Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SGD KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CARCINOMA TIROID”

Dosen Pengampu :
Ns. Bayu Saputra, M. Kep

Kelompok 3

Disusun Oleh :

1. Meykhe Fandriati 20031037 7. Selveria Ruthmala Manurung 20031032


2. Nurafifi 20031034 8. Latifah Nurul Istiqomah 20031016
3. Widya Aprilia N 19031035 9. Sari Widyarti 20031040
4. Ocda Ravendra 20031025 10. R.Zulhemni Amyrusdi 20031019
5. Maria Ulfa 20031027 11. Mohammad Akmal Alamsyah 20031001
6. Ghina Utami 20031044

Kelas : 20A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH PEKANBARU

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya sehingga berhasil menyelesaikan Makalah Keperawatan Medikal Bedah II ini. Makalah ini
berisikan tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Carcinoma Tiroid”.
Di harapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita. Aamiin...
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 29 Maret 2022

Penyusun
Kelompok 3
1 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................

1.2 Tujuan Penulis ...............................................................................................................................

1.3 Manfaat Pembahasan ......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ............................................................................................................................................

2.2 Etiologi ............................................................................................................................................

2.3 Manfestasi Klinis ............................................................................................................................

2.4 Patofisiologi ....................................................................................................................................

2.5 WOC ...............................................................................................................................................

2.6 Pemeriksaan Penunjang Medis dan Non Medis ..............................................................................

2.7 Penatalaksanaan Medis dan Non Medis ..........................................................................................

2.8 Pencegahan Tersier, Primer, dan Skunder ......................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian .......................................................................................................................................

3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................................

3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................................................

4.2 Saran ...............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
1. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berkonsistensi lembut, berwarna merah coklat, berbentuk
‘H’, terbentuk dari dua lobus lateral, kiri dan kanan, dan bagian ismus (Kartikasari et al., 2015).
Kelenjar tiroid ini merupakan kelenjar endokrin yang paling besar yang terdapat pada dalam
tubuh manusia itu sendiri (Widarso et al., 2015). Penyakit atau kelainan tiroid adalah suatu
kondisi kelainan pada seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan
bentuk maupun perubahan fungsi. Kelainan pada kelenjar tiroid ini merupakan kelainan
endokrin terbanyak kedua di dunia setelah diabetes. Sekitar 300 juta orang di dunia dilaporkan
menderita kelainan tiroid, namun lebih dari setengahnya tidak menyadarinya. Prevalensi
kelainan tiroid dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia, kelainan kelenjar tiroid pada wanita
terjadi 4 hingga 10 kali lebih sering dibandingkan dengan pria (Crosby et al., 2016).
Lesi tiroid terdiri hingga 15% dari massa mediastinum. Presentasi yang jarang dari jaringan
tiroid ektopik didefinisikan sebagai jaringan tiroid mediastinum, dengan suplai darah
mediastinum sepenuhnya terpisah, terkait dengan tiroid servikal normal atau tidak ada pada
pasien tanpa pembedahan tiroid sebelumnya dan tidak ada patologi bersama dengan tiroid
servikal. Pasien dapat mengalami gejala tersebut karena kompresi saluran udara dan
kerongkongan dan dengan demikian bermanifestasi sebagai dyspnea, disfagia, dan nyeri dada
(Boiselle, 2010). Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang ditemukan.
Sebagian besar pertumbuhan dan perjalanan penyakit lambat, sehingga morbiditas dan
mortalitasnya rendah namun ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan prognosa yang fatal
(Parura et al., 2016). Kanker tiroid berdasarkan gambaran histopatologinya dibagi menjadi
karsinoma tipe papiler, folikuler, meduler, dan anaplastik (Bharti Rathore, 2011).
Menurut American Cancer Society, data terbaru dari penderita kanker tiroid di Amerika
Serikat pada tahun 2014 berjumlah 62.980 kasus baru dan terdapat 1.890 kematian diakibatkan
karena kanker tiroid. Di Indonesia dari registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia didapatkan kanker tiroid menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%)
(Parura et al., 2016). Diagnosis pasti suatu benjolan kelenjar tiroid adalah dengan pemeriksaan
histopatologi jaringan yang diperoleh dari hasil eksisi atau operasi, dibutuhkan
waktu sekitar 3-5 hari untuk memproses jaringan di laboratorium. Memang terdapat metode
pemeriksaan cepat yang perlu waktu sekitar 60 menit dengan memeriksa sediaan jaringan tiroid
segar, yaitu dengan frozen section. Dalam hal ini diperlukan jaringan segar hasil eksisi/operasi,
pengambilan jaringan tiroid melalui proses operasi bedah membutuhkan sarana dan biaya yang
tidak sedikit, sarana ruang operasi serta SDM bedah yang terlatih.

1.2 Tujuan Penulis


1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mampu menyusun makalah askep
pasien dengan permasalahan Carcinoma Tiroid.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui dan memahami defenisi dari Carcinoma Tiroid.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Carcinoma Tiroid.
3. Untuk mengetahui dan memahami Manifestasi Klinis dari Carcinoma Tiroid.
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Carcinoma Tiroid.
5. Untuk mengetahui dan memahami WOC dari Carcinoma Tiroid.
6. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang medis dan non medis dari
Carcinoma Tiroid.
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dan non medis dari Carcinoma
Tiroid.
8. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan tersier, primer, dan sekunder dari
Carcinoma Tiroid.
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari Carcinoma Tiroid.

1.3 Manfaat Pembahasan


Makalah ini sekiranya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai konsep
teori dan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien yang mengalami Carcinoma Tiroid
dalam keperawatan secara lebih mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Tiroid merupakan kelainan endokrin (endokrin neoplasma) yang paling banyak ditemukan.
Tiroid dapat di diagnostik dengan mudah dikarenakan lokasi kelenjar tiroid yang berada pada
superficial, tiroid dapat di diagnostik baik melalui pemeriksaan fisik maupun menggunakan
media. Tiroid sendiri terbagi menjadi 2 yaitu jinak dan ganas (karsinoma) (Utama, 2012).

Karsinoma tiroid merupakan kanker yang berasal dari kelenjar endokrin dan termasuk kanker
paling banyak endokrin yang berasal dari sel folikel tiroid. Kanker tiroid terbagi menjadi
karsinoma tiroid papilari, folikular, anaplastik, dan medulari. Karsinoma tiroid papilari dan
folikuar merupakan karsinoma tiroid berdiferensiasi. Kasinoma berdiferensiasi mempunyai
prognosis yang baik walau masih ditemukan rekurensi atau metastase 20-40% (Utama, 2012).

2.2 Etiologi

Beberapa faktor resiko yang mungkin terjadi pada kanker tiroid antara lain: (Departemen
Kesehatan RI, 2015):

1. Jenis Kelamin dan Umur

Lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, biasa terjadi pada umur
20-30 tahun. Namun dapat terjadi pada semua usia dan umur 60 tahun keatas juga berisiko
terjadinya hipotiroid maupun hipertiroid.

2. Genetik dan Riwayat Keluarga

Faktor genetik dianggap sebagai faktor pencetus utama terjadinya autoimun pada kelenjar
tiroid.

3. Stress

Stress dapat berkolerasi dengan antibodi terhadap antibodi TSH-reseptor.

4. Merokok dan Radiasi

Kurangnya oksigen di otak yang disebabkan oleh rokok dan juga nikotin pada rokok
menyebabkan peningkatan reaksi inflamasi dan radiasi berperan jelas pada kelainan tiroid.
5. Obat-obatan

Amiodaron, lithium karbonat, interferon alfa dll.

6. Lingkungan

Lingkungan dengan kadar iodium kurang atau lebih dapat beresiko menyebabkan gangguan
pada kelejar tiroid.

7. Ras

Di Amerika Serikat ras kulit putih lebih dominan terkena dibandingkan dengan ras kulit
hitam.

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala kanker tiroid biasanya timbul setelah tumor bertumbuh antara lain, berupa benjolan
atau nodul di leher depan, suara serak atau sulit berbicara dengan suara normal, pembengkakan
kelenjar getah bening (KGB) terutama di leher, sulit menelan atau bernafas, atau nyeri di
tenggorokan atau leher.

Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila : (Armerinayanti, 2016).

• Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun


• Riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak.
• Disfagia, sesak nafas perubahan suara.
• Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras.
• Ada pembesaran kelenjar getah bening leher.
• Ada tanda-tanda metastasis jauh.

2.4 Patofisiologi

Terdapat dua jenis sel pencetus karsinoma yang terdapat pada jaringan parenkim tiroid yaitu
sel folikuler dan sel pendukung. Karsinoma yang berasal dari sel folikuler umumnya disebut
Differentiated Thyroid Carcinoma (DTC) atau karsinoma tiroid terdiferensiasi. Karsinoma ini
pada umumnya tidak agresif meskipun dapat bermutasi menjadi lebih agresif karena beberapa
faktor pemicu. Pada tahun 2015 dari seluruh pasien yang memiliki karsinoma tiroid
terdiferensiasi, 85% pasien memiliki prognosis yang baik setelah mendapatkan perawatan.
Namun, jika stimulus yang menginisiasi kanker semakin berkembang, 10% hingga 15%
kejadian karsinoma tiroid terdiferensiasi tersebut dapat bermutasi menjadi karsinoma yang lebih
agresif. Hal tersebut dapat menyebabkan prognosis yang semakin buruk dan memerlukan terapi
yang lebih agresif. Terlebih jika tidak dapat diselesaikan dengan intervensi Radioactive Iodium
(RAI) therapy, terkadang perlu dilakukan tindakan pengobatan melalui pembedahan maupun
selain pembedahan (P. Shah, 2015).

2.5 WOC
2.6 Pemeriksaan Penunjang Medis dan Non Medis

• Tes darah, untuk mengetahui kadar hormon tiroid, seperti T3, T4, dan TSH di dalam
darah.
• Biopsi, untuk menentukan apakah kelenjar tiroid mengalami kanker atau tidak serta
untuk mengindentifikasi jenis sel yang mengalami keganasan.
• Pemindaian dengan USG, CT Scan, dan MRI, untuk mengidentifikasi benjolan yang ada
di leher dan ada tidaknya penyebaran (metastasis) kanker tiroid ke bagian tubuh lain.
• Pemindaian dengan PET scan, untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar atau
belum.
• Tes genetik, untuk mengidentifikasi kelainan genetik yang mungkin berkaitan atau
menyebabkan terjadinya kanker tiroid.

2.7 Penatalaksanaan Medis dan Non Medis

Diagnosis keganasan memerlukan intervensi bedah. Karsinoma tiroid papiler dan


karsinoma tiroid meduler sering diidentifikasi secara positif berdasarkan hasil FNAB saja.
Metastasis serviks yang ditemukan sebelum operasi atau intraoperatif harus dihilangkan dengan
cara diseksi limfatik en bloc dari masing-masing kompartemen serviks (diseksi leher selektif)
sambil menghindari struktur nonlimfatik.

1. Neoplasma yang berdiferensiasi baik.


Pasien dengan neoplasma folikular, seperti yang ditentukan dengan hasil FNAB, harus
menjalani pembedahan lobektomi tiroid untuk diagnosis jaringan. Tingkat terapi bedah untuk
neoplasma yang berdiferensiasi baik masih kontroversial. Perawatan utama untuk karsinoma
papiler dan folikular adalah eksisi bedah bila memungkinkan. Tiroidektomi total telah menjadi
andalan untuk mengobati karsinoma tiroid berdiferensiasi baik. Modifikasi tiroidektomi total
termasuk tiroidektomi subtotal untuk mengurangi risiko cedera saraf laring berulang dan
hipoparatiroidisme.
Pernyataan konsensus tahun 2015 dari American Thyroid Association tentang
pengelolaan pasien dengan kanker tiroid dibedakan yang memiliki penyakit nodal
berulang/persisten menyatakan sebagai berikut.
Penatalaksanaan yang tepat dari pasien dengan metastasis kelenjar getah bening mungkin
melibatkan diseksi kelenjar getah bening kompartemen, pengawasan aktif, terapi ablasi yodium
radioaktif, terapi radiasi sinar eksternal, dan/atau pendekatan ablatif invasif minimal tanpa
pembedahan.
Pertimbangan biologis termasuk histologi agresif, perluasan tumor primer ekstratiroid,
dan prognosis molekuler untuk biologi agresif. Pertimbangan bedah/teknis termasuk
kekambuhan sebelumnya di kompartemen yang sama atau berbeda.

2. Karsinoma sel Hurthle


Untuk pasien dengan karsinoma sel Hürthle berdasarkan temuan FNAB awal, sebagian
besar ahli bedah menganjurkan pendekatan agresif dengan lobektomi dan istmektomi, diikuti
dengan tiroidektomi penyelesaian dengan konfirmasi hasil patologis akhir. Untuk tumor yang
lebih besar dari 5 cm atau untuk metastasis limfatik teraba, tiroidektomi total (termasuk diseksi
leher untuk kelenjar getah bening yang teraba) sering dilakukan selama operasi awal.
3. Karsinoma tiroid meduler dan karsinoma tiroid meduler familial
Karsinoma tiroid meduler sporadis dan karsinoma tiroid meduler familial diobati dengan
tiroidektomi total dan diseksi limfatik kompartemen anterior leher. Jika pembuluh darah kelenjar
paratiroid terganggu, autotransplantasi kelenjar paratiroid ke dalam otot sternokleidomastoid
atau lengan bawah yang tidak dominan dilakukan. Pada anak-anak dengan sindrom multiple
endokrin neoplasia (MEN) tipe 2A dan MEN 2B, tiroidektomi profilaksis dan diseksi kelenjar
getah bening kompartemen sentral dilakukan.

4. Karsinoma tiroid anaplastik, limfoma tiroid primer, sarkoma tiroid


Tiroidektomi total atau subtotal dilakukan untuk karsinoma tiroid anaplastik bila luas
tumor memungkinkan. Trakeotomi diperlukan pada kasus dengan gangguan jalan nafas akibat
invasi trakea.
Limfoma stadium IE dapat diobati dengan tiroidektomi total diikuti dengan terapi radiasi
pascaoperasi. Eksisi bedah tidak boleh dilakukan jika infiltrasi lokal ke jaringan sekitarnya
terbukti. Limfoma stadium IIE diobati dengan kombinasi kemoterapi dan terapi radiasi.
Doksorubisin atau CHOP (yaitu, siklofosfamid, hidroksidaunomisin, Oncovin [vincristine],
prednison) adalah rejimen kemoterapi yang umum digunakan.
Pengobatan untuk sarkoma tiroid adalah tiroidektomi total. Terapi radiasi dapat
digunakan dalam pengaturan tambahan.

5. Manajemen pascaoperasi
Setelah tiroidektomi total, pasien menjalani pemindaian radioiodine untuk mendeteksi
penyakit metastasis regional atau jauh, diikuti dengan radioablasi dari setiap penyakit residual
yang ditemukan. Selain itu, pasien diberikan terapi penggantian tiroid dengan T4 atau
triiodothyronine (T3).
Pada pasien dengan karsinoma tiroid anaplastik, kemoterapi dan terapi radiasi biasanya
diberikan dalam kombinasi. Iradiasi sinar eksternal pascaoperasi efektif dalam meningkatkan
kontrol lokal; ini juga dapat digunakan sebagai pengobatan utama dalam kasus yang tidak dapat
direseksi. Kemoterapi (paling sering doksorubisin) ditambahkan untuk paliatif.

2.8 Pencegahan Tersier, Primer, dan Skunder

1. Menghindari Radiasi
Semua orang yang memiliki risiko tinggi terkena kanker tiroid harus menghindari semua
jenis paparan radiasi seperti pemeriksaan dengan CT Scan, X ray, dan beberapa jenis tes medis
lain. Pemeriksaan dengan radiasi hanya bisa dilakukan dengan dosis yang sangat rendah.
2. Pemeriksaan Tes Darah
Pemeriksaan tes darah bisa dilakukan untuk semua orang yang memiliki riwayat kanker tiroid
dalam keluarga. Pemeriksaan dilakukan secara berkala sebagai upaya untuk mengetahui gejala
dan deteksi dini sehingga perawatan bisa dilakukan secepatnya. Jika terbukti menderita kanker
tiroid maka bisa dilakukan pengangkatan tiroid dan konsumsi hormone tiroid sepanjang hidup.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1) Biodata, meliputi : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll.
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
• Pembesaran kelenjar pada daerah leher, merasakan adanya gangguan mekanik di
daerah leher
• Perasaan sesak karena inflitrasi atau desakan ke trakea
• Nyeri atau nyeri tekan bagi jenis anaplastik
b. Riwayat kesehatan dahulu
• Pernah terpajan dengan radiasi eksternal leher, kepala atau dada
• Defisisensi iyodium
• Adanya goiter endemis di sekitar tempat tinggal atau sekitar lingkungan
• Makanan terkontaminasi dengan zat radioaktif
c. Riwayat kesehatan keluarga
• Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita kanker tiroid.
3) Dasar data pengkajian pasien
a. Aktifitas atau istirahat : kelemahan, keletihan, perubahan pola tidur,keterbatasan
dalam hobi dan latihan.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah.
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress, cara mengatasi stress,menunda mencari pengobatan,
menyangkal diagnosa,tidak berdaya, putus as, tidak mampu, tidak bermakana, rasa
bersalah, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Gejala: perubahan pola defekasi, nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urin.
Tanda: perubahan pada bissing usus, distensi abdomen.
e. Makanan /cairan
Gejala : anoreksia,mual, muntah,intoleransi makanan, perubahan berta badan,
kakeksia, berkurangnya massa otot.
Tanda: perubahan pada kelembaban/turgor kulit,edem.
f. Neurosensori
Gejala : pusing ,sinkop.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: tidak ada nyeri,atau bervariasi ketidaknyamanan ringan sampai berat.
h. Pernafasan
Gejala: sesak krena penekanan trakea.
i. Seksualitas
j. Gejala: masalah seksul,dampak pada hubungan

4) Pemeriksan penunjang
• Pemeriksaan labor tidak ada yang spesifik, kecuali pemeriksann kadar kalsitonin yang
dicurigao karsinoma medular.
• Kadar hormon thyroglobulin, petanda tumor.
• USG: untuk menentukan apakah nodul padat atau kistk.
• Radiolois untuk mencari metastasis
• BAJAH
• Diagnosa pasti dengan histopatologi: parafin coupe
• Pemeriksaan fungsi tiroid dapat membantu mengevaluasi nodul dan massa tiroid.
Namun, hasil evaluasi ini jarang bersifat pasti
• Biopsi jarum pada kelenjar tiroid digunakan untuk menegakkandiagnosis kanker
tiroid, membedakan nodul tiroid yang bersifat kanker dan nodul bukan kanker, dan
untuk menentukan stadium kanker
• Pemeriksaan diagnostik tambahan mencakup pemeriksaan MRI, pemindai CT,
pemindai tiroid, pemeriksaan ambilan iodium radioaktif, dan tes supresi tiroid
• Teknik sidik tiroid kamera taknetium 99M, yang dapat menentukan appakah nodula
itu bersifat soliter atau bagian dari goiter multinodular. Dan untuk menentukan apakah
nodula tersebut masih berfungsi atau tidak
• Pemeriksaan ekografik dari nodula dapat dilakukan untuk membedakan secara akurat
apakah massa itu bersifat kistik atau padat. Karsinoma tiroid umumnya padat, dan
massa kistik biasanya merupakan kista jinak.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan, penurunan proses kognitif


b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya metabolisme
tubuh
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya
perdarahan atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka
pada kelenjar paratiroid.
d. Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.
e. Gangguan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.
f. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan untuk
terapi

3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1 Intoleransi Setelah di lakukan tindakan Activity therapy
aktifitas b/d keperawatan selama..24 jam • Kolaborasikan dengan tenaga
kelelahan, klien menunjukan aktivitas rehabilitasi medik dalam
penurunan sehari-haari dengan baik merencanakan program terapi
proses kognitif yang tepat
• Bantu klien untuk
mengidentivikasi aktivitas yang
mampu di lakukan
• Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yyyang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
• Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
di perlukan untuk aktivitas yang
di inginkan
Kriteria Hasil: • Bantu untuk mendapatkan alat
• Berpartisipasi dalam bantuan aktivitas seperti kursi
aktivitas fisik tanpa di roda dan krek
sertai peningkatan • Bantu untuk mengidentivikasi
TD,ND, dan RR aktivitas yang di sukai
• Mampu melakukan • Bantu pasien atau keluarga
aktivitas sehari-hari untuk mengidentivikasi
(ADLS) Secara mandiri kekurangan dalam beraktivitas

• TTV normal • Sediakan penguatan positif bagi

• Energi psikomotor yang aktif beraktifitas


• Bantu pasien untuk
• Level kelemahan
mengembangkan motivasi diri
• Mampu berpindah:
dan penguatan
dengan atau tanpa
• Monitor respon fisik,
bantuan alat
emosi, sosial dan spiritual
• Status kardiopulmunari
adekuat
• Sirkulasi status baik
• Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
2 Ketidak Setelah di lakukan tindakan Nutrition Management
seimbangan keperawatan selama..24 jam • Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang klien menunjukan • Kolaborasi dengan ahli gizi
dari kebutuhan peningkatan berat badan untuk menetukan jumlah kalori
tubuh b/d Kriteria Hasil : dan nutrisi yang di butuhkan
lambatnya • Adanya peningkatan berat pasien
metabolisme badan sesuai dengan • Anjurkan pasien untuk
tubuh tujuan meningkatkan protein vitamin C
• Berat badan ideal sesuai • Berikan substansi gula
dengan tinggi badan
• Yakinkan diet yang di makan
• Mampu
mengandung tinggi serat untuk
mengidentifikasikan
mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi
• Berikan makanan yang terpilih (
• Tidak adatanda-tanda
sudah di konsultasikan dengan
malnutrisi
ahli gizi )
• Menunjukan peningkatan
• Ajarkan pasien bagaimana
fungsi pengecapan dan
membuat catatan makanan
menelan
harian
• Tidak terjadi penurunan
• Monitor jumlah nutrisi dan
berat badan yang berarti
kandungan kalori
• Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
• Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang di
butuhkan
Nutrition Monitoring
• BB pasien dalam batas normal
• Monitor adanya penurunan
berat badan
• Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa di lakukan
• Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
• Monitor lingkungan selam
makan
• Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
• Monitor turgor kulit monitor
kulit kering dan perubahan
pigmentasi
• Monitor mual dan muntah
• monitor pertumbuhan dan
perkembangan
• Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
• Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.

3 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Airway Suction


nafas tidak keperawatan selama ... x 24 • Monitor tanda-tanda respiratori
efektif jam, klien mempertahankan distres, sianosis, takipnea dan
berhubungan kepatenan jalan nafas dengan nafas yang berbunyi.
dengan Kriteria hasil • Periksa balutan leher setiap jam
obstruksi akibat • Mengeluarkan/membersih pada periode awal post op,
adanya kan sekret dan bebas kemudian tiap 4 jam.
perdarahan atau aspirasi. • Monitor frekuensi dan jumlah
edema pada • Menunjukkan perilaku drainase serta kekuatan balutan.
tempat untuk • Periksa sensasi klien karena
pembedahan, memperbaiki/memtertaha keketatan disekeliling tempat
kerusakan saraf nkan jalan nafas bersih insisi.
laringeal atau dalam tingkat • Pertahankan klien dalam posisi
luka pada kemampuan/situasi semi fowler dengan diberi
kelenjar kantung es (ice bag) untuk
paratiroid. mengurangi bengkak.
• Anjurkan klien untuk berbicara
setiap 2 jam tanpa merubah
nada atau keparauan suara.

4 Nyeri setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubungan keperawatan selama ... x 24 • Lakukan penkajian nyeri secara
dengan edema jam klien menunjukkan konprehensif termasuk lokasi,
pascaoperasi. Nyeri berkurang/hilang karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kualitas dan faktor presipitasi.
Kriteria Hasil: • Observasi reaksi nonverbal dari
• Tidak ada rintihan, ketidaknyamanan.
ekspresi wajah rileks, • Kaji kultur yang mempengaruhi
• melaporkan nyeri dapat respon nyeri
berkurang/hilang. Dari • Evaluasi pengalaman nyeri
skala 7 berkurang menjadi masa lampau.
2. Analgesic Administration
• Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu.
• Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.
5 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Communication Enhancement
komunikasi keperawatan …..24 jam klien • Antisipasi kebutuhan sebaik
berhubungan menunjukkan berkomunikasi mungkin, kunjungi pasien
dengan cedera dengan baik dengan secara teratur.
pita suara. Kriteria hasil : • Gunakan penerjemah jika
• Mampu menciptakan diperlukan
metode komunikasi • Dorong pasien untuk berbicara
dimana kebutuhan dapat secara perlahan
dipahami. • Pertahankan lingkungan yang
• Gerakan terkoordinasi : tenang
mampu menkoordinasi • Anjurkan untuk tidak berbicara
gerakan dalam terus menerus.
menggunakan isyarat. • Kolaborasikan dengan dokter
obat obat yang diperlukan
untuk meringankan rasa nyeri

6 Defisiensi Setelah di lakukan tindakan Teaching : disease proses


keperawatan selama,, 24 jam
pengetahuan b/d
klien menunjukan • Berikan penilaian tentang
kurang peningkatan pengetahuan tingkat pengetahuan pasien
Kriteria Hasil :
informasi tentang proses penyakit yang
• Pasien dan keluarga
tentang program spesifik
menyatakan pemahaman
untuk
tentang penyakit, • Jelaskan patofisiologi dari
pengobatan penyakit dan bagaimana hal ini
kondisi, prognosis dan
untuk terapi berhubungan dengan anatomi
program pengobatan
• Pasien dan keluarga dan fisiologi , dengan cara

mampu melaksanakan yang tepat

prosedur yang di • Gambarkan tanda dan gejala

jelaskan secara benar yang biasa muncul pada

Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang

mampu menjelaskan tepat

kembali apa yang di • Gambarkan proses penyakit ,

jelaskan perawat / tim dengan cara yang tepat

kesehatan lainnya • Identivikasi kemungkinan


penyebab, dengan cara yang
tepat
• Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
• Hindaro jaminan yang kosong
• Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
• Dukung pasien untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau
Diindikasikan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Karsinoma tiroid merupakan kanker yang berasal dari kelenjar endokrin dan termasuk
kanker paling banyak endokrin yang berasal dari sel folikel tiroid. Kanker tiroid terbagi
menjadi karsinoma tiroid papilari, folikular, anaplastik, dan medulari. Karsinoma tiroid
papilari dan folikuar merupakan karsinoma tiroid berdiferensiasi. Kasinoma berdiferensiasi
mempunyai prognosis yang baik walau masih ditemukan rekurensi atau metastase 20-40%
(Utama, 2012).

4.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak
bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Depertemen Republik Indonesia.

Armerinayanti NW. Goiter Sebagai Faktor Predisposisi Karsinoma Tiroid.

[Guideline] Haugen BR, Alexander EK, Bible KC, et al. 2015 American Thyroid
Association Management Guidelines for Adult Patients with Thyroid Nodules and
Differentiated Thyroid Cancer: The American Thyroid Association Guidelines Task Force on
Thyroid Nodules and Differentiated Thyroid Cancer. Thyroid. 2016 Jan. 26 (1):1-133.

Liu, Y., Su, L., Xiao, H. (2017). Review of Factors Related to the Thyroid Cancer
Epidemic. International Journal of Endocrinology, DOI: 10.1155/2017/5308635.

Anda mungkin juga menyukai