Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRATIKUM FISIOLOGI

MODUL RESPIRASI

Dosen Pengajar : dr. Sri Yunita, M.Biomed


Disusun oleh : Sulthan Salsabil Neza H1A017005

FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru dilakukan untuk
mengetahui fungsi paru bekerja secara normal atau tidak. Pemeriksaan paru
biasanya dilakukan untuk keperluan tertentu saja tergantung indikasinya.
Penurunan fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat menyebabkan
seseorang mengalami gagal napas dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Banyak sekali gangguan yang sering terjadi pada sistem pernapasan.
Beberapa gangguan yang efeknya paling penting bersangkutan dengan elastisitas
paru-paru dan saluran pernapasan. Untuk mengetahui atau mendeteksi kelainan
pada sistem pernapasan seseorang, biasanya dilakukan pengujian menggunakan
spirometer. Spirometer sendiri adalah alat skrining yang biasanya digunakan
untuk mendeteksi kelainan paru yang bersangkutan dengan penyakit paru. Selain
untuk mengetahui kelainan paru, spirometer juga sering digunakan untuk
mengetahui kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi penyakit saluran pernapasan
akibat polusi atau pencemaran lingkungan dan asap rokok.

1.2 TujuanPraktikum
Kegiatan 1: spirometri
1. Untuk memahami fungsi, prinsip kerja, dan indikasi penggunaan spirometer
2. Untuk Mengenal bagian-bagian dari spirometer
3. Untuk mengenal macam volume dan kapasitas paru
4. Agar mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan dalam menilai fungsi
sistem respirasi.
Kegiatan 2: Pengukuran volume paru dan menghitung kapasitas paru

1. Memahami mekanisme respirasi eksternal (ventilasi pulmonal)


2. Memahami volume dan kapasitas paru
Kegiatan 3 : Efek surfaktan dan tekanan intrapleura pada respirasi

1. Untuk memahami istilah surfaktan, tegangan permukaan, ruang intrapleural,


tekanan intrapleura, pneumotoraks dan atelaktasis
2. Untuk memahami pengaruh surfaktan dan tegangan permukaan pada fungsi
paru
3. Untuk memahami bagaimana tekanan negatif intrepleura mencegah paru
kolaps

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spirometer
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat
volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri.
Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan diatas bak air, dan drum
tersebut di imbangi oleh suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas,
biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut dengan
ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik
turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar
(Guyton & Hall, 1997: 603).

Gambar 2.1: Spirometer

2.2 Fisiologi Respirasi


Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru
dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru
dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan
berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung
terjadi “recoil” dinding dada yang diimbangi oleh kecenderungan dinding dada
berkerut kearah yang berlawanan (Guyton, 2006).

Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis


kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara
masuk ke dalam paru-paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan
mengendalikan luas rongga toraks yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga
bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragma
kearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura (Guyton, 2006).

Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan napas
melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga
diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar
yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah
(Syaifuddin, 2001).
Paru-paru merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru dan
dinding rongga dada. Paru-paru mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi lapisan
tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam rongga
dada. Ketika melakukan pengembangan dan berkontraksi maka paru-paru dapat
bergeser secara bebas karena terlumas dengan rata (Ganong, 2005).

Respirasi dalam arti luas meliputi dua proses, yaitu respirasi eksternal atau
masuknya gas oksigen dan keluarnya karbondioksida pada tubuh secara keseluruhan,
dan respirasi internal atau pemanfaatan oksigen dan produksi karbondioksida oleh sel
tubuh dan pertukaran gas pada level seluler. Respirasi oksigen meliputi empat tahap,
yaitu:

1. Ventilasi, atau perpindahan gas dari udara bebas ke dalam alveoli di paru-
paru.
2. Pertukaran gas pulmoner, pertukaran gas antara alveoli dan pembuluh darah
kapiler paru.
3. Transportasi gas, perpindahan gas didalam darah melalui sistem sirkulasi
menuju pembuluh darah kapiler peripheral pada organ dan sebaliknya.
4. Pertukaran gas perifer, yaitu pertukaran gas-gas yang terjadi antara pembuluh
darah kapiler jaringan dengan jaringan atau organ.
(Ganong, 2010)

2.3 Volume dan Kapasitas Paru


Untuk memudahkan peristiwa ventilasi paru, maka udara dalam paru dibagi menjadi
empat volume dan empat kapasitas.

Empat “volume” paru tersebut adalah sebagai berikut:

1. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap
kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang dewasa
muda.
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang dapat
diinspirasi setelah dan diatas volume tidal dan biasanya mencapai 3000 ml.
Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah jumlah udara ekstra yang dapat
diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal; jumlah normalnya
adalah sekitar 1100 ml.
3. Volume residu (RV) adalah volume udara yang masih tetap berada didalam
paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira 1200 ml.
(Guyton & Hall, 1997:604)

Empat “kapasitas” paru yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume tidal ditambah volume


cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang dapat
dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan
pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada
akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).
3. Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah
volume tidal dan volume cadangan ekspirasi . ini adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisiparu secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-
banyaknya (kira-kira 4600ml).
4. Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum dimana paru dapat
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (kira –kira 5700 ml).
Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah dengan volume residu.
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen
lebih kecil daripada pria, dan lebih besar lagi pada atletis dan orang yang bertubuh
besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.
(Guyton & Hall, 1997: 604-605)

Dead Space
Sebagian gas yang masuk pada saluran pernapasan tidak dapat bertukar
dengan gas pada aliran darah. Hal ini disebabkan pertukaran gas hanya terjadi pada
bagian ujung dari saluran pernapasan (alveolus). Volume dead space anatomi pada
orang normal diperkirakan setara dengan berat badan seseorang dalam satuan pounds.
Udara yang terdapat pada dead space ini sebesar 150 ml. hal ini menyebabkan nilai
alveolar ventilation atau jumlah udara yang mencapai alveolus per menit selalu lebih
kecil daripada respiratory minute volume.
(Ganong, 2010)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan


Untuk alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan satu dan dua adalah sama
semua.
1. Computer/ laptop
2. Software physioEx 9.0: Laboratory Stimulations in Physiology
3.2 Prosedur kerja

Kegiatan 1:

1. Membuka software PhysioEx dan mengklik Exercise 7: Respiratory System


Mechanics
2. Mengklik activity 2: Comparative Spirometry
3. Mengklik introduction kemudian menjawab pre-lab quiz
4. Mengklik tab experiment dan mulai melakukan percobaan
5. Mengikuti intruksi percobaan dalam software, simpan dalam bentuk PDF dan
kirim ke email masing-masing.
Kegiatan 2:

1. Membuka software PhysioEx dan mengklik Exercise 7: Respiratory System


Mechanics
2. Mengklik activity 1: Measuring Respiratory Volumes And Calculating
Capacities
3. Mengklik introduction kemudian menjawab pre-lab quiz
4. Mengklik tab experiment dan mulai melakukan percobaan
5. Mengikuti intruksi percobaan dalam software, simpan dalam bentuk PDF dan
kirim ke email masing-masing.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil pengamatan


Kegiatan 1:
Kegiatan 2:
4.2 Pembahasan
Kegiatan 1:
Dari hasil percobaan yang diperoleh diatas, dapat dilihat bahwa kapasitas
total paru dari enam tipe pasien yaitu heavy exercise, moderate exercise, asthma
attack plus inhaler, acute asthma attack, emphysema, dan normal tidak berubah.
Hal ini disebabkan karena kapasitas paru adalah volume maksimum dimana paru
dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa. Selain itu, tipe
pasien diatas ini merupakan pasien yang mengalami gangguan obstruksi atau
gangguan ekspirasi dan takipnea atau napas cepat akibat olahraga. Jadi udara bisa
masuk tanpa hambatan dan memenuhi kapasitas total. Namun terjadi gangguan
pada saat udara mau keluar atau ekspirasi.
Pada enam tipe pasien terlihat ada pasien yang memiliki volume tidal yang
sama, tapi ada juga yang berbeda bahkan sangat berbeda jauh. Untuk tipe pasien
normal, emphysema, dan asthma attack plus inhaler terdapat nilai volume tidal
yang sama yaitu nilai normal volume tidal yang besarnya 500 ml. Hal ini dapat
dilihat dari grafik yang cenderung berada di atas dan memiliki selisih amplitude
yang sama walaupun nilainya berbeda-beda. Sedangkan, untuk acute asthma
attack volume tidalnya berkurang dari 500 ml menjadi 300 ml. Karena acute
asthma attack
ERV untuk emphysema dan acute asthma attack mengalami penurunan
dengan nilai penurunan yang sama yakni dari normalnya 1500 ml menjadi 750 ml,
jika dibandingkan dengan asthma attack plus inhaler, maka diketahui
pengurangannya yang paling besar adalah emphysema dan acute asthma attack.
Pengurangan ERV yang terlalu jauh dan tidaknya ditentukan oleh seberapa serius
pasien mengalami gangguan pernapasan. asthma attack plus inhaler adalah asma
yang muncul setelah menghirup debu dan benda asing yang menimbulkan efek
alergi. Sementara untuk emphysema dan acute asthma attack adalah gangguan
pernapasan yang kondisinya lebih serius. Penurunan nilai ERV untuk heavy
exercise dan moderate exercise juga berbeda yakni untuk heavy exercise dari 1500
ml menjadi 750 ml dan untuk moderate exercise dari 1500 ml menjadi 1125 ml.
Untuk heavy exercise, penurunanya jauh dan untuk moderate exercise penurunan
nilai ERV tidak terlalu jauh. Hal ini tergantung pada kedalaman bernapas. Pasien
yang heavy exercise akan melakukan respirasi dengan cepat dan dalam,
sementara pasien yang moderate exercise akan melakukan respirasi lebih lambat
dan dangkal jika dibandingkan dengan heavy exercise. Sehingga ERV yang
olahraga ringan lebih besar dari ERV olahraga berat.
IRV untuk asthma attack plus inhaler, acute asthma attack dan emphysema
mengalami penurunan secara berturut-turut yaitu dari 3000 ml menjadi 2800 ml,
2700 ml dan 2000 ml. sedangkan untuk heavy exercise dan moderate exercise
memiliki nilai IRV berturut-turut adalah 600 ml dan 2000 ml. dari enam tipe
pasien ini, lima pasien diantaranya mengalami penurunan nilai IRV yang tidak
terlalu jauh dari normal. Namun untuk heavy exercise mengalami penurunan yang
drastis yaitu dari 3000 ml menjadi 600 ml. ketika seseorang melakukan olahraga
yang berat, frekuensi dan kedalaman bernafasnya akan besar.
Residual volume untuk pasien tipe normal, heavy exercise dan moderate
exercise adalah sama. Hal ini karena tidak ada gangguan pada sistem pernapasan.
Pasien heavy exercise dan moderate exercise melakukan inspirasi dan ekspirasi
secara cepat dan dalam sambil mempertahankan jumlah udara yang keluar dan
masuk. Jadi tidak ada udara yang tersisa sehingga menambah volume residu paru-
paru. Sedangkan untuk tipe pasien asthma attack plus inhaler, acute asthma attack
dan emphysema terjadi penambahan nilai volume residunya. Namun
penambahannya ini tergantung dari tingkat keseriusan dari masalah pada sistem
pernapasan. Semakin kecil nilai residual volumenya atau mendekati normal,
semakin ringan gangguan pernapasan tersebut. Semakin besar residual volumnya
atau menjauhi normal, semakin berat gangguan pernapasan yang dialaminya.
Dalam hal ini , asthma attack plus inhaler dapat dikategorikan sebagai gangguan
ekspirasi yang ringan. karena jenis ini muncul ketika seseorang terpapar dengan
debu dan zat yang dapat menimbulkan alergi. Sementara acute asthma attack dan
emphysema dapat dikategorikan sebagai gangguan ekspirasi yang berat karena
jenis ini merupakan gangguan yang sering muncul dan biasanya berlangsung
dalam jangka waktu yang lama sehingga mampu menahan udara didalam paru
lebih dari residual volume.
Nilai FVC, FEV1 dan FEV1% menunjukkan identitas dari keenam tipe
pasien tersebut. Untuk pasien tipe heavy exercise dan moderate exercise tidak ada
nilai FVC, FEV1 dan FEV1%. Ini membuktikan bahwa ketika berolahraga nilai
FVC, FEV1 dan FEV1% tidak terpengaruhi karena ini tidak berkaitan dengan
gangguan pernapasan. Sementara pada pasien asthma attack plus inhaler, acute
asthma attack dan emphysema terjadi perubahan yaitu nilai dari ketiga indicator
ini berubah menjadi lebih kecil. Besar kecilnya perubahan tergantung pada tingkat
keseriusan gangguan pernapasan. Jadi dengan melihat ini, dapat dikatakan bahwa
asthma attack plus inhaler tidak terlalu serius atau berefek dibanding acute
asthma attack dan emphysema.

Kegiatan 2:
Dari hasil praktikum ini dapat dilihat bahwa semakin kecil radius dari saluran
pernapasan, flow atau udara yang keluar masuk juga semakin kecil. Hal ini sesuai

∆ P π r4
dengan rumus: Flow= , dimana udara yang mengalir per liter tiap
8 ηl
menitnya berbanding lurus dengan radius dipangkatkan empat. Jika udara yang
mengalir keluar dan masuk ini semakin kurang, maka volume udara yang dihirup
dalam pernapasan normal juga berkurang. Hal ini terbukti dari hasil praktikum
dalam tabel yang menunjukkan semakin kecil radius saluran napas, semakin kecil
pula volume tidalnya. Volume tidalnya semakin kurang maka itu akan berdampak
juga pada volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. ERV dan
IRV semakin turun apaabila radius daluran pernapasannya menurun. Karena flow
berkaitan langsung dengan IRV dan ERV. Pada umumnya, penyempitan pada
saluran pernapasan lebih sering menyebabkan seseorang sukar untuk ekspirasi.
Pada saat seseorang sukar ekspirasi, udara yang dihirup masih tertinggal didalam
paru dan hal ini menyebabkan volume residual seseorang itu lebih dari normalnya.
Untuk kapasitas vital (VC) akan mengikuti angka IRV dan ERV, sebab VC
merupakan penjumlahan dari ERV dan IRV. Karena IRV dan ERV pada hasil
menurun, otomatis kapasitas vital juga menurun. Kapasitas total paru merupakan
jumlah dari semua jenis volume dan kapasitas sehingga kapasitas total paru-paru
menurun atau meningkat itu disesuaikan dengan voktor volume dan kapasitas
lainnya. Terakhir adalah mengenai FEV1, dimana jika resistensi udara tinggi atau
terjadi penyempitan saluran pernapasan yang ditandai dengan radius yang kecil
dapat menyebabkan udara yang dapat dihembuskan dengan cepat berkurang.
Dalam hal ini, nilai FEV1 berkurang. Hasil ini sesuai dengan hasil dalam tabel
hasil.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kegiatan 1:

Jadi banyak sedikitnya kapasitas dan volume pernapasan paru-paru tergantung pada
kondisi pasien. Semakin serius gangguan pernapasan yang dialami pasien, semakin
jauh penyimapangan dari angka TV, IRV, ERV, RV, FVC, TLC, FEV1 dan FEV1%
dibanding normalnya. Dalam kondisi tertentu seperti olahraga berat dan ringan juga
mempengaruhi enam faktor di atas.

Kegiatan 2:

Semakin kecil radius saluran napas semakin tinggi resistensi udaranya dan karena itu
udara sulit untuk keluar dan masuk paru. Tingginya resistensi udara dapat
menurunkan angka TV, ERV, IRV, VC, FEV1, dan TLC. Sementara nilai RVnya
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Saifuddin. (2001). Metode Penelitian.Yogayakarta: Pustaka Pelajar


2. Ganong W.F.( 2005). Review of medical physiology. (Edisi- 22).Singapore :
Mc Graw Hill. p.192-201
3. Ganong, WF. (2010).Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis.( Edisi-5). Alih bahasa oleh Brahm U Pendit.Jakarta:EGC
4. Guyton dan Hall. (1997). Buku Ajar Fisiology Kedokteran. (Edisi-9). Jakarta:
EGC
5. Guyton dan Hall. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. ( Edisi-11).
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Kulit SSJ
    Referat Kulit SSJ
    Dokumen17 halaman
    Referat Kulit SSJ
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Desan Bismillah
    Referat Desan Bismillah
    Dokumen22 halaman
    Referat Desan Bismillah
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Presbikusis
    Referat Presbikusis
    Dokumen16 halaman
    Referat Presbikusis
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • To Be Better. - Prolog - Wattpad
    To Be Better. - Prolog - Wattpad
    Dokumen1 halaman
    To Be Better. - Prolog - Wattpad
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Jurding
    Jurding
    Dokumen22 halaman
    Jurding
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Medikolegal
    Referat Medikolegal
    Dokumen11 halaman
    Referat Medikolegal
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Dokumen21 halaman
    Manajemen Nyeri
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Sulthan
    Referat Sulthan
    Dokumen61 halaman
    Referat Sulthan
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Psikorfarmaka Sulthan
    Psikorfarmaka Sulthan
    Dokumen47 halaman
    Psikorfarmaka Sulthan
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Long Case Sulthan Salsabil Neza
    Long Case Sulthan Salsabil Neza
    Dokumen32 halaman
    Long Case Sulthan Salsabil Neza
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Bedah Sulthan Fix Insyaallah
    Referat Bedah Sulthan Fix Insyaallah
    Dokumen56 halaman
    Referat Bedah Sulthan Fix Insyaallah
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Forensik
    Referat Forensik
    Dokumen26 halaman
    Referat Forensik
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Jiwa
    Referat Jiwa
    Dokumen60 halaman
    Referat Jiwa
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Case Report Bedah Iffah
    Case Report Bedah Iffah
    Dokumen78 halaman
    Case Report Bedah Iffah
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Patria Wati
    Patria Wati
    Dokumen2 halaman
    Patria Wati
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • (Oktober) Tor Meptalk Ismki Wilayah 1 (Fixed)
    (Oktober) Tor Meptalk Ismki Wilayah 1 (Fixed)
    Dokumen6 halaman
    (Oktober) Tor Meptalk Ismki Wilayah 1 (Fixed)
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Refrat Anisa (Hepatitis C)
    Refrat Anisa (Hepatitis C)
    Dokumen52 halaman
    Refrat Anisa (Hepatitis C)
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Penyuluhan Psikiatri - Nadya Aprilianti
    Laporan Penyuluhan Psikiatri - Nadya Aprilianti
    Dokumen5 halaman
    Laporan Penyuluhan Psikiatri - Nadya Aprilianti
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Case Ahmad Fandi PDL
    Case Ahmad Fandi PDL
    Dokumen54 halaman
    Case Ahmad Fandi PDL
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Histologi Sesi 1
    Laporan Praktikum Histologi Sesi 1
    Dokumen10 halaman
    Laporan Praktikum Histologi Sesi 1
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • LTM 2 Ikk Jolanda
    LTM 2 Ikk Jolanda
    Dokumen14 halaman
    LTM 2 Ikk Jolanda
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan IKK
    Laporan IKK
    Dokumen7 halaman
    Laporan IKK
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • LTM 2 IKK Gianinda
    LTM 2 IKK Gianinda
    Dokumen3 halaman
    LTM 2 IKK Gianinda
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat