Pembimbing:
dr. Marlis Tarmizi,
Sp.FM
Penyusun:
i
HALAMAN PENGESAHAN
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas SMF
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Rumah Sakit Bhayangkara TK III
Bengkulu, Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Bengkulu, 26 Juni
2022
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
1
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Di era saat ini banyak sekali muncul kasus-kasus kejahatan yang tidak
hanya melibatkan harta atau materi, tetapi juga nyawa seseorang. Dalam proses
menelusuri kasus-kasus tersebut, pihak kepolisian melakukan penyelidikan yang
kemudian berakhir di peradilan. Dalam proses penyidikan kasus yang melibatkan
nyawa seseorang terkadang penyidik meminta bantuan dari ahli, dalam hal ini
adalah dokter dalam bentuk surat keterangan yang disebut visum et repertum.
Visum et repertum merupakan salah satu pelayanan di bidang kedokteran forensik
yang dapat membantu di bidang hukum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian VeR
Forensik, biasanya dikenal dengan nama “Visum”. Visum berasal dari bahasa
Latin, bentuk tunggalnya adalah “visa”. Dipandang dari arti etimologi atau tata
bahasa, kata “visum” atau “visa” berarti tanda melihat atau melihat yang artinya
penandatanganan dari barang bukti tentang segala sesuatu hal yang ditemukan,
disetujui, dan disahkan, sedangkan “Repertum” berarti melapor yang artinya apa
yang telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara etimologi
Mengenai disiplin ilmu ini, dimana sebelumnya dikenal dengan Ilmu Kedokteran
pidana maupun dalam perkara lain (perdata). Tujuan serta kewajiban Ilmu
4
Bentuk bantuan ahli kedokteran kehakiman dapat diberikan pada saat
terjadi tindak pidana (di tempat kejadian perkara, pemeriksaan korban yang luka
atau meninggal) dan pemeriksaan barang bukti, dimana hal ini akan diterangkan
dan diberikan hasilnya secara tertulis dalam bentuk surat yang dikenal dengan
kedokteran forensik ini.Dalam hal ini, hasil pemeriksaan dan laporan tertulis ini
akan digunakan sebagai petunjuk sebagaimana yang dimaksud pada pasal 184
KUHAP tentang alat bukti.4 Artinya, hasil Visum et Repertum ini bukan saja
sebagai petunjuk dalam hal membuat terang suatu perkara pidana namun juga
5
mengenai visum et repertum yaitu Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350. Disebutkan
berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan
Istilah visum et repertum tidak terdapat di dalam KUHP tetapi yang ada
hanya istilah alat bukti katagori surat, yang dibuat dengan sumpah atau janji
1. Visa reperta dari dokter-dokter yang dibuat atas sumpah jabatan yang
atau di Indonesia, atau atas sumpah khusus sebagai dimaksud dalam pasal 2,
keterangan tentang yang dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksa.
6
Kesimpulan dari 2 pasal tersebut diatas bahwa visum et repertum hanya
sah bila dibuat oleh dokter yang sudah mengucapkan sumpah sewaktu menerima
jabatan dan visum et repertum hanya sebatas apa yang dilihat atau ditemukan oleh
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi kebaikan.
2. Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
7
Dari penjabaran diatas jelas bahwa seorang dokter yang kapasitasnya
berwenang yaitu penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7 ayat
(1) butir h dan pasal 11 KUHAP. Yang termasuk penyidik menurut KUHAP pasal
6 ayat (1) butir a adalah Pejabat Polisi Negara RI. Mengenai kepangkatan
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa
untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
8
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
9
Pasal-pasal KUHAP yang mengatur tentang produk dokter yang sepadan
dengan visum et repertum adalah pasal 186 dan 187, yaitu sebagai berikut2:
pengadilan.
keahliannya mengenai suatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
dari padanya.
KUHAP pasal 184 ayat (1) alat bukti yang sah adalah :
• Keterangan saksi
• Keterangan ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan terdakwa.
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses
10
yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada
pada
2
perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.
bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat
hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180
2
KUHAP.
membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu
Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang
3
tata laksana pengadaan visum et repertum.
11
2.4 Struktur dan Isi VeR
c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
temuan pemeriksaan
ada lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan
1. Pro Justitia
12
Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum et
CONTOH :
PRO JUSTITIA
VISUM ET
REPERTUM
No. /
TUM/VER/VI
/2022
2. Pendahuluan
pemeriksaan, identitas objek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa,
CONTOH :
Yang bertandatangan di bawah ini, Ahmad Dani, dokter spesialis forensik pada
13
menerangkan bahwa pada tanggal..........pukul...........bertempat di RS
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Warga negara :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
3.Pemberitaan (Hasil
Pemeriksaan)
diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa.
ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak
anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah
badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen
Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat
hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian tentang
14
keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan
diambil.
lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan
4
pengobatan atau perawatan yang diberikan.
CONTOH :
HASIL PEMERIKSAAN :
15
a. Pada belakang kepala kiri, dua sentimeter dan garis pertengahan
luka kotor, sudut luka tumpul, berukuran tiga senti meter kali satu
dasar otot.-------------------------------------------------
----------------------------------
pertengahan. ----
4. Kesimpulan
16
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat visum et
repertum tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu
4
jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka.
C
O
N
T
O
H
KESIMPULAN :
-------------------------------------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh empat tahun ini
ditemukan cedera kepala ringan, luka terbuka pada belakang kepala kiri dan
17
pada lengan atas kiri akibat kekerasan tumpul. Cedera tersebut telah
mengakibatkan penyakit
5. Penutup
melakukan pemeriksaan
CONTOH :
Dokter Pemeriksa
18
pada tubuh korban hidup adalah perlukaannya beserta akibatnya dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan perkara pidananya. Sedangkan orangnya sebagai
manusia tetap diakui sebagai subyek hukum dengan segala hak dan kewajibannya.
19
Hal penting yang harus diingat adalah bahwa surat permintaan visum et
repertum harus mengacu kepada perlukaan akibat tindak pidana tertentu yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Surat permintaan visum et repertum pada
korban hidup bukanlah surat yang meminta pemeriksaan, melainkan surat yang
meminta keterangan ahli tentang hasil pemeriksaan medis.
1. Dokter
2. Perawat
3. Petugas Administrasi
20
Profesi yang berperan dalam kegiatan ini adalah dokter, mulai dokter
umum sampai dokter spesialis yang pengaturannya mengacu pada S.O.P.
Rumah Sakit tersebut. Diutamakan pada kegiatan ini adalah penanganan
kesehatannya dulu, bila kondisi telah memungkinkan barulah ditangani
aspek medikolegalnya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa terhadap
korban dalam penanganan medis melibatkan berbagai disiplin spesialis.
21
c. Pemeriksaan korban secara medis
Tahap ini dikerjakan oleh dokter dengan menggunakan ilmu forensik yang
telah dipelajarinya. Namun tidak tertutup kemungkinan dihadapi kesulitan
yang mengakibatkan beberapa data terlewat dari pemeriksaan. Ada
kemungkinan didapati benda bukti dari tubuh korban misalnya anak
peluru, dan sebagainya. Benda bukti berupa pakaian atau lainnya hanya
diserahkan pada pihak penyidik. Dalam hal pihak penyidik belum
mengambilnya maka pihak petugas sarana kesehatan harus me-
nyimpannya sebaik mungkin agar tidak banyak terjadi perubahan. Status
benda bukti itu adalah milik negara, dan secara yuridis tidak boleh
diserahkan pada pihak keluarga/ahli warisnya tanpa melalui penyidik.
22
Hal yang sama juga terjadi bila korban ditangani beberapa dokter
sekaligus sesuai dengan kondisi penyakitnya yang kompleks.
Dalam hal korban ditangani oleh hanya satu orang dokter, maka yang
menandatangani visum yang telah selesai adalah dokter yang menangani
tersebut (dokter pemeriksa). Dalam hal korban ditangani oleh beberapa
orang dokter, maka idealnya yang menandatangani visumnya adalah setiap
dokter yang terlibat langsung dalam penanganan atas korban. Dokter
pemeriksa yang dimaksud adalah dokter pemeriksa yang melakukan
pemeriksaan atas korban yang masih berkaitan dengan
luka/cedera/racun/tindak pidana.
Dalam hal dokter pemeriksa sering tidak lagi ada di tempat (di luar kota)
atau sudah tidak bekerja pada Rumah Sakit tersebut, maka visum et
repertum ditandatangani oleh dokter penanggung jawab pelayanan
forensik klinik yang ditunjuk oleh Rumah Sakit atau oleh Direktur Rumah
Sakit tersebut.
Benda bukti yang telah selesai diperiksa hanya boleh diserahkan pada
penyidik saja dengan menggunakan berita acara.
23
BAB III
KESIMPULAN
24