Anda di halaman 1dari 34

Keperawatan Medikal Bedah III

LAPORAN MAKALAH SEMINAR

“KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


MELANOMA”

KELOMPOK 1 :

1. Desinta Widianti 19031002

2. Yunika Pafilia 19031007

3. Gusvita Sari 19031008

4. Nopisa Ariani 19031015

5. Sonia Wahyuni 19031022

6. Kurniati 19031024

7. Diona Rosalina Putri 19031025

8. Rina Luthfiyyah Nasution 19031031

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Rani Lisa Indra, M.Kep., Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

2021
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.Tak lupa pula penulis ucapkan
salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,karena beliaulah yang telah
menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.

Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Konsep Penyakit dan Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Melanoma”, dan kami sangat berharap semoga dengan adanya
makalah ini kami dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini,baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua
pihak demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Pekanbaru, 20 September 2021

Kelompok 1

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan...............................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Tujuan.............................................................................................................................1

C. Manfaat...........................................................................................................................2

BAB II : Landasan Teori.........................................................................................................3

A. Definisi Melanoma.........................................................................................................3

B. Etiologi Melanoma.........................................................................................................3

C. Klasifikasi Melanoma....................................................................................................6

D. Patofisiologi Melanoma.................................................................................................9

E. Manifestasi Klinik Melanoma......................................................................................10

F. Komplikasi Melanoma.................................................................................................17

G. Penatalaksanaan Medis Melanoma..............................................................................17

H. Terapi Nutrisi untuk Pasien Melanoma........................................................................19

I. Pencegahan Penyakit Melanoma..................................................................................20

BAB III : Pembahasan...........................................................................................................21

A. Pengkajian....................................................................................................................21

B. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................23

C. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................25

D. Rencana Intervensi Keperawatan.................................................................................26

ii
BAB IV : Penutup..................................................................................................................29

A. Kesimpulan...................................................................................................................29

B. Saran.............................................................................................................................29

Daftar Pustaka........................................................................................................................30

iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang.

Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasal dari sel melanosit.
Disamping di kulit dapat pula terjadi pada mukosa. Di Amerika Serikat melanoma
maligna merupakan tumor ganas nomor 6 atau 7 terbanyak. Melanoma maligna dapat
terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia 35-55 tahun, insidensi pada pria
sama dengan wanita.

Faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma antara lain : Congenital
nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat melanoma sebelumnya, faktor
keturunan, dysplastic nevi syndrome, terdapat 5 nevi berdiameter >5mm, terdapat 50
nevi berdiameter >2mm, riwayat paparan atau terbakar sinar matahari terutama pada
masa anak-anak, ras kulit putih, rambut berwarna merah, mata berwarna biru,
frecles/bintik-bintik kulit, tinggal di daerah tropis, psoralen sunscreen, xeroderma
pigmentosum.

Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling kompleks dari tubuh. Meskipun
kulit pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Kulit juga melindungi terhadap agen paling berbahaya seperti bahan
kimia (yang impermeabilitas terhadap epidermis), radiasi matahari (dengan
membentuk pigmentasi), agen infeksi (melalui immuno survellance efficient) dan
deformitas fisik (pertahanan dermis).

Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi metastasis luas dalam
waktu singkat melalui aliran limfe dan darah ke alat-alat dalam. Di indonesi penderita
kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan, namun demikian kanker kulit perlu
dipahami karena selain menyebabkan kecacatan juga pada stadium lanjut dapat
berakibat fatal.

B. Tujuan.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :

a. Untuk mengetahui Definisi Melanoma.

1
b. Untuk mengetahui Etiologi Melanoma.

c. Untuk mengetahui Klasifikasi Melanoma.

d. Untuk mengetahui Patofisiologi Melanoma.

e. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Melanoma.

f. Untuk mengetahui Komplikasi Melanoma.

g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Melanoma.

h. Untuk mengetahui Terapi Nutrisi untuk Pasien Melanoma.

i. Untuk mengetahui Pencegahan Penyakit Melanoma.

j. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pasien dengan Melanoma.

C. Manfaat.

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mudah memahami
mengenai Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Melanoma.

2
BAB II

Landasan Teori

A. Definisi Melanoma.

Melanoma adalah keganasan sel yang menghasilkan pigmen (melanosit) yang terletak
terutama di kulit, tetapi juga ditemukan dimata, telinga, saluran pencernaan,
leptomeninges, serta membrane mukosa oral dan kelamin. Melanoma hanya 4% dari
semua kanker kulit, namun hal itu menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait
kanker kulit di seluruh dunia. Deteksi dini melanoma kulit adalah cara terbaik untuk
mengurangi kematian.

Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang ganas dan
merupakan kanker kulit yang paling berbahaya. Kanker ini berkaitan dengan pajanan
yang berlebihan terhadap radiasi ultra violet paling sering menyerang individu
berkulit terang dan berambut pirang atau merah. Penyakit ini ditandai perubahan
dalam warna, bentuk dan ukuran tahi lalat atau tahi lalat yang berdarah atau gatal.
Prognosis bergantung pada ketebalan breslow penetapan stadium yang melibatkan
penetuan status kelenjar limfe dengan biopsi kelenjar sentinel. Karsinoma sel basal
atau ulkus rodens merupakan kanker kulit yang paling sering penyakit ini umum nya
terkalit dengan pajanan terhadap sinar matahari yang berlansung bertahun – tahun.
Misalnya individu yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau mereka yang berkulit
terang dan tinggal di dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan kerusakan lokal yang
luas namaun kanker ini tidak pernah bermetatastis. Karsinoma sel skuamosa adalah
sel kanker invasit yang jika di biarkan dapat bermetastatis. Terapi kanker ini mungkin
eksisi yang luas.

B. Etiologi Melanoma.

Penyebabnya belum di ketahui secara pasti namun sinar ultraviolet matahari sangat
berperan dan diduga menjadi penyebab utama. Melanoma di temukan hampir pada
semua usia dan sering di temukan pada daerah tropik. Umumnya seseorang yang
berkulit putih/cerah, bermata biru, berambut merah atau pirangdan memiliki bercak-
bercak kecoklatan pada kulitnya sangat rentan untuk terkena melanoma maligna.

3
Hingga 10% penderita melanoma merupakan anggota keluarga yang cenderung
menderita melanoma dan memiliki lebih dari satu nevus yang terus berubah (nevi
displastik) serta rentan terhadap transformasi maligna. Penderita sindrom nevus
displastik ternyata memiliki mola yang tidak lazim, berukuran lebih besar dan
berjumlah lebih banyak, lesi dengan garis bentuk yang tidak teratur dan pigmentasi
pada seluruh kulit. Pemeriksaan mikroskopik nevus yang displastik akan
memperlihatkan pertumbuhan yang abnormal dan menyimpang.

Faktor resiko melanoma maligna diantaranya yaitu :

1. Tahi lalat (Nevus).

Tahi lalat atau dalam bahasa kedokterannya disebut juga sebagai nevus
merupakan salah satu tumor jinak pada melanosit. Nevus tersebut dapat timbul
sejak lahir atau saat masa kanak-kanak, bisa juga saat remaja.

2. Faktor Keluarga.

Resiko akan menjadi lebih besar pada mereka yang memiliki keluarga yang
didiagnosa melanoma pada hubungan keluarga primer, seperti ayah, ibu, kakak,
adek atau anak. Sekitar 10% seseorang dengan melanoma memiliki sejarah
keluarga yang menderita penyakit yang sama.

3. Fenotip.

Fenotip yaitu ekspresi gen pada diri seseorang. Dan yang dimaksud dalam hal ini
yaitu ekspresi gen seseorang terhadap kulit yang terang, berbintik-bintik, warna
mata hijau atau biru, rambut merah atau pirang, dan lain sebagainya.

4. Supresi Sistem Imun.

Orang yang telah diterapi dengan obat-obatan imun supresor, seperti pada pasien
pasien transplantasi, akan meningkatkan resiko terkena melanoma.

5. Pajanan Terhadap Radiasi Sinar UV yang Berlebihan.

Sumber utama Radiasi Sinar UV adalah matahari. Sedangkan sumber yang lain
yaitu pada lampu-lampu yang biasanya dipakai di salon-salon kecantikan untuk

4
menggelapkan kulit. Orang dengan pajanan sinar ultraviolet yang berlebihan
memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak.

6. Usia.

Sekitar setengah dari kejadian melanoma, terdapat pada orang-orang pada usia
lebih dari 50 tahun.

7. Xeroderma Pigmentosum.

Xeroderma pigmentosum merupakan penyakit yang diturunkan sebagai hasil dari


defek pada enzim yang memperbaiki kerusakan pada DNA dan jarang ditemukan.
Seseorang dengan Xeroderma Pigmentosum memiliki resiko tinggi terhadap
kanker kulit, baik melanoma maupun nonmelanoma. Hal ini dikarenakan adanya
defek tersebut menyebabkan kemampuan orang tersebut untuk memperbaiki DNA
yang rusak karena terpajan sinar Ultraviolet menurun atau tidak ada sama sekali.

8. Riwayat Terkena Melanoma.

Orang yang pernah terkena melanoma akan memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena melanoma kembali atau residif.

9. Corak kulit kuning langsat, mata biru, rambut pirang atau merah.

10. Bekerja diluar ruangan.

11. Lansia dengan kulit rusak karena matahari.

12. Riwayat tindakan sinar-x terjadi kordis kulit .

13. Pemajanan pada agens kimia tertentu (arsenik, nitrat, tar dan ter, minyak dan
parafin).

14. Jaringan parut luka bakar, kerusakan kulit pada area osteomielitis kronis, lubang
fistula.

15. Terapi imunosupresi jangka panjang.

16. Kerentanan genetik.

17. Infeksi terhadap patogen.

5
C. Klasifikasi Melanoma.

Klasifikasi melanoma merupakan salah satu proses yang digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh sel-sel kanker tersebut telah bermetastase. Deskripsi klasifikasi tersebut
meliputi ukuran, dan apakah tumor tersebut telah menyebar ke organ lain. Adanya
klasifikasi ini, merupakan standar petugas kesehatan dalam melihat sel-sel kanker
tersebut sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat.

Klasifikasi oleh The American joint Comitee on Cancer (AJCC) merupakan


klasifikasi yang paling banyak dan paling sering dipakai, dan memiliki klasifikasi T,
sebagai keterangan tentang ketebalan tumor, klasifikasi N, sebagi keterangan
keterlibatan kelenjar limfe, dan M sebagai keterangan ada tidaknya metastase.
Keterangan lebih jelas pada tabel berikut.

a. Klasifikasi Melanoma dari AJCC-TNM.

Stage TNM Classivication Histologic/Clinical Features 5-Year


Survical
Rate, %
0 Tis N0 M0 Intraepithelial/in situ melanoma. 100
IA T1a N0 M0 ≤1 mm without ulceration and level II/III. >95
IB T1b N0 M0 ≤1 mm with ulceration or level IV/V 1. 89-91
T2a N0 M0 01-2 mm without ulceration.
IIA T2b N0 M0 1.01-2 mm with ulceration. 77-79
T3a N0 M0 2.01-4 mm without ulceration.
IIB T3b N0 M0 2.01-4 mm with ulceration. 63-67
T4a N0 M0 >4 mm without ulceration.
IIC T4b N0 M0 >4 mm with ulceration. 45
IIIA T1-4a N1a M0 Single regional nodal micrometastasis, 63-69
T1-4a N2a M0 nonulcerated primary.
2-3 microscopic positive regional nodes,
nonulcerated primary.
IIIB T1-4bN1a M0 Single regional nodal micrometastasis, 46-53
T1-4bN2a M0 ulcerated primary.
T1-4a N1b M0 2-3 microscopic regional nodes,

6
T1-4a N2b M0 nonulcerated primary.
T1-4a/b N2c M0 Single regional nodal macrometastasis,
nonulcerated primary.
2-3 macroscopic regiona24-29l nodes, no
ulceration of primary.
In-transit met(s)* and/or satellite lesion(s) 30-50
without metastatic lymph nodes.
IIIC T1-4b N2a M0 Single macroscopic regional node, 24-29
T1-4b N2b M0 ulcerated primary.
Any T N3 M0 2-3 macroscopic metastatic regional nodes,
ulcerated primary.
4 or more metastatic nodes, matted
nodes/gross extracapsular extension, or
intransit met(s)/satellite lesion(s) and
metastatic nodes
IV Any T any N M1a Distant skin, subcutaneous, or nodal mets 7-19
Any T any N M1b with normal LDH levels.
Any T any N M1c Lung mets with normal LDH.
All other visceral mets with normal LDH
or any distant mets with elevated LDH.

7
b. Klasifikasi menurut kedalaman (ketebalan) Tumor menurut Breslow.

1. Golongan I : Kedalaman (ketebalan) tumor <0,76 mm.

2. Golongan II : Kedalaman (ketebalan) tumor 0,76-1,5 mm.

3. Golongan III : Kedalaman (ketebalan) tumor >1,5 mm.

c. Klasifikasi yang lain yaitu klasifikasi tingkat invasi menurut Clark.

1. Tingkat I : sel melanoma terletak di atas membrane basalis epidermis


(melanoma in situ/ intra epidermal).

2. Tingkat II : invasi sel melanoma samapi dengan lapisan papilaris dermis


(dermis superfisial), tetapi tidak mengisi papila dermis.

3. Tingkat III : Sel melanoma mengisi papila dermis dan meluas sampai taut
dermis papiler dan retikuler.

4. Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis.

5. Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan subkutan.

d. Sedangkan National Comprehensive Cancer Network menggunakan klasifikasi


yang merupakan variasi dari sistem TNM.

1. Stage 0: melanoma in situ, yang berarti hanya melibatkan lapisan epidermis


dan belum menyebar ke dermis. Dalam klasifikasi menurut Clark tingkat I.

2. Stage 1: melanoma memiliki ketebalan kurang dari 1 mm atau sekitar 1/25


inch. Dalam klasifikasi Clark, sesuai dengan tingkat II atau III.

8
3. Satge I-II : melanoma memiliki ketebalan antara 1-4 mm atau menurut
klasifikasi Clark sesuai dengan tingkat IV dengan ketebalan berapapun.
Tingkat ini masih terlokalisasi di kulit dan belum ditemukan penyebaran pada
kelenjar limfe atau organ lain yang jauh.

4. Stage III : melanoma sangat tebal, lebih dari 4 mm, atau jika dalam klasifikasi
Clark, sesuai dengan tingkat V dan atau nodul melanoma ditemukan dalam 2
cm dari tumor utama. Atau melanoma telah menyebar ke kelenjar limfe
terdekat, tapi masih belum ada penyebaran jauh.

5. Stage IV : melanoma telah menyebar luas disamping ke regio sekitarnya,


seperti ke paru paru, hati, otak, dll.

D. Patofisiologi Melanoma.

Patofisiologi terjadinya melanoma maligna belum diketahui dengan jelas.


Diperkirakan terjadinya perubahan melanosit normal menjadi sel melanoma
(melanomagenesis) melibatkan proses rumit yang secara progresif mengakibatkan
mutasi genetik melalui percepatan terhadap proliferasi, diferensiasi dan kematian
serta pengaruh efek karsinogenik radiasi ultraviolet.

Primary cutaneous melanoma dapat timbul dalam bentuk prekursor, yakni nevi
mealnotik ( Tipe umum, kongeenital, atipikal/displastik), walaupun dipercaya bahwa
lebih dari 60% kasus adalah arise de novo ( tidak tumbuh dari lesi pigmen yang telah
ada.) Perkembangan dari melanoma adalah multifaktor, dimana banyak hal yang
berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhannya, dan tampaknya
berhubungan dengan faktor resiko yang multipel pula; termasuk eksposur sinar
matahari berlebih, moles yang tumbuh, riwayat keluarga akan melanoma, mole yang
berubah-ubah dan tidak sembuh, dan yang terpenting usia yang lanjut.

Melanoma memiliki 2 fase pertumbuhan yaitu radial dan vertikal. Selama fase
pertumbuhan radial, sel-sel ganas tumbuh secra radial di epidermis. Seiring
berjalannya waktu, sebagian besar melanoma berlanjut ke fase pertumbuhan vertikal,
di mana sel-sel ganas menyerang dermis dan mengembangkan kemampuan untuk
bermetastasis.

9
Banyak gen yang terlibat dalam pengembangan melanoma, termasuk CDKN2A (p16),
CDK4, Rb1, CDKN2A (p19), PTEN/MMAC1, dan ras. CDKN2A (p16) berperan
penting dalam kejadian melanoma sporadis dan herediter. Gen supresor tumor ini
terletak di band 9p21, dan mutasinya berperan dalam berbagai kejadian kanker.

E. Manifestasi Klinik Melanoma.

Secara Klinis, melanoma maligna ada 4 macam tipe, yaitu :

a. Superficial Spreading Melanoma.

Merupakan tipe melanoma yang sering terjadi di Amerika Serikat, yaitu sekitar
70% dari kasus yang didiagnosa sebagai melanoma. Dapat terjadi pada semua
umur namun lebih sering pada usia 30-50 tahun, sering pada wanita dibanding
pria dan merupakan penyebab kematian akibat kanker tertinggi pada dewasa
muda.

Pada stadium awal, tipe ini bisa berupa bintik yang datar yang kemudian
pigmentasi dari lesi mungkin menjadi lebih gelap atau mungkin abu-abu, batasnya
tidak tegas, dan terdapat area inflamasi pada lesi. Area di sekitar lesi dapat
menjadi gatal. Kadang-kadang pigmentasi lesi berkurang sebagai reaksi imun
seseorang untuk menghancurkannya. Tipe ini berkembang sangat cepat. Diameter
pada umumnya lebih dari 6mm. Lokasi pada wanita di tungkai bawah, sedangkan
laki-laki di badan dan leher.

Gambaran histologis Superficial Spreading Melanoma, pada epidermis didapatkan


melanosit berbentuk epiteloid, dapat tersusun sendiri–sendiri atau berkelompok,
pada umumnya sel–sel tersebut tidak tampak pleomorfik. Pada dermis terlihat
sarang–sarang tumor yang padat dan dengan melanosit berbentuk epiteloid yang

10
besar serta berkromatin yang atipik, di dalam sel–sel tersebut terdapat butir–butir
kromatin, kadang – kadang dapat di temukan melanosit berbentuk kumparan dan
sel–sel radang.

b. Nodular Melanoma.

Merupakan tipe melanoma yang paling agresif. Pertumbuhannya sangat cepat


dan berlangsung dalam waktu mingguan sampai bulanan. Sebanyak 15%-30%
kasus melanoma yang terdiagnosa sebagai melanoma merupakan nodular
melanoma. Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering pada individu
berusia 60 tahun ke atas. Tempat predileksinya adalah tungkai dan tubuh.
Melanoma ini bermanifestasi sebagai papul coklat kemerahan atau biru hingga
kehitaman, atau nodul berbentuk kubah, atau setengah bola (dome shaped) atau
polopoid dan aksofitik yang dapat timbul dengan ulserasi dan berdarah dengan
trauma minor, timbul lesi satelit. Secara klinik bisa berbentuk amelanotik atau
tidak berpigmen. Fase perkembangannya tidak dapat dilihat dengan mudah, dan
sulit di identifikasi dengan deteksi ABCDE.

11
Gambaran histologis Nodular melanoma pada epidermis didapatkan melanosit
berbentuk epiteloid, dan kumparan atau campuran, dapat ditemukan pada daerah
dermo – epidermal. Gambaran dermis terlihat sel – sel melanoma menginvasi
ke lapisan retikuler dermis, pembuluh darah dan subcutis.

c. Lentigo Maligna Melanoma.

Sebanyak 4-10 % kasus melanoma merupakan tipe Lentigo Maligna melanoma.


Terjadi pada kulit yang rusak akibat terpapar sinar matahari pada usia pertengahan
dan lebih tua, khususnya pada wajah, leher dan lengan. Melanoma tipe ini pada
tahap dini terdiagnosa sebagai bercak akibat umur atau terpapar matahari. Karena
mudah sekali terjadi salah diagnosa maka tipe ini dapat tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan cukup berbahaya. Pertumbuhan tipe ini sangat lambat yaitu
sekitar 5-20 tahun.

Pada tahap in situ lesinya luas (>3cm) dan telah ada selama bertahun-tahun.
Karakteristik invasinya ke kulit berupa macula hiperpigmentasi coklat tua sampai
hitam atau timbul nodul yang biru kehitaman. Pada permukaan dijumpai bercak-
bercak warna gelap (warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi nodul biru
kehitaman invasive agak hiperkeratonik.

12
Pada epidermis di dapatkan Melanositik atipik sepanjang membrane basalis,
berbentuk pleomorfik dengan inti yang atipik. Sel – sel yang di jumpai berbentuk
kumparan. Sedangkan pada dermisnya terdapat Infiltrasi limfosit dan makrofag
yang mengandung melanin.

d. Acral Lentigineous Melanoma.

Tipe ini paling sering menyerang kulit hitam dan Asia yaitu sebanyak 29-72% dari
kasus melanoma dan karena sering terlambat terdiagnosis maka prognosisnya
buruk. Sering disebut sebagai ”hidden melanoma” karena lesi ini terdapat pada
daerah yang sukar untuk dilihat atau sering diabaikan, yaitu terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, tumit, ibu jari tangan, atau dibawah kuku.

Melanoma subungual bisa terlihat sebagai diskolorasi difus dari kuku atau pita
longitudinal berpigmen di dasar kuku. Melanoma ini memiliki bentukan yang
sama dengan benign junctional melanotic nevus. Pigmen akan berkembang dari
arah proksimal menuju ke arah laterla kuku yang disebut sebagai tanda
Hutchinson, sebuah tanda yang khusus untuk melanoma akral. Pada permukaan
timbul papul, nodul, ulcerasi, kadang-kadang lesi tidak mengandung pigmen.

13
Gambaran yang paling khas paling baik di lihat pada daerah macula berpigmen.
Tampak adanya gambaran proliferasi melanosit atipikal sepanjang lapisan basal.

Selain 4 tipe tersebut terdapat juga salah satu tipe yaitu Non pigmentasi hanya
sebanyak <5 % dari jumlah kasus melanoma di Amerika Serikat.. Tipe ini tidak
berpigmen dan secara klinis tampak pink atau gambaran kemerahan.Variasinya
yaitu Desmoplastic atau neurotropic melanoma, mucosal (lentigenous melanoma),
malignant blue nevus.

Sangat sulit membedakan bentuk dini karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa maupun melanoma maligna. Diagnosa pasti keganasan di tentukan
dengan pemeriksaan patologi anatomi. Kunci penyembuhan melanoma maligna
adalah penemuan dini, sehingga diagnosa melanoma harus ditingkatkan bila
penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya tahi lalat yang
berubah.

Kapan memikirkan suatu Nevus mungkin menjadi ganas :

1. Nevus yang berubah :

a. Membesar.

14
b. Warna bertambah hitam.

c. Timbul satelitosis.

d. Terasa gatal.

e. Mudah berdarah.

f. Timbul ulkus.

g. Rambutnya rontok.

2. Nevus yang berlokasi di :

a. Telapak tangan/kaki.

b. Bawah kuku.

c. Belakang telinga.

d. Vulva.

ABCDE sistem ( Asymmetry, Border, Colour, Diameter, Envolving).

Berguna dalam mendiagnosa melanoma maligna serta untuk meningkatkan


kewaspadaan individu terhadap penyakit keganasan ini.

1. Asymmetry.

Jika kita melipat lesi menjadi dua, maka tiap-tiap bagian tidak sesuai.

2. Border.

Batasnya tidak tegas atau kabur.

15
3. Color.

Ciri melanoma tidak memiliki satu warna yang solid melainkan campuran
yang terdiri dari coklat kekuningan, coklat dan hitam, juga bisa tampak
merah, biru atau putih.

4. Diameter.

Meskipun melanoma biasanya lebih besar dari 6 mm, ketika dilakukan


pemeriksaan mereka bisa lebih kecil dari seharusnya . Sehingga harus
diperhatikan perubahan tahi lalat dibanding yang lainnya atau berubah
menjadi gatal atau berdarah ketika diameternya lebih kecil dari 6 mm.

5. Evolving.

Setiap perubahan dalam ukuran, bentuk, warna, tingginya atau cirri-ciri


lain atau ada gejala baru seperti mudah berdarah, gatal dan berkrusta
harus dicurigai keganasan.

16
Gambar berikut menunjukkan tahi lalat atypical yang normal dan melanoma.

F. Komplikasi Melanoma.

Komplikasi yang dapat timbul pada penderita melanoma biasanya terkait terapi yang
diterima, misalnya infeksi pada luka operasi, pembentukan jaringan parut, serta
gangguan emosional seperti depresi dan kecemasan.

Pada pasien dengan diseksi nodus aksilaris, komplikasi yang dapat timbul berupa
seroma dan limfokel (27%), disfungsi saraf atau nyeri (22%), serta hematoma (1%).

Pada pasien dengan diseksi kelenjar getah bening di pangkal paha dan aksila,
komplikasi dapat berupa limfedema pada ekstremitas atas dan bawah, dengan jumlah
kejadian bervariasi antara 2-39%.

G. Penatalaksanaan Medis Melanoma.

a. Pembedahan.

17
Eksisi dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan fasia
profunda tidak mempengaruhi prognosis, demikian juga di seksi getah bening
regional pada tumor yang belum menunjukkan tanda metastasis jauh.

b. Perfusi.

Setelah eksisi melanoma di ekstremitas, dapat di lakukan perfusi untuk


pembertian sitostatik ajuvan. Perfusi merupakan tindakan bedah yang agak besar
sebab ekstremitas harus di kosongkan dari peredaran darah sehingga harus di
kerjakan dengan pompa pengatur suhu dan oksigenator (mesin jantung paru).

c. Imunologi.

Melanoma memperlihatkan reaksi yang tidak di mengerti yang di duga


berdasarkan pengaruh imunologik. Penggunaan vaksin sebagai terapi seperti
vaksin BCG kadang menyebabkan regresi parsial untuk waktu terbatas tetapi tidak
mempengaruhi prignosis. Setelah pembedahan perlu ditekankan pentingnya
pengawasan berkala karena walaupun di temukan pada derajat satu, kemungkinan
kambuh cukup besar.

d. Terapi Adjuvant.

Karena pengobatan definitive dari melanoma kulit adalah dengan pembedahan,


maka terapi medikamentosa diberikan sebagai terapi tambahan dan
penatalaksanaan pada pasien melanoma stadium lanjut. Pasien yang memiliki
melanoma dengan tebal lebih dari 4 mm atau metastase ke limfonodi dengan
pemberian terapi adjuvant dapat meningkatkan angka ketahanan hidup. Studi di
berbagai center kesehatan menunjukkan pemberian interferon alpha 2b (IFN)
menambah lamanya ketahanan hidup dan ketahanan terhadap terjadinya rekurensi
Melanoma, sehingga oleh Food and Drug Administration (FDA) mengajurkan
IFN sebagai terapi tambahan setelah eksisi pada pasien dengan resiko recurrent.
IFN γ dilaporkan tidak efektif pada fase I atau II dari melanoma yang
bermetastase, namun potensi IFN γ yang merupakan mediator pembunuh alami
Limfosit T sitotoksik, sebuah pengaktivasi makrofag, dn HLA klas II ekspresi
antigen, merupakan hal yang tak dapat diabaikan.

18
Interleukin-2 (IL-2) pada penelitian terakhir, dalam dosis tinggi baik diberikan
sendiri maupun dengan kombinasi bersama sel lymphokine activated
killer menghasilkan respon pada pasien sebesar 15% sampai 20%, dengan respon
lengkap sebesar 4-6%.

Terapi adjuvan lain selain IFN yaitu Kemoterapi dengan macamnya yaitu :

1. Dacarbazine (DTIC), baik diberikan sendiri maupun kombinasi bersama


Carmustine (BCNU) dan Cisplastin.

2. Cisplastin, vinblastin, dan DTIC.

3. Temozolomide merupakan obat baru yang mekanisme kerjanya mirip DTIC,


tetapi bisa diberikan per oral.

4. Melphalan juga dapat diberikan pada melanoma dengan prosedur tertentu.

H. Terapi Nutrisi Untuk Pasien Melanoma.

Beberapa makanan yang harus dikonsumsi setiap hari. Hampir semua mengandung
vitamin dan nutrisi penting untuk kesehatan kulit.

1. Oat untuk Sarapan.

Sebagian besar sudah tahu bahwa makan atau sarapan tidak boleh dilewatkan.
Kita harus bisa memilih menu-menu yang berbahan dasar oat. Jika mendapatkan
asupan makanan sehat, tentu tubuh akan melawan pertumbuhan sel kanker kulit.

2. Konsumsi Yoghurt.

Yoghurt memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri baik


yang berfungsi untuk melawan agen yang menyebabkan kanker kulit.

3. Minum Kopi.

Seseorang yang rajin minum kopi setidaknya dua cangkir sehari, kulitnya lebih
segat dan ada perlindungan dari sinar ultraviolet.

4. Makan Sayuran Hijau.

19
Sayuran tidak Cuma kaya antioksidan, tetapi juga nutrisi lainnya yang mengurangi
risiko kanker kulit.

5. Makan Tomat.

Selain mengusir rasa haus dan dehidrasi, tomat juga baik untuk mencegah
kerusakan kulit. Tomat mengandung likogen yang mampu menjaga kesehatan
kulit.

6. Kacang-kacangan.

Aneka jenis kacang-kacangan mengandung vitamin, protein, mineral dan asam


lemak omega-3. Makanan ini juga membantu mencegah kanker kulit, karena
kandungan vitamin E yang ada dalam kacang bertindak sebagai pelindung diri
dari sinar ultraviolet matahari.

7. Minum Teh Hijau.

Minuman ini mengandung antioksidan yang tidak hanya membantu mengurangi


stres, membantu menurunkan berat badan, serta mencegah kerusakan radikal
bebas yang menyerang kulit.

I. Pencegahan Penyakit Melanoma.

Pada prinsipnya, pencegahan dilakukan dengan cara menghindari pajanan sinar


matahari secara intens. Sehingga pencegahan dapat dilakukan dengan jalan :

1. Membatasi pajanan sinar Ultraviolet terhadap kulit. Hal ini bisa dilakukan dengan
jalan mencari tempat yang teduh jika berada di luar gedung, memakai baju
panjang untuk mengurangi banyaknya kulit yang terpajan matahari, dan
menggunakan lotion sunscreen dengan SPF 15 atau lebih pada kulit yang terpajan
sinar matahari, serta menggunakan kacamata hitam untuk perlindungan mata.

2. Menghindari sumber-sumber sinar UV lainnya, seperti tempat tidur yang


digunakan untuk mencoklatkan kulit di salon-salon kecantikan.

3. Hindari kontak dengan bahan kimia langsung,terutama dalam waktu yang


lama.bahan kimia yang dapat menimbulkan gangguan pada kulit adalah arsen dan
ter.

20
4. Hindari kontak dengan sinar X yang berlenihan terutama mereka yang harus
melakukan pemeriksaan organ tubuh menggunakan sinar X atau mereka yang
bekerja diruang radiologi.

5. Deteksi Dini Melanoma.

Sama seperti halnya deteksi kanker payudara, deteksi dini melanoma maligna juga
dapat dilakukan baik oleh diri sendiri dan juga oleh petugas kesehatan. Tujuan
utama dari deteksi dini ini adalah untuk mengenali melanoma maligna sedini
mungkin ketika masih datar dan dapat disembuhkan.

a. Oleh Diri Sendiri (Self Examination).

Dilakukan dengan pemeriksaan rutin terhadap diri sendiri. Saat pertama kali
dilakukan, pemeriksaan ini mungkin akan memakan waktu yang lama dan
terlihat merepotkan, namun bila telah dilakukan berkali-kali maka akan
semakin terlatih dan hal itu berarti waktu yang digunakan akan semakin
pendek.

Pemeriksaan ini, harus dilakukan langkah demi langkah seperti yang akan
ditunjukkan dalam gambar berikut dan dilakukan dalam keadaan tidak
mengenakan baju. Untuk lokasi-lokasi tertentu yang sulit dilakuakn evaluasi
sendiri, maka pertolongan keluarga atau teman dekat sangat membantu. Pasien
harus berkonsultasi secepatnya pada dokter umum atau dokter spesialis jika
menemukan adanya perubahan yang signifikan pada lesi-lesi tertentu di tubuh
mereka.

b. Petugas Kesehatan (Dokter, Perawat).

Baik deteksi dini yang dilakukan oleh diri sendiri dan petugas kesehatan, yang
perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tanda dan gejala melanoma tersebut
yang dapat dilakukan dengan mengevaluasi ABCDE sistem ( Asymmetry,
Border, Colour, Diameter, Envolving).

21
BAB III

Pembahasan

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Melanoma

A. Pengkajian.

1. Anamneses.

Dari anamnesa yang dilakukan, diharapkan diketahui informasi tentang keluhan


umum pasien, dan riwayat perjalanan keluhan umum tersebut. Perubahan sifat dari
nevus merupakan keluhan umum yang paling sering ditemukan pada pasien
dengan melanoma, dan hal ini merupakan peringatan awal melanoma. Perubahan
tersebut diantaranya peningkatan dalam hal diameter, tinggi atau batas yang
asimetris pada suatu lesi berpigmen memberikan data 80% pada pasien saat
melanoma ditegakkan.Dari perjalanan penyakit tersebut juga ditanyakan awal
mulanya lesi pada kulit tersebut muncul, dan kapan terjadi perubahan pada lesi
tersebut. Tentang tanda dan gejala melanoma, seperti adanya perdarahan, gatal,
ulserasi dan nyeri pada lesi. Pada anamnesa tersebut juga ditanyakan tentang
adanya faktor-faktor resiko pada pasien.

2. Pemeriksaan Fisik.

Yang perlu dilakukan saat pemeriksaan fisik ini yaitu memperhatikan lebih detail
dengan inspeksi, palpasi dan bila perlu inspeksi dengan bantuan kaca pembesar.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, warna dan tekstur dari nevus
tersangka dan mencari adanya perdarahan atau ulserasi. Pemeriksaan terhadap
kelenjar limfe yang berada dekat dengan lesi juga perlu dilakukan. Adanya
pembengkakan atau biasa disebut dengan limfadenopati menunjukkan
kemungkinan adanya penyebaran melanoma.

Pemeriksaan ditempat tubuh yang lain dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan
atau untuk evaluasi dari pemeriksaan yang lalu pada individu dengan faktor
resiko. Di luar negeri, evaluasi terhadap seluruh tubuh sudah dilakukan, yaitu
dengan cara mendokumentasikan nevus-nevus yang ada di seluruh tubuh. Dengan
demikian, perubahan akan lebih cepat terdeteksi dengan membandingkannya
dengan dokumentasi terdahulu.

22
Pemeriksaan di tempat yang menjadi predileksi pada macam-macam bentuk klinis
melanoma juga perlu dilakukan. Misalnya pada melanoma superfisial dan
melanoma nodular yang biasanya berada di trunkus tubuh dan tungkai, sedangkan
melanoma maligna bentuk lentigo lebih banyak muncul di telapak tangan, telapak
kaki dan dibawah kuku.

a. Aktivitas Istirahat.

Tanda : Keterbatasan mobilisasi/kehilangan pada bagian yang terkena


(mungkin segera karena nyeri, pembengkakkan setelah tindakan aksisi dan
graft kulit).

b. Sirkulasi.

Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai rspon terhadap nyeri/ansietas),


takikardia (respon stress, hipovolemia), lesi cenderung sikuker dengan bagian
luar yang tidak teratur.

c. Neurosensori.

Tanda : penurunan reflex tendon dalam pada cedera ekstermitas.

d. Nyeri/Kenyamanan.

Gejala : Nyeri berat saat tindakan eksisi dan grafh kulit (mungin terlokasi pada
area lesi yang di eksisi local yang luas dan pada grafh kulit).

e. Keamanan.

Tanda : Lesi semakin menonjol, pendarahan lesi, perubahan local pada warna
nodul (biasanya relative licin serta berwarna biru hitam yang seragam, dapat
meningkat/berubah secara bertahap), serta nodul yang menebal, bersisik
dan berulselasi.

f. Penyuluhan /Pembelajaran.

Gejala : Lingkungan trauma, aktivitas perwatan dini dan


tugas pemeliharaan/perawatan rumah.

B. Pemeriksaan Penunjang.

23
Selain biopsi dari dugaan lesi, laboratori dan tes diagnostik digunakan menentukan
keadaan tumor apakah telah metastase. Karena malignan melanoma dapat metastase
pada beberapa organ atau jaringan dari tubuh, dilakukan macam-macam tes.

1. Tes laboratorium.

Tak ada pemeriksaan tertentu yang khusus untuk melanoma, baik yang
belum bermetastase maupun yang telah bermetastase, tetapi kadangkala tingginya
angka LDH ( Lactaet Dehydrogenase) dianggap membantu. Kadar LDH yang
tinggi dalam darah merupakan suatu kemungkinan adanya metastase melanoma
pada hati. Adanya peningkatan LDH ini juga dihubungkan dengan lebih buruknya
kemungkinan untuk hidup pada kelompok tersebut. Pemeriksaan LDH akan
bermakna pada melanoma stage IB/III atau dengan pemeriksaan berkala setiap 3-
12 bulan. Selain LDH, kadar serum S-100 mungkin juga berguna sebagai penanda
tumor pada pasien dengan melanoma yang telah bermetastase.

a. Tes fungsi liver untuk menentukan keadaan tumor yang telah metastasis pada
liver. Kombinasi dari elevasi LDH, alkaline phosphatase, dan SGOT
mempengaruhi liver.

b. Menghitung jumlah darah yang dilakukan untuk menentukan abnormalitas


hematologi.

c. Tes serum darah dilakukan untuk mengindentifikasi elektrolit mineral yang


abnormal.

2. Tes diagnostik dapat meliputi juga seperti ini :

a. Biopsi lesi adalah hanya metode definitif pada diagnosa malignan melanoma.
Eksisi biopsy adalah prosedur diagnostik dari pilihan karena dibawah ini lebih
komplit histologic evaluasi dan tingkat mikroskop. Biopsi tidak harus
dilakukan jika terduga melanoma, karena ketebalan dan dalamnya lesi tidak
dapat di kaji, membuat keputusan tentang prognosis dan pengobatan sangat
sulit.

b. CT–scan liver menentukan jika enzim hati abnormal dan menentukan luasnya
metastasis dari hati lebih akurat.

24
c. X-ray dada dilakukan jika klien sulit bernafas atau hemoptisis, dimana
rangsangan paru-paru menjadi metastasis.

d. Scan tulang dilakukan untuk menentukan metastatik karena tidak dapat


menentukan nyeri tulang.

e. CT scan atau MQI dari otak yaitu menentukan pengkajian dari metastasis jika
klien sakit kepala, seizure, atau defisit neurology.

f. Biopsi jaringan dari limpa tulang belakang atau lesi kulit lain dilakukan untuk
mengidentifikasi metastasis.

3. Pemeriksaan Radiografi

Ultrasound Scan, pemeriksaan ini menggunakan frekuensi gelombang suara untuk


menghasilkan gambaran spesifik dari bagian tubuh. Sebagian besar untuk
memeriksa kelenjar limfe di leher, axilla, dan pelipatan paha. Kadang digunakan
pada biopsy kelenjar limfe agar semakin akurat (Ultrasound guided fine needle
aspiration).

Pemeriksaan X-ray pada thorak dilakukan dengan memperhatikan kemungkinan


adanya metastase melanoma ke paru-paru. Hasil metastase tersebut dapat berupa
gambaran tumor pada paru-paru, CT-Scan mungkin dapat mendeteksi adanya
metastase melanoma pada paru-paru atau pada hati dengan adanya gambaran
pembesaran pada kelenjar limfe. Sedangkan radiografi dengan MRI merupakan
pemeriksaan yang paling baik untuk melihat adanya metastase melanoma pada
otak dan medula spinalis.

4. Pemeriksaan Histopatologi

Kriteria standar untuk diagnosa melanoma maligna adalah dengan pemeriksaan


histopatologi dengan cara biopsi dari lesi kulit.Biopsi secara eksisi merupakan
pilihan cara biopsi yang direkomendasikan untuk pemeriksaan melanoma
maligna. Pada tehnik ini, tumor diambil secara keseluruhan untuk kemudian
sebagian sampel digunakan untuk pemeriksaan histologi.

C. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa yang mungkin timbul pada melanoma maligna adalah:

25
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Keruskan Permukaan Kulit
Karena Destruksi Lapisan Kulit.

2. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan Jaringan Kulit.

3. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan Kerusakan Perlindungan Kulit.

4. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Krisis Situasi, Kecacatan.

5. Gangguan konsep diri atau harga diri rendah berhubungan dengan


pembentukan ulserasi atau tumor.

6. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan penyakit.

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya metastasis

D. Rencana Intervensi Keperawatan.

No Diagnosa Intervensi Rasional


1 Kerusakan integritas 1. Kaji kondisi kulit. 1. Memberikan data
kulit b.d kerusakan 2. Berikan perawatan dasar.
permukaan kuli karena kulit dan control 2. Menyiapkan
destruksi lapisan kulit. infeksi. jaringan untuk
3. Ganti perban jika penanaman dan
pasca operasi. menurunkan resiko
infeksi.
3. Mencegah
terjadinya infeksi.
2 Nyeri b.d Kerusakan 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Menentukan derajat
Jaringan Kulit. 2. Berikan teknik nafas nyeri.
dalam. 2. Mengalihkan
3. Berikan analgetik perhatian agar dapat
sesuai prosedur. menghilangkan
nyeri.
3. Mengurangi nyeri.
3 Resiko Tinggi Infeksi 1. Tekankan 1. Mencegah
b.d Kerusakan pentingnya teknik kontaminas silang.

26
Perlindungan Kulit. cuci tangan yang 2. Melihat keadaan
baik setelah kontak umum pasien.
dengan pasien. 3. Menurunkan resiko
2. Awasi tanda-tanda infeksi.
vital.
3. Jauhkan pasien dari
hal-hal yang dapat
menyebabkan
infeksi.
4 Gangguan Citra Tubuh 1. Berikan harapan 1. Meningkatkan
b.d Krisis Situasi, dalam parameter perilaku positif dan
Kecatatan. situasi individu dan memberikan
jangan memberikan kesempatan untuk
keyakinan yang menyusun tujuan
salah. dan rencana untuk
2. Beri penguatan masa depan
positif terhadap berdasarkan
kemajuan. realitas.
3. Bersikap realistis 2. Kata-kata
dan positif selama penguatan dapat
Pengobatan. mendukung
terjadinya perilaku
koping positif.
3. Meningkatkan
kepercayaan dan
mengadakan
hubungan antara
pasien dan perawat.
5 Gangguan konsep diri 1. Berikan dukungan 1. Pada masa ini
atau harga diri rendah emosi untuk pasien
berhubungan dengan pasien/orang membutuhkan
pembentukan ulserasatau terdekat selama tes dukungan atas efek
tumor. diasnostik dan dari penyakitnya.

27
fase pengobatan.
6 Kurang 1. Tinjau ulang dengan 1. Memvaliadasi
pengetahuan tentang pasien/orang tinkat
pengobatan dan terdekat pemahaman pemahaman saat
penyakit. diagnose khusus ini,
alternaif pengobatan mengidentifikasikan
dan sifat harapan. kebutuhan belajar
dan memberikan
dasar pengetahuan
dimana pasien
membuat keputusan
berdasarkan
informasi.
7 Intoleransi aktivitas 1. Bantu atau dorong 1. Meningkatkan
berhubungan dengan pola perawatan kekuatan otak dan
adanya metastasis. diri/kebersihan sirkulasi.
(mandi,mencukur).

28
BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan.

Melanoma adalah keganasan sel yang menghasilkan pigmen (melanosit) yang terletak
terutama di kulit, tetapi juga ditemukan dimata, telinga, saluran pencernaan,
leptomeninges, serta membrane mukosa oral dan kelamin. Melanoma hanya 4% dari
semua kanker kulit, namun hal itu menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait
kanker kulit di seluruh dunia. Deteksi dini melanoma kulit adalah cara terbaik untuk
mengurangi kematian.

B. Saran.

Dalam penatalaksanaannya, melanoma maligna harus benar-benar memperhatikan


resiko infeksi terutama pada saat melakukan pembedahan. Menghindari sinar
ultraviolet untuk beberapa saat sangat di anjurkan.

29
Daftar Pustaka

Atmadjaja, Glenna. 2017. ASKEP MELANOMA. doplayer.info

Efriana, Enang, dkk. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN MELANOMA MALIGNA.


FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR, MAKASSAR.

Helma, Jica, dkk. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN MELANOMA. IV KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI, TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI.

Kania, Dewi. 2018. 7 Makanan & Minuman Berkhasiat untuk Cegah Kanker Kulit. Okezone
: Senin 21 Mei 2018 20:19 WIB.

https://www.scribd.com/doc/260764590/Melanoma-askep

https://id.scribd.com/doc/260764590/Melanoma-askep

https://fk.unair.ac.id/melanoma-jenis-kanker-kulit-mematikan-mirip-tahi-lalat/

30

Anda mungkin juga menyukai