Penyaji :
1. Beni Wulandari (Universitas prima Indonesia)
2. Gusti Elisa (Universitas Malahayati)
3. Indri Puspitasari (Universitas Malahayati)
4. Nanang Cahyana (Universitas Malahayati)
5. Nindi Dwi Lestari (Universitas prima Indonesia)
6. Reza Feriansyah (Universitas Malahayati)
7. Riris Purba (Universitas prima Indonesia)
Pembimbing : dr. Silvy A. Hasibuan, Sp.KJ
Hari / Tanggal : 21 Januari 2016
Tempat : RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
I. PENDAHULUAN
Gangguan mood cukup sering ditemui (sekitar 3%-5% populasi pada satu
saat hidupnya pernah mengalami gangguan mood).1
Dua bentuk gangguan mood yang ditemui yaitu: depresi dan mania.
Keduanya sering terjadi sebagai kelanjutan dari keadaan normal ke bentuk yang
jelas-jelas patologik, pada beberapa pasien gejala-gejalanya bisa menjadi bentuk
psikotik.1
Pasien yang hanya menderita episode depresi berat dikatakan memiliki
gangguan depresi berat atau depresi unipolar. Pasien dengan episode manik
maupun depresi atau pasien dengan episode manik saja dikatakan memiliki
gangguan bipolar.2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat yang ditandai
dengan episode mania, hipomania, campuran, dan depresi. Sebelumnya, gangguan
bipolar disebut dengan manik depresif, gangguan afektif bipolar, atau gangguan
spektrum bipolar.3
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III
gangguan bipolar ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
1
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu
tertentu terjadi peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania
atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada
penyembuhan sempurna antar episode. 4
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
A. Faktor Biologis
Amin biogenik. Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin adalah dua
neurotransmiter yang paling terkait didalam patofisiologi mood.2
Norepinefrin. Bukti adanya keterlibatan reseptor prasinaps 2-adrenergik
pada depresi adalah aktivasi reseptor ini menimbulkan penurunan jumlah
norepinefrin yang dilepaskan.2
Serotonin. Serotonin telah menjadi neurotansmiter amin biogenik yang
paling lazim dikaitkan dengan depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan
2
depresi. Pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit
serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan
jangka panjang terjadi penurunan jumlah tempat ambilan kembali serotonin.2
Dopamin. Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan
depresi. Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan
meningkat pada mania. Dua teori terkini mengenai dopamin dan depresi adalah
bahwa jaras dopamin mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan
bahwa reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi.2
b. Faktor Genetik
Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang signifikan
terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola pewarisan genetik terjadi
melalui mekanisme yang kompleks. Komponen genetik memainkan peranan yang
lebih bermakna di dalam menurunkan gangguan bipolar I daripada gangguan
depresif berat. 2
Studi Keluarga. Studi keluarga berulang kali menemukan bahwa keluarga
derajat pertama dari orang di dalam keluarga yang pertama kali diidentifikasi sakit
gangguan bipolar I, lebih cenderung mengalami gangguan yang sama sebesar 8-18
kali daripada keluarga derajat pertama subjek control, dan 2-10 kali cenderung
mengalami gangguan depresif berat. Pewarisan gangguan bipolar I juga tampak
didalam fakta bahwa sekitar 50% pasien gangguan bipolar I setidaknya memiliki
satu orang tua dengan gangguan mood, paling sering gangguan depresif berat.2
Studi Adopsi. satu-satunya studi adopsi untuk gangguan bipolar I juga
menunjukkan adanya dasar genetik. Studi adopsi ini menunjukkan bahwa anak
biologis dari orang tua yang mengalami gangguan akan tetap memiliki
peningkatan risiko terkena gangguan mood, bahkan jika mereka diasuh di dalam
keluarga adopsi yang tidak memiliki gangguan ini.2
Studi Anak Kembar. Studi anak kembar menunjukkan bahwa angka
konkordansi untuk gangguan bipolar I pada kembar monozigot adalah 33-39%.
Studi Keterkaitan. Hubungan antara gangguan mood, terutama gangguan
bipolar I dan penanda genetik telah dilaporkan untuk kromosom 5,11,18, dan X.2
C. Faktor Psikososial
Peristiwa Hidup dan Stres Lingkungan. Terdapat pengamatan klinis yang
mengatakan bahwa peristiwa hidup yang penuh tekanan lebih sering timbul
mendahului episode gangguan mood. Hubungan ini telah dilaporkan pada pasien
3
gangguan depresi berat dan gangguan bipolar I. stress yang menyertai episode
pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan lama di dalam biologi otak.
Akibatnya, seseorang memiliki risiko tinggi mengalami episode gangguan mood
berikutnya, bahkan tanpa stressor eksternal. Stressor lingkungan yang paling
sering menyebabkan awitan episode depresi adalah kematian pasangan,
kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun, dan pemutusan hubungan kerja.2
Faktor kepribadian. Orang dengan gangguan kepribadian tertentu (obsesif
kompulsif, histrionik, dan borderline) mungkin memiliki risiko yang lebih besar
untuk mengalami depresi daripada orang dengan gangguan kepribadian antisosial
dan paranoid. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian
tertentu terkait dengan timbulnya gangguan bipolar I di kemudian hari, meskipun
demikian orang dengan gangguan distimik dan siklotimik memiliki risiko
mengalami gangguan depresi berat atau gangguan bipolar I di kemudian hari.2
Faktor Psikodinamik Depresi. Teori ini meliputi 4 point penting: 1.
gangguan hubungan ibu - bayi selama fase oral (10-18 bulan pertama kehidupan)
menjadi predisposisis kerentanan selanjutnya terhadap depresi; 2. depresi dapat
terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan; 3. introyeksi objek
yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang di lakukan untuk menghadapi
penderita akibat kehilangan objek; 4. kehilangan objek dianggap sebagai
campuran cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan ke dalam diri sendiri.2
Edward Bibring menganggap depresi sebagai fenomena yang terjadi ketika
seseorang menyadari ketidaksesuaian antara idealisme yang sangat tinggi dan
ketidakmampuan memenuhi tujuan tersebut.2
4
- Gangguan afektif bipolar lainnya.
- Gangguan afektif bipolar YTT.4
5
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua)
yang menunjukan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana
perasaan (mood) serta peningkatan enersi dan aktivitas (mania atau hipomania),
dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta
pengurangan enersi dan aktivitas (depresi). Yang khas ialah bahwa biasanya ada
penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin
kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan (mood) lainnya.
Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasien yang menderita hanya episode
mania yang berulang-ulang; dan karena pasien-pasien tersebut menyerupai (dalam
riwayat keluarga, kepribadian pramorbid, usia onset, prognosis jangka panjang)
pasien yang mempunyai juga episode depresi sekali-sekali, maka pasien itu
digolongkan sebagai bipolar (F 31.8).5
Episode manik biasanya mulai dengan dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cendrung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi
setahun kecuali pada orang lanjut usia. Kedua macam episode itu sering kali
menyusul peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain, akan tetapi
adanya stress tidak essensial untuk penegakan diagnosis. Episode pertama bisa
timbul pada setiap usia dari masa anak-anak sampai tua. Frekuensi episode dan
pola remisi serta kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi
cendrung untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan depresinya
menjadi lebih sering dan lebih lama berlangsungnya setelah usia pertengahan.5
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik
Pedoman Diagnostik
6
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afeknya (lihat F30.2)5
Pedoman diagnostik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 , disertai
waham halusinasi atau stupor depresi. Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa
bertangguang jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging yang
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan suasana perasaan (mood)(lihat F30.2)5
2.8 Penatalaksanaan
Gangguan bipolar (GB) sering tidak atau salah diagnosis. Karena salah atau
tidak terdiagnosis, pengobatan GB sering tidak efektif sehingga menjadi beban
keluarga, disabilitas psikososial jangka panjang, dan tingginya resiko bunuh diri.
Sekitar 20%-50% pasien yang mulanya didiagnosis sebagai episode depresi
mayor unipolar ternyata adalah GB. Bila manifestasi yang muncul adalah mania
akut, penegakan diagnosisnya lebih mdah. Meskipun demikian, mania akut sulit
dibedakan dengan skizofrenia.3
7
Terapi psikofarmakologi memberikan manfaat yang hampir sama di semua
kultur. Namun demikian, tuntunan dan strategi terapi tetap saja berbeda di
berbagai tempat di dunia. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan dalam
tradisi pengobatan, sikap terhadap obat tertentu dan terbatasnya obat yang
tersedia.3
Tujuan terapi pasien dengan gangguan mood:
Secara keseluruhan, terapi gangguan mood cukup berhasil. Terapi spesifik saat
ini tersedia untuk episode depresif dan manik, oleh karena prognosis untuk setiap
periode baik, optimisme, selalu dibutuhkan dan dinginkan keluarga pasien dan
pasien, bahkan jika hasil terapi awal menjanjikan. Meskipun demikian , gangguan
mood adalah gangguan kronik dan psikiater harus memberi saran kepada pasien
dan keluarganya mengenai strategi dan terapi di masa datang.2
A. Rawat inap
Keputusan pertama dan yang paling penting harus dibuat seorang dokter
adalah apakah pasien harus dirawat di rumah sakit atau sebaiknya di terapi rawat
jalan. Indikasi rawat inap adalah kebutuhan prosedur diagnosis, resiko bunuh diri
atau membunuh, dan kemampuan pasien yang menurun drastis untuk
mendapatkan makan dan tempat tinggal. Riwayat gejala berkembang cepat serta
rusaknya sistem dukungan pasien yang biasa juga merupakan indikasi pasien
rawat inap.
Tanda klinis berupa daya nilai terganggu, berat badan turun, atau insomnia
harus minimal. Setiap perubahan yang merugikan terhadap gejala pasien atau
perilaku atau sikap dan dukungan pasien mungkin cukup untuk membawa pasien
pada rawat inap.2
8
B. Farmakoterapi
9
divalproat atau AA + TCA, litium atau divalproat atau
karbamazepin + SSRI + lamotrigin penambahan topiramat
Tidak gabapentin monoterpi, aripiprazol monoterapi
direkomendasika
n
SSRI : Selective serotonin reuptake inhibitor, MAOI : monoamine oxsidase inhibitor, TCA :trisiklik anti
depresan.3
Lini I Quetiapin
Lini II Litium, Lamotrigin, divalproat, litium atau divalproat +.
antidepresan, litium + divalproat, antipsikotika atipik +
antidepresan
Lini III Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien yang jarang
mengalami hipomania)
C. Edukasi Pasien
2.9 Prognosis
10
sekitar 50% untuk pulih pada tahun pertama. Persentase pasien yang pulih setelah
rawat inap menurun seiring waktu. Banyak pasien yang tidak pulih menggalami
gangguan distimik. Kekambuhan pada episode depresi berat juga lazim terjadi.
Sekitar 25% mengalami kekambuhan pada 6 bulan pertama setelah keluar dari
rumah sakit, sekitar 30-50% menggalami gangguan dalam 2 tahun, dan sekitar 50-
75% dalam 5 tahun. Insiden kekambuhan lebih rendah pada pasien yang
meneruskan terapi farmakologis profilaksis dan pada pasien yang menggalami 1
atau 2 episode depresif umumnya, ketika pasien memiliki episode depresif, lebih
sering waktu antara episode berkurang dan keparahan masing-masing episode
meningkat.2
1. Identitas Pasien
Perempuan, 36 tahun, sudah menikah, Islam, pendidikan terakhir SMA,
Wiraswasta, alamat Jl. Letnan Umar Bakri, Lk.VII Kec. Sukaramai, Binjai
Barat , datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
pada tanggal 06 Januari 2016 diantar oleh Bidan, kesan terhadap keterangan
kurang dapat dipercaya.
3. Keluhan Utama
OS mengeluhkan hubungan dengan suami yang kurang harmonis, OS merasa
sering dibohongi oleh suami, OS juga mengeluhkan suami yang kurang
terbuka, OS merasa sering mendapat tuntutan dari suaminya dalam berbagai
hal, namun OS merasa suaminya tidak sesuai dengan yang OS Inginkan. Suami
OS sering tidak berada dirumah dalam waktu yang lama. OS juga terlilit
hutang dengan saudara, terutama makciknya OS merasa hubungannya dengan
makcik menjadi tidak dekat lagi akibat dari suaminya berhutang dengan
makciknya. OS juga mengeluhkan penyakit asam lambung yang di derita sejak
remaja, OS sudah berobat ke penyakit dalam. OS mudah sedih dan mudah
menangis. OS sulit tidur, nafsu makan tidak ada sehingga berat badan terus
11
menurun, OS juga mudah lelah, OS sering mendengar suara-suara bisikan, OS
sering merasa bersalah, dan OS takut mati.
c. Riwayat Pendidikan
- Prestasi sewaktu sekolah dari SD sampai SMA sedang dan aktivitas
sekolah baik
- Sikap terhadap teman dan guru baik.
12
7. Riwayat Keluarga
a. Identitas orang tua
Identitas Ayah Ibu
Nama Alm. Armayawikana Winarsih
Usia 63 tahun 66 tahun
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Pendidikan S1 SD
Agama Islam Islam
Suku Melayu Melayu
Hubungan OS Biasa Akrab
Kepribadian Pemarah Penyabar
b. Saudara-saudara OS
OS anak ketujuh dari sepuluh bersaudara.
1. Laki-laki 48 tahun, hubungan dengan OS akrab.
2. Laki-laki 45 tahun, hubungan dengan OS akrab.
3. Laki-laki 43 tahun, hubungan dengan OS akrab.
4. Laki-laki 41 tahun, hubungan dengan OS akrab.
5. Laki-laki 39 tahun, hubungan dengan OS akrab.
6. Perempuan 38 tahun, hubungan dengan OS akrab.
7. OS
8. Laki-laki 34 tahun, hubungan dengan OS akrab.
9. Perempuan 30 tahun, hubungan dengan OS akrab.
10. Perempuan 24 tahun, hubungan dengan OS akrab.
9. Stressor psikososial
- Masalah dengan primary support group (OS mempunyai hubungan yang
kurang harmonis dengan suami dan keluarga OS, OS merasa kurang di
perdulikan dengan saudara-saudaranya).
- Masalah ekonomi ( OS terlilit hutang).
10. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita OS yang ada kaitannya dengan
kejiwaan
- Tidak ada
13
- Ada, kurang lebih tiga tahun yang lalu.
2. Pembicaraan
a. Isi Pembicaraan : Relevan
b. Arus pembicaraan : Cepat
c. Produktivitas : Banyak
d. Perbendaharaan bahasa : Banyak
4. Pikiran
Gangguan bentuk pikiran
- Umum : RTA (-), psikosis (+)
- Spesifik : Circumstantiality, Tangentiality
6. Persepsi
a. Halusinasi : Auditorik (+). OS mendengar
suara bisikan-bisikan berupa
14
perintah
b. Depersonalisasi : Tidak ada
7. Sensorium
a. Alertness : Compos mentis
b. Orientasi
- Orientasi waktu : Baik (OS tahu hari apa saat
diwawancarai)
- Orientasi tempat : Baik (OS tahu sedang berada di
RS)
- Orientasi personal : Baik (OS kenal dengan yang
menemaninya).
a. Daya Ingat
- Daya ingat jauh : Baik (OS ingat nama sekolah waktu SD).
- Daya ingat agak lama : Baik (OS ingat kapan Hari Kemerdekaan).
- Daya ingat baru saja : Baik (OS ingat sarapan apa tadi pagi).
- Daya ingat segera : Baik (OS bisa mengulangi angka135786).
b. Pengetahuan Umum : Baik (OS tahu nama Presiden RI).
c. Pikiran abstrak : Baik (OS tahu beberapa peribahasa).
9. Judgement
a. Sosial : Baik (OS membantu jika ada gotong
royong di lingkungan).
b. Tes : Baik (OS akan mengembalikan dompet
sesuai identitas dalam dompet jika
menemukan dompet yang terjatuh).
15
PEMERIKSAAN MEDIS
1. Pemeriksaan Interna
a. Status Presents
Vital sign
- Sensorium : Compos mentis
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Berat badan : 67 kg
b. Pemeriksaan fisik
- Kepala : Dalam Batas Normal
- Leher : Dalam Batas Normal
- Dada : Dalam Batas Normal
- Abdomen : Dalam Batas Normal
- Ekstremitas : Dalam Batas Normal
RESUME
Perempuan 36 tahun, sudah menikah, beragama islam, pendidikan terakhir
SMA. Bekerja sebagai wiraswasta datang ke poli klinik RSUD. DR. RM.
DJOELHAM BINJAI, diantar oleh bidan dengan keluhan, menurut keterangan
OS bahwa hubungan dengan suami tidak harmonis dan OS juga mengatakan
bahwa dirinya sedang terlilit hutang kepada saudaranya.
Dari kejadian tersebut OS merasa hubungan dengan saudaranya menjadi
kurang akrab, selain itu menurut OS dia sering dituntut oleh suaminya namun OS
merasa suaminya sendiri belum bisa menjadi apa yang dia inginkan. Suaminya
juga tidak terbuka, OS juga sering merasa dibohongi keadaan OS semakin
memberat semenjak suaminya sering pergi keluar dan jarang pulang dalam waktu
yang lama. OS juga mengeluhkan dirinya sering merasa sedih, dan mudah
menangis, sulit tidur, nafsu makan menurun sehingga menyebabkan berat
badannya menurun, OS juga merasa mudah lelah serta mendengar suara-suara
bisikan yang menyuruh / memberi perintah.
16
Sebelum sakit OS adalah seorang yang periang, banyak teman, mudah
bergaul, Saat masa SMA OS juga merokok lebih kurang 3 bungkus sehari,
sekarang OS tidak mau memakan obat sebab OS merasa dirinya bisa sembuh
sendiri. OS memiliki riwayat penyakit asam lambung yang diderita sejak Remaja,
dan sudah berobat ke Penyakit Dalam.
Dari hasil pemeriksaan psikiatri khusus tampak tingkah laku dan aktivitas
psikomotor normoaktif, cara berjalan biasa, isi pembicaraan relevan, arus
pembicaraan cepat, produktivitas banyak, perbendaharaan bahasa banyak. Afek
appropriate, mood labil, depresif. gangguan bentuk pikiran umum dijumpai RTA
(-), psikosis (+) dan spesifik Circumstantiality, Tangentiality . halusinasi auditorik
(+), mimpi buruk, fantasi tidak dijumpai, konsentrasi dan kalkulasi baik,
judgment sosial baik, pikiran abstrak baik, insight III. Kemampuan
mengendalikan rangsangan diri dalam diri sendiri terganggu.
DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik.
2. Skizofrenia.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan afektif bipolar episode kini depresi Berat
dengan gejala psikotik
AksisII : Tidak ada diagnosa
Aksis III : Dispepsia
Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga),
Masalah ekonomi.
Aksis V : GAF 60 - 51 gejala sedang (moderate), disabilitas berat.
PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Olandoz 5 mg 2 x 1/2 tab/hari/oral
b. Trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1 tab/hari/oral
c. Kalxetin 20 mg 1 x 1 tab/hari/oral (pagi)
d. Lansoprazole 2 x 1 tab/hari/oral (sebelum makan)
17
2. Nonfarmakologi
Terapi suportif: Edukasi keluarga.
PROGNOSIS
Ragu-ragu menuju buruk
DISKUSI
Telah diperiksa seorang perempuan, usia 36 tahun, sudah menikah, islam, tamat
SMA, wiraswasta. Pada Aksis I didiagnosa Gangguan Afektif Bipolar Episode
Kini Depresi Berat dengan Gejala Psikotik karena memenuhi kriteria diagnostik
berdasarkan PPDGJ III yaitu :
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afeknya (lihat F30.2)5
18
Pedoman diagnostik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 , disertai
waham halusinasi atau stupor depresi. Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa
bertangguang jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging yang
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan suasana perasaan (mood)(lihat F30.2)5
Pada Aksis II tidak ada diagnosa karena tidak dijumpai gangguan kepribadian
pada diri OS.
Pada Aksis III Didiagnosis Dispepsia.
Pada Aksis IV adanya masalah primary support group (Tidak adanya dukungan
dari keluarga) dan masalah ekonomi.
Pada Aksis V GAF 60 - 51 gejala sedang (moderate), disabilitas berat.
19
ditoleransi dari pada obat-obat sebelumnya. Indikasi saat ini untuk obat
antidepresan (contohnya, gangguan makan, dan gangguan anxietas)
membuat pengelompokkan obat-obat ini di bawah satu label antidepresan
yang membingungkan.2
Trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1 tablet /hari/oral.
Trihexyphenidyl mempunyai daya anti kolinergik yang dapat memperbaiki
tremor, tetapi kurang efektif terhadap akinesia dan kekakuan. Keluarnya
liur yang berlebihan juga dipengaruhi secara baik olehnya. Dapat terjadi
toleransi, kombinasi dengan levodopa sangat berguna. Merupakan obat
anti muskarini (trihexyphenidyl / benzheksol) yang digunakan pada pasien
dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dominan.
Lansoprazole 2 x 1 tablet/ hari/ oral (sebelum makan)
Lansoprazole merupakan golongan pump proton inhibitor (PPI) dimana
cara kerjanya adalah memblokir langkah terakhir dari sekresi asam dengan
menghambat H+/K + sistem enzim ATPase dalam sel parietal lambung.6
Edukasi Pasien. Edukasi pasien dengan adekuat mengenai pengguanaan
antidepresan adalah hal yang sama pentingnya dengan memiliki obat serta dosis
yang paling tepat untuk keberhasilan terapi.dokter juga harus menekankan bahwa
pasien tidak akan mengalami ketergantungan obat antidepresan, karena obat ini
tidak memberikan kepuasan dengan segera.2
Prognosis pada pasien dituliskan ragu-ragu menuju buruk karena gangguan ini
cenderung menjadi kronis dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Pasien
yang dirawat episode pertama gangguan depresi berat memiliki kemungkinan
sekitar 50% untuk pulih pada tahun pertama. Sekitar 25% mengalami
kekambuhan pada 6 bulan pertama setelah keluar dari rumah sakit sekitar 30-50%
menggalami gangguan dalam 2 tahun. Dan sekitar 50- 75% dalam 5 tahun.
Insiden kekambuhan lebih rendah pada pasien yang meneruskan terapi
farmakologis profilaksis dan pada pasien yang menggalami 1 atau 2 episode
depresif umumnya, ketika pasien memiliki episode depresif lebih sering waktu
antara episode berkurang dan keparahan masing-masing episode meningkat.2
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Tomb DA. Buku Saku Psikiatri. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004. H.47.
2. Sadock BJ. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. H.189-213.
3. Amir N. Gangguan Bipolar dalam Buku Ajar Psikiatri. Ed 2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2013. H.204,221-22,224-25.
4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2013.
5. WHO. Gangguan Afektif Bipolar. PPDGJ III ICD 10. 2001. H.144-46,
149,155.
6. Monthly Index of Medical Specialities (MIMS). [internet]. Diunduh 19
Februari 2016. Dari 3mims.com//INDONESIA/comH/gatewaysubscribtion/?
generic=Lansoprazole.
21