Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SINDROM NEFROTIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperwatan Medikal Bedah II yang di bina oleh
Bapak Ns. Andi Surya kurniawati.,M.Kep

Disusun oleh :

1. Alifiya Eka R (1914314201030)


2. Ana Khumaidita P (1914314201031)
3. Enos Umbu Mada H (1914314201043)
4. Maulida Nafatin (1914314201053)
5. Sandra Wakiah P (1914314201064)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sindrom Nefrotik” tepat
pada waktunya, banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun karena bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari
Ns. Andi Surya Kurniawati.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca khususnya mahasiswa program studi S1
Keperawatan. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan kami kepada
pembaca atas kontribusinya baik berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kamis, 25 Februari 2021

Penulis

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................4
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sindom Nefrotik ............................................................................................6


2.2 Etiologi Sindom Nefrotik.............................................................................................7
2.3 Tanda dan gejala Sindom Nefrotik ..............................................................................7
2.4 Anatomi fisiologi Sindom Nefrotik .............................................................................7
2.5 Patofisiologi Sindom Nefrotik .....................................................................................8
2.6 Pathway Sindom Nefrotik............................................................................................10
2.7 Pemeriksaan penunjang Sindom Nefrotik....................................................................
2.8 Tindakan medis Sindom Nefrotik.................................................................................
2.9 Peran perawat Sindom Nefrotik...................................................................................
2.10Tren dan isu Sindom Nefrotik......................................................................................
2.11 Asuhan keperawatan Sindom Nefrotik........................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................12


3.2 SARAN .........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif,
hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Angka kejadian SN di
Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per
tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan
perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM Jakarta, sindrom nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar
pasien di poliklinik khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal
anak yang dirawat antara tahun 1995-2000. Menurut Behrman dalam bukunya yang
berjudul Ilmu Kesehatan Anak (2001) bahwa “pada anak karena mempunyai kelainan
pembentukan glomerulus”.  Menurut tinjauan dari Robson, dari 1400 kasus, beberapa
jenis glomerulonefritis merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada orang
dewasa dan 93% pada anak-anak (Price, 1995).

Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas sindrom nefrotik pada anak masih
tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Menurut Raja
Sheh angka kejadian kasus sindrom nefrotik di asia tercatat sebanyak 2 kasus tiap 10.000
penduduk (Republika, 2005). Sedangkan angka kejadian di Indonesia pada sindrom
nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun
(Alatas, 2002).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi Sindom Nefrotik ?
2. Apa etiologi Sindom Nefrotik ?
3. Apa tanda dan gejala Sindom Nefrotik ?
4. Apa anatomi fisiologi Sindom Nefrotik ?
5. Bagaimana patofisiologi Sindom Nefrotik ?
6. Bagaimana pathway Sindom Nefrotik ?

4
7. Apa saja pemeriksaan penunjang Sindom Nefrotik ?
8. Bagaimana tindakan medis Sindom Nefrotik ?
9. Bagaimana peran perawat Sindom Nefrotik ?
10. Apa tren dan isu Sindom Nefrotik ?
11. Bagaimana Asuhn keperawatan Sindro Nefrotik ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Sindom Nefrotik
2 Untuk mengetahui etiologi Sindom Nefrotik
3 Untuk mengetahui tanda dan gejala Sindom Nefrotik
4 Untuk mengetahui anatomi fisiologi Sindom Nefrotik
5 Untuk mengetahui patofisiologi Sindom Nefrotik
6 Untuk mengetahui pathway Sindom Nefrotik
7 Untuk mengetahui saja pemeriksaan penunjang Sindom Nefrotik
8 Untuk mengetahui tindakan medis Sindom Nefrotik
9 Untuk mengetahui peran perawat Sindom Nefrotik
10 Untuk mengetahui tren dan isu Sindom Nefrotik
11 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz &
Sowden, 2009). Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik
merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia,
hiperlipemia dan edema (Wong, 2008).

Berdasarkan pengertian diatas, Sindrom nefrotik pada anak merupakan kumpulan


gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbumininemia,
hiperlipidemia yang disertai edema.

2.2 ETIOLOGI

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:

1. Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal. Resisten


terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan
biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

2. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh :

6
a. Malaria quartana atau parasit lainnya

b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid

c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis

d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan


lebah, racun otak, air raksa.

e. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membraneproliferatif


hipokomplementemik.

3. Sindrom nefrotik idiopatik

Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga


disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada
biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg
dkk membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa,
glomerulonefritis proliferatif, glomerulosklerosis fokal segmental.

2.3 TANDA DAN GEJALA

Menurut Hidayat (2006), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai
berikut : terdapat adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan meningkat,
edema periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine,
urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan.

2.4 ANATOMI FISIOLOGI

Menurut Gibson,John (2013) , Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12 cm,


lebar 7 cm, dan tebal maksimum 2,5 cm, dan terletak pada bagian belakang
abdomen, posterior terhadap peritoneum, pada cekungan yang berjalan di sepanjang
sisi corpus vertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal
kanan terletak agak lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya hepar pada
sisi kanan. Sebuah granula adrenalis terletak pada bagian atas setiap ginjal

7
Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang membulat (ujung superior dan
inferior), margo lateral yang membulat konveks, dan pada margo medialis terdapat
cekungan yang disebut hilum. Arteria dan vena, pembuluh limfe, nervus renalis, dan
ujung atas ureter bergabung dengan ginjal pada hilum.

Berikut penjelasan bagian-bagian di dalam ginjal :

1. Ginjal terletak di bagian perut. Gambar ginjal di atas adalah ginjal kiri yang telah
di belah.

2. Calyces adalah suatu penampung berbentuk cangkir dimana urin terkumpul


sebelum mencapai kandung kemih melalui ureter.

3. Pelvis adalah tempat bermuaranya tubulus yaitu tempat penampungan urin


sementara yang akan dialirkan menuju kandung kemih melalui ureter dan
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

4. Medula terdiri atas beberapa badan berbentuk kerucut (piramida), di dalam


medula terdapat lengkung henle yang menghubungkan tubulus kontraktrus
proksimal dan tubulus kontroktus distal.

5. Korteks didalamnya terdapat jutaan nefron yang terdiri dari bagian badan
malphigi. Badan malphigi tersusun atas glomerulus yang di selubungi kapsul
bowman dan tubulus yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontroktus distal, dan tubulus kolektivus.

6. Ureter adalah suatu saluran muskuler yang berbentuk silinder yang


mengantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih.

8
7. Vena ginjal merupakan pembuluh balik yang berfungsi untuk membawa darah
keluar dari ginjal menuju vena cava inferior kemudian kembali ke jantung.

8. Arteri ginjal merupakan pembuluh nadi yang berfungsi untuk membawa darah ke
dalam ginjal untuk di saring di glomerulus.

Di dalam korteks terdpat jutaan nefron. Nefron adalah unit fungsional terkecil
dari gijal yang terdiri atas tubulus kontroktus proximal, tubulus kontroktus distal
dan duktus koligentes. Berikut adalah penjelasan bagian-bagian di dalam nefron :

1. Nefron adalah tempat penyaringan darah. Di dalam ginjal terdapat lebih dari
1 juta buah nefron. 1 nefron terdiri dari glomerulus, kapsul bowman, tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distal, tubulus
kolektivus.

2. Glomerulus merupakan tempat penyaringan darah yang akan menyaring air,


garam, asam amino, glukosa, dan urea. Menghasilkan urin primer.

3. Kapsul bowman adalah semacam kantong/kapsul yang membungkus


glomerulus. Kapsul bowman ditemukan oleh Sir William Bowman.

4. Tubulus kontortus proksimal adalah tempat penyerapan kembali/ reabsorbsi


urin primer yang menyerap glukosa, garam, air, dan asam amino.
Menghasilkan urin sekunder.

5. Lengkung henle merupakan penghubung tubulus kontortus proksimal dengan


tubulus kontortus distal.

9
6. Tubulus kontortus distal merupakan tempat untuk melepaskan zat- zat yang
tidak berguna lagi atau berlebihan ke dalam urine sekunder. Menghasilkan
urin sesungguhnya.

7. Tubulus kolektivus adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang


menampung urin dari nefron, untuk selanjutnya disalurkan ke pelvis menuju
kandung kandung kemih.

2.5 PATOFISIOLOGI
Menurut Betz & Sowden (2009), Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap
protein plasma menimbulkan protein, hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya
protein dari rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan
peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam
rongga interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi
system renin– angiotensin yang mengakibatkan diskresikannya hormone antidiuretik dan
aldosterone. Reabsorsi tubular terhadap natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan
akhirnya menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan
edema. Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunan volume vaskuler
yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari koagulasi protein.
Kehilangan immunoglobulin pada urine dapat mengarah pada peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.

10
2.6 PATHWAY

Sindrom nefrotik bawaan, sekunder indoptik

Dinding kapiler glomerulus kehilangan


muatan negative glikoprotein

Peningkatan permeabilitas glomerulus

Kenaikan filtrasi plasma


protein

Kenaikan reabsorbsi plasma protein Albuminuria/proteinuria

Katabolisme albumin Peningkatan beban kerja ginjal hipoalbumin

Penurunan tekanan Kenaikan sintesis


Tubuh kekurangan Kerusakan sel tubuh
onkotik plasma protein dalam sel
protein
intravaskuler hepar

Malnutrisi Gagal ginjal Peningkatan ransudasi cairan hipokolesterolimia


melalui dinding pembuluh darah
keruang intrasitital
Kwarshiokor
Lipiduria
Penurunan volume intravaskuler
Kekurangan nutrisi
kutrang dari
kebutuhan tubuh Kelebihan volume
Kerusakan ginjal Penurunan perfusi ginjal intersial

Pengaktifan system renin-


Pelepasan ADH angiotensi-aldosteron

11
Resiko
Reabsorbsi dalam ductus kolektivus Reabsorbsi kekurangan
natrium volume cairan
ditubulus ginjal

Edema
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Betz & Sowden (2009), pemeriksaan penunjang sebagai berikut
1. Uji urine

a. Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari), bentuk hialin


dan granular, hematuria

b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah

c. Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria

d. Osmolalitas urine : meningkat

2. Uji darah

a. Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)

b. Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl)

c. Kadar trigliserid serum : meningkat

d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat

e. Hitung trombosit : meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul)

f. Kadar elektrolit serum : bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan

3. Uji diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)

2.8 TINDAKAN MEDIS


Menurut Wong (2008), penatalaksanaan medis untuk Sindrom nefrotik mencakup :

1. Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi remisi.


Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan diatasi

12
dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.

2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)

3. Pengurangan edema

a. Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakaan secara cermat untuk


mencegah terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan trombus,
dan atau ketidakseimbangan elektrolit)

b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)

4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit

5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan


edema dan terapi invasif)

6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)

7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak


yang gagal berespons terhadap steroid.

2.9 PERAN PERAWAT


1. Peran Promotif
Perawat memberikan edukasi dan promosi kesehatan mengenai penyakit
syndrome nerotik. Edukasi dan promosi uyang perlu disampaikan yaitu seperti apa itu
syndrome nefrotik, tanda gejala syndrome nefrotik, penyebab serta perjalanan
penyakit dan sebagainya. Hal ini penting dilakukan agar masyarakat mengerti
mengenai penyakit ini.
2. Peran Preventif
Preventif diartikan sebagai pencegahan. Dalam hal ini peran perawat sebagai
preventif yaitu perawat berupaya melkaukan pencegahan dengan berbagai tindakan
untuk menghindari terjadinya masalah kesehatan. Dalam kasus syndrom nefrotik,
pada kondisi yang berat ada risiko komplikasi gagal ginjal. Upaya preventif seperti
memberikan tindakan manajemen diet pada pasien adalah hal yang tepat untuk
mencegah perburukan gejala.
3. Peran Rehabilitatif

13
Yang dimaksud dengan rehabilitative adalah suatu upaya yang ditujukan
kepada bekas penderita(pasien yang sudah tidak menderita penyakit)agar dapat
berinteraksi secara normal dalam lingkungan social.

2.10 TREN DAN ISU

Gangguan ginjal juga bias menyerang anak. Umumnya gangguan ginjal dialami orang
dewasa. Namun kenyataannya anak-anak pun dapat mengalami gangguan ginjal. Unit Kerja
Koordinasi (UKK) nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eka Laksmi Hidayati,
Sp.A (K) mengatakan mendapatkan pasien gangguan ginjal semuda usia 3 bula. Kasus
gangguan ginjal di Indonesia, sambung dr Eka, berdasarkan data dari 14 RS Pendidikan
dengan konsultan nefrologi anak tahun 2017 ada 212 anak mengalami gagal ginjal dan
mengalami terapi pengganti ginjal. Angka kematiannya mencapai 23,6 persen. Dokter eka
menyebutkan bahwa penyebab terbanyak adalah sindrom nefrotik resisten steroid (16
persen), glomerulonephritis (14,6 persen), gangguan ginjal kronik dengan sebab tidak jelas
(13,2 persen)dan hypoplasia/dysplasia kongenital (12,3 persen).’di dunia, insiden pada anak
yang menjalani opname di rumah sakit sekitar 33,7 persen dengan angka kematian sebesar
13,8 persen. . sementara itu, gangguan ginjal kronik merujuk pada kasus di amerika serikat,
terdapat 9.800 anak yang mengalami gangguan ginjal kronik tahun 2017 dan 1.399
mengalami gagal ginjal pada tahun 2015 sedangkan,, insiden di eropa sekitar 11-12 kasus per
tahun per 1 juta anak dengan prevalensi 55-60 kasus per satu juta anak

2.11 ASUHAN KEPERAWATAN


KASUS
Seorang anak laki-laki An. A berusia 4 tahun dibawa ke unit kesehatan anak dalam
keadaan edema anasarka.Menurut penuturan ibunya, sekitar 1 bulan yang lalu klien
mengalami bengkak pada periorbita terutama pada saat bangun tidur muka sembab,
dan mengeluh pusing. Hasil anamnesa riwayat kesehatan: sejak 1 tahun yang lalu
klien mengeluh bengkak bengkak diseluruh tubuh sampai dengan kelopak mata.
Karena keluhannya ini klien dibawa ke RS Majalaya dan dinyatakan bocor ginjal.
Klien control 3 bulan terakhir namun tidak ada perbaikan, kemudian klien dibawa ke

14
RS Al-Ihsan sejak 2012 dan diberi tablet berwarna hijau yang diminum 3 x 2 selama 2
bulan. Selanjutnya 4 tablet/hari selang sehari, keluhan tidak berubah, klien lalu
dibawa ke RSHS.Pola BAK sebelum sakit 3-5 x sehari.Saat ini berkemih mulai
berkurang baik dari segi frekuensi dan jumlah urin yang dikeluarkan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan asites (+), TD 130/90 mmHg, HR 112 x//menit, RR 30
x/menit, rasio insp:eksp 1:1, antropometri: BB: 32,5 kg, TB: 121,5 cm, lingkar perut
68 cm, suhu 360C.

Pengkajian
a. Identitas pasin
Nama : An. A
Usia : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :-
Alamat :-
Pendidikan :-
b. keluhan utama: bengkak seluruh tubuh sampai dengan kelopak mata
c. Riwayat Kesehatan Sekarang :Sejak 1 tahun yang lalu klien mengeluh
bengkak bengkak seluruh tubuh sampai dengan kelopak mata. Keluhan
bertambah parah saat bangun tidur disertai pusing. Bengkak terdapat di
periorbita.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien pernah didiagnosa bocor ginjal dan
menjalani terapi pengobatan selama 2 bulan
e. Pola Kehidupan sehari-hari : BAK Sebelum sakit 3-5 x sehari → setelah
sakit : berkurang (frekuensi, jumlah)
f. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : compos mentis

Inspeksi : muka sembab, edema anasarka

Palpasi : asites (+)

Perkusi :-

Auskultasi :-

15
TTV : TD : 120/80X/menit, nadi : 112x/menit, RR : 30x/menit,
suhu : 360C

BB : 32,5 kg

TB : 12,5 cm

Lingkar Perut : 68 cm

g. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi


Hb 13 gr% 13.5-18.0 Rendah
gram/dL
Ht 44 % 40-54% Normal
Protein total 6,0 6.6 – 8.7 Rendah
Albumin 2,1 3.4 – 4.8 Rendah
Kolesterol total 345 <200 Tinggi
Trigliserida 172 50- 150 Tinggi
BUN 30 mg% 15 – 40 Normal
Serum kreatinin 0,9 mg% 0.5 – 1.5 Normal

Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Kerusakan glomerulus Kelebihan Volume Cairan
klien mengalami
bengkak periorbital 1 Permeabilitas kapiler
bulan lalu saat bangun
tidur dan muka Filtrasi glomerulus
sembab. 1 tahun lalu
mengalami bengkak Proteinuria
diseluruh tubuh.
Hypoalbuminemia
DO :
- edema anasrka, Tekanan onkotik
- BB >

16
- ascites Tekanan hidrostatik
- lingkar perut 68
cm Shift cairan dari intrasel
- Nadi 112x/mnt ke intertistial
- TD 130/90
mmHg Edema
- RR 30x/mnt
Kelebihan volume
cairan

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa utama : kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal di


tandai dengan edema anasarka.
Intervensi Keperawatan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kelebihan volume
cairan dapat tertasi dengan kriteria hasil : adanya keseimbangan cairan,berkurangnya
edema dan berat badan klien stabil

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


kelebihan volume Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
cairan berhubungan - Tekanan darah - Monitor BB
dengan disfungsi ginjal 2 ke 5 - Monitor intake dan
di tandai dengan edema - Denyut nadi radial output cairan
anasarka. 2 ke 5 - Monitor hasil
- Jumlah frekuensi laboratorium
pernafasan - Monitor TTV
2 ke 5 - Kaji lokasi, luasnya
- Keseimbangan intake edema
dan output dalam 24 - Berikan cairan
jam dengan tepat
3 ke 5 - Distribusikan asupan
- Berat badan stabil cairan selama 24 jam
3 ke 5
- Fungsi ginjal

17
1 ke 5
- Asites
1 ke 5

BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia,
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis
yang meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong,
2008).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody

3.2 SARAN

18
Dengan selesainya makalah ini kami meminta kritik dan sarannya yang bersifat
membangun demi memperbaiki kekurangannya di masa yang akandatang. Kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami,umumnya bagi kita semua yang
membacanya. Amiin

DAFTAR PUSTAKA

Berhman & Kliegma (1987), Essential of Pediatrics, W. B Saunders Philadelphia.

Smeltzer. 2002. Buku Keperawatan Medikal Beah Ed 8 Vol 2. Jakarta : EGC

Hockenberry, Marilyn and David Wilson. 2008. Wong’s Nursing Care Of zinfants And
Childern. Canada : Elsvier

Wilson, David, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Buku Kedokteran :
EGC

19

Anda mungkin juga menyukai