Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS VISUM LUAR

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Forensik dan Medikolegal
Di RS BHAYANGKARA SEMARANG

Disusun oleh:
Diah Hastuti 01.209.5866
Marlin Dwi Nita Lindasari 01.209.5948
Prawira Nugraha Lengganu 01.207.5410

Pembimbing :
dr. Maryono, Sp. F

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG

Pro Justicia

VISUM et REPERTUM

No 18/VRH/BLN 5/TH 2014

Atas permintaan tertulis dari KEPOLISIAN sektor Gayamsari melalui suratnya tanggal
27 Mei 2014 Nomor Polisi: R/2318/V/2014/Reskrim yang ditanda tangani oleh Muh Wahadi,
Nrp 65090107, pangkat Aiptu dan diterima tanggal 28 Mei 2014 jam 15.00 WIB, maka dengan
ini saya sebagai dokter yang bekerja pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan
bahwa pada tanggal 28 Mei 2014 jam 15.30 telah memeriksa dan merawat orang, yang
berdasarkan surat tersebut diatas dan telah dibenarkan oleh yang bersangkutan bernama Mirna
Zakia Binti Sumiran, umur 25 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan sales, alamat Jl. Unta
Raya No.24 Kel. Pandean lamper Kec. Gayamsari, Kota Semarang.

Berdasarkan surat permintaan itu, orang tersebut diduga telah mengalami peristiwa
penganiayaan

HASIL PEMERIKSAAN-------------------------------------------------------------------------------------

Dari pemeriksaan yang telah saya lakukan, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut :-------------

A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI-------------------------------------------


Tanggal dua puluh delapan oktober dua ribu empat belas-------------------------------------
1. KEADAAN UMUM------------------------------------------------------------------------------
a. Kesadaran : sadar-------------------------------------------------------------------------
b. Nadi : seratus permenit-------------------------------------------------------------------
c. Pernapasan : delapan belas kali permenit---------------------------------------------
d. Tekanan darah : seratus dua puluh per delapan puluh millimeter air raksa----
e. Suhu : tiga puluh tujuh derajat celcius-------------------------------------------------
2. KELAINAN-KELAINAN FISIK----------------------------------------------------------------
a. Bagian luar tubuh: Pada pemeriksaan ditemukan luka memar--------------------
Jumlahnya dua buah----------------------------------------------------------------------
Memar pertama di sisi luar lengan bawah kanan, sepuluh sentimeter dari garis
pergelangan tangan . memar kedua di pipi kanan, lima sentimeter sebelah
kanan dari garis tengah tubuh dan tiga sentimeter sebelah bawah dari garis
mendatar yang melewati kedua mata---------------------------------------------------
Bentuk tidak teratur-----------------------------------------------------------------------
Memar di lengan kanan berukuran lima sentimeter kali empat sentimeter.
Memar di pipi kanan berukuran diameter tiga sentimeter--------------------------
Garis batas memar tidak tegas dan bentuknya tidak teratur . Daerah di dalam
garis batas luka terlihat sedikit menonjol, terdiri atas kulit yang masih utuh.
Disekitar memar tidak ditemukan kelainan-----------------------
b. Bagian dalam tubuh : tidak dilakukan pemeriksaan---------------------------------
B. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERWATAN
1. Fakta berupa akibat : tidak ada-------------------------------------------------------------------
2. Fakta berupa tindakan medik : tidak ada--------------------------------------------------------
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR
Tanggal dua puluh delapan mei dua ribu empat belas--------------------------------------------
1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniahnya: Sembuh sempurna-----------------
2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya: Menimbulkan halangan menjalankan
pekerjaan mata pencaharian/ jabatannya selama empat belas hari---------------------------

KESIMPULAN

Dari fakta-fakta yang saya temukan sendiri dari pemeriksaan orang tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa saudari Mirna Zakia Binti Sumiran termasuk luka bisa sembuh sempurna
dan menimbulkan halangan menjalankan pekerjaan mata pencaharian/ jabatannya untuk
sementara waktu.

PENUTUP

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.

Semarang, 28 Mei 2014

Tanda tangan,

Nama dokter pemeriksa


DASAR TEORI
Visum et repertum adalah istilah yang dikenal dalam ilmu kedokteran forensik, biasanya
dikenal dengan nama Visum. Visum berasal dari bahasa Latin, bentuk tunggalnya adalah
visa. Dipandang dari arti etimologi atau tata bahasa, kata visum atau visa berarti tanda
melihat atau melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti tentang segala sesuatu hal
yang ditemukan, disetujui, dan disahkan, sedangkan Repertum berarti melapor yang artinya
apa yang telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara etimologi, visum et
repertum adalah apa yang dilihat dan ditemukan. Menurut Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350
Visum Et Repertum adalah laporan tertulis untuk kepentingan peradilan atas permintaan yang
berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada
pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta berdasarkan
pengetahuannya yang sebaik-baiknya". Visum et repertum merupakan laporan ahli dan sambil
menunjuk LN 1937 -380 RIB/306[3] melalui ketentuan Pasal 1 angka 28, Pasal 120, Pasal 133,
dan Pasal 187 huruf c KUHAP. Selanjutnya, permintaan keterangan ahli dilakukan penyidik
secara tertulis, kemudian ahli yang bersangkutan membuat laporan yang berbentuk surat
keterangan atau visum et repertum. Dalam praktek pengadilan sepanjang pengalaman penulis
maka keterangan ahli dalam bentuk visum et repertum (diatur dalam sataatsblad Tahun 1937
Nomor 350, Ordonnantie 22 mei 1937 tentang visa reperta van genesskundigen yang banyak
dilampirkan dalam BAP (Berita Acara Pengadilan).

Adapun pendapat dari para ahli hukum tentang visum et repertum, ialah :

1. Abdul Munim Idris memberikan pengertian visum et repertum adalah suatu laporan
tertulis dari dokter yang telah disumpah tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada
barang bukti yang diperiksanya serta memuat pula kesimpulan dari pemeriksaan tersebut
guna kepentingan peradilan.
2. Menurut pendapat D Tjan Han Tjong visum et repertum merupakan suatu hal yang
penting dalam pembuktian karena menggantikan sepenuhnya tanda bukti (corpus delicti),
seperti diketahui dalam suatu perkara pidana yang menyangkut perusakan tubuh dan
kesehatan serta membinasakan nyawa manusia, maka tubuh si korban merupakan tanda
bukti (corpus delicti).
3. R. Atang Ranoemihardja, pengertian yang terkandung dalam visum et repertum ialah
yang dilihat dan ditemukan, jadi visum et repertum adalah suatu keterangan dokter
tentang apa yang dilihat dan diketemukan dalam melakukan terhadap orang luka atau
mayat, dan merupakan kesaksian tertulis[4]
4. R. Soeparmono, pengertian harafiah visum et repertum berasal dari kata-kata visual
yaitu melihat dan repertum yaitu melaporkan. Sehingga visum et repertum merupakan
suatu laporan tertulis dari ahli dokter yang dibuat berdasarkan sumpah, perihal apa yang
dilihat dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain,
kemudian dilakukan pemeriksaan berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya[5].

Dari pengertian visum et repertum tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa visum et repertum
adalah keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam melakukan pemeriksaan
barang bukti guna kepentingan peradilan. Jadi dalam hal ini visum et repertum merupakan
kesaksian tertulis dalam proses peradilan.

Tujuan visum et repertum merupakan untuk memberikan kepada hakim suatu kenyataan akan
fakta-fakta dari bukti-bukti yang ada pada korban atas semua keadaan sebagaimana tertuang
dalam pembagian pemberitaan agar hakim dapat mengambil putusan dengan tepat dengan dasar
kenyataan atau fakta-fakta tersebut, sehingga dapat menjadi pendukung keyakinan hakim.

Jenis Visum et repertum

A. Untuk orang hidup

VeR Biasa, perlukaan (termasuk keracunan)


VeR Lanjutan, kejahatan susila
VeR Sementara, psikiatrik

B. Untuk Orang Mati

VeR jenazah
Lima bagian tetap VeR

Ada lima bagian tetap dalam laporan Visum et repertum, yaitu:

Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et
repertum dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat
dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum[6] .
Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung
dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan penyidik
pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan waktu
pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan
pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak
berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan
dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapat dokter terhadap hasil
pemeriksaan, berisikan:

1. Jenis luka
2. Penyebab luka
3. Sebab kematian
4. Mayat
5. Luka
6. TKP
7. Penggalian jenazah
8. Barang bukti
9. Psikiatrik

Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et
repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara pidana/KUHAP"
DESKRIPSI LUKA
1. PENDAHULUAN
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu energi
mekanik eksterna. Terminologi cedera di gunapakai secara sinonim dengan kata luka, malah
dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang
diakibatkan oleh energy fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan
kimiawi, listrik dan radiasi.
Kata Inggris injury berasal dari kata Latin injuria yang bermaksud tidak berperikemanusiaan.
Terminology lesi awalnya bermaksud cedera namun semakin digunapakai untuk
mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi local pada jaringan yang dapat
mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur.
Oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari
penyebab bukan alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan
apakah disebabkan oleh penyebab alami atau tidak.

2. KLASIFIKASI LUKA
Secara umumnya, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma tumpul, trauma tajam dan luka tembak.

a. LUKA TRAUMA TUMPUL


Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau
dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan
lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia
mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti senjata api,
bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya.
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai,
jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
Tidak bermata tajam
Konsistensi keras / kenyal
Permukaan halus / kasar
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai atau
melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat
yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan,
walaupun terkadang sulit dipastikan.
Luka karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah satu atau kombinasi dari luka memar, luka
lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Luka Akibat Trauma Tumpul
Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul adalah:
1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat
perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Derajat luka, perluasan luka serta penampakan dari
luka yang disebabkan oleh benda tumpul bergantung kepada:
1. Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
2. Waktu dari benda yang mengenai tubuh
3. Bagian tubuh yang terkena
4. Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
5. Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan
objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka Akibat trauma tumpul
dibagikan menurut beberapa kategori:
1. Abrasi
2. Laserasi
3. Kontusio
Klasifikasi Trauma Tumpul Berdasarkan Jaringan atau Organ yang Terkena
Klasifikasi luka akibat benda tumpul meurut jaringan atau organ yang terkena adalah
sebagai berikut :
1. Kulit
a. Luka Lecet
b. Luka Memar
c. Luka Robek
2. Kepala
a. Tengkorak
b. Jaringan Otak
3. Leher dan Tulang Belakang
4. Dada
a Tulang
b Organ dalam dada
5. Perut
a. Organ Parenchym
b. Organ berongga
6. Anggota Gerak

a. Abrasi (Luka Lecet)


Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan
kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat
terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan
ketidakteraturan benda yang mengenainya.
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu
terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat
ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah
saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari),
beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi
dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet
gores (Scratch), luka lecet serut (Scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka lecet
berbekas (patterned abrasion).
a. Luka lecet gores ( Scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing ( misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser
lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat,
sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi.
Gambar . Luka lecet pada tangan yang disebabkan oleh benda dengan permukaan runcing. (
Dikutip dari kepustakaan forensic pathology)
a. Luka lecet serut (Scraping )
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit
lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.
Gambar . Luka lecet pada kaki. Terlihat pengelupasan kulit yang ireguler pada lapisan kulit
epidermis. ( Dikutip dari kepustakaan forensic pathology)
Gambar . Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak dengan kulit.
Biasanya benda asing juga dapat tertanam pada permukaan kulit yang abrasi, seperti aspal dari
permukaan jalan. Abrasi yang terlihat pada gambar ini sedang dalam tahap penyembuhan. (
Dikutip dari kepustakaan forensic pathology).
b. Luka lecet tekan ( Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang
lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul
tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang
khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan
yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari
sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan
yang berlangsung pasca kematian.
Gambar . Impact abrasion pada sisi kanan wajah. Luka lecet tekan pada area
supraorbital,area zigomaticum dan sisi dari hidung sering terlihat pada orang yang tidak sadar
dan kepala terbentur di jalan. (Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
Gambar . Gambar ini merupakan pola abrasi pada abdomen. Tampak pola luka lecet yang
disebabkan oleh geseran terhadap tanki besi dengan permukaan kasar dan berkarat saat jatuh.
Pola ini menandakan permukaan dan arah dari geseran yang terjadi. (Dikutip dari kepustakaan
forensic pathology).
Gambar . Terdapat bekas besi pemanggang pada tubuh korban yang lompat dari lantai 8
dan mengenai besi pemanggang. (Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti
penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan
banyak hal, misalnya:
1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh, seperti
hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya
luka lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang menyebabkan
a.) Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak sebagai suatu luka
lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat
penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat
penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus
penjeratan sering juga dinamakan jejas jerat, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada
pada leher korban.
b.) Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban kendaraan,
maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban
kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana
kembang dari ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar.
Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada
tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
c.) Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh korban, akan
memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya jejas laras, yang tidak lain
merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan informasi
perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai untuk menewaskan korban.
d.) Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang lebih dikenal
dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang
berbentuk garis lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat
diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau
keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain
didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini
pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban
dapat memberikan kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh.
e.) Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan radiator, maka
dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari yang terkelupas
banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka
arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-
kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang
terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke
arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.
Karakteristik luka lecet :
1) Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
2) Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul
3) Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
4) Timbul reaksi radang (Sel PMN)
5) Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan
parut.
Memperkirakan umur luka lecet:
Hari ke 1 3 : warna coklat kemerahan
Hari ke 4 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
Hari ke 7 14 : pembentukan epidermis baru
Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem

ANTE MORTEM POST MORTEM


1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan
2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel 2. Epidermis terpisah sempurna dari dermis
1. Tanda intravital (+) 3. Tanda intravital (-)
2. Sembarang tempat 4. Pada daerah yang ada penonjolan tulang

b. Kontusio (Luka Memar)


Kontusio Superfisial
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada
jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah
dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka
luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali
lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke
daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Gambar . Battle sign. Tampak luka memar di belakang dan dibawah telinga yang terletak
di prosesus mastoid yang disebabkan oleh darah yang berakumulasi secara gravitasi disebabkan
oleh fraktur basis cranii. (Dikutip dari kepustakaan forensic for med student)
Gambar . Racoon eyes. Tampak luka memar di sekitar jaringan ikat longgar daerah mata
disebabkan oleh fraktur basis cranii. (Dikutip dari kepustakaan forensic for med student)
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari
benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal haemorrhages),
misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan
justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi
yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang
berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun
waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar
pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial), Luka
memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas ( Patterned/ imprint).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah secara
subkutan.

Gambar . Luka memar pada lengan. Awalnya, luka memar memberikan warna merah
kebiruan namun seiring berjalannya waktu sel darah merah akan rusak, melepaskan billirubin
dan heme yang memberikan gambaran kuning-kecoklatan yang dapat terlihat satu minggu
kemudian.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari lapisan kulit
subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat terlihat di permukaan
kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang menekan
tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.
Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan
juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan
luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana
yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit
menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam
sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok,
penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah
kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat
menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media
berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup,
kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.
Memperkirakan umur luka memar :
Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
Hari ke 2 3 : warna biru kehitaman
Hari ke 4 6 : biru kehijauancoklat
> 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh

Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka memar. Livor
mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh
disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitasi.
Gambar . Lebam mayat biasanya terjadi yang terbentuk 30 menit sampai 2 jam setelah kematian
dan perubahan warna mencapai puncaknya pada 8 sampai 12 jam setelah kematian.( Dikutip dari
kepustakaan injury and death investigation pdf)
Gambar. Lebam mayat dapat dibedakan dengan luka memar (Dikutip dari kepustakaan
kepustakaan injury and death investigation pdf)
Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat.

Luka Memar Lebam mayat


1. Di sembarang tempat 1. Bagian tubuh yang terendah
2. Pembengkakan (+) 2. Pembengkakan (-)
3. Tanda Intravital (+) 3. Tanda Intravital (-)
4. Ditekan tidak menghilang 4. Ditekan Menghilang
5. Diiris : tidak menghilang 5. Diiris : dibersihkan dengan kapas menjadi
bersih

Kontusio pada organ dan jaringan dalam.


Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik
yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan
kelainan fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi
peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi
peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma
dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi
organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan
dan peredaran darah.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada daeran yang
bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama
jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat
pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat
menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Kontusio Cerebri
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa
dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah
abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya
aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar,
edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan
kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio
tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah
kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala
dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika
bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat
berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat
patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat
kepala relatif tidak bergerak.
Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak
mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada
kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam.
Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan.
Hal ini disebut kontusio contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua
komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang
ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi.
Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan
terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya,
sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan
penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih
atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan
kecil dinamakan ball haemorrhages sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat
serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan
dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke.
Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala,
serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya
melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal,
pons, dan serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya
mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal
yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan
hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung
yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya
trauma kepala.

d. Laserasi (Luka robek)


Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari
jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut
cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi
disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek
kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi
dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian
yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya
tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar
dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari
laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi
yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga
menunjukkan arah awal kekerasan.
Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan. (Dikutip dari kepustakaan
ebook forensic pathology second ed ).
Gambar . Luka robek dengan avulse pada kulit wajah ( Dikutip dari kepustakaan ebook
forensic pathology second ed)

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan
tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum
robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk
permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails.
Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut
tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada
pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah
yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta.
Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran
luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai.
Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau
memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.
Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu
tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas
kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka
maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada
sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi
tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi
tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat
menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada
organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan
limpa.Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat
terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.

Karakteristik dari luka robek:


Laceratio Cerebri (Robek Otak)
Merupakan kerusakan jaringan otak (white and grey mater) disertai robeknya Arachnoid.
Ada 2 macam :
1. Direct Laceration (Coup)
2. Countre Coup Laceration
Bagian yang mengalami kekerasan langsung dengan benda tumpul adalah Coup
sedangkan yang berlawanan adalah Counter-Coup. Counter-Coup terjadi bila ada Oscilasi
(getaran) otak yang membentur duramater dan ini terjadi bila kepala dalam keadaan bergerak
atau bebas bergerak.
Mekanisme Terjadinya Countre-Coup :
Pada trauma tumpul kepala terdapat Acelerasi dan Decelerasi. Pada waktu Acelerasi
terjadi gerakan tengkorak ke arah impact dan gerakan otak berlawanan dengan arah impact.Pada
waktu Decelerasi kepala bergerak tiba-tiba membentur benda tumpul. sedang otak bergerak ke
arah berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami kekerasan tadi, sehingga otak membentur
bagian berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami kekerasan langsung.

e. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi


Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat
menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada
pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu
pukulan.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan
luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan
jaringan sekitar luka. Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan
jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila
kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet
atau luka memar. Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan
lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka
terbuka dengan benda tumpul.mengenai tubuh korban

Deskripsi luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran,
dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam
pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus
urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi:
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatomiknya.
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh.
Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang luas
seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal
yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati
puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang
melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal
mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di
bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan
ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x
tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
-Lecet (ada atau tidak)
-Tatoase (ada atau tidak)
Pola Trauma Tumpul
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah
kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada
pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun
karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban
dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram
tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik
untuk mengungkapkan pola trauma.
Trauma Tumpul Tajam
a. Bentuk luka Tidak teratur Teratur

b. Tepi Luka Tidak rata Rata

c. Jembatan Jaringan Ada Tidak ada


d. Rambut Tidak terpotong Terpotong

e. Dasar Luka Tidak teratur Teratur

f. Sekitar Luka Ada luka lecet atau memar Tak ada luka lain

Tabel . Perbedaan antara trauma tumpul dan trauma tajam


Contoh pola trauma:
1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi kecelakaan,
Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang
terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.
2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang panjang
kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada
tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang
ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh
kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan
tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor
untuk mengerem pada saat kecelakaan terjadi.
3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada dan di
bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut
mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan, luka
tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem jaringan pada
bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila
korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala.
5. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat :
o Patah tulang leher
o Robek P. darah, otot, oesophagus, trachea/larynx
o Kerusakan syaraf

6. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat :


o Patah os costae, sternum, scapula, clavicula
o Robek organ jantung, paru, pericardium
7. Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut dapat berakibat :
o Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca
o Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,v.urinari
8. Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra dapat berakibat:
o Fraktura, dislokasi os vertebrae
9. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat :
o Patah tulang, dislokasi sendi
o Robek otot, P.darah, kerusakan saraf

b. LUKA TRAUMA TAJAM


Luka benda tajakm merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena
trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Luka akibat benda
tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari
luka tembakan senjata api. Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap
harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu
peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
Luka yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata tajam dibagi
menurut beberapa kategori:
1. Luka tusuk (stab wound)
2. Luka Iris (Incised wounds)
3. Luka Bacok (Chop wounds)

Ciri-ciri luka benda tajam sering dibandingkan dengan luka benda tumpul:
Trauma Tumpul Tajam
g. Bentuk luka Tidak teratur Teratur

h. Tepi Luka Tidak rata Rata

i. Jembatan Jaringan Ada Tidak ada


j. Rambut Tidak terpotong Terpotong

k. Dasar Luka Tidak teratur Teratur

l. Sekitar Luka Ada luka lecet atau memar Tak ada luka lain

Cara mendeskripsi luka tajam hendaknya ditentukan :


1. Lokalisasi :
a. Kordinat
b. Absis
2. Ukuran
3. Jumlah luka
4. Bentuk luka
5. Benda asing
6. Terjadinya intravital/post mortal
7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak
8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuhdiri/pembunuhan

a. Luka tusuk (Stab wounds)


Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi
dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh. Contoh: belati, bayonet,
keris, clurit, kikir, tanduk kerbau.Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka dapat menunjukkan
perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua.
Karakteristik dari luka tusuk:
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
Identifikasi senjata pada luka tusuk:
1. Panjang Luka :
ukuran maksimal dari lebar senjata
2. Dalam luka :
Ukuran minimal dari panjang senjata
3. Untuk luka tusuk pada bagian dada stabil
4. Untuk luka tusuk di perut tidak dapat diambil kesimpulan panjang senjatanya karena
perut sangat elastis.
Gambar . Bagian dari senjata tajam bermata satu. ( Dikutip dari kepustakaan forensic
path 2nd ed)
Bentuk luka tusukan di kulit ditentukan tidak hanya oleh bentuk dari pisau, tetapi juga
ditentukan oleh sifat dari kulit. Jika luka tusuk terjadi saat kulit sedang dalam kondisi meregang,
akan menghasilkan luka yang panjang, namun luka akan tampak pendek ketika kulit dalam
kondisi mengendur.
Gambar . Luka tusuk oleh senjata tajam bermata satu. Tampak celah terbuka pada ujung
atas luka dan bentuk seperti huruf V pada ujung bawah luka ( Dikutip dari kepustakaan forensic
path 2nd ed)
Gambar . Luka yang tidak teratur disebabkan oleh luka tusuk oleh pisau, penampakan
luka seperti disebabkan oleh pisau yang diputar atau gerakan korban untuk melepas pisau
tersebut.

Cara menentukan luka tusuk disebabkan oleh pembunuhan atau bunuh diri:
Bunuh Diri

Pembunuhan
Lokalisasi di sembarang tempat, juga di Lokalisasi pada daerah tubuh yang mudah
daerah tubuh yang tak mungkin dicapai dicapai tubuh korban (dada, perut)
tangan korban
Jumlah luka dapat satu/lebih Jumlah luka yang mematikan biasanya satu
Didapatkan tanda perlawanan dari korban Tidak ditemukan Luka Tangkisan
yang menyebabkan luka tangkisan
Pakaian ikut terkoyak Bila pada daerah yang ada pakaian, maka
pakaian disingkirkan lebih dahulu, sehingga
tidak ikut terkoyak
Ditemukan Luka Tusuk Percobaan Tidak ditemukan Luka Tusuk Percobaan

2. Luka Iris ( Incised wounds)


Luka iris adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan
pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.
Karakteristik luka iris :
o Pinggir luka rata
o Sudut luka tajam
o Rambut ikut terpoton
o Jembatan jaringan ( -)
o Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang

Perbedaan antara luka iris pada pembunuhan dan bunuh diri:


Pembunuhan Bunuh Diri
Sebenarnya sukar membunuh seseorang dengan Lokalisasi luka pada daerah tubuh yang dapat
irisan, kecuali kalau fisik korban jauh lebih lemah dicapai korban sendiri:
dari pelaku atau korban dalam leher
keadaan/dibuat tidak berdaya pergelangan tangan
lekuk siku, lekuk lutut
pelipatan paha
Luka di sembarang tempat, juga pada daerah Ditemukan Luka Iris Percobaan
tubuh yang tidak mungkin dicapai tangan
korban sendiri

Ditemukan Luka tangkisan/ tanda perlawanan Tidak ditemukan Luka Tangkisan

Pakaian ikut koyak akibat senjata tajam tersebut Pakaian disingkirkan dahulu/tidak ikut robek
Gambar . Luka iris yang menimbulkan luka yang mengerut pada kulit disebabkan oleh
pisau yang ditoreh di permukaan kulit dari ujung ke ujung yang satu. ( Dikutip dari kepustakaan
forensic path 2nd ed).

Tepi dari luka iris cenderung memisahkan atau membuat celah pada permukaan.
Perluasan dari luka dan bentuk tersebut bergantung pada paralel, melintang, atau miring ke arah
serat yang elastis di kulit (garis Langer). Dengan demikian, garis paralel dari luka iris ke arah
serat kontraktil celahnya kurang dari satu dibuat di sudut kanan atau miring ke arah serat karena
serat akan menarik dan memisahkan tepi kulit.
Gambar . Luka iris pada wajah disebabkan oleh pisau cukur. Tampak pinggir luka yang
tajam, dengan margin yang bersih.( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed).
Gambar . luka tangkisan/perlawanan pada telapak tangan menandakan upaya untuk
memegang sebuah pisau. ( Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)

3. Luka Bacok ( Chop Wounds)


Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang
terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak,
baling-baling kapal. Kehadiran luka iris yang terdapat pada kulit, dengan fraktur comminuted
mendasari atau terdapat alur yang dalam pada tulang, menunjukkan bahwa disebabkan oleh
senjata yang bersifat membacok.
Karakteristik pada luka bacok:
Luka biasanya besar
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian tubuh yang
terkena bacokan
Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, abrasi

Gambar . Luka bacok. Ciri luka bacok terdapat luka insisi sampai menembus tulang. (
Dikutip dari kepustakaan forensic path 2nd ed)
Gambar . Luka bacok pada antemortem pada lengan kanan. ( Dikutip dari kepustakaan
forensic path 2nd ed)

c. LUKA TEMBAK
Senapan dan pistol memiliki amunisi dan kartrij yang terdiri dari primer, mesiu atau
propellant dan peluru atau projektil. Apabila picu dari senjata menghentam primer maka ledakan
yang tercetus akan membakar mesiu. Mesiu, primer yang tervaporisasi dan metal dapat
menempel pada kulit dan/atau pakaian korban. Kehadiran dan lokasi dari elemen primer pada
tangan dapat membantu dalam mengenalpasti suspek yang telah melepaskan tembakan.
Mesiu yang keluar dari mncung senjata terdiri dari dua jenis:
Mesiu yang terbakar sepenuhnya, juga dipanggil sebagai soot atau fouling yang dapat dicuci
dari permukaan kulit.
Partikel dari mesiu yang terbakar atau tidak terbakar yang dapat tertanam di permukaan kulit
atau memberikan gambaran tattooing atau stippling
Ada atau tidaknya mesiu pada pakaian atau kulit mengindikasikan apakah tembakan merupakan:
tembakan kontak kencang
semua mesiu ditemukan pada tepi atau dalam luka. Dapat juga ditemukan luka bakar pada tepi
luka atau kemerahan pada sekitar luka yang disebabkan oleh karbon monoksida.
tembakan kontak longgar
mesiu keluar dari barrel dan tertanam di sekitar tepi luka
tembakan jarak dekat
tembakan jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebih enam sampai dengan dua belas inci.
Kedua fouling dan stipling dapat ditemukan.
tembakan jarak intermediet
tembakan jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebihdua belas sampai tiga kaki. Tidak
ditemukan fouling tapi Cuma ditemukan stipling atau deposit partikel pada pakaian.
tembakan jarak jauh
tidak ditemukan fouling dan stipling
luka tembak masuk dan luka tembak keluar mudah dibedakan. Luka tembak masuk lebih sering
berbentuk sirkuler dengan abrasi berbentuk cincin yang diakibatkan oleh geseran peluru dan
perforasi kulit. Luka tembak masuk pada wajah dapat memberikan gambaran berbeda oleh
karena permukaanya yang tidak rata.
Luka tembak keluar dapat berbentuk sirkuler seperti luka tembak masuk namun lebih sering
berbentuk irregular. Luka dapat memberikan gambaran tepi yang tidak rata, tidak memiliki
cincin abrasi seperti luka tembakmasuk kecuali sekiranya kulit korban menempel dengan objek
lain.
Kulit pada luka tembak keluar dapat ditemukan perubahan warna oleh karena perdarahan pada
jaringan lunak.

Anda mungkin juga menyukai