Anda di halaman 1dari 23

PENGELOLAAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN
AKTIVITAS AKIBAT PATOLOGIS
SYSTEM MUSKOLUSKELETAL
Oleh
Kelompok 5
( FRAKTUR DAN AMPUTASI )
1. Laila Jamilah
2. Lidia Ratna Indut
3. Maria A Bell
4. Marlin Yati Tkela
5. Novita A Tafuli
Fraktur
Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan


ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang
dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan putar mendadak, dan bahkan kontraksi otot
ekstrem.
Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2015) ada 3 yaitu :
1) Cidera atau benturan

Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh
dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. Fraktur yang disebabkan kontraksi
keras yang mendadak dari otot yang kuat
2). Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor,
kanker dan osteoporosis
3). Fraktur Beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang - orang yang baru saja menambah tingkat
aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau orang - orang yang baru
mulai latihan lari.
Tanda dan Gejala
Berikut tanda-tanda, gejala, atau ciri-ciri patah atau retak tulang
yang umum dan mungkin terjadi :
1. Nyeri atau sakit
2. Bengkak, kemerahan, dan terasa hangat
3. Deformitas atau perubahan bentuk tulang
4. Spasme otot
5. Ketegangan
6. Gerakan abnormal dan krepitasi
7. Perubahan neurovaskuler
8. Kehilangan fungsi
Patofisiologi
Semua 206 tulang dalam tubuh dapat mengalami fraktur. Fraktur terjadi ketika tulang terpajan ke energi kinetik
yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsi. Fraktur dapat terjadi akibat pukulan langsung, kekuatan
tabrakan (kompresi), gerakan memutar tiba - tiba (puntiran), kontraksi otot berat, atau penyakit yang melemahkan
tulang (disebut fraktur stres atau fraktur patologis).
 Fraktur pada orang dewasa diklasifikasikan pada cara berikut ini :
1) Jika kulit utuh. fraktur dianggap fraktur tertutup (sederhana). Jika integritas kulit terganggu, fraktur
dianggap sebagai fraktur terbuka (gabungan). Fraktur terbuka memungkinkan bakteri masuk ke area yang
cedera dan meningkatkan risiko komplikasi.
2) Fraktur komplet melibatkan seluruh lebar tulang, sedangkan fraktur tidak komplet melibatkan hanya bagian
lebar pada tulang.
3) Garis fraktur dapat oblik (pada sudut tulang) atau spiral (melengkung di sekitar tulang).

4) Fraktur avulse terjadi ketika fraktur mendorong tulang dan jaringan lain menjauh dari titik perlekatan.
Fraktur juga dapat dijelaskan sebagai remuk (tulang patah menjadi banyak potongan), tertekan (tulang
hancur), impaksi (ujung tulang hancur terdorong ke satu sama lain), arau tertekan (tulang hancur terdorong
masuk kedalam).
4. Fraktur avulse terjadi ketika fraktur mendorong tulang dan jaringan lain
menjauh dari titik perlekatan. Fraktur juga dapat dijelaskan sebagai remuk (tulang
patah menjadi banyak potongan), tertekan (tulang hancur), impaksi (ujung tulang
hancur terdorong ke satu sama lain), arau tertekan (tulang hancur terdorong masuk
kedalam).
5). Fraktur stabil (tak bergeser) adalah salah satu tulang mempertahankan
kesejajaran anatomiknya. Fraktur tidak stabil (bergeser) terjadi ketika tulang
keluar dari kesejajaran anatomik yang tepat. Jika fraktur bergeser, intervensi
segera diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan lunak,
otak, dan tulang.
 Fraktur juga dapat diklasifikasikan berdasarkan titik referensi pada tulang,
seperti midshaft (pertengahan batang), middle third, dan distal third. Titik
referensi juga dapat spesifik, seperti intra-artikular atau diafisis.
Pathway
Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur menentukan lokasi, luasnya


2) Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3) Arteriografi, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4) Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliens ginjal
5) Scan tulang, memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
Penatalaksaan Medis
Prinsip penatalaksanaan fraktur meliputi (Nurarif, 2015) :

1) Reduksi

Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-
ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat-alat yang
digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pen, kawat, sekrup, plat dan paku.

2). Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna. Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran
Pendidikan Kesehatan
1. Edukasi Pasien

Lakukan follow up 1-2 minggu setelah operasi, Jahitan dapat dicabut kurang lebih pada hari ke 10. Pada pasien
tanpa adanya kelainan neurologis dapat melakukan aktivitas seperti biasa secepatnya, namun pada pasien dengan
kelainan neurologis segera lakukan terapi rehabilitasi dan mobilisasi awal. Pasien perlu mengetahui, stabilisasi
secara sempurna bergantung pada maturasi dari tulang belakang dan kekuatan otot pasien yang bisa memakan waktu
hingga 2 tahun lamanya. Konsultasikan dengan psikolog atau dokter psikiatri untuk menangani gangguan psikologis
yang dialami pasien akibat trauma.

2). Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pencegahan pada cidera tulang belakang dapat dilakukan berdasarkan etiologinya

1) Keselamatan Berkendara

2) Pencegahan Jatuh

3) Keamanan Berolahraga dan Rekreasi


3. Cidera Nontraumatik

Upaya pencegahan pada cidera trauma belakang nontraumatik antara lain :

 Hindari konsumsi alkohol berlebihan, mengurangi penggunaan rokok


 Olahraga angkat beban teratur setiap hari
 Konsumsi kalsium 1000 mg/hari pada laki-laki usia 50-70 tahun, dan 1200
mg/hari pada wanita usia lebih dari 51 tahun dan laki-laki lebih dari 71 tahun
 Konsumsi vitamin D (600 IU per hari pada usia hingga 71 tahun dan 800 IU pada
usia lebih dari 70 tahun,
 Obat-obatan lain yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan adalah estrogen,
calcitonin, dan bifosfonat (diberikan dibawah pengawasan dokter)
 Merubah pola hidup untuk menurunkan Body Mass Index: salah satu metode
yang dapat digunakan adalah diet Intermittent Fasting.
AMPUTASI
Pengertian

Amputasi merupakan penghilangan ekstremitas


sebagian atau total. Amputasi dapat menjadi akibat proses
akut, seperti kejadian traumatik, atau kondisi kronik, seperti
penyakit vaskular perifer atau diabetes melitus. Tanpa
mempertimbangkan penyebab, amputasi melemahkan untuk
pasien.
Etiologi
 Penyakit vaskular perifer (peripheral vascular disease, PVD) merupakan penyebab
utama amputasi pada ekstremitas bawah . Faktor risiko umum untuk terjadinya PVD,
antara lain hipertensi, diabetes, merokok, dan hiperlipidemia. Neuropati perifer juga
menempatkan orang yang mengalami diabetes berisiko amputasi. Pada neuropati
perifer, kehilangan sensasi sering kali menyebabkan cedera yang tidak diketahui dan
infeksi. Infeksi tidak ditangani dapat menyebabkan gangrene yang dan perlu untuk
amputasi.
 Kejadian traumatik lain - nya yang dapat memerlukan amputasi antara lain radang
dingin, luka bakar, atau elektrokausi.Amputasi akibat dari atau diperlukan dengan
gangguan aliran darah, baik akut atau kronik. Pada situasi trauma akut, ekstremitas
mengalami gangguan yang berat sebagian atau seluruhnya dan kematian jaringan
terjadi. Akan tetapi, replantasi jari tangan, bagian tubuh yang kecil, dan seluruh
ekstremitas telah berhasil. Pada proses penyakit kronik, sirkulasi mengalami gangguan,
mulai terjadi pembengkakan vena, protein bocor ke interstisium, dan terjadi edema.
Edema meningkatkan risiko cedera dan kemudian menurunkan sirkulasi.
Tanda dan Gejala
1) Nyeri pada anggota gerak yang dirasakan makin hebat terutama saat
aktifitas dan mati rasa
2) Luka yang tak sembuh-sembuh
3) Gangren
4) Perdarahan
5) Kulit kaki kering, licin, atau mengkilap
6) Kuku jari atau tangan mengeras
7) Denyut nadi lemah atau tak terasa di kaki
Patofisiologi
 Ketika tulang patah, maka sel-sel tulang mati, perdarahan biasanya di sekitar
tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin (hematom fraktur)
dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru.
 Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematom fraktur atau kalus
rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak
selama proses kalsifikasi dan pengerasan (Corwin, 2000).
 Penyembuhan tulang akan terhambat atau tidak terjadi, hal ini dikarenakan terlalu
banyak tulang yang rusak pada cedera, sehingga tidak ada yang menjembatani
fragmen untuk pembentukan callus, atau terjadi nekrosa tulang karena tidak ada
aliran darah ( Long, 1996 ).
Pathway
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen mengindetifikasi abnormalitas tulang
2. CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomilitis,
dan pembentukan hematoma
3. Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi
perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu
memperkirakan potensi penyembuuhan jaringan setelah
diamputasi
4. Ultrasound Doppler, Flomentri Doppler dilakukan untuk
mengkaji dan mengukur aliran darah .
5. LED, peningkatan mengidentifikasikan respon inflamasi
Penatalaksaan Medis
1) Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang
waktu dikamar operasi. Pada waktu pemasangan balutan ini harus direncanakan
apakah penderita harus imobilisasi atau tidak pemasangan dilengkapi tempat
memasangnn ekstensi prosthesis sementesra (plyon) dan kaki balutan.
2). Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.
3). Amputasi bertahap Amputasi bertahap bila ada ganggren atau infeksi
4). Protesis Kadang diberikan hari pertama pasca bedah sehingga latihan dapat
segera dimulai. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang
Pendidikan Kesehatan
 Tujuan aktivitas promosi kesehatan fokus pada mencegah
perkembangan penyakit kronik, seperti PVD dan diabetes melitus, dan
pada keamanan. Pasien yang mengalami PVD dari semua penyebab
memerlukan edukasi mengenai perawatan kaki dan pengenalan dini
penurunan sirkulasi. Edukasi pada populasi kota dan desa harus
memberi pengetahuan mengenai halaman rumput dan juga pertanian
serta mesin pekerjaan.
 Selain itu, penting agar masyarakat tahu apa yang dilakukan jika terjadi
amputasi traumatik di rumah, komunitas, atau tempat kerja.
Menyelamatkan jiwa merupakan prioritas pertama yaitu pastikan bahwa
pasien dapat bernafas, berikan CPR jika diperlukan, dan pengendalian
perdarahan dengan tekanan langsung.
 Panduan berikut dapat membantu memelihara bagian yang di
amputasi hingga dapat di rekatkan kembali secara pembedahan :
1) Pertahankan pada posisi supine dengan tungkai di tinggikan dan
beri tekanan tegas ke area perdarahan, gunakan duk atau benda
pakaian.
2) Bungkus bagian yang diamputasi pada pakaian bersih. Jika
memungkinkan, rendam pakaian dalam salin (seperti larutan lensa
kontak).
3) Letakkan bagian yang diamputasi pada kantong plastik dan
letakkan kantong pada es. Jangan biarkan bagian yang diamputasi
berkontak langsung dengan es atau air.
4) Kirim bagian yang diamputasi ke departemen gawat darurat beserta
orang yang cedera dan pastikan petugas gawat darurat mengetahui
apa itu.
Sekian
dan
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai