Anda di halaman 1dari 22

Referat

MELASMA

Disusun Oleh:
Desantia Anggraini, S. Ked

Pembimbing : dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Desatia Anggraini


NPM : H1AP15013
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Bengkulu
Judul : Melasma
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Pembimbing : dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas SMF Bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. M. Yunus, Fakultas Kedokteran
Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Bengkulu, 26 Januari 2021

dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan referat ini.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. M. Yunus, Fakultas
Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Pada kesempatan ini Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon sebagai pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta bantuan
dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual kepada
Kami dalam menyusun laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, maka kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Kami sangat berharap agar
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bengkulu, 26 Januari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................3

DAFTAR ISI............................................................................................................4

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

2.1 Definisi...........................................................................................................6

2.2 Epidemiologi..................................................................................................6

2.3 Etiopatogenesis...............................................................................................6

2.4 Gambaran Klinis.............................................................................................7

2.5 Klasifikasi.......................................................................................................9

2.6 Diagnosis........................................................................................................9

2.7 Diagnosis Banding.......................................................................................12

2.8 Penatalaksanaan............................................................................................15

2.9 Prognosis......................................................................................................17

BAB III. KESIMPULAN.......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

4
BAB I. PENDAHULUAN

Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen, oxyhaemoglobin


(dalam darah) dan karoten,1 namun yang paling berperan adalah pigmen
melanin.2,3 Pada penyakit kelainan pigmentasi, sebagian besar diakibatkan oleh
gangguan pada melanosit. Kelainan pigmentasi dapat berupa hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi.1

Melasma, yang dalam bahasa Yunani berarti “warna hitam”, 3 merupakan


hipermelanosis kutaneus yang ditandai dengan makula hiperpigmentasi pada area
wajah yang terpajan sinar matahari.2,4,7 Namun kadang-kadang dapat dijumpai pada
leher dan lengan atas.3-6

Melasma, yang juga dikenal dengan nama kloasma atau mask of


pregnancy,1-3,6 memiliki lesi berupa makula yang tidak merata berwarna coklat
muda sampai coklat tua. 2,3,5
Pada melasma umumnya didapatkan lesi yang
simetris.1,2,4,7 Hal tersebut dapat digunakan untuk membedakan dengan penyakit
hiperpigmenasi kutaneus yang lain.4

Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama2,4,5, karena


melasma bersifat kronis residitif.2,4 Kontrol yang teratur serta kerja sama yang
baik antara penderita dan dokter yang menanganinya.2,4 Terapi melasma bertujuan
untung mencegah perluasan melasma, mencegah atau mengurangi tingkat
keparahan, mengurangi area yang terkena, memperbaiki kerusakan kosmetik, dan
mempersingkat waktu penyembuhan dengan efek samping yang lebih sedikit. 5
Penggunaan tabir surya dapat membantu melindungi kulit dari sinar UV
sedangkan pengobatan topikaal efektif untuk mempercerah kulit yang mengalami

melasma1,2,4,6

5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
Melasma adalah hipermelanosis yang simetris berupa makula yang berwarna
coklat muda sampai coklat tua dan yang terdapat pada daerah – daerah yang terpajan
sinar ultra violet. Melasma merupakan hipermelanosis yang berupa makula yang
tidak teratur, dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung,
dagu, leher dan lengan.

2.2 Epidemiologi

Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di


daerah tropis.2 Wanita dengan tipe kulit yang lebih gelap, yaitu Latin, Afrika-
Amerika, Afrika-Karibia dan Asia memiliki insidens terbanyak.4-6

Tidak hanya wanita, melasma juga biasa didapatkan pada pria (10 %)2,4,6.
Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria yaitu 24 : 1. Terutama tampak
pada wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari.
Insidens terbanyak pada usia 30-44 tahun.2

2.3 Etiopatogenesis
2.3.1 Etiologi
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui pasti. Faktor kausatif yang
dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah2 :
a. Sinar ultra violet
Spektrum sinar matahari ini merusak gugus sulfhidril di epidermis yang
merupakan penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari
enzim tersebut. Sinar ultra violet menyebabkan enzim tirosinase tidak dihambat
lagi sehingga memacu proses melanogenesis.
b. Hormon
Misalnya estrogen, progesteron, dan MSH (Melanin Stimulating Hormone)
berperan pada terjadinya melasma. Pada kehamilan, melasma biasanya meluas
pada trimester ke 3. Pada pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak dalam 1
bulan sampai 2 tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut.
6
c. Obat
Misalnya difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin
dapat menyebabkan timbulnya melasma. Obat ini ditimbun di lapisan dermis
bagian atas dan secara kumulatif dapat merangsang melanogenesis.
d. Genetik
Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-70%.
e. Ras
Melasma banyak dijumpai pada golongan Hispanik dan golongan kulit
berwarna gelap.
f. Kosmetika
Pemakaian kosmetika yang mengandung parfum, zat pewarna, atau bahan-
bahan tertentu dapat menyebabkan fotosensitivitas yang dapat mengakibatkan
timbulnya hiperpigmentasi pada wajah, jika terpajan sinar matahari. 
g. Idiopatik

2.3.2 Patogenesis
Masih banyak yang belum diketahui, Banyak faktor yang menyangkut faktor
ini, antara lain:
a. Peningkatan produksi melanosom karena hormon maupun karena sinar
vultraviolet. Kenaikan melanosom ini juga dapat disebabkan karena bahan
farmakologik seperti perak dan psoralen.
b. Penghambatan dalam malpighian cell turnover. Keadaan ini dapat terjadi
karena obat sitostatik.
Patogenesis yang tidak diketahui pasti. Pada 1/3 kasus wanita dan pria adalah
idiopatik. Terutama pada wanita subur dan 10% terdapat pada laki – laki sering terjadi
eksaserbasi setelah paparan sinar matahari, kehamilan, penggunaan kontrasepsi, dan
obat – obatan ati epilepsi tertentu. Melasma juga berhubungan dengan faktor genetik
dan kelainan endokrin.2

2.4 Gambaran Klinis

Gambaran klinis kasus melasma pada dasarnya cukup mudah dikenali. Di


antaranya lesi kulit berupa makula hiperpigmentasi berwarna cokelat terkadang
7
dapat sampai berwarna hitam dengan batas jelas, irregular dan biasanya simetris
Bagian wajah yang terkena biasanya daerah pipi, hidung, dan mulut bagian
bawah8.

Gambar 1. Melasma4

Berdasarkan gambaran klinisnya, melasma dapat diklasifikasikan menjadi2:


1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah
hidung, serta dagu (63%)
2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)

3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)

8
2.5 Klasifikasi

a. Berdasarkan gambaran klinis

 Bentuk sentro fasial : meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,

bawah hidung serta dagu (63%)

 Bentuk malar : meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)

 Bentuk mandibular : meliputi daerah mandibular (16%)

b. Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar wood

 Tipe epidermal : melasma tampak lebih jelas dengan sinar wood

dibandingkan dengan sinar biasa

 Tipe dermal : dengan sinar wood tampak warna kontras dibandingkan

engan sinar biasa

 Tipe campuran : tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak

jelas

 Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar wood lesi

menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat

c. berdasarkan pemeriksaan histopatologis

 Melasma tipe dermal : umumnya berwarna coklat, melanin terutama

terdapat pada lapisan basal dan supra basal, kadang – kadang di seluruh

startum korneum dan stratum spinosum

 Melasma tipe dermal : berwarna coklat kebiruan, terdapat makrofag

bermielin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah.2

2.6 Diagnosis

Diagnosis melasma didasarkan atas anamnesis yang cermat dan

9
pengamatan gambaran klinis yang akurat. 8

2.6.1 Anamnesis

Dari anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis secara


tepat terutama untuk menggali segala hal terkait dengan pasien. Anamnesis
yang dapat mendukung penegakan diagnosis melasma8,10,12 :

a.) Pasien wanita dengan kisaran umur 30-40 tahun


b.) Pasien dengan riwayat kehamilan berulang
c.) Pasien dengan penggunaan oral kontrasepsi
d.) Pasien yang memiliki aktifitas yang sering berpaparan dengan sinar matahari
secara langsung
e.) Lesi timbul setelah berminggu-minggu dan semakin terlihat saat kontak
dengan sinar matahari
f.) Pasien dengan riwayat penggunaan kosmetik
g.) Pasien wanita menopause yang sedang menjalani terapi hormon

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Lesi yang khas dari melasma ialah makula hiperpigmentasi pada wajah.
Terkait luas, warna dan intensitas bergantung pada fototipe kulit mana yang
terkena. Biasanya simetris. Daerah yang paling sering terkena seperti pipi,
hidung, dan bibir bagian bawah dan dagu. Namun ada juga ditemukan
dalam presentase lebih kecil di daerah malar dan mandibular8.

2.6.3 Pemeriksaan penunjang

Dalam pemeriksaan histopatologik terdapat 2 tipe hipermelanosis2 :

a. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan suprabasal,


kadang-kadang di seluruh stratum spinosum sampai stratum korneum; sel-
sel yang padat mengandung melanin adalah melanosit, sel-sel lapisan
basal, dan suprabasal, juga terdapat pada keratinosit dan sel-sel stratum
korneum.

10
b. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah
dalam dermis bagian atas dan bawah; pada dermis bagian atas terdapat
fokus-fokus infiltrat.

Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan ialah pemeriksaan lampu


wood. Pemeriksaan ini bertujuan menspesifikkan suatu keadaan melasma
yang akan menentukan seperti apa bentuk penanganannya.12

Adapun bentuk pengklasifikasian setelah pemeriksaan lampu wood adalah


sebagai berikut8,12 :

Tabel 1. Klasifikasi melasma12

Tipe Melasma Gambaran klinis


Epidermal - Berbatas jelas
- Berwarna cokelat tua
- Terlihat lebih jelas dibawah
sinar
- Memberikan respon yang baik
terhadap pengobatan
Dermal - Batas tidak jelas
- Berwarna cokelat terang
- Tidak berubah di bawah sinar
- Memberikan respon yang buruk
terhadap pengobatan
Mixed - Kombinasi antara warna cokelat
tua dan cokelat muda
- Pengobatan hanya berdampak
pada sebagian saja

11
2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari melasma meliputi kelainan kelainan pada


pigmen.4,14

 Riehl’s melanosis yakni memiliki gambaran histopatologi infiltrat


inflamasi pada bagian epidermis-dermis dan infiltrat perivaskular
limfositik yang disertai dengan gangguan inflamasi.4,22 Pigmentasi bercak
berwarna coklat muda sampai coklat tua terutama di dahi, malar, belakang
telinga dan sisi leher serta tempat-tempat yang sering terkena sinar
matahari.2,22

Gambar 2. Riehl’s Melanosis 22

 Hori’s macules, memperlihatkan pigmen dermal seperti bintik-bintik atau


pigmentasi wajah yang berwarna coklat-kebiruan atau keabu-abuan yang
ditemukan umumnya pada wanita Asia.4 Bilateral nevus Ota yang
berhubungan dengan ocular dan mukosal melanosit.4,21

Gambar 3. Bilateral nevus of ota like macules (Hori’s nevus) 16

12
 Postinflammatory hyperpigmentation (PIH), pada umumnya pasien datang
dengan keluhan utama berupa bercak hitam, bintik hitam, perubahan
warna kulit dan noda. Pasien dengan PIH mempunyai riwayat klinikal atau
subklinikal atau riwayat trauma kutaneus inflamasi. PIH ialah hasil dari
respon patofisiologi dari inflamasi kutaneus seperti akne, dermatitis atopik,
liken planus, dan psoriasis.4,15,18

Gambar 4. Postinflammatory hyperpigmentation (PIH) 18

 Eythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis), dermatosis yang


berwarna abu-abu mulai muncul pada dekade pertama dan kedua dan
terjadi juga pada area yang terlindungi dan tak terlindungi.4,17 Hampir
terbatas pada ras campuran di Amerika Latin. 9,17

Gambar 5. Eythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis) 17

 Minocycline pigmentation, pigmentasi terjadi dalam jangka lama, terutama


pada daerah jaringan parut. Pada pemeriksaan hitopatologik ditemukan
granula berwarna coklat kehitaman yang diduga mengandung besi dan
kalsium. 2, 4

13
Gambar 6. Minocycline pigmentation 19

 Ephelid
Makula hiperpigmentasi berwarna coklat terang yang timbul pada kulit
yang sering terkena sinar matahari. Dan pada musim panas jumlahnya
akan bertambah lebih besar, dan gelap. 2,9,13,22

Gambar 7. Ephelid22

14
 Senile lentigo
Senile lentigo muncul hampir sama banyaknya baik pada pria dan wanita
paruh baya atau lansia. Bercak coklat berbentuk lingkaran dengan ukuran
yang bervariasi terjadi pada wajah, punggung tangan, dan bagian ekstensor
dari lengan yang terpapar sinar matahari.2,22

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memIliki respon yang cukup lama, kontrol yang
teratur serta kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang
menanganinya.2,4,12
Penatalaksanaan melasma meliputi:
a. Pencegahan
1. Meminimalisir paparan sinar UV
Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari
hiperpigmentasi.2,14 Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas,
high SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari
sehari-harinya.8,9,12 Sunscreens yang direkomendasikan untuk di
gunakan ialah yang dapat melindungi dari sinar UVA dan UVB. 3,4

Penderita diharuskan menghindari pajanan langsung sinar ultra


violet terutama antara pukul 09.00-15.00. 2,4
2. Meminimalisir efek hormonal
Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam
perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi
diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki
hormone-like activity seperti suplemen-suplemen antiaging dan krim
pharmacy-compounded yang digunakan untuk mengurangi gejala-
gejala dari menopose.2,4
b. Pengobatan
1. Pengobatan Topikal
o Hidrokuinon

15
Hidokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi
melasma.2,14 Hindrokuinon menghambat konversi dari dopa
terhadap melanin dengan menghambat aktifitas dari tirosinase. 3,14

Efek sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik.2,14


o Asam retinoat
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan
atau terapi kombinasi. Krim tersebut juaga dipakai pada malam
hari karena pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi. 2,4
o Asam azeleat
Pengobatan dengan asam azaleat 20% selama 6 bulan memberikan
hasil yang baik. 2,3
Efek sampingnya berupa rasa panas, gatal dan
eritema ringan. 2, 12, 14
o Asam kojik (Kojic Acid)
KA diprodeksi oleh jamur Aspergilline oryzae dan berperan
sebagai inhibitor tirosinase. Double – blind study membandingkan
penggunaan GA 5 % dan HQ 4% dengan penggunaan KA 4%
selama 3 bualan. Baik kedua kombinasi membuktikan efektifitas
yang hampir sama dalam mengurangi sebanyak 51% pigmentasi
dari pasien.3,14
o Asam glikolik (Glycolic Acid)
Asam glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak
mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan
epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari
epidermis, dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi
ringan merupakan efek umum dari pemakaian obat ini3,14.
2. Pengobatan sistemik
o Asam askorbat/vitamin C
Vitamin C memiliki efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon

16
menjadi DOPA.2,3

17
3. Tindakan Khusus
o Pengelupasan Kimiawi (Chemical Peels)
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan
kelainan hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi
dilakukan dengan mengoleskan topikal asam glikolat dan
krim asam salisilik 2,12,14.
o Bedah Laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switch Ruby
dasn Llaser argon, kekambuhan dapat juga terjadi.2,3
o Dermabrasi
Harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat merusak
melanosit yang dimana dapat meningkatkan produksi
pigmen dan menggelapkan melasma.3,12

2.9 Prognosis
Biasanya melasma menetap selama beberapa tahun. Melasma yang
berkaitan dengan kehamilan akan menetap selama beberapa bulan setelah
melahirkan dan melasma yang berkaitan dengan pengobatan hormonal
akan menetap dalam periode yang panjang setelah berhenti
mengkonsumsi kontrasepsi oral. 5,8
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fuctionam : dubia ad bonam
Qup ad sanationam : bonam
Quo ad cosmeticum: dubia ad bonam

18
BAB III. KESIMPULAN
Melasma adalah hipermelanosis yang simetris berupa makula yang
berwarna coklat muda sampai coklat tua dan yang terdapat pada daerah –
daerah yang terpajan sinar ultra violet. Melasma merupakan hipermelanosis
yang berupa makula yang tidak teratur, dengan tempat predileksi pada pipi,
dahi, daerah atas bibir, hidung, dagu, leher dan lengan.

Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui pasti. Faktor


kausatif yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah sinar
ultra violet, hormon, obat, genetik, ras, dan kosmetika.
Klinis melasma berupa makula berwarna coklat, abu – abu atau
dapat juga biru menyatu membentuk bercak – bercak dan tepi irregular.
Berdasarkan gambaran klinis, bentuk melasma terbagi dalam tiga bentuk
mayor yaitu, pola sento –fasial, pola malar, dan pola mandibular.
Diagnosis melasma dapat ditegakkan melalui gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lampu Wood, histopatologis
dan mikroskop electron. Diagnosis banding melasma antara lain lentigo,
dan efelid (freckles).
Pengobatan dan perawatan kulit pada penderita melasma harus
dilakukan secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronik
residif.
Pengobatan pada melasma termasuk diantaranya upaya
pencegahan dengan menghindari pajanan langsung sinar ultra violet,
pemakaian tabir suria secara tepat, menghindari factor pencetus.
Pengobatan topical berupa hidroquinon (HQ), Asam Retinoat, Asam
Aseleat, Asam Kojik, kortikosteroid, N-acetyl-4-S- cysteaminylphenol,
dan senyawa merkuri. Pengobatan sistemik berupa Vitamin C dan
glutation. Dan tindakan khusus berupa pengelupasan kimiawi, bedah
laser, dan dermabrasi.
Prognosis melasma pada umumnya baik jika ditangani secara
adekuat dan tergantung faktor penyebabnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Grawkrodjer DJ. Pigmentation. In: Dermatology an Illustrated Colour


Text. 3rd ed. British: Crurchill Livingstone; 2002: p.70-1
2. Soepardiman L. Kelainan Pigmen. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah
S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007. p.289-95
3. Damoa AS, Lambert WC, Schwartz RA. Melasma: Insight into a
distressing dyschromia. Aesthetic Dermatology. 2006; 8(1): p.1-6
4. Roberts WE. Melasma. In: Kelly AP, Taylor SC, editors. Dermatology
for Skin of Colour. New York: McGraw-Hill; 2009. p.332-6

5. Salim A, Rengifo-Pardo M, Vincent S, Cuervo-Amore LG. Melasma.


In: Williams H, Bigby M, Diepgen T et al, editors. Evidence-based
Dermatology. London: BMJ Books. 2003. p. 552-67
6. Bleehen SS, Anstey AV. Disorders of Skin Colour. In: Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of
Dermatology. 7th ed. Massachusetts : Blackwell. 2004. p. 39.40
7. Kim EH, Kim YC, Lee ES, Kang HY. The Vascular Characteristics of
Melasma.
Journal of Dermatological Science. 2007; 46: p.111-6
8. Wolff K, Richard AJ. Melasma. In Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis Of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill;
2005. p.344-6
9. Stery W, Paus R, Burgdorf W. Brown Hyperpigmentation. In: Thieme
Clinical Companions Dermatology. 5th ed. New York: Georg Thieme
Verlag; 2006. p.379-80
10. Savin JA. The Skin and Systemic Disease – Genetics and Skin
Disease. In: Buxton PK, editor. ABC Of Dermatology. 4th ed. London:
BMJ Books; 2003. p.76-77
11. Anonim. Melasma. [Online]. 2010. [cited 2011 January 18].
Available from:
http://dermnetnz.org/colour/melasma.html

20
12. Habif, TP. Disorders of Hyperpigmentation. In: Clinical
Dermatology - A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4thed.
Philadelphia: Mosby; 2004. p.691-3
13. Lynde CB, Kraft JN, Lynde CW. Topical Treatments for
Melasma and Postinflammatory Hyperpigmentation. In: Maddin S,
editor. Skin Therapy Letter. 2006.11(9). P.1-4

14. Habif, TP. Disorders of Hyperpigmentation. In: Clinical Dermatology -


A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4thed. Philadelphia: Mosby; 2004.
p.691-3
15. Heath CR, Taylor SC. Postinflammatory Hyperpigmentation. In:
Kelly Ap, Taylor SC, editors. Dermatology for Skin of Colour. New
York: McGraw- Hill; 2009. P. 338
16. Lim JTE, Chan YC. Common Skin Disease and Treatment in
Asia. In: Kelly AP, Taylor SC, editors. Dermatology for Skin of
Colour. New York: McGraw-Hill; 2009. P. 615-617

17. Anonym. Erythema Dyschromicum Perstans. In: Bolognia JL,


Jorizzo JL, Rapini RP et al, editors. Dermatology. 2nd ed. London:
Elsevier; 2008
18. Schwartz RA, Kihiczak NI. Postinflammatory
Hyperpigmentation. [online]. 2010 June 25. [cited 2011 Jan 22].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1069191-
overview
19. Anonym. Minocycline Pigmentation Photo. [online]. 2011. [cited
2011 Jan 22]. Available from: http://www.dermnet.com/Minocycline-
Pigmentation/picture/4431
20. Anonym. Riehl Melanosis. [online]. 2010. [cited 2011 Jan 22].
Available from: http://dermaamin.com/site/atlas-of-dermatology/17-
r/1078-riehls-melanosis-.html
21. Anonym. 2-freckle or ephelid. [online]. 2008 Jan 2. [cited 2010
May 20]. Available from:
http://ourdermatology.blogspot.com/2008/01/2-freckle-or-

21
ephelid.html
22. Anonym. Disorder of skin colour. In: Shimizu H, editor.
Shimizu’s Text Book of Dermatologi. Hokkaido: Hokaido Publisher;
2007. P. 266-69

22

Anda mungkin juga menyukai