Anda di halaman 1dari 17

TUGAS REFERAT 16 FEBUARI, 2018

STANDAR PROSEDUR PENYERAHAN LAPORAN VeR KEPADA


PENYIDIK

DISUSUN OLEH :
Mitras C Labiro N 111 15 030
Ita Indah Agustini N 111 15 1055
Fadila N 111 16 020

PEMBIMBING
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.F

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABELOTA DONGGALA
PALU
2018

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama:
Mitras C Labiro N 111 15 030
Ita Indah Agustini N 111 15 055
Fadila N 111 16 020

Judul Referat: STANDAR PROSEDUR PENYERAHAN LAPORAN VeR


KEPADA PENYIDIK

Telah menyelesaikan tugas referat ini sebagai tugas kepaniteraan klinik


pada Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, 16 Febuari 2018


Mengetahui
Pembimbing

(Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, SH., M.Kes., Sp.F)


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Visum et Repertum ......................................................................................2
1. Definisi Visum et Repertum..................................................................3
2. Peranan dan Fungsi Visum et Repertum ...............................................3
3. Bagian-bagian Visum et Repertum .......................................................3
4. Jenis Kasus Visum et Repertum ............................................................4
5. Peranan visum et Repertum dalam proses penanganan perkara pidana
serta dasar hukum penggunanaan oleh penyidik menurut KUHAP ......5
6. Prosedur Permintaan Visum et Repertum .............................................5
B. Standar Prosedur Penyerahan Laporan VeR Kepada penyidik ....................6
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu Kedokteran Forensik, yang juga dikenal dengan nama Legal


Medicine adalah salah satu cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran, yang
mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum
serta keadilan. Dalam bentuknya yang masih sederhana, ilmu kedokteran forensik
telah dikenal sejak zaman Babilonia, yang mencatat ketentuan bahwa dokter saat
itu mempunyai kewajiban untuk memberi kesembuhan bagi para pasiennya
dengan ketentuan ganti rugi bila hal tersebut tidak tercapai. Anthitius, seorang
dokter pada zaman Romawi Kuno yang dalam suatu Forum – semacam institusi
pengadilan waktu itu – menyatakan bahwa dari 21 luka yang ditemukan pada
tubuh Julius Caesar, hanya satu luka yang menembus sela iga ke-2 sisi kiri depan
yang merupakan luka mematikan. Nama kedokteran forensik berasal dari kata
Forum tersebut.13,14
Di masyarakat, sering terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang
menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Peristiwa tersebut tentu saja
mengakibatkan adanya korban, baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal. Peristiwa yang sering menimbulkan korban misalnya kecelakaan lalu-
lintas, kecelakaan kerja, pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, bunuh diri,
bencana, maupun terorisme. Untuk pengusutan dan penyidikan, serta penyelesaian
masalah hukum tersebut di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan
perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk
menjelaskan dan membuktikan kebenaran peristiwa tersebut, salah satunya adalah
dokter spesialis forensik.13,14
Dalam tugas sehari-hari, selain melakukan pemeriksaan diagnostik,
memberikan pengobatan, dan perawatan kepada pasien, dokter juga mempunyai
tugas membuat suatu surat keterangan medis yang bertujuan untuk membantu
penegakan hukum, baik untuk korban hidup maupun korban mati. Surat
keterangan medis tersebut adalah Visum et Repertum, yang dapat dijadikan

1
2

sebagai alat bukti dalam proses peradilan yang sering diminta oleh pihak penyidik
(polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada tubuh manusia. Jadi, pada satu
saat yang sama dokter dapat bertindak sebagai seorang klinisi yang bertugas
mengobati penyakit sekaligus sebagai seorang petugas forensik yang bertugas
membuat Visum et Repertum. Sedangkan pasien bertindak sebagai seorang yang
diobati sekaligus sebagai korban yang diperiksa dan hasilnya dijadikan alat
bukti.14
Visum et Repertum merupakan salah satu bentuk bantuan dokter dalam
penegakan hukum dan proses peradilan, serta menjadi alat bukti yang sah dalam
proses peradilan sehingga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem
peradilan. Bagi penyidik (polisi/polisi militer) VeR berguna untuk
mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna
untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai
alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari
tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional (SPO)
di suatu Rumah Sakit tentang tatalaksana pengadaan VeR.2
Visum et Repertum tidak hanya memenuhi standar penulisan rekam medis,
tetapi juga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan.
Sebuah Visum et Repertum yang baik harus mampu membuat terang perkara
tindak pidana yang terjadi dengan melibatkan bukti-bukti forensik yang cukup.14
Penyerahan hasil Visum Et Repertum diserahkan kepada pihak penyidik
atau polisi. Sebagai tanda bukti penyerahan visum penyidik atau polisi
menuliskan nama dan membubuhkan tanda tangan pada buku pengambilan Visum
et Repertum. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyalahgunaan hasil
Visum et Repertum. Namun di dalam prosedur tetap belum dijelaskan..3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Visum et Repertum
1. Definisi Visum Et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh
dokter atas permintaan tertulis penyidik yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun
bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya
dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Rumusan yang jelas
tentang pengertian Visum et Repertum telah dikemukakan pada seminar
forensik di Medan pada tahun 1981 yaitu laporan tertulis untuk peradilan
yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada
waktu menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang segala
hal atau fakta yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh
manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang
sebaik-baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang
pemeriksaan tersebut.16
Istilah Visum et Repertum ini dapat ditemukan dalam Lembaran
Negara Tahun 1937 Nomor 350 Pasal 1 yang terjemahannya adalah
Visum et Repertum pada dokter yang dibuat, baik atas sumpah dokter
yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajarannya di Negeri
Belanda atau Indonesia, maupun atas sumpah khusus seperti tercantum
dalam Pasal 2, dan mempunyai daya bukti yang sah dalam perkara pidana
selama visa et reperta tersebut berisi keterangan mengenai hal-hal yang
diamati oleh dokter itu pada benda-benda yang diperiksa.15

3
4

2. Peranan dan Fungsi Visum Et Repertum


Visum et Repertum dapat berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Sebagaimana yang
tertulis dalam Pasal 184 KUHAP, Visum et Repertum merupakan alat
bukti yang sah dalam proses peradilan, yang berupa keterangan ahli, surat,
dan petunjuk. Dalam penjelasan Pasal 133 KUHAP, dikatakan bahwa
keterangan ahli yang diberikan oleh dokter spesialis forensik merupakan
keterangan ahli, sedangkan yang dibuat oleh dokter selain spesialis
forensik disebut keterangan. Hal ini diperjelas pada Pedoman Pelaksanaan
KUHAP dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.01.PW.07.03
Tahun 1982 yang menjelaskan bahwa keterangan yang dibuat oleh dokter
bukan ahli merupakan alat bukti petunjuk. Dengan demikian, semua hasil
Visum et Repertum yang dikeluarkan oleh dokter spesialis forensik
maupun dokter bukan spesialis forensik merupakan alat bukti yang sah
sesuai dengan Pasal 184 KUHAP.16,17,18
Didalam Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah tersebut berturut-
turut adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa. Beban pembuktian dari masing-masing alat bukti
tersebut berbeda sesuai dengan urutannya. Sebagai contoh, keterangan
saksi harus lebih dipercaya oleh hakimbila dibandingkan dengan
keterangan terdakwa. Demikian halnya dengan keterangan ahli yang
diberikan oleh seorang dokter spesialis forensik tentunya akan
mempunyai beban pembuktian yang lebih besar bila dibandingkan dengan
keterangan yang diberikan oleh dokter bukan spesialis forensik. Sehingga,
kedudukanVisum et Repertumyang dibuat oleh dokter spesialis forensik
masih lebih tinggi dibandingkan dengan Visum et Repertum yang dibuat
oleh dokter bukan spesialis forensik.16,17,18
Visum et Repertum juga dapat dianggap sebagai pengganti barang
bukti karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah
diuraikan di dalam bagian Pemberitaan. Karena barang bukti yang
5

diperiksa tentu saja akan mengalami perubahan alamiah, seperti misalnya


luka yang telah sembuh, jenazah yang mengalami pembusukan atau
jenazah yang telah dikuburkan yang tidak mungkin dibawa ke
persidangan, maka Visum et Repertum merupakan pengganti barang bukti
tersebut yang telah diperiksa secara ilmiah oleh dokter ahli.17,18
Apabila Visum et Repertum belum dapat menjernihkan suatu duduk
persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan
ahli atau diajukannya bahan baru. Sesuai dengan Pasal 180 KUHAP,
hakim tersebut dapat meminta kemungkinan untuk dilakukan
pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti jika memang timbul
keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukumnya
terhadap suatu hasil pemeriksaan.18

3. Bagian-Bagian Visum Et Repertum


Visum et Repertum memiliki 5 bagian yang tetap, yaitu ;
a) Kata Pro justicia yang dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR
tidak perlu bermaterai.
b) Bagian pendahuluan, pendahuluan memuat : identitas pemohon Visum
et Repertum, tanggal dan pukul diterimanta permohonan VeR, identitas
dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas subjek yang diperiksa :
nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan
pemeriksaan dan tempat dilakukan pemeriksaan.
c) Bagian Pemberitaan (hasil pemeriksaan). Memuat hasil pemeriksaan
yang objektif sesuai dengan apa yang diamati, tertama dilihat dan
ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada
yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu muka dari letak
anatominya, koordinat (absis adalah jarak antara luka dengan garis
tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis
permanen terdekat), jenis luka atau cidera, karakteristik serta
6

ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada pemeriksaan


korban mati yang pada saat persidangan tidak dapt dihadirkan kembali.
d) Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul “Kesimpulan” dan berisi
pendapat dokter berdasarkan keilmuannya mengenai jenis
perlukaan/cidera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat
penyebabnya serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya. Pada
kejahatan susila diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan
dan kapan perkiraan kejadiannya serta usia korban atau kepantasan
korban untuk dikawin.
e) Bagian Penutup. Yang memuat pernyataan nahwasanya VeR tersebut
dibuat atas sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-
baiknya dan sebenar-benarnya. 6
4. Jenis kasus Visum et Repertum
Pada rumah sakit umum daerah dr. M. Ashari Pemalang pelayanan
untuk keperluan visum et repertum ada beberapa jenis kasus yang
diajukan. Semua jenis kasus visum dilayani juka syarat memenuhi seperti
surat permohonan dari pihak kepolisian bukan secara lisan. Jenis kasus
visum et repertum pada tahun 2015 yaitu;
a) Kasus visum et repertum pemeriksaan luka ( korban hidup ), yaitu;
Kasus Kekerasan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT), Kasus
Penganiayaan, dan Kasus Pengroyokan.
b) Kasus visum et repertum Kekerasan Asusila, yaitu; Pencabulan dan
Pelecehan Seksual. 7
5. Peranan Visum et Repertum Dalam Proses Penanganan Perkara
Pidana Serta Dasar Hukum Penggunaanya Oleh Penyidik Menurut
KUHAP
Menurut H.M. Soedjatmiko, sebagai suatu keterangan tertulis yang
berisi hasil pemeriksaan seorang dokter ahli terhadap barang bukti yang
ada dalam suatu perkara pidana, maka visum et repertum mempunyai
peran sebagai berikut :
7

a) Sebagai alat bukti yang sah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
KUHAP Pasal 184 Ayat (1) Pasal 187 huruf c.
b) Bukti penahanan tersangka. Di dalam suatu perkara yang
mengharuskan penyidik melakukan penahanan tersangka pelaku tindak
pidana, maka penyidik harus mempunyai bukti - bukti yang cukup
untuk melakukan tindakan tersebut. Salah satu bukti adalah akibat
tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka terhadap korban. Visum et
repertum yang dibuat oleh dokter dapat dipakai oleh penyidik sebagai
pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah penahanan
tersangka.
c) Sebagai bahan pertimbangan hakim. Meskipun bagian kesimpulan
visum et repertum tidak mengikat hakim, namun apa yang diuraikan di
dalam Bagian Pemberitaan sebuah visum et repertum adalah
merupakan bukti materil dari sebuah akibat tindak pidana, di samping
itu Bagian Pemberitaan ini adalah dapat dianggap sebagai pengganti
barang bukti yang telah dilihat dan ditemukan oleh Dokter. Dengan
demikian dapat dipakai sabagai bahan pertimbangan bagi hakim yang
sedang menyidangkan perkara tersebut.8
6. Prosedur Permintaan Visum Et Repertum
Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan
perundang undang adalah diminta oleh penyidik, permintaan tertulis,
dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh penyidik, mayat
dibuat label, tidak dibenarkan visum et repertum diminta tanggal yang lalu.
Seperti yang telah di cantumkan dalam pasal 133 KUHP ayat 1 Dalam hal
penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Ayat 2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
8

untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan


bedah mayat. Ayat 3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik
dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang
memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang
diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat. 9

B. Standar Prosedur Penyerahan Laporan VeR Kepada Penyidik


Petugas pelaksana di unit rekam medis, menyimpan surat permohonan
kepolisian yang sudah disetujui direktur dan mengcopi formulir hasil visum
disimpan dalam map hasil visum pada filling. Penyerahan dilakukan di unit
rekam medis, kepolisian dihubungi oleh petugas pelaksana bahwa hasil visum
bisa diambil. Kepolisian akan mengambil dengan membayar biaya
administrasi diloket, mendatangani buku penyerahan hasil visum.7
Hasil visum et repertum diserahkan langsung kepada pihak pemohon
yaitu penyidik / polisi yang diserahkan langsung kepada pihak pemohon yaitu
penyidik yang pertama kali meminta visum et repertum tersebut dan pihak
pemohon langsung mengambil ke rumah sakit yang menangani visum et
repertum di bagian rekam medis dan menandatangani di buku ekspedisi.10
Surat keterangan ahli/visum et repertum juga hanya boleh diserahkan
pada pihak penyidik yang memintanya saja. Dapat terjadi dua instansi
penyidikan sekaligus meminta surat visum et repertum. Penasehat hukum
tersangka tidak diberi kewenangan untuk meminta visum et repertum kepada
dokter, demikian pula tidak boleh meminta salinan visum et repertum
langsung dari dokter. Penasehat hukum tersangka dapat meminta salinan
visum et repertum dari penyidik atau dari pengadilan pada masa menjelang
persidangan.1
Tata cara permintaan visum et repertum di RSUD Tugurejo Semarang.
1) Permintaan secara tertulis dari pihak kepolisian yang ditujukan kepada
Direktur Rumah Sakit.
9

2) Kemudian Direktur mendisposisikan kepada Wakil Direktur dan


selanjutnya Wakil Direktur merekomendasikannya kepada Kepala Bidang
Pelayanan untuk kemudian diserahkan ke Kasi Pelayanan Rawat Jalan
agar segera ditindaklanjuti .
3) Kasi Pelayanan Rawat Jalan mengkoordinasikan secara lisan kepada
bagian rekam medis terutama bagian filing untuk mencarikan Dokumen
Rekam Medis (DRM) pasien.
4) Setelah DRM ditemukan maka diserahkan kepada kasi pelayanan rawat
jalan untuk diserahkan ke dokter yang memeriksa pertama kali (Dokter
Umum) agar segera dibuatkan visumnya. Jika memang membutuhkan
penanganan yang lebih lanjut, maka dari Dokter Umum dapat
mengkonsultasikan kepada Dokter Spesialis sesuai dengan keadaan
pasien. Tetapi untuk kasus tertentu pembuatan visum langsung ditangani
oleh Dokter Spesialis seperti pada kasus Psikologi .
5) Hasil visum yang masih dalam bentuk tulisan tangan dokter akan diketik
dan dirapikan oleh Administrasi Visum dan setelah selesai hasilnya akan
dimintakan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien.
Jika visum hanya dilayani oleh Dokter Umum maka hasilnya hanya akan
dimintakan tanda tangan Dokter Umum, tetapi jika visum dikonsultasikan
kepada Dokter Spesialis maka hasil visum dimintakan tanda tangan
keduanya atau hanya salah satu dokter saja tergantung dari hasil
pemeriksaannya baru kemudian dikonsultasikan dan dimintakan
persetujuan kepada Dokter Spesialis Forensik.
6) Setelah hasil visum ditandatangani oleh Dokter yang bertanggung jawab
terhadap pasien dan telah disetujui oleh Dokter Spesialis Forensik maka
akan dibuatkan surat pengantar dari Direktur oleh bagian Bidang
Pelayanan.
7) Kemudian pihak rumah sakit dapat menghubungi pihak kepolisian untuk
memberitahukan bahwa hasil visum sudah bisa diambil atau sebaliknya
pihak kepolisian yang menghubungi pihak rumah sakit. Tetapi hasil
10

visum tidak selalu diambil oleh pihak kepolisian. Jika kasus tidak untuk
kepentingan peradilan (berakhir damai) biasanya hasil visum tidak
diambil oleh pihak kepolisian melainkan hanya menjadi agenda rumah
sakit. Dalam pengambilan hasil visum pihak kepolisian harus mengurus
administrasi pada bagian Administrasi Visum terlebih dahulu yaitu
mengisi Buku Register Pengambilan Visum Et Repertum yang di
dalamnya mencantumkan tanggal pengambilan, nomor visum et repertum,
nama dokter, nama pengambil, pangkat, NRP, wilayah, tanggal
pengambilan dan tanda tangan pengambil.11
Standar prosedur penyerahan laporan VeR di RSUD KABELOTA
DONGGALA :
1) Penyidik diterima diruangan Forensik kemudian ditanyakan hal yang
dapat dibantu oleh petugas kesehatan/staf Forensik.
2) Penyedik diminta untuk duduk ditempat yang disediakan berhadapan
dengan petugas kesehatan/staf Forensik.
3) Petugas kesehatan meyerahkan hasil ketikan Visum et repertum kepada
penyidik untuk dibaca.
4) Apabila penyedik sudah menyetujui isi laporan Visum et repertum,
penyidik diminta untuk membubuhkan tanda tangannya pada buka
registrasi (tanda terima) yang sudah disiapkan oleh petugas
kesehatan/staf Forensik.12
BAB III

KESIMPULAN

1. Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan tertulis penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan
medis terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga
bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah,
untuk kepentingan peradilan. Visum et Repertum menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan,
yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti.4
2. Visum et Repertum memiliki 5 bagian yang tetap, yaitu ;
a) Kata Pro justicia yang dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR
tidak perlu bermaterai.
b) Bagian pendahuluan,
c) Bagian Pemberitaan (hasil pemeriksaan).
d) Bagian Kesimpulan.
e) Bagian Penutup.
3. Pelaksanaan penyerahan visum et repertum di RSUD Kabelota Donggala
terdapat beberapa pelaksanaan yang sudah sesuai dengan prosedur tetap yaitu
Petugas kesehatan meyerahkan hasil Visum et repertum kepada penyidik.
Apabila pengambilan visum et repertum diwakilkan maka pihak yang
diwakilkan harus membawa surat kuasa dan kartu identitas dari instansinya
sebagai bukti penyerahan visum et repertum, akan tetapi pada prosedur tetap
tidak dijelaskan, sedangkan di dalam teori menyebutkan hasil visum
diserahkan langsung ke penyidik yang datang dengan korban dengan
menandatangani buku ekpedisi.
4. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyerahkan Visum et
Repertum kepada penyidik antara lain sebagai berikut;
a) Pastikan penyidik yang meminta Visum et Repertum tersebut adalah
penyidik yang sebelumnya menyerahkan Surat Permintaan Visum

10
11

terhadap Visum et Repertum tersebut, dengan memastikan identitas


Penyidik melalui; pihak rumah sakit yang pertama ditemui oleh penyidik
tersebut, Kartu identitas pribadi (Kartu Tanda Penduduk) dan kartu
keanggotaan Instansi Penyidik tersebut.
b) Pastikan penyidik tersebut meminta Visum et Repertum dalam bentuk
tertulis dan disetujui oleh Direktur serta pihak rumah sakit yang
berwenang dalam hal pengurusan administrasi Visum et Repertum
tersebut.
c) Diskusikan isi Visum et Repertum bersama dengan penyidik untuk
membantu penyidik memahami isi Visum et Repertum terkait dengan
perihal Surat Permintaan Visum sebelumnya agar dapat membantu
penyidik untuk mengolah informasi dan memahami benar isi dari Visum et
Repertum tersebut untuk menghindari perbedaan persepsi dari pihak
pemeriksa dan penyidik.
d) Pastikan penyidik melunasi administrasi pengurusan Visum et Repertum
berdasarkan ketentuan yang berlaku sesuai Pasal 136 KUHAP “semua
biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan dalam bagian
kedua Bab XIV ditanggung oleh negara.
e) Pastikan penyidik menandatangani dan melengkapi buku registrasi
pengambilan Visum et Repertum yang diperoleh dari pihak rumah sakit
dalam hal ini bagian administrasi yang merupakan bukti serah terima
Visum et Repertum.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Afandi D. Visum et Repertum Tata Laksana dan Teknik Pembuatan.Edisi


Kedua. Pekanbaru: Fakiultas Kedokteran Riau; 2017.
2. Utama TW. Visum Et Repertum: A Medicolegal Report As A Combination Of
Medical Knowledge And Skill With Legal Jurisdiction. JUKE | Vol,4(8):
2014; [www. portalgaruda.org]
3. Abtelia GF, Prasetya J. Tinjauan Pelaksanaan Visum Et Repertum Dari Aspek
Teori Hukum Kesehatan Dan Prosedur Tetap Di Rsud Tidar Kota Magelang
Tahun 2015. [www.//mahasiswa.dinus.ac.id]
4. FKUI. Ilmu Kodekteran Forensik. Fakultas Kedokteran Indonesia; 1997
5. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada
Kasus Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga
Kelapa Gading, Rabu 10 Juli 2004
6. Julihasuratna. Peranan Visum et Repertum Sebagai Alat Bukti Dalam
Dakwaan Penuntut Umum Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Berat
(Studi Kasus Putusan No. 134/Pid/B/2013/PN.Pinrang). Skripsi. Universitas
Hasanuddin. Makassar: 2014
7. Meicahya Isti., Tinjauan pelaksanaan informasi medis pasien dilihat dari
prosedur tetap diperlukan visum et repertum berdasarkan teori aspek hukum
kesehatan di rumah sakit umum daerah dr. M ashari pemalang. Fakultas
Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang: 2017
8. Saputra HT. Peranan Visum et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam
Mengungkap Tindak Pidana Perkosaan (Studi Kasus di Kepolisian Resort
Kolaka Tahun 2013 s/d 2015). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar:
2015
9. Djoko Prakoso.,2014. Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian Dalam Proses
Pidana. Liberty yokyakarta hal. 38
10. Natara MI, Sugianto Z. Tinjauan Pelaksanaan Prosedur Pelepasan Informasi
Medis Untuk Keperluan Visum et Repertum dari Aspek Teori di Rumah Sakit
Pantiwilasa DR Cipto Semarang tahun 2014.[http://mahasiswa.dinus.ac.id].
13

11. Sari Puspita S. 2013. Tinjauan Pelaksanaan Pelepasan Informasi Medis Untuk
Keperluan Visum et Repertum dari Aspek Teori Hukum Kesehatan di RSUD
Tugurejo di Semarang Tahun 2013. Skripsi.Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.
Semarang http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skripsi/jurnal/12694.pdf
12. Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota Donggala. Standar Prosedur
Penyerahan Laporan Ver. Sulawesi Tengah. Donggala; 2018
13. Budiyanto, A. Widiatmaka, W. Sudiono, S. Mun’im, TWA. Sidhi. Hertian, S.
Sampurna, B. Purwadianto, A. Rizkiwijaya. Herkutanto. Atmadja, DS.
Budiningsih, Y. Purnomo, S. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia.
14. Afandi D. 2010. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan
Penentuan Derajat Luka. Maj Kedokt Indon, 60(4):188-95

15. Pratama AB. 2008. Verifikasi Citra Sidik Jari Poin Minutiae dalam Visum et
Repertum (VeR) Menggunakan K-Means Clustering. Jurnal Ilmu Komputer
UB, Volume XX, Nomor XX.

16. Afandi D. 2008. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

17. Anonim. 2012. Visum et Repertum.


http://id.wikipedia.org/wiki/Visum_et_repertum [diakses pada tanggal 12 Juni
2012]

18. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada
Kasus Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga
Kelapa Gading, Rabu 10 Juli 2004

Anda mungkin juga menyukai