Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperwatan Medikal Bedah II yang di bina oleh
Bapak Ns. Andi Surya kurniawati.,M.Kep
Disusun oleh :
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sindrom Nefrotik” tepat
pada waktunya, banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun karena bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari
Ns. Andi Surya Kurniawati.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca khususnya mahasiswa program studi S1
Keperawatan. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan kami kepada
pembaca atas kontribusinya baik berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas sindrom nefrotik pada anak masih
tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Menurut Raja
Sheh angka kejadian kasus sindrom nefrotik di asia tercatat sebanyak 2 kasus tiap 10.000
penduduk (Republika, 2005). Sedangkan angka kejadian di Indonesia pada sindrom
nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun
(Alatas, 2002).
4
7. Apa saja pemeriksaan penunjang Sindom Nefrotik ?
8. Bagaimana tindakan medis Sindom Nefrotik ?
9. Bagaimana peran perawat Sindom Nefrotik ?
10. Apa tren dan isu Sindom Nefrotik ?
11. Bagaimana Asuhn keperawatan Sindro Nefrotik ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Sindom Nefrotik
2 Untuk mengetahui etiologi Sindom Nefrotik
3 Untuk mengetahui tanda dan gejala Sindom Nefrotik
4 Untuk mengetahui anatomi fisiologi Sindom Nefrotik
5 Untuk mengetahui patofisiologi Sindom Nefrotik
6 Untuk mengetahui pathway Sindom Nefrotik
7 Untuk mengetahui saja pemeriksaan penunjang Sindom Nefrotik
8 Untuk mengetahui tindakan medis Sindom Nefrotik
9 Untuk mengetahui peran perawat Sindom Nefrotik
10 Untuk mengetahui tren dan isu Sindom Nefrotik
11 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz &
Sowden, 2009). Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik
merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia,
hiperlipemia dan edema (Wong, 2008).
2.2 ETIOLOGI
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
6
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
Menurut Hidayat (2006), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai
berikut : terdapat adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan meningkat,
edema periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine,
urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan.
7
Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang membulat (ujung superior dan
inferior), margo lateral yang membulat konveks, dan pada margo medialis terdapat
cekungan yang disebut hilum. Arteria dan vena, pembuluh limfe, nervus renalis, dan
ujung atas ureter bergabung dengan ginjal pada hilum.
1. Ginjal terletak di bagian perut. Gambar ginjal di atas adalah ginjal kiri yang telah
di belah.
5. Korteks didalamnya terdapat jutaan nefron yang terdiri dari bagian badan
malphigi. Badan malphigi tersusun atas glomerulus yang di selubungi kapsul
bowman dan tubulus yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontroktus distal, dan tubulus kolektivus.
8
7. Vena ginjal merupakan pembuluh balik yang berfungsi untuk membawa darah
keluar dari ginjal menuju vena cava inferior kemudian kembali ke jantung.
8. Arteri ginjal merupakan pembuluh nadi yang berfungsi untuk membawa darah ke
dalam ginjal untuk di saring di glomerulus.
Di dalam korteks terdpat jutaan nefron. Nefron adalah unit fungsional terkecil
dari gijal yang terdiri atas tubulus kontroktus proximal, tubulus kontroktus distal
dan duktus koligentes. Berikut adalah penjelasan bagian-bagian di dalam nefron :
1. Nefron adalah tempat penyaringan darah. Di dalam ginjal terdapat lebih dari
1 juta buah nefron. 1 nefron terdiri dari glomerulus, kapsul bowman, tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distal, tubulus
kolektivus.
9
6. Tubulus kontortus distal merupakan tempat untuk melepaskan zat- zat yang
tidak berguna lagi atau berlebihan ke dalam urine sekunder. Menghasilkan
urin sesungguhnya.
2.5 PATOFISIOLOGI
Menurut Betz & Sowden (2009), Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap
protein plasma menimbulkan protein, hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya
protein dari rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan
peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam
rongga interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi
system renin– angiotensin yang mengakibatkan diskresikannya hormone antidiuretik dan
aldosterone. Reabsorsi tubular terhadap natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan
akhirnya menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan
edema. Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunan volume vaskuler
yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari koagulasi protein.
Kehilangan immunoglobulin pada urine dapat mengarah pada peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.
10
2.6 PATHWAY
11
Resiko
Reabsorbsi dalam ductus kolektivus Reabsorbsi kekurangan
natrium volume cairan
ditubulus ginjal
Edema
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Betz & Sowden (2009), pemeriksaan penunjang sebagai berikut
1. Uji urine
2. Uji darah
b. Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl)
3. Uji diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)
12
dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
3. Pengurangan edema
13
Yang dimaksud dengan rehabilitative adalah suatu upaya yang ditujukan
kepada bekas penderita(pasien yang sudah tidak menderita penyakit)agar dapat
berinteraksi secara normal dalam lingkungan social.
Gangguan ginjal juga bias menyerang anak. Umumnya gangguan ginjal dialami orang
dewasa. Namun kenyataannya anak-anak pun dapat mengalami gangguan ginjal. Unit Kerja
Koordinasi (UKK) nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eka Laksmi Hidayati,
Sp.A (K) mengatakan mendapatkan pasien gangguan ginjal semuda usia 3 bula. Kasus
gangguan ginjal di Indonesia, sambung dr Eka, berdasarkan data dari 14 RS Pendidikan
dengan konsultan nefrologi anak tahun 2017 ada 212 anak mengalami gagal ginjal dan
mengalami terapi pengganti ginjal. Angka kematiannya mencapai 23,6 persen. Dokter eka
menyebutkan bahwa penyebab terbanyak adalah sindrom nefrotik resisten steroid (16
persen), glomerulonephritis (14,6 persen), gangguan ginjal kronik dengan sebab tidak jelas
(13,2 persen)dan hypoplasia/dysplasia kongenital (12,3 persen).’di dunia, insiden pada anak
yang menjalani opname di rumah sakit sekitar 33,7 persen dengan angka kematian sebesar
13,8 persen. . sementara itu, gangguan ginjal kronik merujuk pada kasus di amerika serikat,
terdapat 9.800 anak yang mengalami gangguan ginjal kronik tahun 2017 dan 1.399
mengalami gagal ginjal pada tahun 2015 sedangkan,, insiden di eropa sekitar 11-12 kasus per
tahun per 1 juta anak dengan prevalensi 55-60 kasus per satu juta anak
14
RS Al-Ihsan sejak 2012 dan diberi tablet berwarna hijau yang diminum 3 x 2 selama 2
bulan. Selanjutnya 4 tablet/hari selang sehari, keluhan tidak berubah, klien lalu
dibawa ke RSHS.Pola BAK sebelum sakit 3-5 x sehari.Saat ini berkemih mulai
berkurang baik dari segi frekuensi dan jumlah urin yang dikeluarkan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan asites (+), TD 130/90 mmHg, HR 112 x//menit, RR 30
x/menit, rasio insp:eksp 1:1, antropometri: BB: 32,5 kg, TB: 121,5 cm, lingkar perut
68 cm, suhu 360C.
Pengkajian
a. Identitas pasin
Nama : An. A
Usia : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :-
Alamat :-
Pendidikan :-
b. keluhan utama: bengkak seluruh tubuh sampai dengan kelopak mata
c. Riwayat Kesehatan Sekarang :Sejak 1 tahun yang lalu klien mengeluh
bengkak bengkak seluruh tubuh sampai dengan kelopak mata. Keluhan
bertambah parah saat bangun tidur disertai pusing. Bengkak terdapat di
periorbita.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien pernah didiagnosa bocor ginjal dan
menjalani terapi pengobatan selama 2 bulan
e. Pola Kehidupan sehari-hari : BAK Sebelum sakit 3-5 x sehari → setelah
sakit : berkurang (frekuensi, jumlah)
f. Pemeriksaan Fisik
Perkusi :-
Auskultasi :-
15
TTV : TD : 120/80X/menit, nadi : 112x/menit, RR : 30x/menit,
suhu : 360C
BB : 32,5 kg
TB : 12,5 cm
Lingkar Perut : 68 cm
g. Pemeriksaan penunjang
Analisa Data
16
- ascites Tekanan hidrostatik
- lingkar perut 68
cm Shift cairan dari intrasel
- Nadi 112x/mnt ke intertistial
- TD 130/90
mmHg Edema
- RR 30x/mnt
Kelebihan volume
cairan
Diagnosa Keperawatan
17
1 ke 5
- Asites
1 ke 5
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia,
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis
yang meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong,
2008).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody
3.2 SARAN
18
Dengan selesainya makalah ini kami meminta kritik dan sarannya yang bersifat
membangun demi memperbaiki kekurangannya di masa yang akandatang. Kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami,umumnya bagi kita semua yang
membacanya. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Hockenberry, Marilyn and David Wilson. 2008. Wong’s Nursing Care Of zinfants And
Childern. Canada : Elsvier
Wilson, David, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Buku Kedokteran :
EGC
19