Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER ENDOMETRIUM PADA SISTEM

REPRODUKSI
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 1
Dosen Pengampu : Retnayu Pradanie, S.Kep.Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8
KELAS A2 2019

Ida Sholihatun Nisa’ 131911133014


Maghfira Nurisra Abadi 131911133015
Rani Widya Ningrum 131911133016
Dina Ardianti 131911133155
Herma Dichinta Nugraheni 131911133156
Firda Yasmin Muntaz 131911133171
Fitriati 131911133172
Callista Dora Islamey Pasya 131911133173

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN AJARAN 2020/2021

0
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Kanker
Endometrium Pada Sistem Reproduksi”. Makalah disusun guna memenuhi tugas pada
mata kuliah Keperawatan Maternitas I di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang masalah sistem reproduksi terhadap kanker endometrium.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Retnayu
Pradanie, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing pada mata kuliah Keperawatan
Maternitas I di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 24 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................2
Bab II................................................................................................................................3
Tinjauan Pustaka.............................................................................................................3
2.1 Definisi...............................................................................................................................3
2.2 Etiologi.........................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................................5
2.4 Jenis dan Stadium...............................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis..............................................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................11
2.8 WOC KANKER ENDOMETERIUM..............................................................................13
BAB III...........................................................................................................................16
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................16
3.1 Pengkajian........................................................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................19
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................................20
3.4 Implementasi....................................................................................................................22
3.5 Evaluasi............................................................................................................................23
BAB IV...........................................................................................................................24
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS.........................................................................24
BAB IV...........................................................................................................................36
PENUTUP......................................................................................................................36
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................36
4.2 Saran...........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................37

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan pertumbuhan dan
penyebaran sel abnormal yang tidak terkendali (American Cancer Society, 2016).
Penyakit kanker menempati posisi kedua di dunia setelah penyakit jantung yang
dapat menyebabkan kematian. Kanker termasuk penyakit yang tidak menular tetapi
kasus mengenai kanker cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu jenis
penyakit kanker yaitu kanker endometrium. Kanker endometrium merupakan tumor
ganas yang terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang
berproliferasi secara abnormal di dalam lapisan dalam rahim (endometrium).
Kanker endometrium merupakan kanker keenam yang paling sering terjadi
pada wanita di seluruh dunia setelah kanker payudara, kolon, paru, serviks dan
tiroid. Diperkirakan pada tahun 2018, insiden kanker ini mencapai 382.069 kasus
atau sekitar 4,4% dari seluruh kejadian kanker pada wanita di dunia. Angka
kematian yang disebabkan oleh kanker endometrium di dunia diperkirakan
mencapai 1,8 per 100.000 wanita pada tahun 2018. Di negara yang sedang
berkembang, prevalensi kanker endometrium 4-5 kali lebih rendah dibandingkan
negara maju.5 Berdasarkan data GLOBOCAN, diperkirakan pada tahun 2018 kasus
baru kanker endometrium di Asia Tenggara mencapai 20.796 kasus. Indonesia
menempati posisi pertama dengan prediksi 6745 kasus. Angka kematian karena
kanker ini di Indonesia mencapai 1,9 per 100.000 wanita.
Kanker endometrium terjadi ketika sel-sel di lapisan endometrium yang
merupakan lapisan paling dalam dari uterus mulai tumbuh diluar kendali. Penyebab
kanker endometrium masih belum diketahui sepenuhnya, tetapi sebagian besar
faktor risiko berhubungan dengan perubahan pola hormonal yang terjadi sepanjang
hidup wanita. Estrogen terbukti memiliki efek terhadap proliferasi sel-sel di
endometrium sedangkan progesteron memiliki efek yang berlawanan. Terdapat
beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium yaitu
usia, paritas, menarche dini, obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, riwayat genetik
dan pemberian asi eksklusi

1
Dalam proses penyembuhan pasien dengan kanker endometrium, peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat diperlukan. Asuhan
keperawatan yang baik dan benar diharapkan dapat menunjang kesehatan pasien.
Peran pemberi asuhan meliputi tindakan mendampingi serta membantu klien dalam
meningkatkan dan memperbaiki mutu kesehatan diri melalui proses keperawatan
mulai dari pengkajian hingga evaluasi (Berman dkk., 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit Ca Endometrium?
2. Bagaimana etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan dan komplikasi dari penyakit Ca Endometrium?
3. Bagaimana WOC dari penyakit Ca Endometrium?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pasien Ca Endometrium?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang
ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Ca Endometrium.
2. Untuk mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi dari penyakit Ca Endometrium.
3. Untuk mengetahui WOC dari penyakit Ca Endometrium.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien Ca Endometrium.

2
Bab II

Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi

Gambar 1. Kanker Endometrium


Kanker endometrium adalah keganasan yang berasal dari sel-sel epitel yang
meliputi rongga rahim (endometrium). Kanker ini terjadi pada endometrium, lapisan
paling dalam dari dinding uterus, dimana sel-sel endometrium tumbuh secara tidak
terkontrol, menginvasi dan merusak jaringan di sekitarnya. Kanker endometrium
dalam perjalanan etiologinya di dahului oleh proses prakanker yaitu hiperplasia
endometrium. Hiperlasia endometrium yang atipik merupakan lesi prakanker dari
kanker endometrium, sedangkan hiperlasia yang nonapitik saat ini dianggap bukan
merupakan lesi prakanker endometrium (American Cancer Society, 2012).
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau
pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah
pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker endometrium
kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa
menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium. Kanker endometrium sering
terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara
periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009)
2.2 Etiologi
Hingga saat ini, penyebab kanker endometrium masih belum diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium. Umumnya, faktor-faktor tersebut menyebabkan kadar hormon
estrogen di dalam tubuh meningkat atau paparan terhadap hormon estrogen menjadi
lebih lama, sementara kadar hormon progesteron di dalam tubuh menurun sehingga

3
sel-sel pada lapisan dalam rahim (endometrium) terus memperbanyak diri. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya kelenjar baru pada endometrium. Apabila jaringan
endometrium tumbuh tak terkendali, jaringan ini akan menebal dan dapat
membentuk sebuah massa yang akhirnya menjadi kanker. Sel-sel kanker dapat
menyebar (metastasis) ke bagian tubuh yang lain. Awalnya, kanker akan menyebar
ke lapisan otot polos rahim (miometrium), kemudian menyebar hingga ke kelenjar
getah bening. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
Usia tua meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium dengan jumlah
kasus terbanyak pada wanita di atas 70 tahun. Hanya sekitar 5% kanker
endometrium ditemukan pada wanita berusia di bawah 40 tahun.
Kondisi reproduksi yang berhubungan dengan risiko kanker endometrium,
antara lain usia menarche (awal menstruasi) dini (<12 tahun) dan usia menopause
yang lambat (>52 tahun) karena terkait dengan paparan estrogen yang lebih lama.
Sebelum menopause, indung telur (ovarium) merupakan sumber utama penghasil
hormon pada wanita, yaitu estrogen dan progesteron. Keseimbangan kedua hormon
ini berubah selama siklus haid setiap bulan, sehingga terjadi haid atau menstruasi.
Kondisi tersebut menjaga jaringan endometrium tetap sehat karena sisa jaringan
akan meluruh bersama darah haid dan digantikan oleh jaringan baru. Setelah
menopause, indung telur akan berhenti menghasilkan kedua hormon tersebut, tetapi
sejumlah kecil estrogen akan tetap dihasilkan oleh lemak tubuh.
Kanker endometrium dapat terjadi pada wanita usia reproduksi dengan siklus
haid yang tidak teratur. Selain itu, wanita yang tidak pernah melahirkan (nulipara)
mempunyai risiko 3 kali lebih besar menderita kanker endometrium dibandingkan
dengan wanita yang memiliki riwayat sering melahirkan (multipara). Hal ini
disebabkan kehamilan mengurangi paparan wanita terhadap hormon estrogen. Salah
satu penelitian menyatakan bahwa wanita yang sudah menikah, tetapi tidak pernah
melahirkan anak memiliki risiko tinggi untuk terkena kanker endometrium
dibandingkan wanita yang tidak pernah menikah. Ketidaksuburan atau infertilitas
juga menjadi faktor yang berperan dalam hal ini. Hal ini terkait dengan paparan
terhadap hormon estrogen yang lama tanpa diimbangi dengan hormon progesteron
yang cukup, dan tidak mengelupasnya sisa jaringan endometrium setiap bulan ketika
haid.

4
Terapi sulih hormon penggunaan terapi sulih hormon, yaitu hormon estrogen
dari luar (eksogen) pada wanita menopause yang digunakan dalam jangka lama
diperkirakan meningkatkan risiko kanker endometrium sebesar 4,5-13,9 kali. Terapi
sulih hormon biasanya digunakan untuk mengurangi gejala yang timbul akibat
menopause, antara lain serangan rasa panas (hot flashes), kekeringan vagina, dan
kekeroposan tulang (osteoporosis). Akan tetapi, penggunaannya harus diberikan
bersama dengan progesteron atau derivatnya untuk menurunkan risiko kanker
endometrium.
Obesitas perempuan dengan kelebihan berat badan 11-25 kg mempunyai
peningkatan risiko 3 kali lipat untuk mengalami kanker endometrium, bahkan risiko
dapat meningkat hingga 10 kali pada wanita yang mempunyai kelebihan berat badan
>25 kg.
Keturunan (genetik) Riwayat keluarga yang menderita kanker endometrium atau
riwayat pribadi yang menderita kanker tipe lainnya (misalnya kanker usus besar dan
kanker payudara) juga dapat meningkatkan risiko kanker endometrium.
Kondisi medis lain antara lain sindrom polikistik ovarium, diabetes melitus, dan
hipertensi.

2.3 Patofisiologi
Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin
kinase yang berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah
dilaporkan pada 10-12% dari kanker endometrium identik dengan penemuan
yang didapatkan dari kelainan kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2
diharapkan akan menjadi terapi masa depan bagi penderita kanker endometrium.
Beberapa peneliti menduga terdapat dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi
endometrium, yaitu dengan menghambat proliferasi sel endometrium pada siklus
menstruasi dan sebagai onkogen pada karsinoma endometrial. Selain itu, kadar
hormon seks estrogen yang tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan masa
dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat cukup progesteron, salah satu
hormon seks yang penting pada wanita (Chiang W.2012).
Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus
(epitelium) akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut

5
hiperplasia simpleks. Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar
baru pada lapisan uterus. Hal ini disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel
menjadi atipikal dan menunjukkan perilaku yang menyimpang. Kadar estrogen
yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada beberapa kondisi
seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi estrogen
dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit hepar
(Koplajar M.2012).

2.4 Jenis dan Stadium


Jenis kanker endometrium yang sering ditemukan yaitu adenokarsinoma.
Adenokarsinoma endometrium dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan gambaran
morfologi, patogenesis dan prognosisnya. Kedua tipe tersebut adalah
adenokarsinoma endometrium Tipe 1 dan Tipe 2.
a) Adenokarsinoma Endometrium Tipe 1
Merupakan tipe kanker endometrium yang paling sering ditemukan (80-95% dari
semua karsinoma endometrium). Pada umumnya, kanker jenis ini timbul akibat
hiperplasia endometrium. Gambaran morfologi histopatologi tipe ini menunjukkan
adanya fokus hiperplasia di dalam karsinoma. Adenokarsinoma endometrium tipe 1
memiliki diferensiasi yang baik serta sulit untuk dibedakan dengan kelenjar
endometrium normal. Kanker tipe ini tidak menginvasi sampai bagian dalam
miometrium dan prognosisnya baik.
b) Adenokarsinoma Endometrium Tipe 2
Adenokarsinoma endometrium tipe ini lebih jarang muncul (10-15% dari seluruh
kasus kanker endometrium) dan tidak ada hubungannya dengan hiperplasia.
Penderita kanker tipe ini biasanya lebih tua dari penderita tipe 1 dan diferensiasinya
buruk. Tipe ini juga tidak ada hubungannya dengan estrogen. Tingkatan atau
grading histopatologinya juga lebih tinggi. Jenis tumor yang termasuk dalam tipe ini
adalah serosa, sel jernih (clear cell), musinosum, serta tidak berdiferensiasi. Jenis
lainnya yang relatif lebih sering muncul adalah skuamosa, transisional dan jenis
lainnya yang sangat jarang. Jenis serosa dan sel jernih merupakan kanker
endometrium tipe 2 yang paling sering muncul pada wanita usia tua dengan
endometrium yang atrofi. Prognosis pasien dengan karsinoma serosa dan sel jernih

6
lebih buruk dibandingkan tipe 1.
Menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat
empat stadium kanker endometrium, yaitu:
1. Stadium I: Tumor terbatas pada endometrium
IA: <50% invasi ke miometrium
IB: ≥50% invasi ke miometrium

2. Stadium II: Tumor menginvasi stroma serviks tetapi tidak meluas ke luar uterus
3. Stadium III: Penyebaran lokal atau regional dari tumor

IIIA: Invasi ke serosa atau adneksa


IIIB: Keterlibatan vagina atau parametrium
IIIC: Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis atau paraaorta
IIIC1: Keterlibatan kelenjar getah bening pelvis
IIIC2: Keterlibatan kelenjar getah bening paraaorta (dengan atau tanpa kelenjar
getah bening pelvis)
4. IV: Perluasan ke dinding pelvis, sepertiga bawah vagina, atau hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi

IVA: Invasi ke kandung kemih atau mukosa usus

IVB: Metastasis jauh, termasuk ke perut, atau keterlibatan kelenjar getah bening
di lipat paha (inguinal)

7
Gambar 2. Stadium Kanker Endometrium
2.5 Manifestasi Klinis
Penyakit kanker endometrium ini biasanya tersembunyi dan membahayakan.
Dalam banyak kasus, gejala dikaitkan dengan adanya getah vagina yang kemerahan saat
menopause atau setelah menopause (perimenopause). Adanya rasa sakit dan kontraksi
pada rahim cukup sering dikeluhkan. Dengan berlanjutnya proses terjadinya kanker,
berbagai keluhan tekanan akibat membesarnya korpus uterus dapat ditemukan.
Sedangkan pembesaran dan fiksasi uterus akibat infiltrasi sel ganas ke dalam
parametrium baru terjadi pada tahap lanjut (Mardjikoen, 2005). Gejala yang dapat
muncul bisa berupa:
a. Perdarahan rahim yang abnormal 
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia
diatas 40 tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul

8
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.(Schorge JO, et al. 2008)

2.6 Penatalaksanaan
a. Medis

1. Pengobatan Hormonal

Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan

lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang

rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik

mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan

endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis. Dengan

demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena

transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah

pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa

nyeri karena rangsangan peritoneum.

Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi

progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan

endometriosis. (Wiknjosastro, Hanifa, 2007)

2. Pembedahan

Jenis operasi yang paling sering dilakukan pada kanker endometrium


adalah histerektomi. Operasi yang dilakukan untuk mengangkat rahim dan
leher rahim disebut histerektomi total. Ketika rahim tersebut diangkat
melalui sayatan di perut, itu disebut histerektomi abdominal total (TAH).
Jika rahim akan diangkat melalui vagina, itu dikenal sebagai histerektomi
vaginal. Suatu histerektomi radikal dilakukan ketika kanker endometrium

9
telah menyebar ke leher rahim atau daerah sekitar leher rahim
(parametrium). Dalam operasi ini, seluruh rahim, jaringan di samping uterus
(parametrium dan ligamentum uterosakrum), dan bagian atas vagina
(sebelah serviks) semua diangkat (American Cancer Society, 2012).
3. Radiasi

Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil

ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker

yang tersisa). Stadium Idan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran.

Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA grade 1 atau 2) tidak

memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi. Radiasi adjuvan diberikan

kepada :

a. Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi

melebihi setengah miometrium.

b. Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.

c. Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri

(Prawirohardjo, 2006)

b. Keperawatan

1. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri

dengan analgetik atau tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada

abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang

perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi

luka operasi.

2. Asuhan post operatif

Merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk

10
melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan

untuk mengetahui tanda – tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan

insisi. Terapi intravena, antibiotic dan analgesic biasanya diresepkan.

Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap

eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional ibu.

(Wiknjosastro, hanifa.2007.)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Untuk pemeriksaan penunjang kanker endometrium, dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Apabila ditemukan adanya hiperplasia atau kanker endometrium,
sebaiknya diambil beberapa jaringan untuk dilihat dibawah mikroskop. Jaringan
endometrium dapat diketahui dengan cara biopsi atau dilatasi dan kuretase (D&C)
dengan atau tanpa histeroskopi (American Cancer Society, 2012).
1) Biopsi Endometrium
Tes yang paling sering dilakukan untuk kanker endometrium dan yang paling akurat
pada wanita setelah menopausal. Dalam prosedur ini, tabung fleksibel yang sangat tipis
di masukkan ke uterus melalui serviks. Lalu dengan menggunakan pengisap, sejumlah
kecil endometrium diangkat melalui tabung. Prosedur ini berlangsung selama kurang
dari semenit. Ketidaknyaman yang terasa mirip dengan nyeri saat menstruasi dan dapat
dibantu dengan obat anti inflamasi non steroid seperti ibuprofen sebelum prosedur
dilakukan.
2) Dilatasi dan Kuterase (D&C)
Dilakukan apabila sampel biopsi endometrium tidak terdapat banyak jaringan atau
apabila biopsi mencurigakan kanker tetapi hasilnya tidak pasti. Prosedur ini dilakukan
dengan membuka serviks (dilatasi) dan alat khusus digunakan untuk mengikis jaringan
dari dalam uterus. Dapat dilakukan dengan atau tanpa histeroskopi. Prosedur ini
dilakukan selama satu jam dan memerlukan anestesia menyeluruh.
3) Histeroskopi
Biasanya dilakukan dengan memasukkan teleskop sangat kecil (diameter 1/6 inci) ke
dalama uterus melalui serviks. Untuk mendapatkan gambaran yang baik, uterus diisi
dengan air garam (saline). Dapat mengetahui apakah ada yang abnormal seperti kanker

11
atau polip.
Pemeriksaan radiologi yang biasanya dilakukan untuk pemeriksaan kanker
endometrium antara lain (American Cancer Society, 2012) :
1) Ultrasonografi transvaginal
Memberikan gelombang suara yang akan memberikan gambar dari uterus dan organ
pelvis lainnya. Gambar ini sering membantu dalam menentukan apakah endometrium
lebih tebal dari biasanya dan melihat pertumbuhan kanker ke lapisan otot uterus, yang
merupakan tanda dari kanker endometrium.
2) Sistoskopi dan proktoskopi
Dilakukan apabila kanker telah menyebar ke bladder atau rektum, bagian dalam organ
dapat dilihat melalui tabung. Untuk sistoskopi, tabung ditempatkan di bladder melalui
uretra, sedangkan untuk proktoskopi, tabung ditempatkan di rektum.
3) Computed tomography scan
(CT Scan) merupakan prosedur yang menggambarkan detail secara cross-sectional
tubuh. CT Scan tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker endometrium.
Namun, CT Scan ini dapat membantu dalam mengetahui penyebaran kanker ke organ
lainnya dan dapat melihat apakah kanker terjadi lagi setelah pengobatan.
4) Magnetic resonance imaging
(MRI) menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat dibanding sinar x. MRI
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pertumbuhan kanker endometrium ke
badan uterus dan membantu menemukan pembesaran kelenjar limfa. Selain
pemeriksaan biopsi dan radiografi, pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah
lengkap, CA 125, CEA, reseptor estrogen dan lainnya juga dapat dilakukan sesuai
dengan keperluan. Pemeriksaan darah lengkap biasanya dilakukan untuk mengukur
perbedaan sel di darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Apabila
sering terjadi kehilangan darah pada uterus akan dapat menurunkan jumlah sel darah
merah (anemia). CA 125 merupakan zat yang dilepas ke aliran darah pada kanker
enometrium. Pada penderita kanker endometrium, kadar CA 125 yang sangat tinggi
menunjukkan kanker yang menyebar ke uterus. Oleh karena itu pemeriksaan darah CA
125 juga dilakukan untuk mengetahui kanker endometrium (America Cancer Society,
2012).

12
2.8 WOC KANKER ENDOMETERIUM

Status reproduksi, usia menarche dini (<12


tahun), hormone, kontrasepsi oral,
tamoksifen, obesitas, faktor diet, faktor
genetik, merokok.

Peningkatan kadar estrogen


tanpa kecukupan progesteron

Peningkatan masa dan jumlah


sel lapisan uterus dan
bermultiplikasi

Hiperplasia Kompleks

Kanker endometerium Kurang pajanan Defesiensi


Pengetahuan

1 2 3 4 5 6

13
1 2 3

Nekrosis jaringan akibat kanker Hipermetabolisme sel- Peneybaran ke


endometerium sel endometerium serviks

Nekrosis jaringan
Mendesak uterus yang di vagina
berada dalam ligament
Infiltrasi leukosit yang Infiltrasi agen kimiawi Destruksi cardinal
telah mati di tubuh di daerah pembuluh darah Produski secret
endometrium endometerium yang patologis dan
mengalami nekrosis Pecahnya pembuluh berbau
darah dan gangguan
Peningkatan kontraksi uterus
tekanan lokal di perubahan
endometerium keseimbangan Hipovolemia
Gangguan
asam basa lokal di
citra tubuh
daerah endometerium
Perdarahn pervagina
banyak dan lama Risiko Syok
Terbentuk fistula

Banyak eritrosit yang keluar dan Peunurunan


Merangsang
transfortasi O2 dan nutrsi jaringan reproduksi seksualitas
resepteor nyeri free
terganggu
nerve ending
Nyeri saat koitus
Pengeluaran mediator Sirkulasi O2 kejaringan Metabolism aneorob sehingga produksi
nyeri tidak adekuat energi sesuai dengan kebutuhan tubuh

Nyeri Kronis Berlangsung lama Gangguan perfusi Intoleransi aktivitas Disfungsi Seksual
jaringan perifer

14
4 5

Hiperpasia Setelah terapi


endometerium

Tindakan bedah Terapi radiasi


Menekan pada traktur
atau operasi atau kemoterapi
urinasi dan vesika
urinari
Rusaknya kontinuitas
Iritasi Rambut rontok
jaringan
Infiltrasi kanker pada Nekrosis Posrt the entri mukosa
ureter Alopesia
menekan gastrointestinal
Frekuensi berkemih Mual
Destruksi ureter vesika
menurun Risiko Infeksi Gangguan citra
tubuh
Terjadi aliran Gangguan eliminasi
balik urine ke ginjal urin

Terjadi hidroneforesis

Perubahan status kesehatan


Krisis situasional
6 akibat proses penyakit Ansietas

15
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien

Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,


pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama
orangtua dan pekerjaan orangtua.
2. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.


3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti


pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan
berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak
nafsu makan, dan anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang

Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal


tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir
yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau
busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri
disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak
nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan


dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS
(Ariani, 2015).

16
d. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling


mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat
di dalam keluarganya (Diananda, 2008).
4. Keadaan Psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan


terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga
terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi
gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang
murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau
menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
5. Data Khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker


serviks yang perlu diketahui adalah:
1) Keluhan haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker


serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami
atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau
terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala
kanker serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks


terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani,
2017).
b. Aktivitas dan istirahat

17
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas dan keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan
tingkat stress yang tinggi (Mitayani, 2009).
c. Integritas ego

Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan,


keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan
perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
d. Eliminasi

Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis,


misalnya nyeri (Mitayani, 2009).
e. Makan dan minum

Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak,


adiktif, bahan pengawet (Mitayani, 2009).
f. Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).


g. Nyeri dan kenyamanan

Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya


ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses
penyakit (Mitayani, 2009).
h. Keamanan

Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen.


Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi. (Mitayani, 2009).
i. Seksualitas

Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau),

18
perdarahan sehabis senggama (Mitayani, 2009).
j. Integritas sosial

Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan


lingkungan, perasaan acuh (Mitayani, 2009).
k. Pemeriksaan penunjang

Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,


servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila, 2015).
Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya
pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia karna
penurunan hemaglobin. Nilai normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl
(Brunner, 2013).
l. Pemeriksaan penunjang
1) Kepala, biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok dan mudah tercabut.
2) Wajah, konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3) Leher, adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
4) Abdomen, adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
akibat tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).
5) Ekstermitas, nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak
(kaki).
6) Genitalia, biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner,
2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami perdarahan pervaginam.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI, kemungkinan
masalah yang muncul adalah sebagai berikut (PPNI, 2017):
1. (D.0078) Nyeri kronis b.d. penekanan saraf d.d. mengeluh nyeri dan tampak
meringis

19
2. (D.0019) Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makan d.d. berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal dan nafsu makan
menurun
3. (D.0009) Perfusi perifer tidak efektif b.d. penurunan konsentrasi hemoglobin
d.d. pengisian kapiler >3 detik dan nadi perifer menurun atau tidak teraba
4. (D.0069) Disfungsi seksual b.d. perubahan struktur tubuh d.d. merasa
hubungan seksual tidak memuaskan
5. (D.0087) Harga diri rendah situasional b.d. perubahan pada citra tubuh d.d.
merasa malu
6. (D.0012) Resiko perdarahan d.d. gangguan koagulasi (trombositopenia)
7. (D.0142) Resiko infeksi d.d. ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(imunosupresi)

3.3 Intervensi Keperawatan


Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan
tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan
jangka pendek. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan
tujuan kriteria hasil keperawatan berdasarkan SMART,yaitu:
S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau).
A : Achievable (dapat dicapai).
R : Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah).
T : Time (punya batasan waktu yang jelas).

Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah:


1. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).
2. Berdasarkan kondisi klien.
3. Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik.
4. Menciptakan situasi pengajaran.
5. Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.

Tabel Perencanaan Keperawatan


(D.0078) Nyeri kronis b.d. penekanan saraf d.d. mengeluh nyeri dan tampak meringis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam diharapkan Tingkat

20
nyeri (L.08066) pasien menurun, dengan kriteria hasil:
a. Keluhan nyeri (5)
b. Meringis (5)
c. Kesulitan tidur (5)
Intervensi : (I.08238) Manajemen nyeri
Observasi :
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri nonverbal
Terapeutik :
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik

(D.0019) Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makan d.d. berat badan menurun
minimal 10% di bawah rentang ideal dan nafsu makan menurun
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam, diharapkan
(L.03030) status nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil:
a. Porsi makan yang dihabiskan (5)
b. Kekuatan otot pengunyah (5)
c. Kekuatan otot menelan (5)
d. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi (5)
e. Berat badan (5)
f. Indeks Massa Tubuh (IMT) (5)
g. Nafsu makan (5)
Intervensi : (I.03119) Manajemen Nutrisi
Observasi :
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi adanya alergi atau adanya intoleransi makanan
 Monitor asupan makanan

21
 Monitor berat badan
 Monitor hasil dari pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
 Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
 Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk saat makan, jika mampu
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

(D.0009) Perfusi perifer tidak efektif b.d. penurunan konsentrasi hemoglobin d.d.
pengisian kapiler >3 detik dan nadi perifer menurun atau tidak teraba
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam, diharapkan
(L.02011) perfusi perifer efektif, dengan kriteria hasil:
a. Denyut nadi perifer (3)
b. Pengisian kapiler (5)
Intervensi : (I.02079) Perawatan Sirkulasi
Observasi :
 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle brachial index)
 Identifikasi faktor resiko gangguan pada sirkulasi
 Monitor adanya panas, kemerahan nyeri atau bengkak ekstermitas
Terapeutik :
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
 Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi :
 Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
 Anjurkan program rehabilitasi vaskular
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (Mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

22
3.4 Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun
dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015). Tujuan dari
implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan
yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan
dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien (Asmadi, 2008).
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses
keperawatan, serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015). Tujuan
dari evaluasi adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, serta
mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi, 2008).
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu:
S : Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data
tersebut.
O : Data objektif, yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-
tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data
fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A : Analisis, yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data objektif.
P : Perencanaan, yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatan klien yang optimal. (Hutahaen, 2010).

Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan meliputi:


1. Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.

23
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengkajian tanggal : 21/3/2021 Jam : 09.00 WIB


Tanggal MRS :14/3/2021No. RM : 022
Ruang/Kelas : R. Kebidanan Dx. Medis : KankerEndomettrium

Nama Ibu: Ny. B Nama Suami: Tn. YKe: 2


Umur: 62 Tahun Umur: 62 tahun
Identitas

Agama: Islam Agama: Islam


Pendidikan: S-3 Pendidikan:S-3
Pekerjaan: Dokter Pekerjaan: Dokter gigi
Suku/Bangsa: Jawa Suku/Bangsa: Sunda
Alamat: Surabaya Alamat: Jakarta Selatan
Keluhan Utama:
Klien mengalami pendarahan 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit sebanyak 5-6 kali
ganti duk nyeri di sekitar ari-ari

Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
RiwayatSakitdanKesehatan

Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang sampai ke ari – ari , nyeri dirasakan hilang
timbul dalam rentang waktu yang tidak dapat ditentukan, nyeri dirasakan klien seperti
ditusuk – tusuk, klien mengeluh mual dan pusing, darah masih keluar melalui vagina
sedikit – sedikit dan berwarna merah kecoklatan.

Penyakit/operasi yang pernah diderita:

Melakukan Operasi Tumor sekitar 3 tahun yang lalu.

Penyakit yang pernah diderita keluarga

Riwayat alergi: O ya O tidak Keterangan:-

Lain-lain:-

24
RiwayatMenstruasi Menarche: usia 12 tahun Siklus: tidak teratur
Banyaknya: tidak teraturLama: 7 hari
HPHT: - Dismenorhea:-
Usia Kehamilan: - Taksiran Partus: -
Lain-lain: Pasien tidak sedang mengandung

G....P.................
Hamil Usia Jenis Usia anak KB/ Jenis/
Penolong Penyulit BB/PB
ke- kehamilan persalinan saat ini Lama
RiwayatObstetri

Keterangan:
Genogram

Keadaanumum: Lemah Kesadaran: Composmetis


Berat badan: 58 kg Tinggi badan: 163 cm
Observasi

Tanda Vital: TD: 180/100_mmHg ;Nadi: 88 x/mnt ; Suhu: 36,8 0C ; RR:___x/mnt


CRT: ____________________ ; Akral: ________________ ; GCS: _____________
Lain-lain:

Rambut: Hitam, ikal, agak tipis, bersih dan sedikit kusam


Mata: konjungtiva Anemis ;Sklera Tidak Ikretik ; Pupil normal
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: Tidak ada nyeri tekan
Hidung: O Epistaksis ; lain-lain: ________________________________________
Kepaladanleher

Mulut: mukosa bibir; sedikit kering ;lidah normal ; gigi lengkap


Kebersihan mulut: bersih ;lain-lain: ______________________
Telinga: gangguan pendengaran; - ; O Otorhea ; O otalgia ;
O tinitus ; kebersihan; normal lain-lain: _________________
Cloasma: _______________ ; Jerawat: ________________
O Nyeri telan ; O pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis
Lain-lain: -
Masalah keperawatan: -

25
Jantung: Irama: _____________ ; S1/S2: _______________ ; Nyeri dada: _________
Bunyi: normal / murmur / gallop ;
Nafas: Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi, Keterangan:
Dada (Thoraks)

Jenis: dispnoe / kusmaul / ceynestokes, Keterangan:


Batuk: ______________ ; Sputum: ______________ ; Nyeri: ____________
Payudara: konsistensi ____________ ; areola _____________ ; papilla ___________
Simetris/asimetris ; Produksi ASI ______________ ; Nyeri ____________
Lain-lain:
Masalahkeperawatan: -

 Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: ______________________
Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: _______________ ; Nyeritekan: _____________
Luka: ___________________________ ; Lain-lain: ________________________
 Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: _______________ ; Línea: ___________________
Perut (Abdomen)

Palpasi: Leopold I : __________________________


Leopold II : __________________________
Leopold III: __________________________
Leopold IV: __________________________
DJJ: ______________________
Lain-lain: ________________________________________________________
 Postpartum:
Fundusuteri: _______________ ; kontraksi uterus: _______________________
Luka: _____________________ ; Lain-lain: _____________________________
Lain-lain:
Masalah keperawatan: -

Keputihan: ________________________ ;Perdarahan: Sedikit merah dan kecoklatan


Laserasi: __________________________ ; VT: Ø ____________; eff: ___________
Genitalia

Miksi: ____________________________ ; Defekasi: _________________________


Lain-lain:
Masalah keperawatan: -

Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ;Kekuatan otot:


Refleks: Patella ____ ; Triceps ____ ; Biceps ____ ; Babinsky: _____
Brudzinsky: ____ ; Kernig ____ Keterangan:
Edema: _________________ ; Luka: _______________
Lain-lain:
Masalah keperawatan:-

26
Aspek Kondisi saat ini
Nutrisi Klien merasa mual, tidak mampu untuk menghabiskan
makanan, berat badan menurun, dan lemah.
Eliminasi -
Istirahat/tidur Klien merasa lemah dan hanya berbaring
Aktivitas Klien mengatakan pusing, badan terasa lemah, pucat,
terbaring lemah, dan perlu membutuhkan bantuan untuk
Perubhan

beraktivitas, Hemoglobin mengalami kenaikan


Seksual -
KebersihanDiri -
Koping Klien sudah merasa pasrah terhadap penyakitnya.
Ibadah -
Konsepdiri Klien lebih banyak diam, murung, respon tidak efektif serta
sudah pasrah terhadap penyakitnya.

*) coret yang tidakperlu


PerilakuKesehatanPengetahuan dan

Kontrasepsi: -
Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): -
Merokok:-
Obat-obatan/Jamu: -
Lain-lain: -

Masalah keperawatan: -

27
Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain
16 Maret 2021 - - HGB : 6,2 ( g/dL)
RBC : 2,12 (10^6/uL)
HCT : 18,1 (%)
MCV : 85,4 (fL)
MCH : 29,2 (pg)
MCHC : 34,3 (g/dL)
RDW-SD : 42,3 (fL)
RDW-CV : 14,5 (%)
WBC : 21,18 (10^3/uL)
PLT : 332 (10^3/uL)
PDW : 7,9
MPV : 8,5
P-LCR : 12,5
PCT : 0,28
dan TerapiPemeriksaanPenunjang

Kalium : 4,09 mEq/dL


Natrium : 131,5 mEq/dL
Khlorida : 105,7
mEq/dL
20 Maret 2021 - - HGB : 10,7 ( g/dL)
RBC : 3,70 (10^6/uL)
HCT : 31,3 (%)
MCV : 84,6 (fL)
MCH : 28,9 (pg)
MCHC : 34,2 (g/dL)
RDW-SD : 41,2 (fL)
RDW-CV : 14,2 (%)
WBC : 11,90 (10^3/uL)
PLT : 335 (10^3/uL)
PDW : 8,9
MPV : 8,5
P-LCR : 13,6
PCT : 0,28
Terapi/ Tindakan medis:

 IVFD RL 28 gtt/i
 Injeksi Transamin 3x1
 Injeksi Vit.K 3x1
 Injeksi Vit.C 3x1
 Injeksi Cefotaxime 2x1 gr
 Injeksi ranitidin 2x1 amp
 Transfusi PRC 4 Kolf

Surabaya, 21 Maret 2021


Ners,

( Fira )

FORMAT ANALISA DATA

28
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Agencederabi Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri daerah pinggang sanpai ke daerah ologis
ari-ari
 Klien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul dalam
rentang waktu yang tidak dapat ditentukan
 Klien menyatakan nyeri yang dirasakan hilang seperti
ditusuk-tusuk

DO:
 Klien tampak meringis dan skala nyeri 6-7
 Klein tampak gelisah
 Hasil TTV:
TD: 180/100 mmHg
N: 88x/i
P: 23x/i
S: 36,8 C

DS: Faktor Defisit


 Klien mengatakan merasa mual Psikologis Nutrisi
 Klien mengatakan tidak dapat menghabiskan makanan
dan hanya mempu mengkonsumsi makanan sekitar 3-4
sendok saja
 Keluarga mengatakan berat badan klien menurun

DO:
 Klien tampak tidak dapat menghabiskan porsi makanan
 Klien tampak lemah dan hanya berbaring
 BB klien sebelum sakit yaitu sebesar 58 kg
 BB klien saat ini adalah sebesar 50 kg

DS: Kelemahan Intoleransi


 Klien mengatakan pusing aktivitas
 Klien mengatakan badan terasa lemah
 Keluarga mengatakan klien dibantu saat melakukan
kegiatan atau aktivitas

DO:
 Klien tampak pucat
 Klien tampak hanya berbaring dan tampak lemah
 Aktivitas klien tampak dibantu oleh keluarga
 Hb sebesar 6,2 pada pemeriksaan18 Maret 2021 (hari)
 Hb sebesar 10,7 pada 22 Maret 2021

29
DS: Program Ketidak
 Klien mengatakan sudah pasrah dengan penyakitnya pengobatan berdayaan
 Keluarga mengatakan klien banyak diam dan murung atau
perawatan
DO: yang
 Klien tampak murung kompleks atau
 Respon klien tidak efektif jangka
panjang

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d mengeluh nyeri (D.0077)

2. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (D.0019)

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah (D.0056)

4. Ketidakberdayaan b.d Program pengobatan atau perawatan yang kompleks atau jangka panjang
d.d menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya (D.0092)

30
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

DiagnosaKeperawatan
Tanggal Tujuan dan KriteriaHasil Rencana (Intervensi) Keperawatan Rasional
(P-E-S)
14/03/20 (D.0077) Nyeri akut b.d agencedera biologi Tujuan : Agar nyeri akut Observasi : 1. Untuk mengathui lokasi,
21 sd.d mengeluh nyeri dapat teratasi atau - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
setidaknya berkurang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
- Identifikasi skala nyeri nyeri
Kriteria Hasil : - Identifikasi respon nyeri non-verbal 2. Untuk mengetahui skala
- Keluhan Nyeri menurun nyeri
- Meringis menurun Terapeutik : 3. Untuk mengetahi respon
- Sikap protektif menurun - Berikan teknik nonfarmakologi untk nyeri non-verbal
- Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri 4. Untuk mengurangi rasa
- Kesulitan tidur menurun - Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri dan mengurangi
- Frekuensi nadi membaik rasa nyeri penggunaan terapi
- Fasilitasi istirahat dan tidur farmakologi
5. Unuk meringankan rasa
Edukasi : nyeri akibat pengaruh
- Jelaskan strategi meredakan nyeri lingkungan
6. Agar bisa tidur dengan
nyenyak
7. Agar dapat mengetahui
strategi dalam meredakan
nyeri

31
Tujuan :
Agar tidak terjadi
Observasi :
perubahan status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
- Idenifikasi status nutrisi
dan nutrisi bisa terpenuhi nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
2. Untuk mengetahui makanan
(D.0019)Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis Kriteria Hasil : yang disukai agar klien mau
Terapeutik :
14/03/20 - Porsi makanan yang makan
- Sajikan makanan secara menarik dan
21 dihabiskan meningkat 3. Agar menarik perhatian
suhu yang sesuai
- Berat badan Indeks klien dan klien tertarik untuk
Massa Tubuh (IMT) memakann7a
Kolaborasi
meningkat 4. Sebagai syarat sebelum
- Kolaborasi pemberian medikasi
makan
sebelum makan

Tujuan : Observasi :
Agar adanya toleransi - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Untuk mengetahui
aktifitas. mengakibatkan kelelahan gangguan fungsi tubuh yang
- Monitor pola jam dan tidur mengakibatkan kelelahan
(D.0056) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Kriteria Hasil : 2. Untuk mengatur pola jam
d.d mengeluh lelah - Frekuensi nadi meningkat Terapeutik : dan tidur
14/03/20
- Keluhan lelah menurun - Berikan aktivitas distraksi yang 3. Agar klien masu
21
- Dispnea saat aktivitas menyenangkan beraktibitas karena
menurun menyenangkan
- Dispnea setelah aktivitas Edukasi : 4. Agar klien mengerti
menurun - Ajarkan strategi koping untk bagaimana cara mengurangi
mengurangi kelelahan kelelahan

14/03/20 (D.0092) Ketidakberdayaan b.d Program Tujuan : Observasi : 1. Untuk mengetahui sampai

32
Agar psikologis klien tidak
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
pengobatan atau perawatan yang kompleks terganggu mana klien paham akan proses
atau jangka panjang d.d menyatakan frustasi penyakitnya
Terapeutik :
atau tidak mampu melaksanakan aktivitas Kriteria Hasil : 2. Agar pasien lebih rileks dan
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
sebelumnya - Pernyataan mampu bahagia
menyenangkan
21 melaksanakan aktivitas 3. Agar pasien memepoleh
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi
meningkat informasi tentang penyakitnya
yang dibutuhkan
- Pernyataan frustasi 4. Peran keluarga sangat
menurun penting dalam memberikan
Edukasi :
- Ketergantungan pada dukungan
- Anjurkan keluarga terlibat
orang lain menurun

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

DiagnosaKeperawatan Tanggal dan Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


Jam dan Jam
(D.0077)Nyeri akut b.d agen 14/03/2021 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, 14/03/2021
cedera biologis d.d mengeluh 09.00-10.00 kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri, dan respon nyeri non- 15.00 S : Klien mengatakan
nyeri verbal sudah bisa tidur dan
- Memberikan teknik nonfarmakologi untk mengurangi tidak mengeluh nyeri
rasa nyeri
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri O : Klien tidak
- Memfasilitasi istirahat dan tidur tampak masih
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri meringis, bersikap
protektif, ataupun
menunjukkan
kegelisahan.
Frekuensi nadi normal

A : Masalah teratasi

P: Intervensi
dihentikan

33
(D.0019)Defisit Nutrisi b.d 14/03/2021 - Mengidenifikasi status nutrisi dan makanan yang disukai 14/03/2021 S : Pasien mengatakan
faktor psikologis 10.00-11.00 - Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang 15.00 porsi makanan yang
sesuai dihabiskan sudah
- Memberikan terapi medikasi sebelum makan setelah lebih banyak
berkoordinasi dengan dokter
O : Berat badan IMT
normal

A : Masalah teratasi

P : Intervensi
dihentikan
(D.0056)Intoleransi aktivitas b.d 14/03/2021 - Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang 14/03/2021 S : Klien tidak
kelemahan d.d mengeluh lelah 11.00-12.00 mengakibatkan kelelahan 15.00 mengeluh lelah
- Memonitor pola jam dan tidur
- Memberikan aktivitas distraksi yang menyenangkan O : Frekuensinadi
- Mengajarkan strategi koping untk mengurangi kelelahan normal. Tidak ada
dispnea saat dan
setelah melakukan
aktivitas

A : Masalah teratasi

P : Intervensi
dihentikan
(D.0092)Ketidakberdayaan b.d 14/03/2021 - Mengidentifikasi pemahaman proses penyakit 14/03/2021 S : Pasien mengatakan
Program pengobatan atau 12.00-13.00 - Menggunakan pendekatan yang tenang dan 15.00 mempu melaksanakan
perawatan yang kompleks atau menyenangkan aktivitas dan tidak
jangka panjang d.d menyatakan - Memfasilitasi dalam memperoleh informasi yang frustasi
frustasi atau tidak mampu dibutuhkan
melaksanakan aktivitas - Meminta keluarga terlibat untuk memberikan dukungan O : Klien tidak terlihat
sebelumnya bergantung pada
orang lain

34
A : Masalah teratasi

P : Intervensi
dihentikan

35
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker endometrium adalah keganasan yang berasal dari sel-sel epitel yang
meliputi rongga rahim (endometrium). Kanker ini terjadi pada endometrium,
lapisan paling dalam dari dinding uterus, dimana sel-sel endometrium tumbuh
secara tidak terkontrol, menginvasi dan merusak jaringan di sekitarnya. Kanker
endometrium dalam perjalanan etiologinya di dahului oleh proses prakanker yaitu
hiperplasia endometrium.
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai
pengguna mengalami gangguan asuhan keperawatan sangat penting. Karena asuhan
keperawatan dapat mengakomodasikan perkembangan status kesehatan yang
dialami pasien. Lalu komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistik
meliputi aspek keselamatan, menggali penyebab, tanda-tanda dan mencari jalan
terbaik atas permasalahan pasien. Juga mengajarkan cara-cara sehat yang dapat
dipakai.

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan standar operasional prosedur kepada klien secara professional. Salah
satunya yaitu mampu memahami dan mengetahui masalah yang berhubungan
dengankekerasan pada anak. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
sering berinteraksi dengan klien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan klien.
Perawat diharapkan mampu menangani permasalahan yang dialami klien dengan
mengikutsertakan tenaga medis lainnya sebagai peran kolaborasi.

36
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2016. Breast Cancer Fact and Figures 2016. Tersedia:
http://www.cancer .org/research/cancerfactsfigures/cancerfactsfigures/cancer-facts-
figures2013.Diakses 19 Maret 2021

Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice (Tenth Edition). New York: Pearson
Education, Inc.

Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :


EGC.‘Casey, M.J, dkk. 2020. NCBI Bookshelf : Endometrial Cancer. A service of
the National Library of Medicine, National Institutes of Health. ENDOMETRIUM
DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN

Fisi, H. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.A DENGAN KANKER

Globocan, 2012. Breas cancer; Estimated incidence, mortality, and prevalence


worldwide in 2012. Tersedia: http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx.
Diakses pada 19 Maret 2021

Kartika, E.B, & Ramli, I. 2015. Tinjauan Pustaka : Tatalaksana Radioterapi Kanker
Endometrium Dengan Fokus Pada Stadium Dini. Radioterapi & Onkologi
Indonesia. 6(1):37-49.

Roqayah, Siti (2018) Uji In Sillico Senyawa Kaempferol sebagai Kompetitor Estrogen
pada Reseptor Estrogen Alfa Kanker Endometrium. Diploma thesis, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.

Reiza, Yaumil. 2021. Kanker Endometrium. Diakses pada 20 Maret 2021 melalui
https://kankere.com/article/content/kanker-endometrium-23 RSUD Dr. ACHMAD

37
MOCHTAR BUKITTINGGI. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
PADANG

Sumiarsih. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ca Ovarium Stadium III Post
Kemoterapi di RSUD A. W. Sjahranie Samarinda. Samarinda: Politeknik Kesehatan
Kalimantan Timur http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/318/1/1%20cover
%20%2817%20files%20merged%29.pdf

Surya, Desak. WOC KANKER ENDOMETERIUM. Diakses pada tanggal 14 Maret 2021
melalui https://www.scribd.com/document/353496471/WOC-KANKER-
ENDOMETERIUM

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

38

Anda mungkin juga menyukai