Jantung: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)
Mammae : simetris, puting susu menonjol
Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-), edem pretibial(-/-)
Abdomen : soepel, peristaktik (+) N, nyeri tekan (+)
Perdarahan pervaginam : (+)
Lochia : (-)
Perineum : utuh
Jahitan : (-)

Status Ginekologi:
Inspekulo : tampak massa eksofitik pada serviks, mudah berdarah,
tampak perdarahan aktif
RVT : teraba massa eksofitik pada serviks ukuran 5x5cm
VT: AF>BB, teraba massa padat dengan pole atas setentang
umbilical, pole bawah setentang symphysis pubis, permukaan
rata, mobile, nyeri tekan tidak ada. Adneksa kanan dan kiri

26
tidak teraba massa, parametrium kanan dan kiri tegang CD
tidak menonjol, spincter ani ketat, mukosa recti licin.

PEMERIKSAAN USG
Kandung kemih terisi
UT AF  18,0 x 8,68 x 7,07 cm
Tampak gambaran hipoechoik pada cavum uteri  4,4 x 4 cm
Endometrial thickness 0,87 cm
Adnexa kiri dan kanan dalam batas normal
Kesimpulan : Susp. Sarcoma Uteri

LABORATORIUM (16/04/2019)
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Rujukan
Hemoglobin g/dL 11,2 12 - 16
Eritrosit Juta/µL 3,95 4,10 - 5,10
Leukosit /µL 12.320 4,000 - 11,000
Hematokrit % 35 36 - 47
Trombosit /µL 302.000 150,000 - 450,000

DIAGNOSA KERJA
Ca. Cervix IIIB + Susp. Sarcoma Uteri

TERAPI
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1gr/IV
- Inj. Ketorolak 30mg/IV
- Inj. Ranitidin 50mg/IV

RENCANA TINDAKAN
- Rawat inap, Observasi perdarahan

27
BAB 4
FOLLOW-UP PASIEN

Tanggal Follow-up
16 April 2019 S : Perdarahan pervaginam (+)
10.30 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37oC
A : Ca Cervix std. IIIB
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Evaluasi perdarahan
R/ CT-Scan abdomen dengan kontras pada 22 April 2019

14.00 S : Tampon terlepas, keluar darah dari kemaluan


O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
A : Ca Cervix std. IIIB
P : - Pasang 1 tampon gulung + 1 tampon kassa
- Injeksi transamin ekstra
17 April 2019 S : Perdarahan pervaginam (+)

28
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 110 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
A : Ca Cervix std. IIIB
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
R/ - Cek darah rutin
- Aff tampon besok

Hasil Pemeriksan Laboratorium 17 April 2019


Hb/Ht/Leu/Plt : 9,8/29/15.080/285.000
18 April 2019 S : Mual, perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 108 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Anemia (9,8)
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
R/ - Transfusi 1 bag PRC (diberikan pukul 18.00)
- Evaluasi tampon
- Konsul ke bagian Radioterapi untuk tindakan radiasi

29
Emergency

Jawaban Konsul Radioterapi:


- Pasien sudah dilayani tindakan radiasi emergency pada
pukul 12.00
- Pasien dijadwalkan CT simulator pada 23 April 2019

19.00 S : Perdarahan pervaginam (-)


O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Anemia (9,8)
P : - Aff tampon
- Evaluasi perdarahan: kesan baik
- Cek darah rutin post transfusi
19 April 2019 S : Perdarahan pervaginam (-)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/70 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,4 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Inj. Ondansentron 4 mg/IV/8 jam

30
- Inj. Lansoprazole 30 mg/IV/24 jam
- Observasi perdarahan

Hasil Pemeriksan Laboratorium 19 April 2019


Hb/Ht/Leu/Plt : 10,5/32/13.690/290.000
20 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/ menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 37,1 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Inj. Ondansentron 4 mg/IV/8 jam
- Inj. Lansoprazole 30 mg/IV/24 jam
- Observasi perdarahan
21 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam

31
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat 3x500 mg tab
- Kompolax syr. 2 cth
- Dulcolax supp. 2x1
- Observasi perdarahan
22 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ CT-Scan abdomen dengan kontras hari ini
23 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (+)
O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x

32
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - USG dan assessment di poli
- CT simulator hari ini

Hasil USG dan assessment 23 April 2019


S : Keluar darah dari kemaluan
O : - Pembesaran KGB (-), abdomen soepel, full blast,
massa ½ pool-simfisis
- VT/RT: Massa endofitik dan eksofitik, dominan
endofitik, melibatkan fornix vagina keseluruhan
- PA : NK-SCC
- USG : Hidronefrosis grade 1
A : Ca cervix std. IIIB + Hidronefrosis sinistra
P : - Foto thorax
- Kemoradiasi
24 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam

33
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ Foto thorax PA

Hasil Foto thorax PA 24 April 2019


Kesimpulan radiologis : cardiomegaly, atherosclerosis aorta,
tidak tampak metastasis intrapulmonal
25 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 1x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Susul hasil CT-Scan
- Cek darah rutin
- Pasang tampon bila masih terjadi perdarahan
- Konsul radioterapi untuk radiasi emergency

34
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 25 April 2019
Hb/Ht/Leu/Plt : 9,0/28/12.850/392.000
26 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x +
Anemia (9,0)
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Radiasi tanggal 30 April 2019
- Transfusi PRC 2 bag (masuk bag pertama)
27 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (-)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x +
Anemia (9,0)
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i

35
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Transfusi PRC 2 bag (masuk bag kedua)
- Cek darah rutin post transfusi
28 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x +
Anemia (9,0)
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Pasang tampon ikat sebanyak 4 buah

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 28 April 2019


Hb/Ht/Leu/Plt : 10,4/31/12.760/329.000
29 April 2019 S : Lemas, perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens

36
Sens : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,6 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi emergency 2x
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan
R/ - Evaluasi perdarahan, aff tampon
- Pasang 1 tampon gulung dan 1 kassa lepas
- Radiasi I dipercepat hari ini
30 April 2019 S : Perdarahan pervaginam (+)
08.00 O : Status Presens
Sens : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
A : Ca Cervix std. IIIB + Post radiasi eksterna I
P : - IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Asam traneksamat 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Omeprazole tab 1x20 mg
- Observasi perdarahan

37
R/ - Aff tampon besok
- Radiasi II hari ini

38
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI Kasus
Semua kasus yang diduga ca Ny. HS (77.68.16),60thn,batak,kristen,
serviks harus dirawat di rumah sakit Smp,ibu rumah tangga,menikah datang
rujukan Namun, beberapa gejala dengan keluhan:
mengarah kepada infeksi HPV menjadi Keluhan utama: Perdarahan dari
kanker serviks antara lain: vaginam.
Telaah :Keluhan dialami sejak ± 6
 Terdapat keputihan berlebihan, bulan yang lalu dan dirasakan
berbau busuk dan tidak sembuh- memberat pada 2 hari ini.
sembuh. Darah yang keluar berupa
 Adanya perdarahan tidak darah segar dengan frekuensi
normal. Hanya terjadi bila ganti pempers 2x/hari.
setelah sel-sel leher rahim Gumpalan darah dijumpai
menjadi bersifat kanker dan sedikit. Nyeri abdomen
menyerang jaringan-jaringan di dijumpai. Riwayat keputihan
sekitarnya. dijumpai. Penurunan nafsu
 Meningkatnya perdarahan makan dan penurunan berat
selama menstruasi. badan ± 6 kg dijumpai dalam 4

 Terjadinya siklus diluar bulan ini. Sebelumnya pasien

menstruasi dan setelah merupakan pasien rawat inap

hubungan seks. dan pulang 2 hari yang lalu

 Nyeri selama berhubungan seks. dengan diagnosa Ca. Cervix +

 Kesulitan atau nyeri saat Susp. Sarcoma Uteri. BAB dan

berkemih. BAK dalam batas normal.


Riwayat keluarga penyakit
 Terasa nyeri didaerah sekitar
keganasan dijumpai yaitu adik
panggul.
pasien yang didiagnosa dengan
 Perdarahan pada masa pra atau
Tumor Rahim.
pasca menopause.
RPT : Ca. Cervix sejak November 2018

39
 Bila kanker sudah mencapai RPO : Transfusi 3 kantung PRC
stadium tiga ke atas, maka akan (10/04/19)
terjadi pembengkakan Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan
diberbagai anggota tubuh seperti psikososial yaitu Ibu Rumah Tangga,
betis, paha, tangan dan ekonomi cukup dan tidak ada riwayat
sebagainya.10 gangguan psikososial.
Faktor Resiko RIWAYAT KEHAMILAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi
1. Laki-laki, 40 tahun, psp, bidan
kanker serviks antara lain : 2. Laki-laki, 38 tahun, psp, bidan
 Umur
3. Laki-laki, 35 tahun, psp, bidan
 Pritas
4. Perempuan, 33 tahun, psp, bidan
 Pola huungan seksual
5. Perempuan, 30 tahun, psp, bidan
 Kontrasepsi oral 6. Laki-laki, 28 tahun, psp, bidan
 Sosio ekonomi
 Tingkat pendidikan
 Defisensiasi gizi

Pemeriksaan Fisik Inspekulo : tampak massa


 Pemeriksaan inspekulo: ektopik pada serviks,
Pada stadium awal terlihat mudah berdarah,
normal, seiring makin tampak perdarahan
progresifnya kanker, akan aktif.
menimbulkan ulkus, erosi, atau RVT : teraba massa
massa.13 ektopik pada serviks
ukuran 5x5cm

40
 Pemeriksaan Rectal Vaginal VT: AF>BB,
Toucher teraba massa padat
Pada stadium lanjut dapat teraba dengan pole atas
massa. setentang
umbilical, pole
bawah setentang
symphysis pubis,
permukaan rata,
mobile, nyeri tekan
tidak ada. Adneksa
kanan dan kiri
tidak teraba massa,
parametrium kanan
dan kiri tegang CD
tidak menonjol,
spincter ani ketat,
mukosa recti licin.
PEMERIKSAAN USG
Kandung kemih terisi
UT AF  18,0 x 8,68 x 7,07 cm
Tampak gambaran hipoechoik pada
cavum uteri  4,4 x 4 cm
Endometrial thickness 0,87 cm
Adnexa kiri dan kanan dalam batas
normal
Kesimpulan : Susp. Sarcoma Uteri

41
Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi prakanker Terapi Medikamentosa
disesuaikan dengan fasilitas pelayanan TERAPI
kesehatan, kemampuan sumber daya - IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
manusia dan sarana prasarana yang ada. - Inj. Asam traneksamat 1gr/IV
Pada tingkat pelayanan primer dengan - Inj. Ketorolak 30mg/IV
sarana dan prasarana terbatas, dapat - Inj. Ranitidin 50mg/IV
dilakukan program skrining atau
deteksi dini dengan tes IVA. Skrining
dengan tes IVA dapat dilakukan dengan
cara single visit approach atau see and
treat program, yaitu bila didapatkan
temuan IVA positif maka selanjutnya
dapat dilakukan pengobatan sederhana
dengan krioterapi oleh dokter umum
atau bidan yang sudah terlatih.15
Pada skrining dengan tes
Papsmear, temuan hasil abnormal
direkomendasikan untuk konfirmasi
diagnostik dengan pemeriksaan
kolposkopi. Bila diperlukan maka
dilanjutkan dengan tindakan Loop
Excision Electrocauter Procedure
(LEEP) atau Large Loop Excision of
the Transformation Zone (LLETZ)
untuk kepentingan diagnostik maupun
sekaligus terapeutik. Bila hasil
elektrokauter tidak mencapai bebas
batas sayatan, maka bisa dilanjutkan

42
dengan tindakan konisasi atau
histerektomi total. Temuan abnormal
hasil setelah dilakukan kolposkopi.15
 Low Grade Squamous
Intraepithelial Lesion (LSIL),
dilakukan LEEP dan observasi 1
tahun.
 High Grade Squamous
Intraepithelial Lesion (HSIL),
dilakukan LEEP dan observasi 6
bulan

Berbagai Metode Terapi Lesi Prakanker


Serviks:
 Terapi NIS dengan Destruksi
Lokal
Beberapa metode terapi
destruksi lokal antara lain krioterapi
dengan N2O dan CO2, elektrokauter,
elektrokoagulasi, dan laser. Metode
tersebut ditujukan untuk destruksi lokal
lapisan epitel serviks dengan kelainan
lesi prakanker yang kemudian pada fase
penyembuhan berikutnya akan
digantikan dengan epitel skuamosa
yang baru.15

b.Tatalaksana Kanker Serviks Invasif


Tatalaksana kanker

43
serviks invasif tergantung dari
stadium berapa kanker serviks
tersebut. Penatalaksanaan
kanker serviks yang utama pada
stadium awal yaitu stadium 1A
sampai 2A adalah dapat berupa
konisasi, histerektomi total,
radikal histerektomi +
Limfadenektomi pelvis. Operasi
khusus seperti ini lazimnya
dikerjakan oleh seorang ahli di
bidang kanker kandungan
(onkologi -ginekologi).
Sedangkan penatalaksanaan
pada stadium 2B keatas adalah
kemoradiasi, radiasi, neoajuvan
kemoterapi atau kemoradiasi
paliatif saja

44
BAB 6
KESIMPULAN

Ny. HS, 60 tahun, P6A2, Batak, Kristen Protestan, SMP, Ibu Rumah Tangga
istri dari Tn. M, 67 tahun, Batak, Kristen Protestan, SMP, Pensiunan, usia pertama
menikah 17 tahun, datang dengan keluhan utama nyeri ke perdarahan dari vagina.
Keluhan dialami sejak ± 6 bulan yang lalu dan dirasakan memberat dalam 1 bulan
ini. Darah yang keluar berupa darah segar dengan frekuensi ganti pempers 2x/hari.
Gumpalan darah dijumpai sedikit. Nyeri abdomen dijumpai. Riwayat keputihan
dijumpai. Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan ± 6 kg dijumpai
dalam 4 bulan ini. Sebelumnya pasien merupakan pasien rawat inap RSUP Haji
Adam Malik dan pulang 2 hari yang lalu dengan diagnosa Ca. Cervix + Susp.
Sarcoma Uteri. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat keluarga dengan
penyakit keganasan dijumpai yaitu adik pasien yang didiagnosa dengan Tumor
Rahim. Riwayat operasi sebelumnya pasien pernah operasi apendektomi. Riwayat
pemakaian KB didapati pasien memakai KB implant selama 5 tahun.
Pada pemeriksaan ginekologi dijumpai massa eksofitik pada serviks ukuran
5x5cm, mudah berdarah, tampak perdarahan aktif. Pada pemeriksaan USG
didapatkan kesimpulan Susp. Sarcoma Uteri.
Pasien mendapat tatalaksana IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I, Inj. Asam
traneksamat 1gr/IV, Inj. Ketorolac 30 mg/IV, Inj. Ranitidin 50mg/IV. Kemudian
pasien direncanakan Rawat inap untuk observasi perdarahan.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Putra, A.A., 2013, Hubungan Paritas dan Usia Perkahwinan Sebagai


Faktor Risiko Lesi Prakanker Serviks Pada Ibu Pasangan Usia Subur di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukasada II, skripsi, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
2. Hestuningtyas, N.S., 2016, Faktor Risiko kanker Serviks Di RSUD
Tugurejo Kota Semarang Tahun 2015, skripsi, Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.
3. Darmayanti, Hapisah, Kirana, R., 2015, ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kanker Leher Rahim Di RSUD Ulin Banjarmasin’,
Kesehatan, vol. 6, no. 2, pp. 172-177.
4. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, 2016, Kanker Serviks, draft,
Bakti Husda, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Mayrita, S.N., Handayani, N., 2014, Hubungan Antara Paritas Dengan
Kejadian Kanker Serviks Di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya,
skripsi, UNUSA, Surabaya.
6. Vinoshini, 2015, Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan
Tahun 2015, skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. Haryani, S., Defrin, Yenita, 2016, ‘Prevalensi Kanker Serviks
Berdasarkan Paritas di RSUP. DR. M. Djamil Padang Periode Januari
2011-Desember 2012, Kesehatan Andalas, vol. 5, no. 3, pp. 647-652.
8. Hidayat, E., Hasibuan, D.H.S., Fitriyani, Y., 2014, Hubungan Kejadian
Kanker Serviks Dengan Jumlah Paritas di RSUD DR. Meowardi Tahun
2013, JKKI, vol. 6, no. 3, pp. 128-136.
9. Manoppo, I.J., 2016, ‘Hubungan Paritas dan Usia Ibu Dengan Kanker
Serviks di RSU Prof. Kandou Manado Tahun 2014, Skolastik
Keperawatan, vol. 2, no. 1, pp. 46-58.
10. Fatimah, A.N., 2009, Studi Kualitatif Tentang perilaku Keterlambatan
Pasien Dalam Melakukan Pemeriksaan Ulang Pap Smear di Klinik
Keluarga Yayasan Kusuma Buana Tanjung Priuk Jakarta Tahun 2008,
Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Indonesia.
11. Rasjidi, H.I., 2008, Edisi Pertama : Manual Prakanker Serviks , Cv
Sagung Seto, Jakarta.
12. Laras L. 2009. Analisa Faktor Pendidikan pada Wanita Penapisan Kanker
leher Rahim dengan Pendekatan “See & Treat”: untuk Deteksi Lesi
Prakanker dan Pengobatan dengan Terapi Beku. Jakarta. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

46
13. Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Kanker Serviks
14. Arisusilo, C, 2012, ‘Kanker Serviks Sebagai Pembunuh Wanita Terbanyak
di Negara Berkembang’, Sainstis, vol. 1, no. 1, pp. 112-123.
15. Departemen Kesehatan. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Kanker serviks.2018. Kanker Serviks, draft, Bakti Husda,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
16. Nuranna, L. penanggulangan Kanker Serviks yang Sahih dan Andal
dengan metode Proaktif-VO (Proaktif, koordinatif dengan skrining IVA
dan terapikrio). Desertasi Doktor. jakarta: FKUI; 2005.
17. American Cancer Society, 2009. Cervical Cancer. Available from
http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/CRI_2_2_2x_Can_Cancer_of
_the_Cervix_Be_Prevented.asp?rnav=cri
18. Soepardiman, H.M., 2002. Tes Pap dan Interpretasi. In: Ramli, H.M., et al,
eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 123-129.
19. Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L.,
eds. Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC, 100-104.
20. Saviano, E.C., 1993. Papanicolaou Smear & Cervical Intraepithelial
Neoplasia. In: Brown, J.S., Crombleholme, W.R., eds. Handbook of
Gynecology & Obstetrics. Stamford: Appleton & Lange, 36-40.
21. Feig, R.L., et al., 2001. First Aid For The Obstetrics & Gynecology
Clerkship. US: McGraw-Hill.
22. Marquardt, N., 2002. Cervical Neoplasma and Carcinoma. In: Marquardt,
N., ed. Obstetrics and Gynecology, 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins, 547-565.

47
48

Anda mungkin juga menyukai