Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

(MELASMA)

NAMA : Rosvita Kurnia Jas

PRODI : Pendidikan Profesi Ners

KELOMPOK: INTEGUMEN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN

2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.Atas Rahmat dan Hidayah nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah “Melasma” tepat waktu.Makalah “Melasma”
disusun guna memenuhi tugas dosen atau senior pada Pendidikan Profesi Ners di
Poltekes kemenkes Kupang. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat
membawa pesan bagi pembaca tentang “Melasma”

Penulis ini mengucapkan terima kasih sebesar besarnya karena tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan Wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

( Kupang,27-08-2022 )

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1


1.2 Tujuan………………………………………………………………………………..2
1.2.1. Tujuan Umum
1.2.2. Tujuan Khusus

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Melasma…………………………………………………………………3

2.2 Penyebab Melasma………………………………………………………………….4

2.3 Gejala Melasma………………………………………………………………………5

2.4 Patofisiologi Melasma………………………………………………………………..6

2.5 Pengobatan Melasma…………………………………………………………………7

2.6 Pencegahan Melasma…………………………………………………………………8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesiumpulan………………………………………………………………………....9

3.2 Saran………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis
berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan
matahari,
contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh
makula hiperpigmentasi yang simetris, dapat berkonfluensi atau tersebar.
Lokasi. paling sering adalah pipi, bagian atas bibir, dagu dan dahi. Melasma
jarang dijumpai pada daerah yang tidak terpajan matahari (Montemarano,
2013). Melasma lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria
khususnya pada usia reproduksi dan jarang ditemukan pada usia sebelum
pubertas (Krupashankar et al., 2014). Melasma juga dapat ditemukan pada
semua ras dan populasi dengan prevalensi tertinggi pada Asia Timur (Jepang,
Korea, Cina), India, Pakistan, Timur Tengah, dan Mediterania Afrika (Handel
et al., 2014).Insiden melasma cukup tinggi. Dalam sebuah studi yang
dilakukan di Nepal tahun 2008 dengan 546 pasien dan penelitian di Saudi
Arabia yang melibatkan 1076 pasien dengan penyakit kulit didapatkan bahwa
melasma termasuk dalam empat kelompok penyakit kulit terbanyak yang
ditemukan dan merupakan kelainan pigmentasi tersering yang dilaporkan
(Handel et al., 2014).Etiologi utama yang mendasari melasma sampai saat ini
belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor risiko yang dianggap berperan
pada patogenesis melasma antara lain pajanan sinar matahari, warna kulit
gelap, dan predisposisi genetik (Menaldi dkk., 2015). Spektrum sinar matahari
merusak gugus sulfhidril di epidermis yang merupakan penghambat enzim
tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut (Menaldi dkk.,
2015). Berdasarkan tipe kulit, melasma banyak terjadi pada tipe kulit
Fitzpatrick III dan IV, sedangkan untuk faktor genetik, riwayat kejadian
melasma pada anggota keluarga bervariasi. Dalam sebuah penelitian di Iran
didapatkan bahwa 64% kasus melasma memiliki riwayat keluarga yang juga
menderita melasma (Adalatkhah, 2008)Pengobatan melasma dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti menghindari pajanan sinar ultraviolet langsung
serta mengurangi aktivitas melanosit dengan menggunakan pengobatan secara
topikal. Sampai saat ini pengobatan topikal yang sering digunakan dalam
terapi melasma diantaranya hidroquinon, asam retinoat, dan antioksidan
reaktif seperti asam askorbat. Melasma yang bersifat kronik residif mejadikan
pengobatan melasma tidak mencapai hasil yang memuaskan (Menaldi dkk.,
2015). Upaya preventif dapat dilakukan pada kelompok orang yang memiliki
risiko tinggi menderita melasma serta pada pasien melasma yang telah
dilakukan pengobatan kuratif agar tidak terjadi eksaserbasi berulang. Upaya
preventif dapat dilakukan dengan mengetahui jenis faktor risiko yang berperan
besar padapenderita melasma. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko Pada Pasien Melasma di
Poliklinik Kulit dan Kelamin
1.2. Tujuan
1.1.1.Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang
berperan terhadap kejadian melasma pada pasien poliklinik kulit dan
kelamin

1.1.2.Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran faktor risiko pajanan sinar matahari dengan


kejadian melasma pada pasien poliklinik kulit dan kelamin
2. Mengetahui gambaran faktor risiko penggunaan obat-obatan tertentu
dengan kejadian melasma pada pasien poliklinik kulit dan kelamin
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian

Istilah melasma berasal dari bahasa Yunani yaitu “melas” yang memiliki arti
hitam. Melasma merupakan hipermelanosis umum akuisita yang terdapat pada
area kulit yang sering terpapar sinar matahari. Keluhan melasma biasanya
terjadi secara simetris. Area predileksi melasma yaitu paling sering pada pipi,
bagian atas bibir, dagu dan dahi, namun area lainnya juga dapat terkena. Istilah
kloasma (berasal dari bahasa yunani “chloazein” artinya kehijauan) sering
digunakan untuk menggambarkan keluhan melasma saat kehamilan.
Bagaimanapun juga pigmentasi tersebut tidak pernah berwarna kehijauan
sehingga istilah melasma lebih tepat digunakan (Debabrata, 2009; Handel
dkk., 2014)

Melasma adalah hiperpigmentasi yang didapati terutama di daerah-daerah


yang terpajan sinar matahari, dengan efloresensi berupa makula
hiperpigmentasi yang simetris dengan susunan yang bersifat konfluens atau
punktata timbul secara perlahan-lahan.

2.2. Penyebab

Penyebab (etiologi) melasma sampai saat ini belum diketahui pasti, dapat timbul
sebagai proses fisiologis atau patologis, tetapi paparan matahari dapat
mempengaruhi perjalanan melasma.

Faktor-faktor penyebab yang dianggap berperan pada patogenesis melasma


adalah:

1. Sinar ultraviolet dapat memacu proses pembentukan pigmen melanin Spektrum


sinar matahari ini merusak gugus sulfhidril di epidermis yang merupakan
penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut.
Sinar ultraviolet menyebabkan enzim tyrosinase tidak dihambat lagi sehingga
memacu proses melanogenesis.
2. Hormon estrogen, progesteron, dan MSH dapat merangsang pembentukan
melasma Pada kehamilan, melasma biasanya meluas pada trisemester ke – 3.
Pada pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak dalam 1 bulan sampai 2 tahun
setelah dimulai pemakaian pil tersebut.
3. Obat – obat sistemik seperti klorokuin, klorpromazin, sitostatik, dan
minosiklin. Obat – obat ini ditimbun di lapisan dermis bagian atas dan secara
kumulatif dapat merangsang melanogenesis.
4. Genetik

Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20 – 70%. Suatu kecenderungan


genetik merupakan faktor besar dalam perkembangan melasma. Hal ini lebih
banyak terjadi pada wanita daripada pria. Seseorang dengan kulit coklat terang
yang berada di daerah dengan paparan sinar matahari lebih mudah menderita
melasma. Lebih dari 30% pasien melasma memiliki riwayat keluarga dengan
melasma.

2.3. Gejala

Melasma tampak sebagai area yang berwarna lebih gelap dari kulit sekitarnya
(hiperpigmentasi) atau flek cokelat pada kulit. Area ini tidak memiliki keluhan
gatal ataupun nyeri. Walau demikian, dapat mempengaruhi penampilan
seseorang. Terdapat tiga pola persebaran melasma, yaitu:

 Centrofacial: mempengaruhi dahi, pipi, hidung, bibir atas, dan dagu


 Malar: mempengaruhi pipi dan hidung
 Mandibular: mempengaruhi area rahang bawah
Walaupun jarang, ada kemungkinan melasma dapat ditemukan pada leher dan
lengan bawah.
2.4.Patofisiologi

Patofisiologi dari melasma sendiri belum jelas namun beberapa faktor resiko


sudah banyak diketahui. Faktor-faktor resiko dari melasma merupakan sinar
matahari (UVA maupun UVB), hormon, pemakaian kosmetik maupun obat-
obatan dan riwayat keluarga. Melasma lebih banyak terjadi pada wanita
daripada pada pria.

2.5.Pengobatan

Melasma dapat sulit untuk dihilangkan seluruhnya. Sering kali, faktor penyebab


juga perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan melakukan pengobatan.
Misalnya, melasma yang disebabkan kehamilan umumnya akan membaik
dengan sendirinya dalam beberapa bulan setelah melahirkan.Dalam hal ini,
pengobatan sebenarnya tidak diperlukan.Beberapa pengobatan yang mungkin
ditawarkan pada Anda untuk membantu mengatasi keluhan melasma antara lain:
 Hydroquinone: merupakan pengobatan melasma yang paling utama disarankan.
Obat ini bekerja dengan mencerahkan kulit, dan digunakan dengan cara
dioleskan pada bagian yang diperlukan.
 Tretinoin dan kortikosteroid: kedua obat ini mungkin diresepkan dokter Anda
untuk membantu mencerahkan kulit. Umumnya digunakan bersamaan dengan
 Obat topikal lainnya, misalnya azelaic acid atau kojic acid
 Prosedur: umumnya dipertimbangkan apabila pemberian obat-
obatan tidak membantu mengatasi keluhan melasma. Beberapa
jenis prosedur yang bisa ditawarkan adalah chemical peeling,
mikrodermabrasi, dermabrasi, perawatan dengan laser, dan
sebagainya.
2.6. Pencegahan
Pencegahan melasma adalah mencegah paparan dengan sinar
matahari.Jangan lupa untuk menggunakan sunblock setiap hari, dan
sebaiknya digunakan ulang setiap dua jam. Penggunaan topi, terutama topi
berukuran lebar juga baik untuk mencegah paparan sinar matahari
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis
berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan
matahari,contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Insiden melasma
cukup tinggi. Dalam sebuah studi yang dilakukan di Nepal tahun 2008
dengan 546 pasien dan penelitian di Saudi Arabia yang melibatkan 1076
pasien dengan penyakit kulit didapatkan bahwa melasma termasuk dalam
empat kelompok penyakit kulit terbanyak yang ditemukan dan merupakan
kelainan pigmentasi tersering yang dilaporkan (Handel et al.,
2014).Berdasarkan tipe kulit, melasma banyak terjadi pada tipe kulit
Fitzpatrick III dan IV, sedangkan untuk faktor genetik, riwayat kejadian
melasma pada anggota keluarga bervariasi. Dalam sebuah penelitian di
Iran didapatkan bahwa 64% kasus melasma memiliki riwayat keluarga
yang juga menderita melasma (Adalatkhah, 2008)

3.2 Saran
Bagi Klinik/Tenaga Kesehatan Melengkapi data rekam medis dan jumlah
kunjungan pasien klinik, sehingga memudahkan pengumpulan data
penelitian, dan juga pemeriksaan menggunakan lampu Wood mudah dan
memerlukan waktu yang singkat, sehingga pemeriksaan melasma
menggunakan lampu Wood untuk membantu menentukan kedalaman
melasma dapat dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi tata laksana
dan pemberian edukasi kepada pasien.
Bagi Masyarakat Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
kewaspadaaan terhadap tanda-tanda melasma dan faktor pencetus melasma,
serta pengupayakan pemberian tatalaksana yang baik dan benar sesuai
dengan edukasi yang diberikan tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Yalamanchili R, Shastry V, Betkerur J. Clinico epidemiological study and quality


of life assessment in melasma. Indian Journal Dermatol; 2015;60:519
Ana Carolina H, Luciane Donida BM, Helio Amante. Melasma: a clinical and
epidemiological review. An Brasil Journal Dermatol; 2014;
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4155956/
Nokubonga Khoza, Ncoza Dlova. Epidemiology and Global Distribution of
melasma in: Sarkar Rashmi. Melasma A Monograph. JP Medical Ltd; 2015

Anda mungkin juga menyukai