Anda di halaman 1dari 45

Bed Side Teaching

KANKER PAYUDARA

Pembimbing:

dr. Albiner Simarmata, Sp.B (K)Onk

Disusun Oleh:
Ian Fernandez Hutagaol (140100188)
M. Ichsan Aulia Simanjuntak (140100011)
Sanni (140100138)
Mercinna Fransisca (140100043)
Hendra Pranata (140100122)
Preveenna Shunmugam (140100262)

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR RSU PIRNGADI
MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah mengenai Kanker
Payudara. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Pirngadi, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Albiner Simarmata, Sp.B (K)Onk atas kesediaan
beliau sebagai pembimbing dalam penulisan makalah ini. Besar harapan, melalui
makalah ini, pengetahuan dan pemahaman kita mengenai kanker payudara semakin
bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik
secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kesehatan.

Medan, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
Bab 2 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 3
2.1. Definisi Kanker Payudara ............................................................... 3
2.2. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara ................................. 3
2.3. Patogenesis Kanker Payudara ......................................................... 8
2.4. Gejala Klinis Kanker Payudara ...................................................... 9
2.5. Penegakan Diagnosis Kanker Payudara ......................................... 11
2.6. Penatalaksanaan Kanker Payudara ................................................. 20
2.7. Pencegahan dan Prognosis.............................................................. 24
Bab 3 Status Pasien ..................................................................................... 26
Bab 4 Follow up Pasien ............................................................................... 34
Bab 5 Diskusi Kasus .................................................................................... 36
Bab 6 Kesimpulan ....................................................................................... 41
Daftar Pustaka ............................................................................................. 42

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang1
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan
Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6% dan terdapat kecenderungan dari tahun
ketahun insidensinya meningkat.
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita,
sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang
cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita.
Penyakit ini dapat diderita pada laki-laki dengan frekuensi sekitar 1 %. Di
Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut,
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan.
Tingkat kelangsungan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh
dunia, mulai dari 80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang untuk sekitar
60% di negara-negara berpenghasilan menengah dan bawah 40% di negara-negara
berpenghasilan rendah. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di negara-negara
kurang berkembang dapat terjadi oleh kurangnya program deteksi dini, serta oleh
kurangnya kemampuan diagnosis, pengobatan, dan fasilitas yang memadai. Oleh
karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan
kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada
penderita dapat dilakukan secara optimal.

1
1.2. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
dan penatalaksanaan kanker payudara.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara RSU Pirngadi Medan.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kanker Payudara2


Kanker juga disebut neoplasia malignan yang merupakan jenis penyakit
yang ditandai oleh kerusakan DNA sehingga tumbuh kembang sel tidak
berlangsung normal. Kanker payudara adalah neoplasma ganas, yaitu suatu
pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya tumbuh infiltrat dan destruktif serta dapat bermetastase. Tumor ini
tumbuh progresif dan relatif cepat membesar. Sel kanker ini memiliki dua buah ciri
khas, yaitu: pertama, sel-sel kanker tidak mampu membelah dan melakukan
diferensiasi dengan cara yang normal, dan kedua, sel-sel kanker memiliki
kemampuan menginvasi jaringan sekitarnya serta bermetastasis ke tempat yang
jauh. Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau
lobulus payudara.

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara3,8


Terdapat berbagai faktor hormonal dan non hormonal yang diperkirakan
meningkatkan risiko kanker payudara, antara lain faktor usia, genetik dan familial,
hormonal, gaya hidup, lingkungan, dan adanya riwayat tumor junak. Separuh dari
orang yang memiliki berbagai faktor-faktor diatas akan menderita kanker payudara.
1. Usia
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara. Dengan
semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan meningkat.
Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di
bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita
berusia 55 tahun. Pada perempuan, besarnya insidens ini akan berlipat ganda setiap
10 tahun, tetapi kemudian akan menurun drastis setelah masa menopause.

2. Genetik dan Familial

3
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik
terhadap kelainan ini. Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposisi genetik
herediter sebagai penyebab kanker payudara yang dideritanya jika (1) menderita
kanker payudara sewaktu berusia kurang dari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat
keluarga; (2) menderita kanker payudara sebelum berusia 50 tahun, dan satu atau
lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker ovarium
(3)menderita kanker payudara bilateral (4) menderita kanker payudara pada usia
berapapun, dan dua atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker
payudara; serta (5) laki-laki yang menderita kanker payudara.
Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, anak,
kakak atau adik kandung) menderita kanker payudara, meningkat dua kali lipat, dan
meningkat lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertama yang
menderita kanker payudara. Walaupun faktor familial merupakan faktor risiko
kanker payudara yang signifikan, 70-80% kanker payudara timbul secara sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini, mutasi
germline pad agen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13 ditetapkan
sebagai gen predisposisi kanker payudara dan kanker ovarium herediter. Gen
BRCA1 terutama menimbulkan kanker payudara ER (-). BRCA2 juga banyak
ditemukan pada penderita kanker payudara laki-laki.
Gen ATM menupakan gen yang mengatur perbaikan DNA. Penderita
kanker payudara familial cenderung mengelami mutasi gen ini. Mutasi gen CHEK2
meningkatkan risiko kanker payudara hingga dua kali lipat. Pada wanita yang
mengalami mutasi CHEK2 dan beberapa familinya menderita keganasan payudara,
risiko wanita tersebut terkena kanker payudara jauh lebih meningkat lagi, dan pada
laki-laki bisa 10 kali lipat bilamana ada delesi pada CHEK2 dari gen regulator
siklus sel ini. Mutasi pada gen supresor tumor p53 meningkatkan risiko terkena
kanker payudara dan juga kanker lainnya seperti leukemia, tumor otak, dan
sarkoma.

3. Reproduksi dan hormonal

4
Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar menimbulkan kelainan
ini. Usia menarche yang lebih dini, yakni di bawah 12 tahun, meningkatkan risiko
kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih lambat,
yakni di atas 55 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada
usia di atas 35 tahun mempunyai risiko tertinggi mengidap terkena kanker
payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut
meningkatkan risiko kanker payudaranya: penggunaan kontrasepsi oral
meningkatkan risikonya sebesar 1,24 kali; penggunaan terapi sulih-hormon
pascamenopause meningkatkan risiko sebesar 1,35 kali bila digunakan lebih dari
10 tahun; dan penggunaan estrogen penguat kandungan selama kehamilan
meningkatkan risiko sebesar dua kali lipat. Sebaliknya, menyusui bayi menurunkan
risiko terkena kanker payudara terutama jika masa menyusui dilakukan selama 27-
52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa menyusui mengurangi
masa menstruasi seseorang.

4. Gaya hidup
a. Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker payudara;
sebaliknya, obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini
disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.
Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat-globulin dan menurunkan
pajanan terhadap estrogen, obesitas pramenopause meningkatkan kejadian
anovulasi sehingga menurunkan pajanan payudara terhadap progesteron. Pada
masa pascamenopause, penurunan risiko kanker payudara yang disebabkan oleh
obesitas pramenopause secara bertahap menghilang, dan peningkatan bioavabilitas
estrogen yang terjadi pada masa ini akan meningkatkan risiko kanker payudara.

b. Aktifitas fisik
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga
rutin pada pascamenopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk

5
mengurangi risiko terkena kanker payudara American Cancer Society
merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.

c. Merokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.

d. Alkohol
Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara
berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar
estrogen endogen sehingga memengaruh responsivitas tumor terhadap hormon.
Kumpulan analsisi terakhir membuktikan bahwa risiko relatif kanke rpayudara
meningkat dari 7% kini menjadi 10% untuk setiap drink tambahan per harinya, dan
keduanya berbanding lurus. Walupun tidak semua data konsisten, konsumsi alkohol
lebih berkorelasi kuat dengan kanker payudara ER (estrogen receptor) dan PR
(progesteron receptor) positif sesuai dengan perkiraan.

5. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah mejalani terapi
penyinaran pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin maupun non
Hodgkin, mereka berisiko menderita keganasan payudara secara signifikan. Risiko
keganasan payudara terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia
dewasa muda saat payudara sedang berkembang.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko
menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut yaitu
pestisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan sehari-hari. Jenis pekerjaan
lain yang berisiko mendapat pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker
payudar antara lain, penata kecantikan kuku yan tiap harinya menghirup uap
pewarna kuku, penata radiologi, dan tukang cat yang sering menhirup cadmium dari
larutan catnya.

6
Untuk mengestimasi resiko relatif kanker payudara digunakan metode gail,
faktor resiko pada wanita dimasukkan ke dalam tabel penilaian berdasarkan
beberapa kategori . Metode Gail telah banyak di pergunakan di Amerika Serikat.
Tabel metode gail dapat dilihat dibawah ini.
2.1. Estimasi Resiko Relatif dengan Metode Gail 8
Variabel Resiko relatif
Usia Menarche (tahun)
≥ 14 1,00
12 – 13 1,10
< 12 1,21
Riwayat penyakit payudara yang
benign, usia < 50 thn
0 1,02
1 1,27
≥2 1,62
Usia Peratama Kali Melahirkan

< 20 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,00
1 2,61
≥2 6,80

20 – 24 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,24
1 2,68
≥2 5,78

25 – 29 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,55
1 2,76
≥2 4,91

≥30 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,93
1 2,83
≥2 4,17

7
2.3.Patogenesis Kanker Payudara4,5
1. Ekspresi Gen Dalam Kanker Payudara
Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yang wujud antaranya adalah alfa (α) dan
beta (β) (dikenali sebagai ERα dan ERβ). Berbagai macam jaringan dalam tubuh
manusia mengekspresikan reseptor ERα antaranya adalah payudara, ovarium,
endometrium manakala ginjal, otak paru-paru dan beberapa organ lain
mengekspresikan reseptor ERβ. Peranan ERβ berhubungan dengan karsiogenesis
tetap kontroversi manakala peranan protein ERα sebagai penyebab kanker sudah
jelas.
Kedua subtipe ER memiliki ikatan DNA yang kuat dan bertempat dalam inti
dan sitosol sel. Apabila estrogen masuk kedalam sel, ia akan berikatan dengan ER
dan komplex tersebut akan bermigrasi ke dalam nucleus dan menyebabkan proses
traskripsi protein yang selanjutnya menyebabkan perubahan pada sel. Oleh karena
sifat proliferasi estrogen, stimulasi selular dapat memberikan efek negative pada
pasien yang memiliki jumlah receptor yang banyak didalam sel.

2. Peranan Estrogen Dalam Perkembangan Kanker Payudara


Dua hipotesa yang dapat menjelaskan efek estrogen dalam pembentukan tumor :
a) Efek genotoksik hasil estrogen dengan cara memproduksi radikal (initiator).
b) Peranan hormone estrogen dalam menginduksi proliferasi kanker serta sel
premalignant (promoter).

3. Peranan Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2)


HER 2 termasuk dalam famili epidermal growth factor receptor (EGFR)
dari proto-oncogen dan dipercayai bahwa ia tidak mempunyai ligan.
Walaubagaimanapun protein ini menunjukan sifat untuk membentuk kluster di
dalam membran sel tumor payudara yang ganas. Mekanisme karsiogenesis HER 2
masih belum diketahui namun ekspresi yang berlebihan dapat memicu
pertumbuhan tumor dengan cepat, menurukan rentan hidup, meningkatkan risiko
rekurensi setelah operasi disertai dengan respon yang tidak efektif terhadap
kemoterapi.

8
2.4. Gejala Klinis Kanker Payudara6
1. Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa payudara yang tidak nyeri,
sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran
lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas,
permukaan tidak licin, mobilitas kurang. Massa cenderung membesar bertahap,
dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas.

9
2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae,
ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,
folikel rambut tenggelam ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
warna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi
itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini
disebut “tanda kembang kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker
mamae waktu hamil atau laktasi.

3. Perubahan Papilla Mamae


a. Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi
jaringan subpapilar.
b. Sekret papilar: sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau
tumor mengenai duktus besar.
c. Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (penyakit paget). Klinis tampak areola papilla mamae
tererosi, berkrusta, secret, deskuamasi, sangat mirim eskim.

10
4. Pembesaran Kelenjar Limfe Regional
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multiple,
pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan
jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe
supraklavikular juga dapat membesar.

2.5. Diagnosis Kanker Payudara2,3,6,7


Prosedur diagnosis pada kanker payudara terdiri dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang (Suyatno & Pasaribu, 2014).
1. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk
mengidentifikasi identitas penderita, faktor resiko, perjalanan penyakit, tanda dan
gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah
diderita.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Amati ukuran, simetri kedua mamae, perhatikan apakah ada benjolan tumor
atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, udem, erosi, nodul
satelit, peau d’orange, dll.). perhatikan kedua papilla mamae apakah simetri, ada
retraksi, distorsi, erosi dan kelainan lain.

11
b. Palpasi
- Payudara
Umumnya dalam posisi baring, juga dapat kombinasi duduk dan baring.
Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah
jarum jam atau searah jarum jam palpasi dengan lembut. Kemudian dengan lembut
pijat areola mamae, papilla mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat
benjolan, harus secara rinci diperiksa dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi
batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan, dll. dari massa itu. Ketika memeriksa
apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak
pinggang, agar m. pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar
melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar.

- Kelenjar Limfe
Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika
memeriksa aksila kanan dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung
jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila
kiri sebaliknya, akhirnya periksa kelenjar supraklavikukar.

12
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan untuk membantu deteksi kanker payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik
untuk staging yaitu dengan Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone
scanning. Sedangkan pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas
indikasi) yaitu magnetic resonance imaging (MRI), CT scan, PET scan, dan bone
survey. Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mammogram, biopsi
harus selalu dilakukan. Jenis biopsi dapat dilakukan yaitu biopsy jarus halus (fine
needle aspiration biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), biopsi terbuka dan
sentinel node biopsy.
a. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau
Universitas Sumatera Utara 15 tanda. Tipe pemeriksaan mamografi adalah skrining
dan diagnostik. Skrining mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik.
Skrining mamografi direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk usia 50 tahun atau
lebih. Pada kondisi tertentu direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita
yang keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara). Mamografi diagnostik
dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe ini lebih rumit dan digunakan untuk
menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk evaluasi
jaringan sekitar dan getah bening sekitar payudara.

13
b. Ultrasonografi Payudara
Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi tidak teratur
(irregular) dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi
maligna. USG secara umum diterima untuk membedakan masa kistik dengan solid
dan sebagai pengarah untuk biopsi serta pemeriksaan skrining pasien usia muda.
Peran USG lain adalah untuk evaluasi metastasis ke organ viseral.
c. MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrumen yang sensitif
untuk deteksi kekambuhan lokal pasca BCT atau augmentasi payudara dengan
implant, deteksi multifocal cancer dan skrining pasien usia muda dengan densitas
payudara yang padat yang memiliki risiko tinggi.
d. Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokima yang dilakukan untuk membantu terapi target,
antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone receptor),
c-erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p-53, Ki67, dan Bcl2. Kanker payudara yang
cenderung memiliki prognosis yang lebih baik pada kanker payudara yang memiliki
ER(+) atau PR (+) karena masih peka terhadap terapi hormonal. Kanker payudara
memiliki sejenis protein pemicu pertumbuhan yang disebut HER2/neu. Pada
pernderita kanker payudara HER2(+) memiliki gen HER2/neu yang dieksperikan
secara berlebihan. Kanker payudara yang memiliki status ER(-), PR(-), HER2/neu
(-), yang disebut sebagai triple negated, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.
e. FNAB
Merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di
payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik.
Dengan jarus halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu
diperiksa di bawah mikroskop. Walaupun paling mudah dilakukan, specimen
FNAB kadang tidak dapat menentukan grade tumor dan merupakan biopsi yang
memberikan informasi sitologi, belum menjadi gold standart untuk diagnosis
definitif.

14
F. Core Biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga dapat
diperoleh spesimen silinder jaringan tumor. Core biopsy dapat membedakan tumor
yang noninvasif dengan yang invasif serta grade tumor. Core biopsy dapat
digunakan untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada
mamografi.
G. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamogradi terlihat adanya kelainan
yang mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan.
Bila hasil mamografi positif tetapi FNAB negatif, biopsi terbuka perlu dilakukan.
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan
sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor dan biopsi insisional hanya mengambil
sebagian massa tumor untuk kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Needle localization excisional biopsy (NLB) adalah biopsi eksisional yang
dilakukan dengan panduan jaruna dan kawat yang diletakkan dalam jaringan
payudara pada lokasi lesi berdasarkan hasil mamografi.
H. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limf
aksila dan parasternal (internal mammary chain) dengan cara pemetaan limfatik.
Prosedur ini menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan perwarna biru.
Apabila tidak dijumpai adanya sentinel node, diseksi kelenjar limf aksila tidak perlu
dilakukan. Sebaliknya, jika sentinel node positif sel tumor, diseksi kelenjar limf
aksila harus dilakukan, walaupun nodus yang ditemukan hanya berupa sel tumor
teriso;asi dengan ukuran kurang dari 0,2mm.
I. Bone Scan, Foto Toraks dan USG Abdomen
Bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang. Foto toraks dan
USG abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura,
mediastinum, tulang-tulang dada dan organ visceral (terutama hepar).
J. Pemeriksaan Laboratorium

15
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna kepentingan
pengobatan dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transmirase, alkali-
fosfatase, kalsium darah, penanda tumor “CA 15-3:CEA”).
Pemeriksaan enzim transmirase penting dilakukan untuk memperkirakan
adanya metastasis pada liver, sedangkan alkali fosfatase dan kalsium untuk
memprediksi adanya metastasis pada tulang. Pemeriksaan kadar kalsium darah
rutin dikerjakan terutama pada kanker payudara stadium lanjut.
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA (dalam kombinasi)
lebih penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker payudara,dan
belum merupakan penanda diagnosis ataupun skrining.

4. Grading
Keganasan payudara dibagi menjadi tiga grade bedasarkan derajat
diferensiasinya. Gambaran sitology nucleus sel tumor dibandingkan dengan
nucleus sel epitel payudara normal. Grade I artinya berdiferensiasi buruk, grade II
diferensiasi sedang, dan grade III diferensiasinya baik.
Grading histologi (disebut juga Bloom-Ricardson grade) menilai
formasi tubulus, hiperkromatik nucleus, dan derajat mitosis sel tumor dibandingkan
dengan histologi normal sel-sel payudara. Grade histologi ini uga dibagi tiga namun
dengan urutan yang terbalik disbanding grade nuclear yaitu, Grade I berdiferensiasi
baik, grade II berdiferensiasi sedang, grade III berdiferensiasi buruk.

5. Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan
penentuan stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut system TNM
berdasarkan pada:
a. Tumor Primer
T : kanker primer
TX : kanker primer tak dapat dinilai (missal telah direksesi)
T0 : tak ada bukti lesi primer

16
Tis : karsinoma in situ.mencakup karsinoma in situ duktal atau karsinoma
in situ lobular, penyakit Paget papila mamae tanpa nodul (penyakit
Paget dengan nodul diklasifikasikan menurut ukuran nodul).
T1 : diameter tumor <= 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi <=2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm
T3 : diameter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks atau
kulit (dinding toraks termasuk tulang iga, m.interkostales dan m.
seratus anterior, tak termasuk m. pektorales).
T4a : menyebar ke dinding toraks
T4b : udem kulit mamae (termasuk peau d’orange) atau ulserasi, atau
nodul satelit di mamae ipsilateral.
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mamae inflamatorik
b. Kelenjar getah bening regional
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (missal sudah diangkat
sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobil
N2 : kelenjar limfe metastatic fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan
terfiksasi dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mamaria interna namun tanpa metastasis
kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain

17
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria
interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
metastasis kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria
interna dan metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular

6. Patologi
pT- : tumor primer (sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar
specimen harus tak terlihat tumor secara makroskopik, adanya
lesi ganas yang hanya tampak secara microskopik pada tepi
irisan tidak mempengaruhi klasifikasi)
N- : kelenjar limfe regional
pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat
sebelumnya)
pN0 : secara histologik tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor
terisolasi (ITC)
pN0 (i-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologi
ITC positif
pN0 (mol-) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan
molekuler ITC negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan
molekuler ITC negatif (RT-PCR)
pN1mi : mikrometastasis (diameter terbesar >0,2 mm, tapi ≤2 mm).
pN1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, atau dari
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan

18
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi
tanda bukti klinis
pN1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, dan
minimal satu kelenjar limfe metastatic berdiameter maksimal
>2 mm.
pN1b : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik
ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1c : pN1a disertai pN1b
pN2 : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti
klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
ipsilateral tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a : di aksila terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatic berdiameter
maksimal >2 mm.
pN2b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
ipsilateral tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
pN3 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe matastatik;
atau metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau
bukti klinis menunjukkan matastasis kelenjar limfe mamaria
interna disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral;
atau secara klinis negative, dari diseksi kelenjar limfe sentinel
secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun
terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatic kelenjar
limfe supraklavikular ipsilateral.
pN3a : di aksila terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan
minimal satu kelenjar limfe metastatik berdiameter terbesar >2
mm, atau metastasis kelenjar limfe infraklavikular.
pN3b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria
interna disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral,
atau secara klinis negatif, dari diseksi kelenjar limfe sentinel

19
secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanda bukti klinis, namun
terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatic.
pN3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh

Klafikasi stadium klinis:


Stadium 0 : TisN0M0
Stadium 1 : T1N0M0
Stadium IIA : T0N1M0, T1N1M0, T2N0M0
Stadium IIB : T2N1M0, T3N0M0
Stadium IIIA : T0N2M0, T1N2M0, T2N2M0, T3N1-2M0
Stadium IIIB : T4, N apapun, M0; IIIC : T apapun, N3 M0
Stadium IV : T apapun, N apapun, M1

2.6. Penatalaksanaan Kanker Payudara1,2


Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi,
radioterapi, terapi hormone, targeting therapy, terapi rehabilitasi medic, serta terapi
paliatif.

a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai
jenis operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang
berbeda-beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot
pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini
dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pectoral tanpa ada
metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor

20
dan fasia pectoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada
stadium dini dan lokal lanjut.
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor dan nipple areola komplek dengan mempertahankan
kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus
disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini
dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak
memenuhi sarat untuk BCT.
4) Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jarungan
payudara beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks
dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai
rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan
ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer dan potong beku sub areola: bebas
tumor.
5) Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya terdiri dari
lumpektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila
serta radioterapi.

b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat
sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat
lokal/setempat. Obat sitostotika dibawa melalui aliran darah atau diberikan
langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat ini
sulit mencapai sistem saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant,
neoadjuvan, dan primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-sel
kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).

21
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan
yang lain seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan
lebih berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid (C),
metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan salah
satu zat tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam kombinasi
tersebut.

c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan
gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi
untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara.

d. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang
menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone
reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun
ukuran tumor.

e. Terapi Target (Biologi)


Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Terapi untuk kanker payudara adalah tra stuzumab
(Herceptin), Bevacizumab (Avastin) dan Lapatinib ditosylate (Tykerb).

Penatalaksanaan menurut stadium:


1. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.

22
2. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II, tumor <= 3 cm)
Dilakukan tindakan operasi :
• Mastektomi
• Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu)
Terapi adjuvan operasi (Kemoterapi adjuvant) bila :
• Grade III
• TNBC
• Ki 67 bertambah kuat
• Usia muda
• Emboli lymphatic dan vaskular
• KGB > 3
Radiasi bila :
• Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
• Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
• Tumor sentral / medial
• KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster;
pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. 6

Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Tidak multipel dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan payudara
seimbang untuk tindakan kosmetik • Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS)
atau lobular carcinoma in situ (LCIS) • Belum pernah diradiasi dibagian dada
• Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau skleroderma •
Memiliki alat radiasi yang adekuat

3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)


a) Operabel (IIIA)

23
• Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa hormonal,
dengan/tanpa terapi target
• Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvant,
dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi
simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target

b) Inoperabel (IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi
+ terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi adjuvan
dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian
diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.

4. Kanker payudara stadium lanjut


Prinsip :
• Sifat terapi paliatif
• Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
• Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

2.7. Pencegahan dan Prognosis

Kanker payudara tergolong pada keganasan yang dapat di diagnosis secara


dini. Usaha untuk ini adalah dengan melakukan SADARI ( Pemeriksaan Payudara
Sendiri ). Yaitu berupa :
1. Wanita > 20 tahun, melaksanakan SADARI tiap bulan
2. Wanita 20-40 tahun, tiap 3 tahun memeriksa diri ke dokter
3. Wanita 35-40 tahun, dilakukan base line mammografi
4. Wanita > 40 tahun, tiap 1 tahun memeriksa diri ke dokter
5. Wanita < 50 tahun, konsul ke dokter untuk kepentingan mammografi
6. Wanita >50 tahun, tiap tahun mammografi kalau bisa

24
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan
oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita
keganasan payudara diperkirakan buruk juka usianya muda, menderita kanker
payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan adanya triple negative yaitu
grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR negatif, dan respone
reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif. Persentase harapan hidup lima tahun
penderita payudara dapat dilihat pada tabel 2.2. dibawah ini.

Stadium Persentasi harapan hidup 5 tahun


0 100%
I 100%
IIA 92%
IIB 81%
IIIA 67%
IIIB 54%
IIIC ??
IV 20%

25
BAB III

STATUS PASIEN

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : AS

No. RM : 01.0847.12

Umur : 39 tahun 8 bulan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Dolok Saribu

Tanggal Masuk : 18 April 2019

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 160 cm

3.2 ANAMNESIS

KU : Benjolan di payudara kanan

Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 3 tahun yang lalu. Menurut pasien, awalnya
sebuah benjolan teraba di payudara kanan o.s dengan ukuran kira-kira sebesar biji
jagung, tanpa disertai rasa nyeri. Semakin lama benjolan tersebut semakin
bertambah besar. Sekitar 4 bulan yang lalu, benjolan mulai terasa nyeri. Saat ini
benjolan sudah berukuran kira-kira sebesar telur ayam. Riwayat perubahan warna
kulit payudara tidak dijumpai. Riwayat kulit payudara dan/atau puting tertarik tidak
dijumpai, riwayat keluar cairan/darah dari puting tidak dijumpai. Riwayat
penurunan berat badan tidak dijumpai. Riwayat penurunan nafsu makan sejak 1
bulan terakhir. Pasien mengaku kegiatan sehari-hari cukup terganggu dengan

26
adanya keluhan-keluhan tersebut. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama
tidak dijumpai. Riwayat menarche saat usia 11 tahun. Pasien menikah umur 25
tahun dan melahirkan pertama kali saat pasien berusia 26 tahun. Saat ini pasien
memiliki 4 orang anak dengan riwayat menyusui (+) masing-masing selama ± 2
tahun. Riwayat pemakaian KB dijumpai. Riwayat merokok, konsumsi alkohol tidak
dijumpai. Riwayat terpapar radiasi tidak dijumpai. Pasien bekerja sebagai ibu
rumah tangga dengan kegiatan sehari-hari mengurusi rumah dan berladang. Pasien
sebelumnya berobat di puskesmas di Dolok Saribu, dan dirujuk ke RSUPM.
Riwayat operasi sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat kemoterapi dan radioterapi
tidak dijumpai.

RPT: tidak ada

RPO: tidak jelas

Status Presens

Kesadaran : CM

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

HR : 88 x/menit, reg

RR : 20 x/menit

Temp : 36,7 °C

Status Lokalisata

Kepala : Mata : Palpebra anemis (-/-), Refleks cahaya (+/+), Pupil Isokor.

T/H/M : Tidak ada kelainan

Leher : TVJ R+2 cmH2O

27
Thorax : Inspeksi : simetris fusiformis

Ukuran dan bentuk kedua payudara tidak simetris, ukuran


payudara kanan lebih besar daripada payudara kiri. Warna
kulit payudara kiri dan kanan tidak sama, Benjolan
dijumpai pada payudara kanan. Pemekaran pembuluh darah
(-), tarikan pada kulit (-), peau de orange (-), retraksi puting
(+), ekzema pada puting/areola (-), nipple discharge (-).
Benjolan di axilla (-), benjolan di infra dan supra klavikula
(-).

Palpasi : stem fremitus kiri = kanan, kesan normal

Teraba benjolan di payudaran kanan, konsistensi padat,


permukaan tidak rata, sulit digerakkan, batas tidak tegas,
nyeri (+)

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : SP: Vesikuler, ST: -

Abdomen : Inspeksi : Simetris

Palpasi : seopel

Perkusi : timpani

Auskultasi : Normoperistaltik

Ekstremitas : dalam batas normal

Genitalia : perempuan

28
Diagnosis kerja : (R) Breast neoplasma susp. malignancy

Tatalaksana

IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1 gr / 24 jam

Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam

R / Laboratorium (DL, LFT, RFT, elektrolit), Foto Thorax PA , CT Scan thorax


non kontras, biopsi insisi

29
Hasil Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (18 April 2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 13,8 g/dL 13-18
Eritrosit 4,73 juta/uL 4,5 – 6,5 juta
Leukosit 9.060/uL 4000-11.000
Trombosit 326.000 150.000-450.000
Hematokrit 38,5% 39-54
Diftel (N/L/M/E/B) 58/23/6/12,4/0,3
Fungsi Hati
SGOT 15 u/L 0 – 40
SGPT 21 u/L 0 – 40
ALP 71 u/L 30 – 142
Bilirubin total 1,61 mg/dL 0 - 1,2
Bilirubin direk 0,33 mg/dL 0 - 0,3
Albumin 3,7 g/dL 3,6 – 5,0
Metabolisme
Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu 74 mg/dL <200
Fungsi Ginjal
Ureum 14 mg/dL 10 - 50
Creatinine 0,48 mg/dL 0,6 – 1,2
Elektrolit
Natrium 142 135-155
Kalium 4 3,6-5,5
Chlorida 113 95-105

30
Foto Klinis Pasien

31
Foto Thorax Pasien (18/4/2019)

Uraian: Jantung bentuk dan ukuran membesar. Sinus costophrenicus kanan kiri
lancip. Tidak tampak infiltrat di lapangan paru kanan dan kiri. Diafragma licin

Kesimpulan: kesan kardiomegali

32
USG Upper Abdomen (18/4/2019)

Kesimpulan:

Tidak tampak metastase liver, ascites,


limfadenopati paraaorta.

33
BAB 4

FOLLOW UP

20 Maret 2019
S Nyeri pada payudara kanan
O Sensorium : Compos Mentis
Hemodinamik : Stabil
A Right Breast Neoplasma Susp. Malignancy T3N1Mx
P IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1g/12j
Inj. Ranitidine 50mg/12j
Inj. Ketorolac 1amp/8j

R/ Biopsi Insisi

21 April 2019
S Nyeri (+)
O Sensorium : Compos Mentis
Hemodinamik : Stabil
A Right Breast Neoplasma Susp. Malignancy T3N1Mx
P IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1g/12j
Inj. Ranitidine 50mg/12j
Inj. Ketorolac 1amp/8j

22 April 2019
S Nyeri luka post operasi
O Sensorium : Compos Mentis
Hemodinamik : Stabil
A Post biopsi insisi o/t Right Breast Neoplasma
P IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1g/12j
Inj. Ranitidine 50mg/12j
Inj. Ketorolac 1amp/8j

R/ Susul hasil PA
GV per 3 hari

34
Hasil lab 18/04/2019
Hasil Rujukan
Elektrolit
Natrium 128 135-155
Kalium 4.1 3.6-5.5
Chlorida 97 96-106
Hati
Albumin 3.7 3.5-5.0

35
BAB 5
DISKUSI KASUS

Teori Kasus
Faktor Resiko:
Umur > 35 tahun Wanita
Anak pertama lahir setelah usia Usia: 39 tahun
35 tahun Menarche 11 tahun
Tidak menikah
Menarche <12 tahun
Menopause >55 tahun
Pernah operasi tumor jinak
payudara
Riwayat kanker payudara
kontralateral
Mendapat terapi hormonal yang
lama
Operasi ginekologi
Radiasi
Riwayat keluarga
Anamnesis Anamnesis
Keluhan benjolan atau massa di KU : Benjolan di payudara
payudara, rasa sakit, keluar cairan kanan
dari puting susu, timbulnya
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak
kelainan kulit (dimpling,
3 tahun yang lalu. Menurut pasien,
kemerahan, ulserasi, peau
awalnya sebuah benjolan teraba di
de’orange), pembesaran kelenjar
payudara kanan o.s dengan ukuran
getah bening, atau tanda
kira-kira sebesar biji jagung, tanpa
metastasis jauh. Setiap kelainan
disertai rasa nyeri. Semakin lama
pada payudara harus dipikirkan
benjolan tersebut semakin bertambah
ganas sebelum dibuktikan tidak.
besar. Sekitar 4 bulan yang lalu,
Adanya gejala metastasis jauh :
benjolan mulai terasa nyeri. Saat ini
benjolan sudah berukuran kira-kira

36
Otak : nyeri kepala, mual, sebesar telur ayam. Riwayat
muntah, epilepsi, ataksia, perubahan warna kulit payudara
paresis, paralisis tidak dijumpai. Riwayat kulit
Paru : efusi, sesak nafas payudara dan/atau puting tertarik
Hati : kadang tanpa gejala, tidak dijumpai, riwayat keluar
massa, ikterus obstruktif cairan/darah dari puting tidak
Tulang : nyeri, patah tulang dijumpai. Riwayat penurunan berat
Pemeriksaan Fisik badan tidak dijumpai. Riwayat
I: bentuk, ukuran, dan simetris penurunan nafsu makan sejak 1
dari kedua payudara, apakah bulan terakhir. Pasien mengaku
terdapat edema (peau d’orange), kegiatan sehari-hari cukup terganggu
retraksi kulit atau puting susu, dan dengan adanya keluhan-keluhan
eritema tersebut. Riwayat keluarga
P: apakah terdapat massa, menderita penyakit yang sama tidak
termasuk palpasi kelenjar limfe di dijumpai. Riwayat menarche saat
aksila, supraklavikula, dan usia 11 tahun. Pasien menikah umur
parasternal. Setiap massa yang 25 tahun dan melahirkan pertama
teraba atau suatu kali saat pasien berusia 26 tahun.
lymphadenopathy, harus dinilai Saat ini pasien memiliki 4 orang
lokasinya, ukurannya, anak dengan riwayat menyusui (+)
konsistensinya, bentuk, mobilitas masing-masing selama ± 2 tahun.
atau fiksasinya Riwayat pemakaian KB dijumpai.
Riwayat merokok, konsumsi alkohol
tidak dijumpai. Riwayat terpapar
radiasi tidak dijumpai. Pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga
dengan kegiatan sehari-hari
mengurusi rumah dan berladang.
Pasien sebelumnya berobat di
puskesmas di Dolok Saribu, dan
dirujuk ke RSUPM. Riwayat operasi

37
sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat
kemoterapi dan radioterapi tidak
dijumpai.

RPT: tidak ada

RPO: tidak jelas

Pemeriksaan Fisik
Thorax : Inspeksi : simetris
fusiformis

Ukuran dan
bentuk
kedua
payudara
tidak
simetris,
ukuran
payudara
kanan lebih
besar
daripada
payudara
kiri. Warna
kulit
payudara kiri
dan kanan
tidak sama,
Benjolan
dijumpai
pada
payudara

38
kanan.
Pemekaran
pembuluh
darah (-),
tarikan pada
kulit (-),
peau de
orange (-),
retraksi
puting (+),
ekzema pada
puting/areola
(-), nipple
discharge (-).
Benjolan di
axilla (-),
benjolan di
infra dan
supra
klavikula (-).

Palpasi : stem
fremitus kiri = kanan, kesan normal

Teraba
benjolan di
payudaran
kanan,
konsistensi
padat,
permukaan
tidak rata,

39
sulit
digerakkan,
batas tidak
tegas, nyeri
(+)

Pemeriksaan Penunjang
Mammografi
USG
MRI
Biopsi
Biomarker
Tatalaksana Tatalaksana
Masektomi Partial
Skin Spacing Masektomi IVFD RL 20 gtt/menit
NSP Inj Ceftriaxone /12 jam
BCT Inj Ketorolac 30 mg/ 8 jam
Kemoterapi Inj Ranitidin 50 mg/ 12 jam
Radioterapi
Terapi Hormonal R/ Susul hasil PA

40
BAB 6
KESIMPULAN

Perempuan, 39 tahun di diagnosis dengan Right Breast Neoplasma Susp.


Malignancy T3N1Mx dan telah dilakukan insisi biopsi pada tanggl 22 April 2019
serta diberikan tatalaksana IVFD RL 20gtt/I, Inj. Ceftriaxone, Inj. Ketorolac dan
Inj. Ranitidine.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan nasional penanganan


kanker: Kanker payudara. 2015. Jakarta: Bakti husada; hal.1-22.
2. Suyatno & Pasaribu ET. Bedah Onkologi : Diagnosis dan Terapi. Edisi ke-2.
Jakarta: Sagung Seto. 2014.
3. Sjamsuhidayat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2011.
4. Chalasani, P. (2016). Breast Cancer. Medscape. Retrieved June 19, 2016, from
http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#a6
5. Wong, E., Chaudhry , S., & Rossi , M. (2015, April 24). Breast Cancer.
Retrieved June Sunday, 2016, from McMaster Pathophysiology Review:
http://www.pathophys.org/breast-cancer/
6. Mintian, Yang, Wang Yi. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Ed.2. Jakarta:
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
7. Manuaba, Wibawa Tjakra. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid.
Jakarta: Sagung Seto.
8. Brunicardi F. Charles, et al.2010. Schwartz’s Priciple of Surgery. Ed 10. New
York: Mc-GrawHill
9. Sjamsuhidajat R, et al. 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3.Jakarta: ECG

42

Anda mungkin juga menyukai