Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH CA ENDOMETRIUM

Makalah ini di buat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II Yang
dibina Oleh Ns. Lilla Maria, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:
1. Haenor Rafik (1914314201045)
2. Tri Anggun A. (1914314201066)
3. Eka Nata Lintang (1914314201041)
4. Yumi Octavias Quraini (1914314201072)
5. Eva Maulidiyah Kusnaeni (1914314201109)
6. Dhea Rira Aftra Nina (1914314201038)
7. Desi Yulita Rahanera (1914314201036)
8. Amelia Oktaviany (1814314201039)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PRODI S1 KEPERATWAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi kekuatan dan
kesehatan pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang
tepat, walapaun dalam bentuk yang sederhana. Dan pada tugas ini kami membahas tentang
“CA ENDOMETRIUM”
Dengan adanya makalah ini, kami harap dapat membantu kita untuk meningkatkan
minat baca dan belajar kita semua. Selain itu, kami juga berharap semua dapat mengetahui
dan memahami tentang berita ini, karena akan meningkatkkan mutu individu kita.
Kami sangat menyadari dalam mpembuatan tugas ini masih sangat minim, sehingga
saran dari dosen serta kritikan dari teman-teman masih kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua piha yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini.

Malang, 22 Mei 2021

Penyusun,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1 Definisi Endometrium..........................................................................................6

2.2 Patofisiologi Endometrium..................................................................................7

2.3 Etiologi Endometrium..........................................................................................8

2.4 Faktor resiko dari Endometrium..........................................................................9

2.5 Menifestasi klinis dari Endometrium...................................................................13

2.6 Cara Mendeteksi Dini dari Endometrium............................................................14

2.7 Klasifikasi dari Endometrium..............................................................................14

2.8 Penatalaksanan dari Endometrium.......................................................................14

2.9 Pencegahan dari Endometrium............................................................................18

BAB III PENUTUP...........................................................................................................20

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kanker endometrium adalah kanker paling seringpada saluran genitalia wanita
dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah
payudara, kolorektal, paru, serviks uteri, (dan keempat belas paling sering dari seluruh
kanker). Di dunia sekitar 320.000 kasus baru didiagnosis pada tahun 2012 dan jumlahnya
hampir 5 persen dari seluruh kasus baru kanker pada wanita (2 persen dari keseluruhan
kanker). Angka ini meningkat dibandingkan sekitar 290.000 kasus baru yang
didiagnosis pada tahun 2008(Ellenson and Pirog, 2015). Penyakit ini 53% terdapat
dinegara-negara maju, insiden tertinggi adalah Amerika Utara, Eropa Tengah, Eropa
Timur dan insiden terendah di Afrika Tengah, Afrika Barat dan Asia (Ferlay et al., 2012;
Amant et al., 2012; Ellenson and Pirog, 2015).Berdasarkan data American
CancerSociety(2006), sekitar 40.880 kasus baru didiagnosis di Amerika Serikat dengan
angka kematian 7.400. Angka kejadianini meningkat menjadi 47.130 kasus baru yang
didiagnosis pada tahun 2012 dengan angka kematian diprediksi mencapai 8010.
Risiko kanker endometrium meningkat denganbertambahnya usia,sebagian besar
penyakit ini didiagnosis postmenopause. Data Cancer Research UK(2013), 73%penyakit
ini di diagnosis pada wanita berusia antara 40 –74 tahun dan sekitar 25%didiagnosis pada
usia 75 tahun atau lebih pada tahun 2009 sampai 2011diInggris. Angka kejadian
berdasarkan kelompok usia meningkat tajam dari usia sekitar 40 tahun ke kelompok usia
70 -74 tahun sebagai usia puncak kejadian kanker endometrium dan kemudian menurun
terus setelah usia tersebut.Angka kejadian menurut usia meningkat di negara-negara yang
mengalami transisi dari ekonomi rendah ketinggi(Jackson, 2013).
Berdasarkan data Cancer Research UK (2013), angka harapan hidup 5 tahun menurut
usia lebih tinggi pada wanita usia yang lebih muda dan angka ini terus menurun
dengan bertambahnya usia. Di Inggris pada tahun 2007-20011 angka harapan hidup
5 tahun berkisar 86,6% pada usia 40 -49 tahun, dan menurun sampai 56,1% pada usia
lebih dari 70 tahun.
Endometrium merupakan jaringan yang melapisi dindingbagian dalamuterus.
Lapisan ini mengikuti proses perubahan siklus menstruasi selama masa subur
kehidupan seorang wanita. Sebagian besar kanker yang terjadi pada uterus adalah
kanker endometrium, terutama adenokarsinoma (Young B, 2007).Karsinoma

4
endometrium didefinisikan sebagai tumor epitel ganas primer, biasanya dengan
diferensiasi kelenjar, yang berpotensi menginvasi ke dalam miometriumdan menyebar
ke lokasi yang jauh(Silverberg et al, 2003).
Beberapa faktor telah diidentifikasi dalam memprediksi prognosis karsinoma
endometrium. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tipe histopatologik, derajat
histopatologik, kedalaman invasi miometrium, stadium, serta invasi
limfovaskuler(Tangjitgamolet al., 2009; Rosai J, 2011; Siegell et al., 2012).Prognosis
karsinoma endometrium sebenarnya cukup baik apabila dijumpai pada stadium dini dan
ditangani secara tepat, tetapi beberapa karsinoma endometrium telah menyebar atau telah
bermetastasissaat didiagnosis pertama kali. Hal ini mungkin disebabkan karena karsinoma
endometrium tidak mempunyai gejala yang khas dan belum ada metode deteksi
dininya(Nurseta et al., 2008;Milam et al., 2012;Werner et al., 2013).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Yang Dimaksud Endometrium?
2. Bagaimana Patofisologi Endometrium?
3. Bagaimana Etiologi Endometrium?
4. Bagaimana Faktor Resiko Endometrium?
5. Bagaimana Menifestasi Klinis Endomatrium?
6. Bagaimana Deteksi Dini Endomatrium?
7. Bagaimana Klasifikasi Endometrium?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Endometrium?
9. Bagaimana Pencegahan Endometrium?
1.3 Tujuan penulis
1. Untuk Mengetahui Definisi Endometrium
2. Untuk Mengetahui Patofisiologi Endomatrium
3. Untuk Mengetahui Etiologi Endometrium
4. Untuk Mengetahui Faktor Resiko Endometrium
5. Untuk Mengetahui Menifestasi Klinis Endometrium
6. Untuk Megetahui Cara Mendeteksi Dini Endometrium
7. Untuk Mengetahui Klsifikasi Endometrium
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Endometerium
9. Untuk Mengetahui Pencegahan Endometirum

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definsi Ca Endometrium

Kanker endometrium merupakan tumor ganas yang premir yang berasal dari
endometerium atau miometerium . sebagian besar merupakan adenokrasinoma (90%).
Karsinoma endometerium terutama adalah penyakit pada wanita pasacamonopause,
walupun 25% kasus terdapat pada wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5%
kasus terdapat pada usia 40 tahun.umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah
55-66 tahun. Indensi kanker endometrium pada wanita monopause 5 kali lebih rendah
dari pada wanita yang telah mengalami monopause. Insiden ini meningkat sesuai
betambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70 tahun.

Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan patogenesis


berbeda pada masing-masing tipenya.tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe
kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekular dapat membantu dalam
menjalaskan sifat-siafat klinisnnya.

- Tipe I Estrogen Dependen


Tipe 1 berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang
umumnya menyrang wanita pre dan perimonopause. Pada anamnesis didapatkan
riwayat terpapar estrogen dan berasal dari atipikal endomaterial hiperplasi. Tipe
ini diferensiasi baik, minimal invasif,sehingga mempunyai prognosis yang baik.
Pada beberapa kasus mungkin didapatkan diabets, penyakit liver, hipertensi,
obesitas, infertelitas dan gangguan menstruasi. Pada kenyatannya lesi tipe 1
berpotensi dapat dicegah melalui pengenalan resiko pada pasien, diagnosis lesi
prekursor (hiperplesia endoaterium atipika) dan pengobatan yang sesuai.
- Tipe II Estogen Independen
Tipe ini biasa didapatkan pada wannita postmonopaus, kurus dan fertil atau
wanita dengan sirklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif dan
mempunyai prognosis lebih buruk dari pada tipe I, Tipe II paling sering di dapat
pada wanita Afro-Amerika. Yang termasuk kanker endometerium tipe II adalah:
 High-grade endometrioid cancer
 Uterine papillary seous carcinoma

6
 Uterine clear cell carcinoma
Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometerium sering terjadi yaitu fundus,
tuba dan isthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada lapisan
eterine di lokasi tersebut.

2.2 Patofisiogi Endomaterium

Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase yang
berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-12% dari
kanker endometerium identik dengan penemuan yang didapatkan dari kelainan
kraniofasial kongietal. Inhibasi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi masadepan
bagi penderita kanker endomaterium. Beberapa peneliti menduga terdapat dua peran
FGFR2 dalam mempengaruhi endomaterium yaitu dengan menghambat proliferasi sel
endomaterium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen pada karsionoma
endometrial.

Kanker endomaterium mungkin berasal di area minoris (misalnya, sebuah polip


endometerium) atau multi fokal difus. Pertumbuhan awal dari tmor dicirikan oleh pola
eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor di tandai dengan kerapuhan dan
pendarahan spontan, bahkan pada tahap awal. Kemudian pertumbuhan tumor ditandai
oleh invasi miometrium dan pertumbuhan menuju leher rahim. Empat rute peneyabab
terjadi di luar rahim:

1. Langsung
Penyebaran adenokarsinoma endomaterium biasanya lamabat terutama pada yang
diferensiasi baik. Peneybaran kearah permukaan kavum uteri dan endoserviks. Dari
kavum uteri menuju ke stroma endomaterium ke miomaterium ke ligamentum
latun dan oragan sekitarnya. Jika telah mengenai endoserviks, penyebab
selanjutnya sperti pada adenolarsinoma serviks.
2. Melalui kelenjar limfe
Penyebaran melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para aorta dan melalui
kelenjar limfe uterus akan menuju kelenjar iliaka interna, eksterna dan ilaka
komunis serta melalui kelenjar limfe ligamentum rotudum akan sampai ke
kelenjarlimfe ingunal dan femoral.
3. Melalui aliran darah

7
Biasanya proses penyebaran sangat lambat dan tempat metastasenya adalah
paru,hati dan otak.
4. Interperitoneal atau tuba
Biasanya disertai papilary serous carcinoma (UPSC), serupa dengan penyebaran
kanker ovarium.

2.3 Etiologi Endomaterium

Penyebab kanker endometerium tidak diketahui. Kebanyakan kasus kanker


endomaterium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara
kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan
epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntukan pada hewan percobaan di
laboratorium meneybabkan endometerium dan kanker.

Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker endometerium telah


diketahui selama 50 tahun. Satu faktor resiko yang paling sering dan paling terbukti
untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas jaringan adiposa memiliki enzim aromatase
yang aktif. Androgen adrenal denan cepat dikonversi menjadi estrogen di dalam jaringan
adiposa pada individu yang obesitas. Estrogen yang baru disintesis ini juga memeliki
bioavailabilitas yang sangat baik karena perubahan metabolik yang berhubungan dengan
obesitas menghambat produksiglobulin pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang
obesitas mungki mengalami peningkatan drastis pada estrogen bioavaibel yang
bersirkulasi dan pajanan ini dapat menyebabkan penmbuhan hiperplastik pada
endometrium.

Dasar pemikiran yang menganggap estrogen sebagai faktor etiologis berasal dari
tiga sumber.

1. Aktivitas biologis estrogen dan progesteron pada endometrium


2. Data pada hewan dan manusia mengenai pengaru dietilstilbestrol (DES)
terhadap karsinogenesis
3. Hubungan anatara kanker endometerium dengan hiperplasia endometerium
dalam kaitannya dengan hubungan antara hiperplasia dengan pajanan estrogen
yang tidak di hambat dan berlangsung lama

Bukti yang paling kuat untuk sensitivitas endomaterium yang tinggi terhadap
hormon steroid ovarium adalah perubahan dramatis yang terjadi pada jaringan ini selama

8
siklus menstruasi. Pada siklus wanita normal: endometerium mengubah morfologinya
setiap hari.

Pada fase folikular siklus: estrogen menstimulas proiferasiepitel yang menutup


kelenjar endometerium dan stoma di bawahnya. Estrogen menginduksi produksi reseptor
sendiri dan reseptor progesteron selama fase ini. Progresteron yang di sekresi dengan
cepat setelah ovulasi menahan aktivitas proliferasi pada kelenjar-kelenjar dan
mengkonversi epitel menjadi keadaan sekretorik. Stroma merespon progesteron dengan
angiogenesis dan matursai fungsional. Jika kehamilan terjadi, perubahan-perubahan ini
akan mempersiapkan endometerium untuk impalantasi. Dipercaya bahwa efek mitogenik
yang poten dari estrogen pada epitel kelenjar endometerium mempercepat tingkat mutasi
spontan dari onkogen yang merupakan predisposisi atau en penekan tumor. Hal ini
mengarah pada suatu transformasi neoplastik.

2.4 Faktor Resiko Endomaterium

Kebanyakan faktor risikokanker endometrium


dipengaruhiolehkadarhormonestrogendan obesitas. Dimana kadar hormon estrogen ini
dipengaruhi oleh adanya terapi sulih hormon yang biasa dilakukan pada usia menopause.
Sebelum menopause, ovarium merupakan sumber utama 2 tipe hormon wanita –estrogen
dan progesteron. Keseimbangan antara kedua hormon berubah selama siklus
menstruasi wanita tiap bulan. Hal ini menghasilkan periode bulanan wanitadan
menjaga endometrium tetap sehat. Adanya ketidakseimbangan pada kedua
hormon, dimana meningkatnya estrogen dapat meningkatkan risikokanker
endometrium pada wanita. Setelah menopause, ovarium berhenti membuat hormon,
tetapi jumlah kecil estrogen tetap dibuat secara alami pada jaringan lemak.
Estrogen memiliki pengaruh yang besar setelahmenopause dibanding sebelum
menopause. Hormon wanita juga terdapat (sebagai obat) pada pil pengontrol
kehamilan untuk mencegah kehamilan dan sebagai terapi hormon untuk mengobati
gejala menopause.

1) Faktor hormon
1. Terapih sulih hormon
Terapi sulih hormonbiasanya untuk mengobati gejala menopause dengan
menggunakan estrogen. Estrogen tersedia dalam banyak bentuk seperti pil,
krim, yang menempel di kulit (skin patches), shots, dan cincin vagina untuk

9
mengobati gejala menopause. engobatan estrogen dapat mengurangi rasa
semburan panas, meningkatkan kekeringan vaginal, membantu mencegah
kelemahan pada tulang (osteoporosis), gejala vasomotor dan gangguan
tiduryang dapat terjadi saat menopause.
2. Pil kontrol kehamilan
Penggunaan pil kontrol kehamilan (kontrasepsi oral) menurunkan risikokanker
endometrium. Namun penting untuk melihat semua risikodan keuntungan
saatmemilih metode kontrasepsi, karena kanker endometrium merupakan
risikoyang harus dipertimbangkan(American Cancer Society, 2012).
Perkembangan hiperplasia sekunder pada anovulasi saat menarchetidak sering
terjadi, namun mudah kembali dengan siklus normal menstruasi saat
penggunaan pil kontrasepsi oral (Di Saia & Creasman, 2012).
3. Jumlah total siklus menstruasi
Memiliki siklus menstruasi yang lebih banyak selama waktu hidup wanita
dapat meningkatkan risikokanker endometrium. Mulainya periode menstruasi
(menarche) sebelum usia 12 tahun dan/atau mengalami menopause lebih
lambat(>55tahun)dapat meningkatkan risiko(Dossus, et al, 2010).
4. Kehamilan
Keseimbangan hormon berganti selama kehamilan, dimana progesteron lebih
banyak dibanding estrogen. Peningkatan umur kehamilan mungkin dapat
melindungi atau menghindari dari kanker dengan menurunkan kadar
estrogen pada wanita yang mendekati menopause. Paparan terhadap kadar
tinggi progesteronsaat kehamilan mungkin efektif saat seringnya terjadi
defisienasi progesteronpada usia lanjut. Paparan dalam jangka waktu
panjang pada progesteronmungkin memfasilitasi pengangkatan lesi
premalignan, sehingga risiko terjadinya kanker endometrium cenderung
menurun(Karageorgi, et al, 2010).
5. Obesitas
Obesitas mempengaruhi jumlah kadar hormon danfaktor pertumbuhan. Insulin
dan leptin meningkat pada orang-orang obesitas dan dapat memicu
pertumbuhan sel kanker. Obesitas juga dihubungkan dengan inflamasi kronis
graderendah. Obesitas jaringan adipose dicirikan dengan adanya infiltrasi
makrofag dan makrofag merupakan sumber penting inflamasi di jaringan ini.
Adiposit menghasilkan faktor pro-inflamasi dan individu yang obesitas

10
mengalami peningkatan konsentrasi dari sirkulasi faktor nekrosis tumor
(TNF)-alfa, interleukin (IL)-6, dan protein kreatinin-C, dibandingkan dengan
orang-orang kurus. Sebagaimana leptin yang berfungsi sebagai sitokin
inflamasi. Inflamasi kronis dapat memicu terjadinya perkembangan
kanker.Hormon estrogen yang sebagian besar dihasilkan di ovarium, diketahui
juga jaringan adiposedapat mengubah beberapa hormon menjadi estrogen.
Memiliki lebih banyak jaringan adipose dapat meningkatkan kadar estrogen
wanita, dimana hal ini juga dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium(American Institute for Cancer Research, 2013).
6. Temoxsifen
Tamoxifen adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
kanker payudara. Tamoxifen bekerja sebagai anti estrogen di jaringan
payudara, tetapi bekerja seperti estrogen di uterus. Hal ini dapat menyebabkan
pertumbuhan dinding rahim, yang meningkatkan risiko kanker
endometrium(American Cancer Society, 2012).
7. Tumor ovarium
Tipe tumor ovarium, granulose-theca cell tumor, sering
menghasilkan estrogen. Estrogen dilepaskan oleh salah satu tumor yang
tidak terkontrol pelepasan hormonnya dari ovarium, yang seringkali dapat
memicu tingginya kadar estrogen. Ketidakseimbangan hormon dapat
merangsang endometrium dan dapat memicu terjadinya kanker
endometrium. Faktanya, terkadang terjadi pendarahan vaginal dari
kanker endometrium yang merupakan gejala awal dari tumor.(American
Cancer Society, 2012).
8. Sindrom ovarium polisistik
Wanita dengan kondisi disebutsindrom polisistik ovarian (PCOS) mempunyai
kadar hormon abnormal, seperti tingginya androgen (hormon laki-laki) dan
kadar estrogen dan kadar progestern yang rendah. Peningkatan estrogen relatif
pada progesterondapat meningkatkan kesempatan wanita untuk mengalami
kanker endometrium(American Cancer Society, 2012).
2) Pengguna alat intrauterin
Wanita yang menggunakan alat intrauterin(IUD) untuk mengontrol kehamilan
memiliki risiko mengalami kanker endometrium yang lebih rendah. IUD
terkadang digunakan untuk mengobati pre-kanker dan kanker endometrium awal

11
pada wanita yang ingin mempertahankan kemampuan melahirkan anak(American
Cancer Society, 2012).
3) Usia
Risiko kanker endometrium meningkat pada wanita yang semakin tua. Kanker
endometrium jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun. Kebanyakan
kasus ditemukan pada wanita berumur 50 tahun keatas, dengan lebih dari setengah
semua kasus kanker endometrium didiagnosis pada kelompok umur 50-69
tahun(American Cancer Society, 2012).
4) Makanan dan olahraga
Makanan tinggi lemakdapat meningkatkan risiko beberapa kanker, temasuk kanker
endometrium. Karena makanan berlemak juga merupakan makanan tinggi kalori,
makanan tinggi lemak dapat memicu obesitas, yang diketahui merupakan faktor
risiko kanker endometrium. Beberapa penelitiberpikir bahwa makanan berlemak
juga mempunyai efek langsung pada metabolisme estrogen, yang meningkatkan
risiko kanker endometrium. Aktivitas fisik diketahui dapat mencegah kanker
endometrium(American Cancer Society, 2012).
5) Diabetes dan hipertensi
Kanker endometrium dapat terjadi empat kali lebih sering pada wanita dengan
diabetes. Diabetes sering terjadi pada orang-orang yang kelebihan berat badan,
tetapi walaupun orang dengan diabetes tidak kelebihan berat badan, memiliki
risiko kanker endometrium yang lebih tinggi.Beberapa peneliti menemukan
bahwa hipertensi berhubungan dengan risiko kanker endometrium (American
Cancer Society, 2012).
6) Riwayat keluarga
Kanker endometrium cenderung diturunkan pada beberapa keluarga. Risiko
meningkat pada wanita yang mempunyai keluarga penderita kanker
endometrium. Wanita yang mempunyai ibu atau saudara perempuan yang
menderita kanker endometrium risiko meningkat2 kali lipat(American Cancer
Society, 2012).
7) Kanker payudara atau ovarium
Wanita yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium mungkin
meningkatkan risiko perkembangan kanker endometrium. Beberapa
makanan, hormon, dan faktor risiko reproduktif untuk kanker payudara dan

12
ovarium juga meningkatkan risiko kanker endometrium(American Cancer
Society, 2012).
8) Terapi radiasi pelvis
Radiasi digunakan untuk mengobati beberapa kanker yang dapat merusak sel DNA,
terkadang meningkatkan risiko kanker tipe kedua seperti kanker
endometrium(American Cancer Society, 2012).
9) Hiperplasia endometerium
Hiperplasia endometrium merupakan peningkatan pertumbuhan endometrium.
Hiperplasia ringan atau sederhana, tipe yang paling sering, mempunyai risiko
yang sangat kecil untuk menjadi kanker. Dapat menghilang sendiri atau
setelah pengobatan dengan terapi hormon. Jika hiperplasia disebut atipikal, maka
memiliki kesempatan lebihtinggi untuk menjadi kanker. Hiperplasia atipikal
sederhana (simple) berubah menjadi kanker pada 8% kasus apabila tidak diobati.
Hiperplasia atipikal kompleks memiliki risiko menjadi kanker apabila tidak
diobati mencapai 29% kasus(American Cancer Society, 2012).

2.5 Menifestasi Klinis

Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometerium adalah perdarahan


pasca monopause bagi pasien yang telah monopause dan perdarahan intermenstruasi bagi
pasien yang belum monopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling
banyak menyertai keluhan utama.

Gejala bisa berupa:

 Perdarahan rahim yang abnormal


 Siklus menstruasi yang abnormal
 Perdarahan diantara siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
 Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca monopause
 Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40 tahun)
 Nyeri perut bagian bawah atau kram pangul
 Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

13
2.6 Deteksi Dini Kanker Endometerium

Ameican cancer society mengatakan bahwa wanita yang telah mendekati monopause
harus diedukasi mengenai gejala dan resiko kanker endometerium

- Apabila terdapat pendarahan atau spotting atau cairan vagina yang tidak
normal, segera periksakan diri ke dokter
- Wanita dengan resiko hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC)
diedukasi memeriksakan diri setiap tahun dimulai pada usia 35 tahun. Wanita
dengan HNPCC juga memiliki resiko tinggi kanker ovarium dan uterus.
Wanita dengan resiko tingggi kanker endometerium dan tidak mempunyai
rencana untuk haml dapat melakukan pencegahan dengan mengangkat
uterus, tuba falopi, dan ovarium.

2.7 Klasifikasi Endometerium


Saat ini, setadium kanker endometerium di tetapkan berdasarkan surgical staging,
menurut the international federation of gynecology and obstetrics ( FIGO) 2010:

Kanker endomaterium juga dibagi menurut grade. Grade adalah derajat diferensiasi
tumor. Sel normal mampu bermultipikasi dengan cepat yang teratur dan mampu
berintaksi dengan selainya. Sel kanker tidak mempunya sifat seperti sel normal dan lebh
jarang berdifrensiasi. Sel yang mempunyai sifat seperti sel normal dikatakan
berdifrensiasi baik.

Jika suatu tumor glandular terdiri dari kurang dari 5% bagian yang padat dikatakan
grade I. Jika tumor terdiri dari lebi 50% bagian yang dapat dikatakan grade III. Diantara
garde I dan III adalah garde II lapiasan endoterium normal terdiri dari sel glandural yang
mensekresi mukus yang berguna untuk menutrisi sel telur yang sudah di vertilisasi
sebelum implantasi.

2.8 Penatalaksanaan

A. Pembedahan
Pembedahan untuk kanker endometrium berupa histerektomi yang umumnya
disertai dengan salfingoooforektomi bilateral. Salfingoooforektomi dilakukan karena sel-
sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman yang mungkin tertinggal
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.

14
Tindakan dapat disertai dengan pelvic washing serta limfadenektomi pelvik dan
paraaortik, tetapi kedua tindakan ini masih kontroversial.
Laparoskopi atau Laparotomi
Laparoskopi diasosiasikan dengan tingkat komplikasi setelah operasi yang lebih rendah
sehingga lebih disarankan dibandingkan laparotomi. Laparoskopi diasosiasikan dengan
tingkat nyeri yang lebih rendah, serta penyembuhan dan lama rawat yang lebih singkat.
Pelvic Washing
Sitologi pelvik atau peritoneal washing (PWC) adalah indikator yang paling berguna dari
penyebaran peritoneum kanker ovarium subklinis, terutama untuk karsinoma ovarium
nonserosa. Namun, peran PWC dalam penentuan stadium kanker endometrium kurang
jelas.
Deteksi sel-sel ganas dalam pencucian peritoneum bergantung pada identifikasi sel-sel
nonmesothelial dan pengaturannya. Walau karsinoma tingkat tinggi dapat dengan mudah
diidentifikasi, sejumlah kondisi jinak seperti sel mesothelial reaktif, endosalpingiosis, dan
endometriosis dapat meniru tumor batas garis serosa dan karsinoma serosa derajat rendah.
Kontroversi Limfadenektomi
Limfadenektomi pelvik dan paraaortik masih kontroversial. Terdapat studi yang
menyatakan peningkatan harapan hidup pasien, tetapi terdapat juga studi yang menyatakan
hasil sebaliknya. Selain itu, belum terdapat konsensus mengenai kriteria pasien yang perlu
dilakukan limfadenektomi. [17]

B. Radioterapi
Radioterapi tidak perlu dilakukan pada pasien kanker endometrium derajat 1 atau 2
dengan invasi miometrium <50% karena berhubungan dengan reduksi kualitas hidup dan
peningkatan morbiditas.

Radioterapi dapat dipertimbangkan pada kanker endometrium yang tidak dapat


menjalani pembedahan dengan penyakit yang terbatas hanya pada uterus. Pada penyakit
stadium IV B, radioterapi tidak lagi bertujuan kuratif tetapi hanya sebagai terapi paliatif
saja.

C. Kemoterapi
Hasil penelitian menunjukkan kanker endometrium pasca operasi yang diikuti
kemoterapi kombinasi memiliki angka survival lebih tinggi. Kemoterapi terutama
disarankan pada tumor stadium III atau lebih atau rekuren. Walau demikian, belum
terdapat standar kemoterapi pilihan untuk kanker endometrium.

15
Kemoterapi dapat diberikan secara tunggal atau terapi kombinasi. Pilihan kemoterapi
tunggal untuk kanker endometrium adalah sebagai berikut :

 Cisplatin 50-100 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 30 menit, setiap 3 minggu

 Carboplatin AUC 5-7 diberikan secara intravena dalam 30 menit, setiap 3 minggu

 Paclitaxel 175 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 3 jam, setiap 3 minggu

 Doxorubicin 60-75 mg/m2 bolus intravena, setiap 3 minggu

 Doxorubicin liposomal 50 mg/m2 intravena, setiap 3-4 minggu

Pilihan kemoterapi kombinasi untuk kanker endometrium adalah sebagai berikut :

 Carboplatin + paclitaxel

 Doxorubicin + cisplatin

 Doxorubicin + cisplatin untuk hari pertama, paclitaxel untuk hari kedua, filgrastim untuk hari
3-12
 Carboplatin + paclitaxel + bevacizumab [18]

D. Terapi Hormonal
Terapi hormonal berupa pemberian progestin kontinu menggunakan megestrol,
medroksiprogesteron, atau intrauterine device (IUD) levonorgestrel dapat digunakan
sebagai terapi primer pada pasien kanker endometrium yang ingin mempertahankan
fertilitasnya.
Terapi hormonal ini dapat dipertimbangkan jika kriteria berikut ini terpenuhi :

 Hasil biopsi dilatase & kuratase terkonfirmasi adenokarsinoma derajat 1 oleh ahli patologi

 Penyakit terbatas hanya pada endometrium yang dikonfirmasi menggunakan MRI


(direkomendasikan) atau USG transvaginal

 Tidak ada metastasis pada pencitraan

 Tidak ada kontraindikasi terhadap terapi hormon atau kehamilan

 Informed consent pasien bahwa terapi hormonal sebagai terapi primer bukan


merupakan terapi standar untuk penanganan kanker endometrium
 Jika alasan tidak melakukan histerektomi adalah karena ingin memiliki anak, edukasi pasien
untuk segera melakukan histerektomi setelah memiliki anak

Terapi Target dan Imunoterapi

Terapi target dan imunoterapi untuk kanker endometrium masih dalam tahap uji klinis
dan memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum bisa digunakan untuk penanganan kanker

16
endometrium. Contoh terapi target dan imunoterapi yang sedang diuji untuk kanker
endometrium, di antaranya :

 Kinase inhibitor: lenvatinib

 Angiogenesis inhibitor: bevacizumab

 Protein mammalian target of rapamycin (mTOR): everolimus, temsirolimus


 Immune checkpoint inhibitor: pembrolizumab [18]
E. Follow Up
Pada pasien pasca terapi dilakukan follow up yang bertujuan untuk memantau adanya
kekambuhan. Edukasi pasien untuk segera memeriksakan diri jika mengalami keluhan
perdarahan per vaginam. Kehilangan berat badan, nyeri, dan perdarahan pervaginam dapat
mengarahkan adanya kekambuhan penyakit, yang seringkali terjadi selama 3 tahun
pertama setelah terapi primer.

Kanker endometrium awalnya digolongkan menurut stadium dan dirawat dengan


operasi. Pengobatan standar untuk kanker ini di Amerika Serikat terdiri dari
pengangkatan rahim, leher rahim, baik saluran tuba dan ovarium, serta selektif
limfadenektomi panggul dan para-aorta (Leslie, et al, 2005).
Jenis operasi yang paling sering dilakukan pada kanker endometrium adalah
histerektomi. Operasi yang dilakukan untuk mengangkat rahim dan leher rahim disebut
histerektomi total. Ketika rahim tersebut diangkat melalui sayatan di perut, itu adalah
disebut histerektomi abdominal total (TAH). Jika rahim akan diangkat melalui Vagina,
itu dikenal sebagai histerektomi vaginal. Suatu histerektomi radikal dilakukan ketika
kanker endometrium telah menyebar ke leher rahim atau daerah sekitar leher rahim
(parametrium). Dalam operasi ini, seluruh rahim, jaringan di samping uterus
(parametrium dan ligamentum uterosakrum), dan bagian atas vagina (sebelah serviks)
semua diangkat (American Cancer Society, 2012).

Bagi pasien yang telah memiliki stadium yang tepat melalui pengobatan bedah,
adjuvant RT (brachytherapy vagina atau sinar eksternal), kemoterapi atau terapi
hormonal mungkin dianjurkan tergantung pada faktor-faktor risiko. Pasien dikategorikan
berdasarkan stratifikasi risiko pada periode pasca operasi. Pasien dengan risiko rendah
mungkin tidak memerlukan terapi pasca-operasi (Leslie et al, 2012).

Efek samping dari terapi adjuvant, adalah penting untuk membedakan antara pasien
yang akan mendapat manfaat dari terapi adjuvant dan mereka yang akan lebih baik
dilayani hanya dengan follow up klinis. Bagi pasien dengan risiko menengah sampai

17
tinggi memerlukan perawatan pasca-bedah dengan RT untuk mengurangi kekambuhan
lokal didasarkan pada fakta bahwa 75% dari rekurensi berada di panggul. Saat ini, tidak
ada protokol pengobatan untuk pasien dengan penyakit stadium lanjut, meskipun ini
adalah subyek dari uji klinis. Pasien yang berisiko tinggi memerlukan pengobatan
adjuvant, yaitu paling sering RT untuk kasus-kasus berisiko tinggi terbatas pada uterus
dan kemoterapi untuk kasus-kasus dengan penyakit ekstrauterin. Suatu uji klinis
prospektif yang besar telah menunjukkan bahwa terapi radiasi panggul pasca operasi
menurunkan rekurensi lokal, tetapi tidak memiliki dampak keseluruhan pada
kelangsungan hidup (Leslie et al, 2012).

Kemoterapi adalah pengobatan pilihan untuk penyakit metastasis. Pemilihan


rejimen telah berkembang selama dekade terakhir. Obat-obatan yang paling aktif adalah
anthracyclines, senyawa platinum dan taxanes. Sebagai obat tunggal, obat ini
menghasilkan tingkat respons yang lebih besar dari 20%. Obat kemoterapi tunggal
merupakan pilihan bagi pasien yang cenderung memiliki efek samping yang tidak dapat
diterima dengan beberapa obat. Namun, untuk sebagian besar pasien, beberapa obat
digunakan bersamaan. Tingkat respon untuk terapi triple dengan doxorubicin, cisplatin
dan paclitaxel adalah 57%, namun terdapat efek samping yang menonjol (Tulumang,
Loho, and Mamengko 2016)

Penerapan terapi progestin dapat digunakan sebagai terapi hormonal untuk kanker
endometrium. Untuk mencapai efek anti-tumor, progestin diperkirakan untuk
menginduksi diferensiasi sel-sel tumor serta memungkinkan untuk aktivasi jalur
apoptosis atau memblokir pembelahan sel yang aktif. Tidak mengherankan, prognosis
dan respon terhadap terapi progestin positif berkorelasi dengan ekspresi PR. Namun
pasien yang awalnya merespon terapi progestin akan sering kambuh. Salah satu alasan
yang berpotensi untuk kurangnya manfaat obat ini karena progestin mempromosikan
downregulation dari ER dan PR. Penambahan molekul estrogen seperti tamoxifen dan
penggunaan progestrin intermiten mencegah tergantung progestin down-regulasi PR
(Putri and Saputra 2018)

2.9 Pencegahan Dari Endometrium

1. Pemeriksaan rutin
Pada awal monopause, wanita harus diberitahu mengenai resiko dan gejala awal
kanker endometerium. Mereka harus didorong untuk melaporkan apabila terdapat

18
pendarahan vagina ataupun spontting ke dokter. Skrining tahunan dengan sampling
endometerium harus pada usia 35 tahun pada wanita yang beresiko tinggi untuk
kanker endometerium karena HNPCC. Screening terutama harus dilakukan jika
mereka memiliki anggota keluarga yang di diagnosa kanker endometerium.(Mirhalina
2020)
2. Operasi profilaksasi
Kanker wanita dengan NHPCC memiliki seperti risoko tinggi terkena kanker
endometrium (40 sampai 60 persen), histerektomi profilaksi adalah salah satu pilihan.
Dalam stud khort dari 315 pembawa mutasi HNPCC, schmeler dan rekan (2006)
mengkonfirmasi manfaat melaporkan pengurangan resiko 100% dari histerektomi
profiliksasi ini.
3. Konsumsi Fiteostrogen
Kaner endometrium sebagian besar terkait dengan paparan estrogen. Phyteostrogen
(yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam makanan nabati) memiliki efek
antiestrogenik. Peneliti mengevaluasi asosiasi antara asupan makanan dari tujuh
senyawa tertentu yang mewakili tiga phytoestrogen (isoflavon, coumestans, dan
lignan) dan resiko kanker endometium. Isoflavon, tanaman nonsteroid berbasis
polifenol yang sering ditemukan dalam kacang-kacangan, terutama dalam kedelai,
mengurangi resiko kanker endomaterium.
Wanita postmonopause dengan obesitas yang mengkonsumsi phytoestrogen dengan
jumlah yang relatif rendah memiliki resiko tinggi kanker dibandingkan dengan non
obesitas wanita postmonopause yang mengkonsumsi jumlah yang relatif tinggi
isoflavon, namun interaksi anatara obesitas dan asupan phytoestrogen secara statistik
tidak signifikan.(Dewi and Budiana 2017)

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker endometrium merupakan tumor ganas yang premir yang berasal dari
endometerium atau miometerium . sebagian besar merupakan adenokrasinoma (90%).
Karsinoma endometerium terutama adalah penyakit pada wanita pasacamonopause,
walupun 25% kasus terdapat pada wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5%
kasus terdapat pada usia 40 tahun.umur rata-rata penderita kanker endometrium
adalah 55-66 tahun. Indensi kanker endometrium pada wanita monopause 5 kali lebih
rendah dari pada wanita yang telah mengalami monopause.

Kebanyakan faktor risikokanker endometrium dipengaruhi oleh kadar hormon


estrogen dan obesitas. Dimana kadar hormon estrogen ini dipengaruhi oleh adanya
terapi sulih hormon yang biasa dilakukan pada usia menopause. Sebelum menopause,
ovarium merupakan sumber utama 2 tipe hormon wanita –estrogen dan progesteron.
Keseimbangan antara kedua hormon berubah selama siklus menstruasi wanita
tiap bulan. Hal ini menghasilkan periode bulanan wanitadan menjaga
endometrium tetap sehat. Adanya ketidakseimbangan pada kedua hormon,
dimana meningkatnya estrogen dapat meningkatkan risikokanker endometrium pada
wanita. Setelah menopause, ovarium berhenti membuat hormon, tetapi jumlah
kecil estrogen tetap dibuat secara alami pada jaringan lemak.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Patu Pradnya Paramitha, and I nyoman Gede Budiana. 2017. “Profil Pasien Kanker
Endometrium Di RSUP Sanglah Denpasar Periode Agustus 2012-Juli 2014.” E-Jurnal
Medika 6(8): 1–7. https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/33453/20261.

Mirhalina, Siti. 2020. “Jenis Dan Faktor Risiko Kanker Endometrium Di Rumah Sakit Dr .
Pirngadi Kota Medan Tahun 2015-2018.” 3(1).

Putri, Sukmawati Anggraeni, and Elin Panca Saputra. 2018. “Perancangan Aplikasi Sistem
Pakar Diagnosa Awal Kanker Reproduksi Wanita Dengan Metode Certainty Factor.”
Jurnal Media Informatika Budidarma 2(3): 63–68.

Tulumang, Jeinyver A., Maria F. Loho, and Linda M. Mamengko. 2016. “Gambaran Kanker
Endometrium Yang Dirawat Di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode 2013 –
2015.” e-CliniC 4(1).

http://scholar.unand.ac.id/11301/2/BAB%201.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai