Disusun oleh:
Pembimbing :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
Repertum.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam kegiatan
Binjai.
Makalah ini menyajikan tentang pengertian Visum et Repertum, landasan hukum
pembuatan Visum et Repertum, dan penjelasan mengenai tata cara pembuatan visum serta
jenis-jenis visum baik visum untuk orang hidup maupun visum untuk orang mati (mayat).
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Surjit singh,
MBBS, Sp.F, DFM, dr. Desi H, Sp.F, dan dr. Jims Ferdinan, Sp.F serta semua pihak yang
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
seorang ahli sering kali harus pemeriksaan dan perawatan melakuka perawatan korban
sebagai akibat suatu tindak pidana, baik korban hidup maupun korban mati, juga pemeriksaan
terhadap barang bukti lain yang diduga berasal dari tubuh manusia. Untuk melaksanakan
tugas tersebut maka pihak yang berwenang ( penyidik ) akan menyertainya dengan surat
permintaan visum et repertum, dengan demikian maka dokter akan melporkan hasil
barang bukti yang diperiksa tersebut tidak mungkin bisa dihadapkan disidang pengadilan
dalama keadaan sebagaimana adanya. Hal ini dimungkinkan oleh karena barang bukti
tersebut yang ada hubungannya dengan tubuh manusia (misalnya: luka, mayat atau bagian
menyebutkan kata visum et repertum sama sekali, namun demikian visum et repertum apapun
namanya merupakan alat buktti yang sah. Dengan mengingat betapa pentingnya visum et
repertum ini, maka perlulah seorang dokter untuk mempelajarinya dengan baik.
Walaupun tidak ada mungkin untuk menyelesaikan ketentuan kapan visum et repertum
selesai ( kecuali untuk kasus psikiatrik ), dianjurkan agar dokter segera mungkin untuk
menyelesikannya oleh karena hal ini berkaitan erat dengan masa penahanan tersangka dan
proses perkaranya. Dengan demikian disela-sela kesibukannya dokter harus pula memikirkan
hal ini, agar selalu berhasil dalam melaksanakan tugas dan profesinya.
Dalam usaha memperoleh bukti-bukti yang diperlukan guna kepentingan pemeriksaan
suatu perkara pidana, seringkali para penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah tersebut
berada di luar krmampuan atau keahliannya. Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli
mebutuhkan keterangan ahli dalam tindakan penyidikan yang dilakukannya yaitu pada
menggunakan ancaman kekerasan atau kekerasan ini, membutuhkan bantuan keterangan ahli
dalam penyidikannya. Keterangan ahli yang dimaksud ini yaitu keterangan dari dokter yang
dapat membantu penyidik dalam memberikan bukti berupa keterngan medis yang sah dan
dalam KUHAP, dimana digunakan istilah keterangan ahli untuk pengganti istilah visum
yangdiper-Baharui) maupun Kitab Undang-undang hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak ada
satu pasalpun yang memuat perkataan V eR. Hanya didalam negara tahun 1937 no. 350 pasal
1 dan pasal 2 yang menyatakan bahwa V eR adalah suatu keterangan tertuli ysng dibust oleh
dokter atas sumpahatau janji tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksaan yang
1.2 Tujuan
Menjelaskan pengertian Visum et Repertum, hukum yang berkaitan dengan Visum et
Repertum, cara permintaan dan pencabutan visum, serta membahas tentang jenis-jenis visum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berdasar sumpah, tentang segala sesuatu yang diamati (terutama yang dilihat dan ditemukan)
Visum et Repertum. Kata visum et repertum dapat kita jumpai didalam Staatsblad tahun
sumpah khusus seperti tercantum dalam pasal 2, mempunyai daya bukti yang syah
mengenai hal-hal yang diamati oleh dokter itu pada benda yang diperiksa.
Pasal 2
Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di Negeri Belanda
sumpah sebagai berikut : Saya bersumpah (berjanji), bahwa saya sebagai dokter akan
Dalam KUHAP kedudukan atau nilai VeR adalah salah satu alat bukti yang syah.
a. Keterangan Saksi
b. Keterangan Ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan Terdakwa
melalui pos.
b. Korban adalah barang bukti, maka permintaan visum et repertum harus diserahkan
No.Ins/E/20/IX/75).
atau pos.
b. Mayat diantar bersama-sama SPVR oleh polisi.
c. Kemudian Pada Mayat harus diikatkan label yang memuat identitas mayat (sesuai
pasal 133 ayat 3 KUHAP). Label mutlak diperlukan, pemasangan label harus
dilakukan atau paling tidak disaksikan oleh polisi, sebab bila ada kekeliruan mayat
Rumah Sakit atau dokter), dan disertai tanggal pengirimannya. Kepada Rumah
Forensik.
b. Disudut kiri atas dicantumkan alamat peminta visum et repertum (misalnya Polsek
atau Polres), juga tentang nomor surat, hal dan lampiran kalau ada.
c. Ditengah disebutkan SPVR untuk korban hidup atau mati (jenazah)
d. Identitas korban (nama, umur, jenis kelamin, kebangsaan, alamat, agama dan
pekerjaan).
e. Keterangan mengenai peristiwanya (misalnya luka, keracunan, kesusilaan,
penyebab mati).
f. Permintaan pengobatan/perawatan bila korban tidak keberatan, untuk korban
hidup.
g. Permintaan untuk melaporkan kepada penyidik bila korban sembuh, pidah
penerimaan).
Bripda (Brigadir Dua). Namun di daerah terpencil mungkin saja pangkat seorang
polisi berpangkat Bripda dapat diberi wewenang sebagai penyidik, oleh karena di
akan tetapi hakim dapat memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi Berita
- Hakim Perdata
Hakim Perdata berwenang meminta visum et repertum. Hal ini diatur dalam HIR
tidak ada jaksa, maka hakim perdata dapat langsung meminta visum et repertum
kepada dokter.
- Hakim Agama
Bahwa hakim agama boleh meminta visum et repertum telah diatur dalam
undang-undang No.4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman pasal 10. Hakim
Kandungan
c. Keracunan, diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam
d. Kekerasan pada mata, diperiksa oleh dokter spesialis mata
e. Sedangkan korban mati, diperiksa oleh dokter spesialis Kedokteran
Kehakiman
INS/E/20/IX/5, yaitu :
1. Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah
mayat, maka adalah kewajiban dari petugas Polri, pemeriksa untuk secara
dibenarkan. Bila terpaksa visum et repertum yang sudah di minta harus di adakan
komandan kesatuan paling rendah setingkat komres dan untuk kota besar hanya
oleh dantabes
kepada pejabat/petugas bawahan. Penyidik bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
timbul karena pencabutan SPVR. Hal ini di karenakan bahwa sebenarnya untuk pemeriksaan
mayat untuk pengadilal tidak diperlukan persetujuan keluarga (stb.1864 No.191), dan
penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia adalah penyidik tunggal (sesuai pasal 6
KUHAP).
Jika mencabut SPVR biasanya pihak keluarga diminta untuk memberikan peryataan
tertulis (bermartai), bahwa keluarga bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul
akibat dari pencabutan tersebut. Tetapi surat pernyataan demikian dari sgi hukum tidak ada
1. PRO JUSTISIA
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak
perlu bermartai.
2. PENDAHULUAN
Bagian ini memuat antara lain :
a. Identitas pemohon visum et repertum
b. Identitas dokter yang memeriksa/membuat visum et repertum.
c. Tempat dilakukannya pemeriksaan ( misalnya rumah sakit X medan)
d. Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.
e. Identitas korban
f. Keterangan penyidik mengenai cara kematiam, luka, dimana korban dirawat, dan
orang awam (bukan dokter) dapat mengerti, hanya kalau perlu disertai istilah
misalnya luka bacok, luka tembak, lika harus dilukiskan dengan kata (to describe,
beschrijven).
Pemberian memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai apa yang diamati,
terutama apa yang dilihat dan ditemukan pada korban/benda oleh dokter.
4. KESIMPULAN.
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pada waktu menerima jabatan . Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP
dokter.
a. Visum seketika (definitive). Visum yang langsung diberikan setelah korban selesai
merupakan lanjutan dari visum semntara yang telah diberikan sebelumnya. Dalam
visum ini harus dicantumkan nomor dan tanggal dari visum semtara yang telah
diberikan. Dalam visum ini doter telah membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak
perlu dibuat oleh dokter yang membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang
masyarakat terutama dalam visum pemeriksaan luar dan dalam (autopsy). Masalah
disini adalah adanya hambatan dari keluarga korban bila visum harus dibuat melalui
beda mayat. Untuk mencari jalan keluar dari permasalahaan diatas, telah beberapa
kali diselanggarakan seminar dan temu ilmiah yang melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan visum jenazah, tapi sampai saatini belim ditemkan penyelesaianya
yang memuaskan. Dalam KUHAP pasal 134 terlihat bahwa pemeriksaan mayat untuk
kepentingan peradilan dapat dilakuka melalui pemeriksaan luar saja dan hanya bila
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
trlebih dahulu pada keluarga korban. Dalam hal keluarga korban keberatan, penyidik wajib
pembedahan tersebut.
Apabila dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan apapun darikeluarga atau pihak yang perlu
diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera mlaksanakan ketentuan sebagai mana dimaksud
penyidik.
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat. Pasal ini menghilangkan keragu-raguan, siapa sesungguhnya yang
menentukan apakah mayat harus dibedah atau tidak perlu menjadi jelas, yaitu oleh penyidik.
pasal ini akan mengatasi masalah dalam menghadapi keluarga korban keberatan dilakukan
outopsy, dimana penyidik masih berdalih terserah kepada dokter mau diautopsy atau tidak.
perkara perdata, yang dibuat atas permintaan hakim Ketua Pengadilan dan mengingat sumpah
dokter.
Undan-undang Visum et Repertum
Menurut Permenkes No. 1993 /Kdj/U/70, tentang perawatan penderita peyakit jiwa pasal 15
1. Keterangan dokter
2. Visum et Repertum Psikiatrik
praja dalam pemeriksaan pendahuluan suatu perkara pengadilan. Yang dimaksud polisi adalah
penyidik dengan jabataan terendah Kapolsek,dan pamong praja dengan jabatan terendah
Camat.
Orang atau penderita yang disangka menderita gangguan jiwa dan telah melanggar hukum,
dikirim ketempat perawatan penderita penyakit jiwa, disertai surat permintaan pemeriksaan
kedokteran jiwa (dari suatu tempat perawatan penderita penyakit jiwa). Pada prinsipnya
setiap dokter yang terdaftar pada Departemen Kesehatan dan telah mendapt ijin bekerja dari
pemeriksaan secara jalan dalam waktu yang sama 3 x 24 jam (Lopende behan deling).
c. Bila tenyata penderita/terdakwa memang benar menderita penyakit jiwa, maka kepala
tempat perawatan harus membuat laporan kepada hakim Pengadilan Negeri di tempat
Negeri. Surat permintaan pemeriksaan harus memuat identitas lengkap dari orang yang
diperiksa, alasan permintaan pemeriksaan keadaan jiwa penderita, dan dibubuhi nama,
jabatan, tanda tanganserta cap jabatan dari hakim Ketua Pengadilan. Penderita dikirim
tempat perawatan penderita penyakit jiwa yang ditunjuk pengawas/Kepala Dinas Kesehatan
bekerja pada rumah sakit jiwa atau instansi akademis (bagian psikiatrik dari suatu
Universitas)atau dokter ahli jiwa atau dokter lain yang dianggap cukup berpengalaman.
Bilamana pada wilayahnya tidak didapatkan hal-hal hal-hal yang tersebut diatas, maka tugas
ditentukan.
2) Dokter sudah harus menyelesaikannya dalam waktu 14 hari dengan catatan bahwa
bila hal ini tidak mungkin, maka dokter wajib memberikan keterangan tertulis kepada
maka dokter tersebut wajib memberikan laporan tertulis lebih lanjut disertai alasan
tempat perawatan minta pada hakim Pegadilan Negeri untuk mengeluarkan keputusan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Visum et Repertum adalah laporan tertulis untuk Justisi yang dibuat oleh
dokter berdasar sumpah, tentang segala sesuatu yang diamati (terutama yang dilihat
No. 350 : Pasal 1 Visa et Reperta para dokter yang dibuat atas sumpah dokter yang
Indonesia, maupun atas sumpah khusus seperti tercantum dalam pasal 2, mempunyai
daya bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana, selama Visa et Reperta tersebut
berisi keterangan mengenai hal-hal yang diamati oleh dokter itu pada benda yang
diperiksa. dan Pasal 2 Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan
baik di Negeri Belanda ataupun di Indonesia, sebagai tersebut dalam pasal 1 diatas,
dapat mengucapkan sumpah sebagai berikut : Saya bersumpah (berjanji), bahwa saya
menurut pengetahuan saya yang sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih
tertulis,tidak dibenarkan secara lisan,melalui telepon atau melalui pos, Korban adalah
barang bukti,maka surat permohonan visum et repertum harus diserahkan sendiri oleh
pemerintah sipil atau ahli kedokteran kehakiman pemerintah sipil untuk korban yang
meninggal dunia.
Jenis-jenis Visum et Repertum yaitu ada visum untuk orang hidup (meliputi
visum seketika, visum sementara, dan visum lanjutan), visum untuk orang mati
visum sehingga mampu membuat visum et repertum yang baik dan benar.
b. Sebaiknyaseorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
DAFTAR PUSTAKA