SKIZOFRENIA
ANGGRIANI RAHAYU (1102015025)
Pembimbing : dr. Henimg Madonna, Sp.KJ
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Desember 1979
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir: SMP
Status Pernikahan : Duda
Pekerjaan : Pengamen
Alamat : Jati Kramat Indah, Jati Asih Bekasi
Tanggal Masuk RS : 26 April 2019
Tanggal Pemeriksaan : 4 dan 5 Mei 2019
Ruang Perawatan : Ruang Melati II
Nomor Rekam Medik : 1043025
RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis : Pada tanggal 20 Mei dan 21 Mei 2019 di Ruang Melati II
Alloanamnesis : Tidak dilakukan
Nomor RM : 1043025
Keluhan Utama
Pasien di bawa ke RS POLRI karena membawa senjata tajam beserta surat
yang bertuliskan “HATI-HATI, BAHAYA SEKALI, AMAT SANGAT” dan mendengar
bisikan-bisikan.
Keluhan Tambahan
Pasien sering mengamuk jika mendengar bisikan-bisikan.
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
• Pasien di bawa ke RS POLRI pada tanggal 26 April 2019 oleh petugas kepolisian karena kasus
membawa dua buah senjata tajam (golok) beserta surat yang bertuliskan “HATI-HATI,
BAHAYA SEKALI, AMAT SANGAT”, surat tersebut dilemparkan kepada anggota TNI di kantor
Rindam Jaya dan dua senjata tajam dibawa di dalam tasnya.
• Tujuan membawa senjata tajam untuk berjaga-jaga dan melindungi diri dari ancaman
orang-orang yang mengejar pasien serta memperingatkan orang-orang melalui surat
peringatan tersebut untuk berhati-hati.
• Pasien mengaku sering mendengar bisikan-bisikan yang mengancam dirinya, namun tidak
ada orangnya. Pasien sering kesal bahkan megamuk bila orang yang didekatnya tidak
mendengar suara tersebut.
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
• Riwayat trauma, kejang dan tumor disangkal. Riwayat pernah menggunakan alkohol
namun tidak pernah menimbulkan masalah penyakit yang berarti.
• Semenjak dirawat di RS POLRI, pasien sering mendengar suara ibu dan anaknya, hal
tersebut membuat pasien bertemu mereka. Pasien mengatakan kalaau ibunya tidak
pernah mengunjungi pasien dan sudah lama pasien tidak bertemu anaknya.
RIWAYAT GANGGUAN DAHULU
• Pasien mengaku sering mendengar suara-suara bisikan ± tahun 1998. Sebelum mendengar suara-suara
tersebut, pasien mengaku belajar ilmu mengendalikan air, api, angin dan tanah sendirian, namun tidak
menguasainya.
• Setelah belajar ilmu tersebut, pasien mulai mendengar suara dari benda-benda disekitarnya dan pasien
merasa dirinya diejek.
• Pasien mengaku pernah di rawat di Yayasan Yudha Bekasi hampir 3 minggu ± 2000, pasien lupa tahun
tepatnya kapan.
• Pasien juga pernah dirawat di RS Bekasi namun pasien lupa tahun tepatnya dirawat, hanya mengatakan
± 2004. Pasien dirawat selama 2 minggu dan setelah keluar dari RS pasien merasa ada perbaikan yaitu
tidak mendengar suara-suara lagi.
• Kurang lebih satu tahun setelah dirawat, pasien mengeluh mendengar sura-suara lagi dan
sering mengamuk dan merusak barang.
• Hal tersebut dipicu karena semua harta dan motor dari bapak pasien dijual dan semuanya
habis.
• Setelah itu, pasien dirawat kembali di Yayasan Yudha Bakti, pasien lupa tahun berapa dirawat
dan berapa lama dirawat. Pasien mengaku masih mendengar suara-suara bisikan sampai
sekarang.
Gangguan Medik
Tidak terdapat riwayat penyakit yang berarti terhadap gangguan psikiatri pasien.
Riwayat trauma, kejang dan tumor disangkal.
Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak memiliki perkerjaan yang tetap hanya serabutan dan lebih sering
mengamen.
Kehidupan Beragama
Pasien mengaku menikah pada tahun 2000. Pasien memiliki satu anak perempuan. Kemudian
pasien bercerai dikarenakan sering merusak pintu kontrakannya. Pasien lupa tahun bercerainya
kapan, hanya mengingat istrinya tiba-tiba meninggalkan dirinya. Mantan istri dan anaknya
sekarang tinggal di Malang Jawa Timur. Semenjak bercerai, pasien tidak pernah bertemu dengan
anak perempuannya.
Pasien saat ini terlibat dalam peradilan yang berurusan dengan aparat hukum dikarenakan
membawa senjata tajam tanpa izin dan surat peringatan.
RIWAYAT KELUARGA
Pembicaraan
Pasien dapat berbicara dan menjawab pertanyaan secara
spontan, lancar dan kadang kurang jelas.
Gangguan Persepsi
Halusinasi : ada (terdapat halusinasi auditorik)
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Pikiran
Arus pikir
Kontinuitas : Asosiasi Longgar
Hendaya bahasa : Tidak ada
Isi pikir
Preokupasi : Tidak ada
Miskin isi pikir : Tidak ada
Waham : ada (waham bizare yaitu mendapat peringatan bahwa GAM (Gerakan
Aceh merdeka) Hipno Jerami Jawa mengancam masyarakat dan
waham kejar yaitu pasien sering merasa diikuti oleh orang yang ingin
mengancamnya)
Obsesi : Tidak ada
Kompulsi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
Orientasi
Waktu : Baik, pasien dapat menyebutkan pemeriksaan
dilakukan pada pagi hari dan dapat menyebutkan
sudah berapa lama ia dirawat di RS
Tempat : Baik, pasien dapat memberitahukan bahwa
sekarang pasien sedang berada di RS
Orang : Baik, pasien mengenali orang-orang di sekitarnya
Daya ingat
Jangka panjang : Baik, pasien masih ingat sudah 3 kali dirawat dan
mengingat tahun lahirnya.
Jangka pendek : Baik, pasien dapat menyebutkan menu sarapan pasien
Segera : Baik, pasien dapat menyebutkan kembali 3 benda
yang disebutkan oleh pemeriksa
Daya Nilai
Daya nilai sosial : Baik, pasien dapat membedakan perbuatan baik dan buruk
Uji daya nilai : Baik, pasien menjawab ketika diberikan simulasi jika berada di
ruangan yang terbakar apa yang harus dilakukan.
RTA : Terganggu (saat pemeriksaan)
Tilikan
Derajat 1 (Pasien menyangkal sepenuhnya terhadap penyakitnya).
•Kesadaran: Komposmentis
•Nervus kranialis : Tidak terdapat parese nervus kranialis
•Fungsi Motorik : Normal
•Fungsi sensorik : Normal
•Fungsi otonom : Normal
•Fungsi koordinasi : Normal
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
1. Pasien Tn. A 40 tahun datang ke RS dibawa oleh petugas kepolisian karena kasus
membawa senjata tajam dan surat peringatan serta mengeluhkan mendengar suara-
suara.
2. Adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik (sering mendengar suar-suara dari
berbagai benda) dan gangguan isi fikir berupa waham bizare (menulis surat peringatan
yang berisi GAM Hipno Jerami Jawa) dan waham kejar (pasien mengaku diancam oleh
beberapa orang yang mengikutinya) gangguan proses pikir berupa kontinuitas asosia
longgar dan temuan status mental didapatkan mood kosong dan afek tumpul.
3. Pasien pernah mengkonsumsi alkohol. Namun tidak menimbulkan masalah berarti bagi
kesehatannya.
4. Pasien tidak membutuhkan bantuan untuk makan, namun pasien harus disuruh terlebih
dahulu untuk mandi, dan berganti pakaian.
5. Tilikan pasien derajat 1 (Pasien menyangkal sepenuhnya terhadap penyakitnya) dan RTA
te
6. rganggu.
FORMULA DIAGNOSTIK
1. Setelah seluruh pemeriksaan, pada pasien ditemukan adanya sindroma atau perilaku
dan psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaaN (distress) dan
ketidakmampuan/hendaya (disability/ impairment) dalam fungsi serta aktivitasnya
sehari-hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa
yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
2. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik karena pasien pada saat diperiksa
dalam keadaan sadar dan perhatian pasien masih baik ketika di wawancara, tidak ada
kelainan secara medis atau fisik yang bermakna (F0)
3. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
karena walaupun pernah mengkonsumsi zat psikoaktif namun tidak menimbulkan masalah medis
yang bermakna. (F1)
4. Pasien ini termasuk dalam gangguan skizofrenia karena terdapat gangguan dalam penilaian realita
dengan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan terdapat gangguan isi pikir
berupa waham yang menonjol serta terdapat gangguan afektif/mood yang tidak menonjol. (F2)
5. Pada pasien ini didapatkan gejala afektif namun tidak menonjol. (F3)
6. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait
stress. (F4)
Evaluasi Multiaksial
Psikoterapi
Psikoedukasi
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami pasien.
2. Mengingatkan pasien perlu minum obat sesuai aturan dan datang kontrol ke poli
kejiwaan.
3. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan membantu
keadaan pasien.
Psikoterapi
1. Ventilasi : Pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan
masalahnya.
2. Sugesti : Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala
gangguannya akan hilang atau dapat dikendalikan.
3. Reassurance : Memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat
sangat penting untuk menghilangkan gejala.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan
variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik,
dan sosial budaya.
1. Faktor Genetik
4. Faktor Keluarga
1. Faktor Genetik
Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko
2. Gangguan Neurotransmitter
a. Hipotesis dopamine
b. Hipotesis Glutamat
c. Hipotesis Serotonin dan Noreepinefrin
Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan lateral, atropi bilateral lobus
temporal medial, serta yang lebih spesifik gangguan girus parahipokampus, hipokampus dan amigdala dan
disorientasi spasial pyramid hipokampus.
4. Faktor Keluarga
Pasien yang berisiko adaalah pasien yang hostilitas tinggi, memperlihatkan kecemasan yang berlebihan,
sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut campur, sangat pengeritik (disebut Keluarga dengan Ekspresi Emosi
tinggi).
KLASIFIKASI SKIZOFRENIA
Ada beberapa subtype skizofrenia yang diindetifikasi berdasarkan variabel klinik :
F 20.0. Skizofrenia paranoid
F 20. l. Skizofrenia disorganisasi (hebefrenik)
F 20.2. Skizofrenia katatonik
F 20.3. Skizofrenia tak terinci
F 20.4. Depresi pasca skizofrenia
F 20.5. Skizofrenia residual
F 20.6. Skizofrenia simpleks
F 20.7. Skizofrenia lainnya
F 20.8. Skizofrenia yang tak tergolongkan
DIAGNOSIS
Berlangsung paling sedikit enam bulan
Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu
dalam bidang pekerjaan, hubungan interpersonal
dan fungsi kehidupan pribadi.
Diagnosis skizofrenia menurut DSM Pernah mengalami psikotik akut dalam bentuk
IV yaitu pasien harus memenuhi
kriteria DSM – IV yaitu: khas selama periode tersebut.
Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan
skizoafektif, gangguan mood mayor, autism atau
gangguan organik
Berdasarkan PPDGJ III
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) — Thought echo: isi piklran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
— Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (Withdrawal) dan
— Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya
b) — Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara) atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakian agama atau politik tertentu atau kekuatan
dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain.
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
Halusinasi yang menetap dari panca Indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai
oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama bennmggu-
minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau fleksibilitas
cerea, negativisme, mutisme, dan Stupor.
Gejala negatif seperli Sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neureptika.
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR Skizofrenia:
a. Gejala karakteristik: Dua (atau lebih) poin berikut, masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang
signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati):
Waham
Halusinasi
Catatan: Hanya dibutuhkan satu geiala Kriteria A bila wahamnya bizar atau halusinasinya terdiri
atas suara yang terus-menerus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau
dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap.
b. Durasi: Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode
6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah
berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria A (yi., gejala fase aktif) dan dapat
mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode gejala
prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai
gejala negatif saja atau dua atau lebih gejala yang terdaftar dalam Kriteria A
yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (cth., keyakinan aneh,
pengalaman perseptual yang tidak lazim).
1. Pada kasus ini, menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan Skizofrenia. Hal ini
dibuktikan dengan adanya gangguan dalam menilai realita pada pasien berupa riwayat
halusinasi auditorik dan ganggu isi fikir berupa waham bizare dan waham kejar.
2. Tidak dijumpai adanya gangguan neurologis, riwayat kejang, riwayat trauma, sehingga
gejala pada pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan mental organik.
3. Penatalaksanaan untuk dibagi dua, yakni penatalaksanaan farmakologi dan non-
farmakologi. Pengobatan pada pasien ini dipilih Risperidone dengan dosis awal 2 mg
diberikan 2 kali perhari, karena merupakan obat antipsikotik atipikal dengan efek samping
yang minimal.
4. Selain farmakologi pasien juga ditunjang dengan psikoterapi bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan
psikologik. Psikoedukasi juga perlu diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar
tidak terjadi stigmatisasi terhadap pasien dan membangun sistem pendukung yang kuat
untuk menunjang perbaikan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Patel K R et.al. 2014. Schizophrenia: Overview and Treatment Options. Pharmacy and Therapeutics.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4159061/
Maslim Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III dan DSM 5.
Jakarta: Bagian Ilamu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. p:46
BJ Sadock, VA Sadock. Kaplan & Sadock Buku Ajar Pskiatri klinis edisi 2. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC. p:147
Bayan Zaid F et.al. 2017. Schizophrenia: Etiology, Pathophysiology and Management - A Review. The
Egyptian Journal of Hospital Medicine. http://egyptianjournal.xyz/696_13.pdf DOI: 10.12816/0042241
Amir Nurmiati. 2017. Skizofrenia, Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Edisi Ketiga. p: 184-222