(MELASMA)
KELOMPOK: INTEGUMEN
KESEHATAN KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2022/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.Atas Rahmat dan Hidayah nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah “Melasma” tepat waktu.Makalah “Melasma”
disusun guna memenuhi tugas dosen atau senior pada Pendidikan Profesi Ners di
Poltekes kemenkes Kupang. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat
membawa pesan bagi pembaca tentang “Melasma”
Penulis ini mengucapkan terima kasih sebesar besarnya karena tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan Wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
( Kupang,27-08-2022 )
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesiumpulan………………………………………………………………………....9
3.2 Saran………………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis
berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan
matahari,
contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh
makula hiperpigmentasi yang simetris, dapat berkonfluensi atau tersebar.
Lokasi. paling sering adalah pipi, bagian atas bibir, dagu dan dahi. Melasma
jarang dijumpai pada daerah yang tidak terpajan matahari (Montemarano,
2013). Melasma lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria
khususnya pada usia reproduksi dan jarang ditemukan pada usia sebelum
pubertas (Krupashankar et al., 2014). Melasma juga dapat ditemukan pada
semua ras dan populasi dengan prevalensi tertinggi pada Asia Timur (Jepang,
Korea, Cina), India, Pakistan, Timur Tengah, dan Mediterania Afrika (Handel
et al., 2014).Insiden melasma cukup tinggi. Dalam sebuah studi yang
dilakukan di Nepal tahun 2008 dengan 546 pasien dan penelitian di Saudi
Arabia yang melibatkan 1076 pasien dengan penyakit kulit didapatkan bahwa
melasma termasuk dalam empat kelompok penyakit kulit terbanyak yang
ditemukan dan merupakan kelainan pigmentasi tersering yang dilaporkan
(Handel et al., 2014).Etiologi utama yang mendasari melasma sampai saat ini
belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor risiko yang dianggap berperan
pada patogenesis melasma antara lain pajanan sinar matahari, warna kulit
gelap, dan predisposisi genetik (Menaldi dkk., 2015). Spektrum sinar matahari
merusak gugus sulfhidril di epidermis yang merupakan penghambat enzim
tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut (Menaldi dkk.,
2015). Berdasarkan tipe kulit, melasma banyak terjadi pada tipe kulit
Fitzpatrick III dan IV, sedangkan untuk faktor genetik, riwayat kejadian
melasma pada anggota keluarga bervariasi. Dalam sebuah penelitian di Iran
didapatkan bahwa 64% kasus melasma memiliki riwayat keluarga yang juga
menderita melasma (Adalatkhah, 2008)Pengobatan melasma dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti menghindari pajanan sinar ultraviolet langsung
serta mengurangi aktivitas melanosit dengan menggunakan pengobatan secara
topikal. Sampai saat ini pengobatan topikal yang sering digunakan dalam
terapi melasma diantaranya hidroquinon, asam retinoat, dan antioksidan
reaktif seperti asam askorbat. Melasma yang bersifat kronik residif mejadikan
pengobatan melasma tidak mencapai hasil yang memuaskan (Menaldi dkk.,
2015). Upaya preventif dapat dilakukan pada kelompok orang yang memiliki
risiko tinggi menderita melasma serta pada pasien melasma yang telah
dilakukan pengobatan kuratif agar tidak terjadi eksaserbasi berulang. Upaya
preventif dapat dilakukan dengan mengetahui jenis faktor risiko yang berperan
besar padapenderita melasma. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko Pada Pasien Melasma di
Poliklinik Kulit dan Kelamin
1.2. Tujuan
1.1.1.Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang
berperan terhadap kejadian melasma pada pasien poliklinik kulit dan
kelamin
1.1.2.Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian
Istilah melasma berasal dari bahasa Yunani yaitu “melas” yang memiliki arti
hitam. Melasma merupakan hipermelanosis umum akuisita yang terdapat pada
area kulit yang sering terpapar sinar matahari. Keluhan melasma biasanya
terjadi secara simetris. Area predileksi melasma yaitu paling sering pada pipi,
bagian atas bibir, dagu dan dahi, namun area lainnya juga dapat terkena. Istilah
kloasma (berasal dari bahasa yunani “chloazein” artinya kehijauan) sering
digunakan untuk menggambarkan keluhan melasma saat kehamilan.
Bagaimanapun juga pigmentasi tersebut tidak pernah berwarna kehijauan
sehingga istilah melasma lebih tepat digunakan (Debabrata, 2009; Handel
dkk., 2014)
2.2. Penyebab
Penyebab (etiologi) melasma sampai saat ini belum diketahui pasti, dapat timbul
sebagai proses fisiologis atau patologis, tetapi paparan matahari dapat
mempengaruhi perjalanan melasma.
2.3. Gejala
Melasma tampak sebagai area yang berwarna lebih gelap dari kulit sekitarnya
(hiperpigmentasi) atau flek cokelat pada kulit. Area ini tidak memiliki keluhan
gatal ataupun nyeri. Walau demikian, dapat mempengaruhi penampilan
seseorang. Terdapat tiga pola persebaran melasma, yaitu:
2.5.Pengobatan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis
berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan
matahari,contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Insiden melasma
cukup tinggi. Dalam sebuah studi yang dilakukan di Nepal tahun 2008
dengan 546 pasien dan penelitian di Saudi Arabia yang melibatkan 1076
pasien dengan penyakit kulit didapatkan bahwa melasma termasuk dalam
empat kelompok penyakit kulit terbanyak yang ditemukan dan merupakan
kelainan pigmentasi tersering yang dilaporkan (Handel et al.,
2014).Berdasarkan tipe kulit, melasma banyak terjadi pada tipe kulit
Fitzpatrick III dan IV, sedangkan untuk faktor genetik, riwayat kejadian
melasma pada anggota keluarga bervariasi. Dalam sebuah penelitian di
Iran didapatkan bahwa 64% kasus melasma memiliki riwayat keluarga
yang juga menderita melasma (Adalatkhah, 2008)
3.2 Saran
Bagi Klinik/Tenaga Kesehatan Melengkapi data rekam medis dan jumlah
kunjungan pasien klinik, sehingga memudahkan pengumpulan data
penelitian, dan juga pemeriksaan menggunakan lampu Wood mudah dan
memerlukan waktu yang singkat, sehingga pemeriksaan melasma
menggunakan lampu Wood untuk membantu menentukan kedalaman
melasma dapat dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi tata laksana
dan pemberian edukasi kepada pasien.
Bagi Masyarakat Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
kewaspadaaan terhadap tanda-tanda melasma dan faktor pencetus melasma,
serta pengupayakan pemberian tatalaksana yang baik dan benar sesuai
dengan edukasi yang diberikan tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA