Disusun Oleh:
Sulthan Salsabil Neza, S. Ked
H1AP20056
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah Terintegrasi RSUD Dr. M. Yunus, Fakultas
Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dian Kurnia, Sp.B (K) Onk sebagai pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan telah memberikan ilmu kepada saya.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual
kepada penulis dalam menyusun referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus
ini, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
iii
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... ii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Payudara (Memorian Sloan Kettering Cancer Centre, 2021) ....3
Gambar 2.2 Suplai darah pada payudara (Clinics in Plastic Surgery, Elsevier, 2021) ..4
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
gaya hidup, tumor jinak payudara yang pernah diderita sebelumnya dan paparan
radiasi.5 Diagnosis kanker payudara dapat dilakukan mulai dari anamnesis, palpasi
pada pemeriksaan fisik (periksa payudara klinis/ SADANIS) dan pemeriksaan
penunjang dengan menggunakan USG, mamografi, MRI, fine needle aspiration
biopsy (FNAB), laboratorium (darah rutin, alkaline phosphatase, SGOT, SGPT dan
tumor marker), maupun dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk
deteksi awal.5 Banyak penderita yang datang berobat pada stadium lanjut. Hal ini
dikarenakan sering tidak disadari atau di rasakan dengan jelas gejala awal kanker
payudara. Pengobatan kanker payudara stadium akhir cukup sulit dan hasilnya
seringkali tidak memuaskan. Oleh sebab itu, deteksi dini sangat penting sebagai
pengendalian kasus payudara.6
Kanker payudara metastatik (KPM) sendiri merupakan penyakit yang tidak
bisa disembuhkan, tetapi peningkatan kelangsungan hidup telah dilaporkan bila
digunakan strategi terapi yang tepat. Terapi sistemik adalah standar perawatan di
KPM tetapi dapat dilengkapi dengan perawatan locoregional (LRT) sesuai dengan
penyakit status individu pasien. Dengan demikian, tim multidisiplin (MDT)
merupakan prasyarat untuk manajemen yang optimal. Pedoman ini didasarkan pada
subtipe biologis kanker payudara (BC) meskipun obat bertarget modern dapat
menyebabkan revisi subtipe ini di masa depan, seperti yang dicontohkan oleh
persetujuan tumor-agnostik pertama.8,9
Penentuan strategi terapi perlu dibuat terlepas dari usia pasien, namun
komorbiditas dan karakteristik pasien, serta preferensi pasien, harus
dipertimbangkan sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan bersama. Pada
pasien lanjut usia, penilaian geriatri yang komprehensif dapat menambahkan
informasi penting. Pengendalian gejala KPM juga harus dipertimbangkan
perawatan suportif dari rencana perawatan, serta pengenalan awal dari perawatan
paliatif kanker payudara.10
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Anatomi Payudara (Memorian Sloan Kettering Cancer Centre, 2021)
Payudara (gambar 2.1) terdiri atas tiga bagian utama, yaitu corpus mammae,
papilla mammae, dan areola. Korpus terdiri dari jaringan kelenjar payudara,
saluran susu (ductus lactiferus), jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, saraf serta
pembuluh limfe. Papilla mammae mengandung ujung-ujung saraf perasa yang
sangat sensitif, dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan. Dasar
papilla mammae dikelilingi oleh daerah kecokelatan bernama areola. Areola
3
merupakan bagian yang lebih berpigmen di sekeliling papilla mammae dan
merupakan muara dari saluran dari kelenjar morgagni. Kelenjar ini mengeluarkan
cairan yang berfungsi melemaskan dan melindungi areola ketika menyusui.12
Payudara mendapatkan darah dari rami perforantes arteria thoracica interna
dan arteria intercostalis. Arteria axillaris juga mengalirkan darah ke glandula
mammaria, yaitu melalui cabang-cabangnya, arteria thoracica lateralis dan arteria
thoracoacromialis.12
Gambar 2.2 Suplai darah pada payudara (Clinics in Plastic Surgery, Elsevier, 2021)
Terdapat dua kelompok aliran limfe pada payudara yaitu kelompok aksila
dan kelompok mamaria interna, 95% aliran limfatik menuju ke kelenjar getah
bening aksila, sedangkan 5% menuju ke kelenjar getah bening mamaria interna.12,13
1. Kelompok aksila
Jalur utama penyebaran regional kanker payudara primer adalah kelompok
aksila. Kelompok aksila dikelompokkan menjadi:
Kelompok apikal atau subklavikula,
4
Kelompok vena aksilaris,
Kelompok interpectoral atau Rotter’s,
Kelompok skapula,
Kelompok sentral.
5
Lima regio payudara.11
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio
puting susu
(nipple)
6
bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis mengandung
banyak pembuluh darah, venula, dan arteriol. 14
7
>400.000 kasus pada tahun 2018, dengan kanker payudara sebagai keganasan
paling banyak menyerang wanita, walaupun kematian akibat kanker payudara di
Eropa secara statistik menurun selama tiga dekade terakhir.16 Untuk wanita yang
didiagnosis dengan Kanker Payudara Dini, kemungkinan bertahan hidup 5 tahun
adalah ~96% di Eropa. Namun, ketika Kanker Payudara Metastasis didiagnosis,
tingkat kelangsungan hidup 5 tahun hanya berada di kisaran 38%. Sementara
tingkat kelangsungan hidup Kanker Payudara telah meningkat dalam beberapa
tahun terakhir , masih ada sekitar 138 000 kematian di Eropa pada tahun 2018, dan
dalam hal jumlah absolut, Kanker Payudara Metastasis masih menjadi penyebab
utama kematian dari semua kanker pada wanita, terhitung ~3,6 % dari semua
kematian pada wanita dan 1,8% dari semua kematian di Eropa pada tahun 2015. 17
Kanker Payudara Metastasis yang terdiagnosis setelah terapi untuk Kanker
Payudara Dini cenderung memiliki biologi tumor yang lebih agresif dan
differensiasi yang lebih buruk dibandingkan dengan Kanker Payudara Metasatsis
de novo.18,19 Dalam penelitian kohort retrospektif yang mencakup periode 1990-
2010,18 tingkat kejadian Kanker Payudara Metastasis de novo tetap konstan
sedangkan Kanker Payudara Metastasis lanjutan menurun . Namun, kelangsungan
hidup penyakit spesifik 5 tahun dari Kanker Payudara Metastasis de novo
meningkat dari waktu ke waktu dari 28% menjadi 55% sedangkan Kanker Payudara
Metastasis lanjutan memburuk dari 23% menjadi 13%. Data serupa dilaporkan dari
Munich Cancer Registry,19 dengan peningkatan kelangsungan hidup untuk pasien
yang didiagnosis dengan Kanker Payudara Dini selama tiga dekade terakhir yang
kemungkinan disebabkan oleh terapi ajuvan (neo) modern. Selama periode yang
sama, telah terjadi peningkatan metastasis hati dan sistem saraf pusat (SSP) dan
penurunan metastasis tulang. Dengan demikian, perbaikan dalam terapi Kanker
Payudara Dini tampaknya telah menyebabkan perubahan dalam biologi tumor dan
presentasi metastasis pada Kanker Payudara berikutnya, mungkin dihasilkan dari
proses seleksi molekuler.20
Mengingat frekuensi Kanker Payudara, peningkatan kelangsungan hidup
secara keseluruhan selalu diamati dan fakta bahwa presentasi klinis dan biologi
tumor Kanker Payudara Metastasis setelah terapi Kanker Payudara Dini menjadi
8
lebih agresif, manajemen Kanker Payudara Metastasis 'termuktahir' yang optimal
sangat penting untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan hasil terapi pasien
dengan Kanker Payudara Metastasis. Selain itu, pedoman internasional dapat
membantu untuk standarisasi mengenai tingkat perawatan kanker payudara, pilihan
pengobatan dan hasil di seluruh Eropa bahkan dunia.20
Di Indonesia tidak tersedia registrasi berbasis populasi, angka kejadian
kanker payudara dibuat berdasarkan registrasi berbasis patologi dengan insiden
relatif 11.5%.15 Data registrasi kanker di RS Kanker Dharmais tahun 2003-2007
menunjukkan bahwa kanker payudara memiliki frekuensi tertinggi dari seluruh
kanker yang ditemkan dengan frekuensi relatif sebesar 26%. Di antara keganasan
pada wanita, frekuensi relatif kanker payudara mencakup 42% sedangkan kanker
serviks 19% di Amerika dan Eropa mencapai 100/100.000 penduduk. Perkiraan
angka kematian akibat kanker payudara di RS Kanker Dharmaiss menurut stadium
sebagai berikut stadium I 6%, stadium II 18%, stadium III 44%, stadium IV 32%.15
2.4.3 Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, namun terdapat
beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan dengan peningkatan risiko
berkembangnya kanker payudara.21
Faktor resiko kanker payudara ialah usia, jenis kelamin, adanaya riwayat
kanker payudara dalam keluarga, genetik, tidak melahirkan dan menyusui,
tingginya kadar esterogen, pola makan, obesitas, dan paparan radiasi .22
Seiring bertambahnya usia resiko seseorang menderita payudara juga
semakin meningkat. Berdasarkan the Surveillance, Epidemiology, and End Result
(SEER) kemungkinan seorang wanita di Amerika mengidap kanker payudaradalam
seumur hidup ialah 1:8 dan dalam rentang usia 0-39 tahun 1:202, dalam rentang
usia 40-59 tahun 1:26 dan dalam rentang usia 60-69 tahun 1:28.22
9
Riwayat keluarga yang mengidap kanker payudara telah lama dikenal
sebagai salah satu faktor resiko kanker payudara, namun hana 5-10% wanita yang
mengidap kanker payudara mempunyai predisposisi turunan yang sebenarnya.
Wanita dengan riwayat keluarga positif lebih berisiko terkena kanker payudara atau
memiliki predisposisi mutasi genetik. Risiko bekembangannya kanker payudara
meningkat 1,5-3 kali lipat pada wanita yang mempunyai ibu atau saudara
perempuan dengan kanker payudara.23
Suatu studi analisa tentang hubungan faktor genetik menyatakan bahwa
ketidak normalan sering ada pada cabang pendek kromosom 17 pada wanita- wanita
dengan riwayat famili kanker payudara dini. Dua tumor suppresorgenyang paling
berperan pada kanker payudara yaitu BRCA1 dan BRCA2. Secara umum, gen
BRCA-1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma,poorly differentiated,
dan tidak mempunyai reseptor hormon, sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan
invasive ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan mengekspresikan
reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai
risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal
cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini
(probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan
sebesar 85% pada umur 70 tahun).14
Perkembangan kanker payudara pada wanita dihubungkan dengan hormon
reproduksi wanita, terutama estrogen endogen. Usia dini saat menarche, nulipara
atau usia lanjut pada saat kehamilan pertama, dan usia menopause meningkatkan
risiko terkena kanker payudara. Pada wanita pascamenopause, obesitas dan terapi
penggantian hormon pascamenopause (HRT), keduanya berkorelasi positif dengan
kadar estrogen plasma dan kadar estradiol plasma, dikaitkan dengan peningkatan
risiko kanker payudara.21
Risiko kanker payudara meningkat secara linear dengan jumlah alkohol
yang dikonsumsi. Berkurangnya asupan nutrisi seperti vitamin C, folat, dan β-
karoten dapat meningkatkan risiko yang berkaitan dengan konsumsi alkohol. 15
Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan kanker
payudara pada wanita pascamenopause dan peningkatan angka kematian kanker
10
payudara. Wanita dengan indeks massa tubuh ≥31.1 memiliki risiko 2,5 kali lipat
lebih besar terkena kanker payudara daripada mereka yang memiliki indeks massa
tubuh ≤22.6.15
Paparan radiasi pengion meningkatkan risiko kanker payudara, dan risiko
meningkat pada wanita dengan paparan di usia muda. Wanita yang saat anak-anak
atau orang dewasa muda diobati dengan terapi radiasi di dada karena kanker lain
(seperti penyakit Hodgkin atau limfoma non-Hodgkin) memiliki risiko kanker
payudara yang jauh lebih tinggi. Risiko ini bervariasi sesuai dengan usia pasien saat
mereka mendapat radiasi. Risiko terkena kanker payudara dari radiasi dada paling
tinggi jika wanita terpapar radiasi selama masa remaja, saat payudara masih
berkembang.2
2.4.5 Klasifikasi
2.4.5.1 Histopatologi
11
Adenomas Fibroepithelial tumours and
o Tubular adenoma hamartomas of the breats
o Lactating adenoma o Hamartoma
o Ductal adenoma Fibroepithelial tumours
Epithelial-myoepithelial tumours o Fibroadenoma
o Pleomorphic adenoma o Phyllodes tumour
o Adenomyoepithelioma Tumour of the nipple
o Malignant Tumour of the nipple
adenomyoepithelioma Epithelial tumours
Papillary neoplasma o Syringomatous tumour
o Intraductal papilloma o Nipple adenoma
o Papillary ductal carcinoma in o Paget disease of the breast
situ Mesenchymal tumour of the breast
o Encapsulated papillary Mesenchymal tumours of the breast
carcinoma Vascular tumours
o Solid papillary carcinoma (in o Hemangioma
situ and invasive) o Angiomatosis
o Invasive papillary carcinoma o Atypical vascular lession
Non-invasive lobular neoplasia o Postradiation angiosarcoma
o Atypical lobular hyperplasia of the breast
o Lobular carcinoma in situ o Primary angiosarcoma of
Ductal carcinoma in situ the breast
o Ductal carcinoma in situ Fibroblastic and myofibroblastic
Invasive breast carcinoma tumours
o Invasive breast carcinoma of
no special type
o Microinvasive carcinoma
o Invasive lobular carcinoma
o Tubular carcinoma
o Cribriform carcinoma
o Mucinous carcinoma
o Mucinous
cystadenocarcinoma
o Invasive micropapillary
carcinoma
o Carcinoma with aprocine
differentiation
o Metaplastic carcinoma
12
Klasifikasi histopatologi kanker payudara berdasarkan PERABOI tahun
2020 adalah sebagai berikut:
Karsinoma in situ
o Karsinoma duktal in situ
o Penyakit paget
Karsinoma invasif
o Not otherwise specified (NOS)
o Duktal
o Mastitis karsinomatosa
o Meduler, NOS
o Meduler dengan stroma limfoid
o Mucinous
o Papiler (didominasi pola mikropapiler)
o Tubular
o Lobular
o Penyakit paget dan infiltratif
o Undifferentiated
o Sel skuamosa
o Kistik adenoid
o Sekretori
o Kribriformis
2.4.5.2 Molekuler
13
Luminal A ER/PR +++, Baik Terapi endokrin +
HER2-, Ki-67 kemoterapi
rendah
+, Ki-67 tinggi
Ki-67 tinggi
14
T1b Diameter terbesar tumor >5mm, tetapi ≤10mm
N = Kelenjar getah bening regional secara klinis (cN) dan patologis (pN)
15
Metastasis pada KGB (jumlah >1) infraklavikula (aksila level III)
cN3 ipsilateral, dengan/tanpa keterlibatan KGB aksila level I dan II
Atau
Atau
Patologis (pN)
ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran tidak lebih
dari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi dengan pewarnaan
imunohistokimia (IHC) ata metode molecular lainnya tapi masih dalam
pewarnaan H&E. ITC tidak selau menunjukkan adanya aktivitas keganasan
seperti proliferasi atau reaksi stromal.
Hanya ada ITC saja (kluster sel ganas ≤0.2mm) pada KGB
pNO(i+)
regional.
16
Mikrometastasis; atau metastasis pada 1-3 KGB aksila;
dan/atau KGB mammaria interna yang negatif secara klinis,
pN1
disertai mikrometastasis atau makrometastasis yang terdeteksi
dengan biopsi KGB sentinel
M = metastasis jauh
17
metastasis, tetapi pasien tersebut mempunyai sel-sel tumor atau
deposit tumor ≤0.2mm didalam sirkulasi darah, sumsum tulang,
atau jaringan KGB non-regionalnya terdeteksi secara mikrokopis
atau melalui teknik molekuler
cM1 Terdapat metastasis jauh secara klinis atau radiografi
pM1 Metastasis pada organ jauh yang terbukti melalui teknik histologis
apapun; atau jika ada pada KGB non-regional, metastasis >0.2mm
Sumber: AJCC Cancer Staging Manual, 8th Edition (2018)
Tabel 4: Klasifikasi Stadium TNM
Stadium T N M
IA T1 N0 M0
T0 N1mi M0
IB
T1 N1mi M0
T0 N1 M0
IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
IIB
T3 N0 M0
T0 N2 M0
T1 N2 M0
IIIA T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
T4 N0 M0
IIIB T4 N1 M0
T4 N2 M0
18
IIIC Tiap T N3 M0
IV Tiap T Tiap N M1
2.4.6 Patogenesis
Menurut pemahaman etiopatogenesis terkini, kanker payudara timbul akibat
alterasi molekuler (DNA) pada tingkat sel yang menyebabkan sel epitel payudara
berproliferasi secara tidak terkontrol. Pemetaan genetik menunjukkan bahwa
alterasi yang paling berpengaruh adalah estrogen receptor (ER), progesterone
receptor (PR), and human epidermal growth factor receptor 2 (HER2). Bukti dari
The Cancer Genome Atlas Network (TCGA) menunjukkan bahwa kanker payudara
basal like dapat menunjukkan respon positif terhadap terapi kanker ovarium serous
dikarenakan mempunyai karakteristik molekuler yang sama seperti tipe dan
frekuensi mutasi gen.6
Onkogen yang teraktivasi (HER2, protein Ki-67) dan tumor suppresor gen
yang termutasi (BRCA1 atau BRCA2, serta PTEN atauTP53) dianggap sebagai
“high penetrance” karena 2 hal ini sering menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya kanker. Low penetrance mutasi gen dapat mempengaruhi level hormon
dan metabolisme yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker
khususnya faktor keluarga. Mutasi onkogen dan tumor suppresor gen dapat
disebabkan karena radiasi atau bahan kimiawi.6
Pada awalnya terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker tumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira
seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker
ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang
paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara,
dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, benjolan-benjolan
19
pada kulit dapat pecah dan menjadi ulserasi.6
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira-
kira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi
payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini
menginvasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase
jauhadalah paru, pleura, dan tulang. Karsinoma payudara bermetastase dengan
penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ
yang dekat maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar
limfe aksilaris dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi
timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal.6
20
1 (PD-L1), atau terapi yang ditargetkan seperti antibody-drug conjugates (ADCs)
harus dipertimbangkan untuk pasien dengan kanker payudara triple-negatif
metastatik (mTNBC). Pendekatan serupa harus disediakan untuk pasien dengan
ketidaksesuaian dalam status HER2 ketika negatif pada awal dan positif dalam
pengaturan metastasis; jika HER2- positif dalam pengaturan metastasis, terapi anti-
HER2 harus dipertimbangkan. Dalam semua kemungkinan keadaan, ahli tumor
multidisiplin harus mendiskusikan pilihan pengobatan pada kasus per kasus.
Heterogenitas tumor ini perlu diperhitungkan untuk setiap lini pengobatan baru dan
biopsi ulang mungkin sesuai dalam kasus respon campuran. 21
Pada tumor ER-rendah (yaitu ER positif pada 1% -9% sel tumor), bukti
terbatas menunjukkan bahwa kanker ini mungkin kurang sensitif terhadap terapi
endokrin (ET), meskipun mereka mungkin mendapat manfaat dari pengobatan
dengan ET dan cyclin-dependent ki- kombinasi inhibitor nase 4 dan 6 (CDK4/6)
[IV, B].
Diagnosis kanker payudara sendiri ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
2.4.7.1. Anamnesis
Anamnesis bertujuan unutk mengidentifikasi identitas penderita, faktor
resiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan
dan riwayat penyakit yang pernah diderita. Anamnesis kanker payudara secara
umum sebagai berikut:22
21
o Ulkus, venektasis
o Benjolan ketiak
o Edema lengan
Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain:
o Sakit kepala hebat, muntah proyektil, gangguan penglihatan,
penurunan kesadaran
o Nyeri tulang belakang, pelvis dan tungkai
o Batuk dan sesak napas
o Rasa penuh di ulu hati
Faktor risiko:
o Usia penderita
o Usia melahirkan anak pertama
o Punya anak atau tidak
o Riwayat menyusui
o Riwayat menstruasi (usia menarche, keteraturan siklus menstruasi,
usia menopause)
o Riwayat pemakaian obat hormonal
o Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker
lain, terutama keluarga derajat pertama
o Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik
o Riwayat radiasi dinding dada pada usia muda
Status lokalis
22
o Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
Status KGB
o KGB aksila: jumlah, ukuran, terfiksir satu sama lain atau jaringan
sekitar
1. Mamografi
23
pertama penderita kanker payudara). Skrining mamografi dibuat dalam
posisi cranio-caudal (CC) dan medio-lateral oblique (MLO). Mamografi
diagnosis dilakukan pada wanita yang simptomatik. Lebih rumit dan waktu
lebih lama dibandingkan mamografi skrining dan untuk mementukan
ukuran tepat, lokasi abnormalitas, evaluasi jaringan serta kelenjar getah
bening sekitar. Mammografi diagnosis foto diambil dalam posisi cranio-
caudal (CC), medio- lateraloblique (MLO) ditambah latero-medial (LM)
atau medio-lateral (ML).22
Tanda sekunder:20
1. Retraksi kulit
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi puting
4. KGB aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas
24
Gambaran kalsifikasi yang diduga ganas menurut kriteria Egan
adalahkalsifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran < 0,5 mm,
jumlah > 5dan bentuk stelata. Pada lesi nonpalpable gambaran mamografi
dibagi 2 kategori: mikrokalsifikasi dan perubahan densitas.
Mikrokalsifikasi dapat berkelompok (clustered) atau menyebar (scattered).
Perubahan densitas mencakup masa terpisah-pisah (discrete masses).
Gambaran mamografi paling prediktif untuk malignansi adalah massa
berspekula (stelata), mikrokalsifikasi berkelompok dan mikrokalsifikasi di
dalam massa. Sistem pelaporan hasil mamografi mengacu pada sistem ACR
(American Collage of Radiology) atau BIRADS (Breast Imaging Reporting
and Data System). Sistem pelaporan ini disamping memberikan informasi
hasil juga tentangtindakan yang sesuai. Negatif palsu menurut data Breast
Cancer Detection Demonstration Project berkisar 8-10%.22
2. USG Payudara
Salah satu kelebihan USG dalam mendeteksi massa kistik. Seerupa
dengan mammografi, American College of Radiolgy juga menyusun bahasa
standar untuk pembacaan dan pelaporan USG. 22
25
membentuk sudut 90 derajat
3. MRI Payudara
MRI (Magnetic resonance imaging) merupakan instrumen sensitif
untuk deteksi kanker payudara, oleh karena itu MRI sangat baik untuk
deteksi rekurensi lokal pasca BCT, deteksi multifokal kanker dan sebagai
tambahan terhadap mamografi pada kasus tertentu. MRI juga bermanfaat
dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma
payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma
lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.17
1. Biopsi
Biopsi, pemeriksaan histopatologi untuk penentuan diagnosis.
Biopsi tersebut dapat berupa:
26
BAJAH dengan menggunakan jarum berukuran 19-25G untuk
mendapatkan aspirat.
2. Imunohistokimia
27
bagian dari praktik klinis rutin jika hasilnya akan mengubah pendekatan
pengobatan, sebagaimana dipandu oleh skala ESCAT, atau jika pasien dapat
mengakses uji klinis yang sesuai [ V, B].
Dapat disimpulkan bahwa staging dan penilaian risiko dari terapi lanjutan
28
kanker payudara metastasis menjadi poin-poin berikut :20
Pemeriksaan pencitraan yang digunakan minimal meliputi computed
tomography (CT) dada dan perut serta Bone Scan [II, A].
[18F]2-fluoro-2-deoxy-D-glucose (18F-FDG) positron emission tomography
(PET)-CT dapat digunakan sebagai pengganti CT dan bone scan bila fasilitas
memadai [II, B].23,24
Perlu diketahui bahwa tidak ada bukti penentuan staging dan monitoring
menggunakan modalitas pencitraan memberikan kesembuhan secara
menyeluruh yang lebih tinggi pada satu jenis pencitraan dibanding yang
lainnya.24
Modalitas pencitraan yang dipilih pada awal harus diterapkan untuk pemantauan
penyakit dalam memastikan respon umum perbandingan sebelum dan sesudah
terapi [III, B]
Interval antara pencitraan dan mulai pengobatan harus 4 minggu.
Evaluasi respon umumnya harus dilakukan setiap 2-4 bulan tergantung pada
dinamika penyakit, lokasi, tingkat metastasis dan jenis pengobatan [V, B]. 23
Interval pemantauan penyakit tidak boleh dipersingkat karena tidak ada bukti
manfaat peningkatan survival rate melainkan justru meningkatkan potensi
kerugian emosional dan finansial [IV, D].24 Pemantauan yang jarang lebih dapat
diterima, terutama untuk progesifitas kanker yang indolent.
Jika dicurigai terdapat perkembangan yang berarti, tes tambahan harus dilakukan
pada waktu yang tepat terlepas dari interval yang direncanakan [V, B]. 23
Bone Scan berulang merupakan evaluasi utama untuk metastasis
predominan/hanya pada tulang, tetapi interpretasi pencitraan dapat rancu karena
kemungkinan munculnya flare selama beberapa bulan pertama pengobatan [III,
C].24
PET-CT memungkinkan untuk memberikan panduan dini dalam pemantauan
metastasis predominan/tulang saja, tetapi percobaan prospektif juga diperlukan
untuk mempelajari dampak pada penentuan strategi pengobatan serta
kesembuhan secara menyeluruh [III, C].24
29
Risiko fraktur yang akan datang harus dievaluasi dengan CT atau sinar-X. Skor
neoplastik ketidakstabilan tulang belakang memberikan penilaian risiko yang
dapat direproduksi untuk metastasis vertebral. Dalam kasus dugaan kompresi
tulang, pencitraan resonansi magnetik (MRI) adalah modalitas pilihan [I, A].
Pencitraan otak tidak boleh dilakukan secara rutin pada semua pasien tanpa
gejala pada diagnosis kanker payudara metastasis awal atau selama pemantauan
penyakit. Pasien dengan kanker payudara atau TNBC HER2-positif asimtomatik
memiliki tingkat metastasis otak (BM) yang lebih tinggi pada diagnosis kanker
payudara metastasis awal, bahkan sebagai tempat pertama kekambuhan. Ini
mungkin memerlukan pencitraan otak berorientasi subtipe pada pasien tanpa
gejala dengan kanker payudara jika deteksi metastasis SSP akan mengubah
pilihan terapi sistemik [V, C]. Percobaan acak untuk menentukan risiko dan
manfaat skrining otak masih berlangsung.23
Pasien dengan gejala harus selalu menjalani pencitraan otak, sebaiknya dengan
MRI [II, B].
2.4.8 Penatalaksanaan
2.4.8.1 Pembedahan
Pembedahan merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara, terutama untuk kanker payudara stadium awal. Mastektomi adalah operasi
pengangkatan payudara. Berbagai jenis operasi pembedahan pada kanker payudara
adalah sebagai berikut.15
30
- Unchincloss & Maaden (mempertahankan muskulus pektoralis mayor
dan minor)
c. Breast Conserving Surgery (BCS)
BCS adalah terapi dengan melakukan eksisi tumor primer dengan atau
tanpadiseksi aksila dan radioterapi. Terapi ini memberikan survival yang sama
dengan MRM namun rekurensinya lebih besar.
2.4.8.2 Radioterapi
2.4.8.3 Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker payudara dapat memiliki tujuan, anatara lain :16
Adjuvan
Neoadjuvan
31
neoadjuvan full dose trastuzumab sebelum terapi operatif.
Sensitizer
Primer/paliatif
Kriteria IHK
32
Downregulator reseptor (SERD): fulvestrant
o Medikamentosa : goserelin
o Radiasi
o KGB negatif
o Grade I-II
33
tamoxifen. AI diberikan 6-8 minggu setelah dimulainya
OFS untuk menurunkan produksi estrogen ovarium
sebelum memulai terapi endokrin oral. Durasi pemberian
OFS medikamentosa yang umum diterima sekitar 3-5 tahun
o Jika dalam terapi SERM dan usia <60 tahun, maka kadar
FSH dan estradiol serum sesuai kondisi postmenopause. 26
AI
Fulvestrant
AI + Fulvestrant
AI + Everolimus
34
Fulvestrant + CDK 4/6 inhibitor
o TCH (Docetaxel-Carboplatin-Trastuzumab)
o Pertuzumab
o Lapatinib
Stadium 0
Breast Conserving Surgery radioterapi
Simple Mastectomy + Biopsi KGB sentinel
Stadium I
Breast Conserving Treatment
Modified Mastectomy Radical
Mastectomy + Reconstruction
Stadium II
Stadium II A
Breast Conserving Treatment +kemoterapi
35
Modified Mastectomy Radical+ kemoterapi adjuvan
36
sekunder (didapat) didefinisikan sebagai kekambuhan selama terapi ajuvan tetapi
setelah 2 tahun pertama, kekambuhan dalam 12 bulan setelah menyelesaikan terapi
endokrin ajuvan atau progresivitas penyakit 6 bulan setelah memulai terapi
endokrin untuk kanker payudara metastasis.27
37
CDK4/6 inhibitor efektif pada kanker payudara metastasis de novo atau
rekuren, dalam kasus resistensi endokrin primer atau sekunder, pada wanita
pascamenopause atau pramenopause [yang terakhir dengan agonis hormon pelepas
hormon luteinisasi (LH-RH)] dan pada pria (dengan agonis LH-RH). Pada pasien
yang kambuh pada terapi AI ajuvan, atau dalam waktu 12 bulan setelah
menghentikan AI ajuvan, inhibitor CDK4/6 dalam kombinasi dengan fulvestrant
disarankan [skor ESMO-MCBS v1.1: 4].20
Penggunaan Palbocilib dan Rivociclib harus dikombinasi, sementara
Abemaciclib dapat digunakan sebagai agen tunggal [skor ESMO-MCBS v1.1: 3].28
Pada pasien yang membutuhkan kemoterapi lini pertama karena kegagalan organ
langsung, atau yang tidak memiliki akses ke inhibitor CDK4/6 pada rangkaian lini
pertama, secara klinis dapat diterima untuk menggunakan terapi endokrin plus
inhibitor CDK4/6 sebagai terapi selanjutnya dalam kasus penyakit progresif. Secara
umum, penggunaan terapi endokrin (agen tunggal) setelah kemoterapi dapat
menjadi pilihan pada pasien yang stabil secara klinis berdasarkan penilaian
dokter.20
38
Efek Samping Terapi Lini Pertama dan Kedua
Toksisitas meningkat secara substansial pada kelompok alpelisib, terutama
hiperglikemia, ruam, toksisitas gastrointestinal (GI) (mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, mukositis, diare) dan kelelahan, yang menyebabkan
pengurangan/interupsi dosis pada ~70% dan penghentian pada 25% pasien.29
Mengingat keseimbangan antara kemanjuran dan toksisitas, sangat penting
untuk hati-hati memilih strategi untuk pengobatan ini, mempertimbangkan
komorbiditas, terutama diabetes yang sudah ada dan baseline hemoglobin terglikasi
(HbA1c). Hiperglikemia dari alpelisib terjadi lebih awal dan dapat menjadi masalah
untuk ditangani; kolaborasi dengan spesialis diabetes karena itu dianjurkan. Pasien
juga direkomendasikan untuk menggunakan antihistamin non-sedasi untuk
mencegah ruam pada awal terapi dan dihentikan setelah 4-8 minggu, karena risiko
ruam terjadi di 2 minggu pertama.20
Jika everolimus digunakan, profilaksis yang tepat, seperti larutan oral
deksametason, harus diresepkan untuk mencegah kejadian dan tingkat keparahan
stomatitis.20
Untuk pasien yang tidak mungkin mentolerir exemestane-everolimus,
capecitabine adalah pilihan yang baik karena keberlangsungan bebas kanker dan
kesembuhan secara umum untuk agen ini tidak berbeda secara signifikan.20
39
Jika kemoterapu diindikasikan, agen tunggal umumnya lebih disukai
daripada strategi kombinasi berdasarkan pertimbangan kualitas hidup, kecuali
untuk pasien yang membutuhkan respon cepat karena beban penyakit, karena
manfaat yang superior untuk strategi kombinasi belum terbukti dan umumnya lebih
beracun.30
2.4.9.2 Kanker Payudara HER-2 Positif
40
metastasis jauh dalam 12 bulan trastuzumab ajuvan (tanpa pertuzumab) dapat
menerima trastuzumab-epertuzumabe-taxane lini pertama atau terapi lini kedua. 20
41
Tingkat progresivitas bebas tumor dalam 12 bulan adalah 75,8% dengan
trastuzumab deruxtecan dibandingkan 34,1% dengan T-DM1. Tren kuat yang
mendukung manfaat kesembuhan secara umum juga diamati, meskipun signifikansi
statistik belum tercapai. Tingkat respon objektif dengan trastuzumab deruxtecan
adalah 79,7% dibandingkan 34,2% dengan T-DM1.20
Berdasarkan kekuatan data efikasi dan keamanan ini, masuk akal untuk
mempertimbangkan trastuzumab deruxtecan sebagai terapi lini kedua standar baru
di daerah di mana obat ini tersedia, memindahkan T-DM1 ke pengaturan lini
selanjutnya.20
42
Terapi Lini Ketiga dan Seterusnya
Beberapa obat telah disetujui untuk digunakan pada pasien dengan
trastuzumab-, pertuzumab-, dan MBC HER2-positif pra-perawatan ADC. Dalam
studi terbaru penambahan tucatinib ke trastuzumabe-capecitabine meningkatkan
progresivitas bebas kanker dengan rata-rata dari 5,6 bulan menjadi 7,8 bulan. Rata-
rata kesembuhan menyeluruh juga ditingkatkan dengan pengobatan berbasis
tucatinib. Trastuzumab deruxtecan adalah pilihan pengobatan lini ketiga untuk
pasien yang belum menerima agen ini dalam rangkaian lini kedua.20 T-DM1 juga
merupakan pilihan pengobatan lini ketiga bagi mereka yang belum menerima agen
ini sebagai terapi lini kedua.20
43
Gambar 2.9 Penatalaksanaan Lanjutan Kanker Payudara Triple Negatif dengan
Metastasis20
Efek Samping
Efek samping yang terjadi pada >25% pasien termasuk mual, neutropaenia,
komplikasi saluran cerna, ruam dan alopesia. Khususnya, pasien homozigot untuk
genotipe UGT1A1*28 memiliki peningkatan risiko neutropaenia parah dan diare,
yang mengakibatkan ‘black box warning’ dimana pemberian terapi harus segera
dihentikam.
Terapi Pemeliharaan
Tidak ada studi fase III yang secara khusus membahas pertanyaan tentang
terapi pemeliharaan di KPTN Metastasis. Meskipun durasi kemoterapi yang lebih
lama dikaitkan dengan hasil yang lebih baik pada Kanker Payudara Metastasis, itu
juga meningkatkan risiko dari toksisitas terapi.20 Namun, untuk pasien yang telah
menerima kombinasi kemoterapi-penghambat reseptor imun awal, pemeliharaan
dapat diterima tanpa adanya masalah keamanan.
Demikian pula, pemeliharaan bevacizumab dapat digunakan setelah
kombinasi bevacizumabe-taxane atau bevacizumabe-capecitabine awal.
44
talazoparib) menghasilkan perbaikan progresivitas bebas tumor yang signifikan
secara statistik dibandingkan dengan capecitabine, vinorelbine, atau ( dalam satu
studi) gemcitabine.33
2.4.9.4 Kanker Payudara Metastasis Spesifik Organ
45
2.4.10 Prognosis
Survival rate (%) pada pasien dengan Ca mamma berdasarkan stadium
TNM yaitu sebagai berikut:20
46
BAB III
KESIMPULAN
47
penggunaan golongan Taxane. Trastuzumab-deruxtecan merupakan terapi lini
kedua, namun bila tidak tersedia dapat diganti dengan alternatif T-DM1. Sementara
untuk lini ketiga dapat digunakan Tucatinibe-capecitabine-etrastuzumab.
Untuk kanker payudara metastasi tripel negative, lini pertama terapi yang
digunakan adalah kemoterapi dengan kombinasi penghambat reseptor imun
(Azetozilumab/Pembrozilumab + Pacitaxel) bila PD-L1 positif,
Olaparib/Talazoparib apalbila gen BRCA dan PD-L1 negatif serta Antrasiklin dan
Taxane bila gen BRCA nya merupakan gen liar dengan pemberian Sacituzimab
setelahnya.
Disamping itu perawatan paliatif harus diintegrasikan sejak dini dan
ditawarkan baik dalam pengaturan rawat inap maupun rawat jalan karena
merupakan hal yang penting didalam bidang Onkologi. Angka kesembuhan pasien
dengan kanker payudara mungkin meningkat seiring dengan pengenalan terapi baru
walaupun disisi lain pasien lebih mungkin mengalami metastasis di banyak area
tubuh. Selain menerima pengobatan terbaik yang tersedia, pasien harus ditawarkan
kontrol gejala yang optimal, psikologis, dukungan sosial dan spiritual. Banyak
bidang perawatan yang perlu dikelola, termasuk nyeri, sesak napas, cachexia,
kelelahan, depresi dan kecemasan, yang juga harus mempertimbangkan
komorbiditas, pengobatan sebelumnya, usia dan preferensi pasien. Pengambilan
keputusan bersama antara pasien dan profesional perawatan kesehatan, serta
komunikasi yang baik dan membangun hubungan dengan pasien, anggota keluarga
dan perawat, oleh karena itu sangat penting untuk memastikan saling pengertian
tentang harapan dan tujuan pengobatan.
Beban emosional merawat pasien yang sekarat juga berdampak pada staf
perawatan kesehatan, dan proses harus ada untuk mendukung kesehatan mental
mereka, memungkinkan mereka untuk terus memberikan perawatan yang sensitif
dan efektif.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
16. Hammon ME, Hayes DF, Dowsett M, et al. American Society of Clinical
Oncology/College of American Pathologist guideline recommendations for
immunohistochemical testing of estrogen and progresterone receptor in breast
cancer. J Clin Oncol. 2010; 28:2784.
17. Dafni U, Tsourti Z, Alatsathianos I. Breast Cancer Statistics in the Eu- ropean
Union: incidence and survival across European Countries. Breast Care
(Basel). 2019;14(6):344-353.
18. Malmgren JA, Mayer M, Atwood MK, et al. Differential presentation and
survival of de novo and recurrent metastatic breast cancer over time: 1990-
2010. Breast Cancer Res Treat. 2018;167(2):579-590.
19. Hölzel D, Eckel R, Bauerfeind I, et al. Improved systemic treatment for early
breast cancer improves cure rates, modifies metastatic pattern and shortens
post-metastatic survival: 35-year results from the Munich Cancer Registry. J
Cancer Res Clin Oncol. 2017;143(9):1701-1712.
20. Gennari A, Andre F, Barrios CH, et al. ESMO Clinical Practice Guideline for
the diagnosis, staging and treatment of patients with metastatic breast cancer.
Annals of Oncology. 2021; Vol 32 (12): 1475-1495.
21. Van Poznak C, Somerfield MR, Bast RC, et al. Use of biomarkers to guide
decisions on systemic therapy for women wth metastatic breast cancer:
American Society of Clinical Oncology Clinical Practice Guide- line. J Clin
Oncol. 2015;33(24):2695-2704.
22. Hunt KK, Robertson JFR, Bland KI. The Breast. In: Andersen DK, Billiar
TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, Pollock RE, editor. Schwartz’
Principle of Surgery. Edisi ke-10. Amerika Serikat: McGraw-Hill Education;
2015.
23. Cardoso F, Paluch-Shimon S, Senkus E, et al. 5th ESO-ESMO interna- tional
consensus guidelines for advanced breast cancer (ABC 5). Ann Oncol.
2020;31(12):1623-1649.
24. Lee CI, Gold LS, Nelson HD, et al. Comparative effectiveness of imaging
modalities to determine metastatic breast cancer treatment response. Breast.
2015;24(1):3-11.
25. Accordino MK, Wright JD, Vasan S, et al. Use and costs of disease
monitoring in women with metastatic breast cancer. J Clin Oncol.
2016;34(24):2820-2826.
26. Miler et al. Breast Cancer Res Treat (2007) 103:149-160 2. Salkeni et al.
Avicenna J Med. 2017 Oct-Dec;7 (4): 144-152
27. Cardoso F, Costa A, Norton L, et al. ESO-ESMO 2nd international consensus
guidelines for advanced breast cancer (ABC2). Breast. 2014;23(5):489-502.
28. Dickler MN, Tolaney SM, Rugo HS, et al. MONARCH 1, a phase II study of
abemaciclib, a CDK4 and CDK6 inhibitor, as a single agent, in pa- tients with
refractory HR(þ)/HER2(-) metastatic breast cancer. Clin Cancer Res.
2017;23(17):5218-5224.
29. André F, Ciruelos E, Rubovszky G, et al. Alpelisib for PIK3CA-mutated,
hormone receptor-positive advanced breast cancer. N Engl J Med.
2019;380(20):1929-1940.
50
30. Robson M, Im SA, Senkus E, et al. Olaparib for metastatic breast cancer in
patients with a germline BRCA mutation. N Engl J Med. 2017;377(6): 523-
533.
31. Swain SM, Miles D, Kim SB, et al. Pertuzumab, trastuzumab, and docetaxel
for HER2-positive metastatic breast cancer (CLEOPATRA): end-of-study
results from a double-blind, randomised, placebo- controlled, phase 3 study.
Lancet Oncol. 2020;21(4):519-530.
32. Foulkes WD, Smith IE, Reis-Filho JS. Triple-negative breast cancer. N Engl J
Med. 2010;363(20):1938-1948.
33. Robson M, Im SA, Senkus E, et al. Olaparib for metastatic breast cancer in
patients with a germline BRCA mutation. N Engl J Med. 2017;377(6): 523-
533.
34. Kabel, AM., dan Baali, FH. 2015. Breast Cancer: Insight into Risk Factor,
Phatogenesis, and Management. Journal of Cancer Research and Treatment. 3
(2) : 28-33
51