Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN NY. M


DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI TUMOR OVARIUM
DI RUANG KEBIDANAN RSI SITI RAHMAH PADANG
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

OLEH :
KELOMPOK H 1
Andini Delly Putri (2241312074)
Ramadhinda Putri Erwanto (2241312037)
Rhiana Eviranita Sariani (2241312061)
Aisyah Rahma Dini (2241312072)
Suci Dewi Damayanti (2241312063)
Hacidira Vichalova (2241312047)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................7
A. Anatomi Fisiologis..............................................................................................7
B. Pengertian Kanker Ovarium................................................................................9
C. Etiologi................................................................................................................9
D. Patofisiologi.......................................................................................................10
E. Komplikasi........................................................................................................12
F. Pathway.............................................................................................................13
G. Klasifikasi..........................................................................................................15
H. Manifestasi Klinis..............................................................................................16
I. Penatalaksanaan.................................................................................................16
J. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................17
K. Konsep Kemoterapi...........................................................................................18
L. Asuhan Keperawatan Teoritis...........................................................................19
BAB III STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN...................................33
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................59
BAB V PENUTUP................................................................................................67
A. Kesimpulan........................................................................................................67
B. Saran..................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah
seminar kasus kami dengan judul “Asuhan Keperawatan Maternitas pada Pasien
Ny. M dengan Gangguan Sistem Reproduksi Tumor Ovarium di Ruang
Kebidanan Rsi Siti Rahmah Padang”. Makalah seminar kasus ini kami tampilkan
hasil diskusi kami mengenai asuhan keperawatan maternitas pada Ny. M dengan
penyakit tumor ovarium.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya :
1. Yang terhormat Dosen Pembimbing Akademik dari Profesi Keperawatan
Maternitas, yaitu Ibu Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep., M.Biomed (Koordinator),
Ibu Wedya Wahyu, S.Kep., M.Kep, dan Ibu Ns. Yelly Herien, M.Kep. yang
telah bersedia membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah seminar kasus ini.
2. Yang terhormat Preseptor CI Klinik Kelompok H di RSI Siti Rahmah
Padang, yaitu Ibu Hidayati Permata Sari, S.Tr.Keb yang telah bersedia
membimbing kami di lapangan sehingga kami dapat menyelesaikan praktek
profesi keperawatan maternitas dan menyelesaikan makalah seminar kasus
ini.
Makalah seminar kasus ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam proses pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga
belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan
tersebut.

Padang, 14 Desember 2022

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor ovarium adalah massa atau jaringan baru yang bersifat
abnormal yang terbentuk pada ovarium dan mempunyai bentuk serta sifat
yang berbeda dari sel jaringan aslinya (Yully, 2022). Tumor ovarium
adalah kondisi dimana ovarium mengalami pertumbuhan yang abnormal
sehingga fungsi dari ovarium sebagai tempat folikel dan menghasilkan serta
mensekresikan hormon estrogen dan progesteron yang mengatur proses
menstruasi serta hormonal wanita terganggu, sehingga tumor ini sangatlah
berbahaya. Tumor ovarium ini tumbuh tanpa menunjukkan tanda-tanda
yang jelas, sehingga terjadi keterlambatan saat dilakukan pengobatan. Hal
inilah yang menyebabkan tumor ovarium yakni salah satu penyakit yang
cukup banyak mengakibatkan kematian (Cahyani, dkk, 2022).
Menurut Ferdyansyah, dkk (2014) dan Arania & Windarti (2015),
tumor ovarium adalah tumor yang berasal dari sel-sel ovarium yang dapat
bersifat jinak, borderline dan ganas. Tumor ovarium bersifat jinak dapat
berupa non-neoplasma atau neoplasma. Penyakit keganasan semakin
meningkat setiap tahun khususnya penyakit keganasan ovarium. Menurut
World Health Organization, tumor ganas atau kanker merupakan
pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas
normal yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh dan menyebar ke
organ lain (WHO, 2015).
Keganasan ovarium umumnya ditemukan pada stadium lanjut, hal ini
dikarenakan keganasan ovarium tumbuh dan membesar biasanya tanpa
disertai keluhan yang nyata sehingga keganasan ini terdiagnosis setelah
mencapai stadium lanjut, oleh sebab itu keganasan ini sering disebut silent
killer. Keganasan ovarium akan menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum sehingga pasien keganasan ovarium sulit
untuk diselamatkan (Arania & Windarti, 2015).

1
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan keganasan
ovarium antara lain usia, paritas, menarche dan riwayat keluarga (Bhatla,
dkk, 2019). Perempuan dengan usia antara 35–50 tahun paling banyak
menderita keganasan ovarium. Paritas memiliki peran proteksi terhadap
penyakit keganasan ovarium namun pada perempuan yang tidak menikah
atau perempuan menikah dengan paritas rendah akan meningkatkan insiden
keganasan ovarium (Fadhilah, dkk, 2021). Di RSUD Dr. H. Abdul Moelek,
ditemukan bahwa usia menarche memiliki risiko yang bermakna terhadap
tumor ovarium, sementara jumlah paritas memiliki risiko yang tidak
bermakna terhadap kejadian tumor ovarium (Simamora, dkk, 2018).
Hingga saat ini, belum ada standar metode untuk mendeteksi dini
keganasan atau kanker ovarium, namun beberapa cara untuk deteksi dini
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan ginekologi, USG
transvaginal, melakukan pemeriksaan tumor marker (petanda tumor) Ca
125 secara serial, dan melakukan pemeriksaan Gen BRCA 1,2 pada orang
dengan resiko tinggi. Diagnosis kanker ovarium pada umumnya ditegakkan
dengan adanya tumor ovari pada pemeriksaan ginekologis dan USG,
peningkatan CA 125 > 35 IU/ml, serta pemeriksaan histopatologi yang
menunjukkan gambaran patologi kanker ovarium (Kemenkes, 2022).
Menurut data Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence
(Globocan), kanker ovarium atau kanker indung telur adalah kanker ketiga
tersering pada wanita Indonesia, dengan angka kejadian di tahun 2020
adalah 14.896 kasus dan angka kematian mencapai 9.581 kasus. Kanker
ovarium paling sering terjadi pada wanita usia post menopause yaitu 50-70
tahun. Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan
dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sekitar 43% (Kemenkes, 2022).
Tumor ovarium adalah salah satu penyakit yang berbahaya karena
bila terlambat terdeketeksi dan tidak cepat ditangani, keganasan tumor
ovarium tersebut dapat meningkat menjadi kanker ovarium. Berdasarkan
data wanita di dunia yang mengidap tumor ovarium dimana tahun 2014
jumlah kasus kanker ovarium mencapai 21.980 kasus serta sekitar 14.270
wanita di dunia meninggal karena kanker ovarium. Pada tahun 2013–2014

2
di Indonesia sendiri tumor ovarium adalah salah satu penyebab kematian
pada wanita dengan angka kejadian 2.314 kasus kanker ovarium (Cahyani,
dkk, 2022). Sedangkan menurut WHO (2015), tumor jinak ovarium seperti
kista memiliki angka kejadian tertinggi pada negara maju dengan rata-rata
10/100.000, kecuali di Jepang (6,4/100.000). Insiden Amerika Serikat
(7,7/100.000) relatif tinggi dibandingkan dengan angka kejadian di Asia
dan Afrika.
Menurut WHO, kasus tumor ovarium meliputi 30% dari keganasan
yang dijumpai pada organ reproduksi wanita atau sekitar 204 ribu pertahun
resiko seorang wanita untuk mengalami tumor ovarium selama
kehidupannya adalah 1 dalam 75 dan resiko meninggalnya adalah 1 dalam
100. Di dunia sendiri, terdapat 125 ribu wanita yang mengalami tumor
ovarium setiap tahunnya (CDC, 2022). Angka ketahanan hidup pada
keganasan ovarium mencapai 36%–42% pada semua stadium, 70%–100%
pada stadium I, 55%63% pada stadium II, 10%–27% pada stadium III, 3%–
15% pada stadium IV (Aziz, dkk, 2015).
Menurut WHO (2018), insiden kasus keganasan ovarium di Indonesia
sebesar 3,8% dengan urutan ke 10 berdasarkan semua kanker di Indonesia.
Sedangkan menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, angka
kejadian tumor ovarium di Indonesia sebanyak 23.400 orang dan meninggal
sebanyak 13.900 orang (Kemenkes, 2015). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar, prevelensi tumor di Indonesia menunjukan adanya
peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,79 per
1000 penduduk pada tahun 2018 (Kemenkes, 2018).
Angka kejadian tumor di Sumatera Barat sebanyak 5,57% dengan
angka kejadian tumor ovarium sebanyak 19,3 %. Angka kematian yang
tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes,
2015). Angka kejadian keganasan di Sumatera Barat sebanyak 1,7 %
dengan angka kejadian keganasan ovarium di RS Kanker Dharmais tahun
2013 sebanyak 134 kasus. Angka kejadian keganasan ovarium di RSUP

3
M.Djamil Padang terjadi kenaikan tahun 2011 sebanyak 103 kasus
meningkat menjadi 156 kasus pada tahun 2012 (Malik & Friandi, 2020).
Profil kejadian tumor ovarium di RSI Siti Rahmah pada tahun 2017–
2018 didapatkan bahwa penderita tumor ovarium berdasarkan usia
didapatkan kelompok usia terbanyak pada rentang 23–28 tahun. Penderita
tumor ovarium berdasarkan jumlah paritas lebih banyak pada perempuan
yang nulipara yaitu sebanyak 30 (60,0%) pasien dan jumlah paritas ≥1
sebanyak 20 (40,0%) pasien. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa
konsistensi kistik sebanyak 15 (30,0%) kasus dan sebanyak 9 (18,0%)
kasus bersifat padat. Penderita tumor ovarium berdasarkan gambaran
histopatologi terbanyak yaitu tumor jinak cystadenoma ovarii serosum
sebanyak 18 (36,0%) kasus (Fadhilah, dkk, 2021).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengambil kasus ini
dikarenakan tumor ovarium yakni salah satu penyakit yang cukup banyak
mengakibatkan kematian. Tumor ovarium sangat penting untuk diteliti dan
dipelajari lebih lanjut, karena apabila terlambat terdeketeksi dan tidak cepat
ditangani keganasan tumor ovarium tersebut dapat meningkat menjadi
kanker ovarium. Selain itu, faktor risiko yang erat kaitannya dengan
peningkatan keganasan ovarium antara lain usia, paritas, menarche dan
riwayat keluarga yang bisa ditemukan dan diteliti lebih lanjut pada Ruang
Kebidanan RSI Siti Rahmah Padang. Oleh karena itu, penulis mengangkat
seminar kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. M
dengan Gangguan Sistem Reproduksi Tumor Ovarium di Ruang Kebidanan
RSI Siti Rahmah Padang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah pada makalah seminar kasus ini, yaitu :
1. Bagaimana tinjauan pustaka penyakit tumor ovarium?
2. Bagaimana tinjauan pustaka asuhan keperawatan maternitas pada
penyakit tumor ovarium?

4
3. Bagaimana pengkajian terhadap kasus pada pasien dengan gangguan
sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang Kebidanan RSI Siti
Rahmah Padang.
4. Bagaimana menentukan diagnose, luaran, dan intervensi keperawatan
pada pasien gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang
Kebidanan RSI Siti Rahmah Padang?
5. Bagaimana memberikan implementasi keperawatan pada pasien
gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang Kebidanan RSI
Siti Rahmah Padang?
6. Bagaimana melakukan evaluasi dan dokumentasi keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang
Kebidanan RSI Siti Rahmah Padang?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah seminar kasus ini adalah untuk
mengetahui pemberian asuhan keperawatan maternitas pada pasien
dengan gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang Kebidanan
RSI Siti Rahmah Padang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah seminar kasus ini, yaitu :
a. Dapat memaparkan tinjauan pustaka penyakit tumor ovarium
beserta dengan konsep asuhan keperawatan maternitas.
b. Dapat memaparkan pengkajian yang komprehensif pada pasien
dengan gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang
Kebidanan RSI Siti Rahmah Padang.
c. Dapat memaparkan diagnosa, luaran dan intervensi keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di
Ruang Kebidanan RSI Siti Rahmah Padang.
d. Dapat memaparkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang Kebidanan
RSI Siti Rahmah Padang.

5
e. Dapat memaparkan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang Kebidanan
RSI Siti Rahmah Padang.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Profesi
Hasil dari makalah seminar kasus ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi tentang asuhan keperawatan maternitas pada pasien
dengan gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di Ruang Kebidanan
RSI Siti Rahmah Padang.
2. Manfaat bagi Institusi
Makalah seminar kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
masukkan dalam pengembangan keilmuan keperawatan maternitas, serta
dapat mengoptimalkan pelayanan keperawatan sehingga meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan pada semua
pasien.
3. Manfaat bagi Rumah Sakit
Hasil dari penulisan ini diharapkan rumah sakit dapat menjadikan
sebagai edukasi terkait asuhan keperawatan maternitas terkhususnya
terkait intervensi keperawatan mengenai penatalaksanaan manajemen
nyeri pada pasien dengan gangguan sistem reproduksi tumor ovarium di
Ruang Kebidanan RSI Siti Rahmah Padang.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi fisiologi ovarium


1. Ovarium
Ovarium adalah gonad wanita, dua struktur kecil yang terletak
pada kedua sisi uterus. Kelenjar yanng berada di bawah pengaruh
sikliis hormon hipofise ini menghasilkan oosit dan hormon ovarium
(Brooker, 2012). Ovarium adalah salah satu di antara beberapa organ
reproduksi wanita yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur. Setiap
wanita memiliki dua ovarium, terletak pada rongga panggul sebelah
kiri dan kanan. (Ilmu Dokter, 2014)
Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap
wanita memiliki dua ovarium. Mereka oval, sekitar empat sentimeter
panjang dan berbaring di kedua sisi rahim (uterus) terhadap dinding
panggul di daerah yang dikenal sebagai fossa ovarium. Mereka
diadakan di tempat oleh ligamen melekat pada rahim, tetapi tidak
secara langsung melekat pada sisa saluran reproduksi wanita,
misalnya saluran telur. (Kliksama, 2015)
2. Fungsi ovarium
a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan,
ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya
sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses
pembuahan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam
uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak
mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya
menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
b. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua
hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara,
gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi.
c. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida
seperti estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini penting

7
dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri seks sekunder.
Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding
rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga
berperan dalam memberikan sinyal kepada hipotalamus dan
pituitari dalam mengatur sikuls menstruasi.
3. Letak Ovarium
Ovarium adalah dua organ kecil, seukuran ibu jari Anda, yang
terletak di panggul perempuan. Mereka melekat pada rahim, satu di
setiap sisi, dekat pembukaan tuba fallopi. Ovarium berisi sel gamet
wanita, disebut oosit. Dalam istilah non medis, oosit disebut “telur”.
Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita
memiliki dua indung telur. Mereka oval, sekitar empat sentimeter
panjang dan berbaring di kedua sisi rahim (uterus) dinding panggul di
wilayah yang dikenal sebagai fossa ovarium. Mereka ditahan oleh
ligamen melekat pada rahim tetapi tidak secara langsung melekat pada
sisa saluran reproduksi wanita. (Hikmat, 2014)
4. Bagian bagian ovarium Struktur ovarium terdiri atas :

a. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum


yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel-folikel primordial.

b. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma


dengan pembuluh- pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan
sedikit otot polos.Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira
100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar,
kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan
menjadi folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian
terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam
letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat- tingkat
perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-
sel saja sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi
dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk
berovulasi.

8
B. Pengertian
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan
sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes
screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-
tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada
abdomen dan bengkak (Digitulio, 2014).
Kanker ovarium adalah kanker ganas yang berasal dari ovarium
dengan berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel
germinal lebih banyak dijumpai pada penderita berusia <20 tahun,
sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia >50
tahun(Manuaba, 2013).

C. Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan,
endokrin dan faktor genetik (Price, 2005;1297).
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua
itu dianggap mungkin menyebabkan kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan
yang nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan
pertama yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan
kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi pengganti estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10
tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker
ovarium
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita
kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama

9
yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50%
kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker
ovarium yaitu:
 Diet tinggi lemak
 Merokok
 Alkohol
 Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
 Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
 Nulipara
 Infertilitas
 Menstruasi dini
 Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
 Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
 Ras kaucasia > Afrika-Amerika
 Kontrasepsi oral
 Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma.
 Menarche dini

D. Patofisiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui
namunnmultifaktoral. Resiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan
dengan factor lingkungan, reproduksi dan genetik. Faktor- faktor
lingkungan yang berkaitan dengan dengan kanker ovarium epitel terus
menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi di
industri barat. Kebiasaan makan, minum kopi, dan merokok, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap
mungkin menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan
mungkin dapat mencegah. Terapi penggantian estrogen
pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan

1
peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen- gen supresor tumor
seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting
pada beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan
autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga
yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang menderita kanker
ovarium, seorang perempuanmemiliki 50% kesempatan untuk
menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker
ovarium dikelompokkan dalam 3 kategori besar, yaitu tumor- tumor
epiteliel, tumor stroma gonad, dan tumor-tumor sel germinal.
Keganasan epiteliel yang paling sering adalah adenoma karsinoma
serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai berkembang dari
permukaan epitelium, atau serosa ovarium. Kanker ovarium
bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
perinetoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan. Keganasan
selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal.
Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk
penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan kavum
abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker
ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala
atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang, dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium
bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan
testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut
pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam
tumor, ruptur, atau torsi ovarium.
Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama

1
pemeriksaan pelvis rutin. Pada perempuan pramenopause, kebanyakan
massa adneksa yang teraba bukanlah keganasan tetapi merupakan kista
korpus luteum atau folikular. Kista fungsional ini akan hilang dalam
satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada perempuan menarkhe
atau pasca menopause, dengan massa berukuran berapapun, disarankan
untuk evaluasi lanjut secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah.
Walaupun laparatomi adalaha prosedur primer yang digunakan untuk
menentukan diagnosis, cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan,
sonografi abdomen dan pelvis) sering dapat membantu menentukan
stadium dan luasnya penyebaran. Lima persen dari seluruh neoplasma
ovarium adalah tumor stroma gonad, 2 % dari jumlah ini menjadi
keganasanovarium. WHO (World Health Organization),
mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan
subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 % hingga
33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari
bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk
semua tumor ovarium, dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun
dapat ditentukan bila ganas.

E. Komplikasi
Komplikasi umum dari kanker ovarium adalah sebagai berikut:
1. Pecahnya tumor: menyebabkan gejala sakit perut, mual, dan muntah
yang parah
2. Torsi tumor (twist): drainase vena terhalang oleh tumor yang
menyebabkan penyumbatan. Penderita diserang rasa sakit yang sangat
parah di perut bagian bawah disertai rasa mual, muntah, dan syok bila
kondisinya menjadi lebih parah.
3. Infeksi: demam, sakit perut, distensi perut, peningkatan jumlah sel darah
putih, dan peningkatan suhu tubuh yang akan menyebabkan perbedaan
peritonitis (radang pada lapisan dalam perut yang melapisi organ tubuh)
4. Perubahan tumor jinak menjadi ganas: tumor tumbuh dengan cepat
dalam waktu singkat. Pasien merasa kembung di bagian perut atau

1
lambung, kehilangan nafsu makan;
5. Gejala anemia: pasien stadium lanjut mengalami gejala pendarahan,
kehilangan nafsu makan, obstruksi usus, penurunan berat badan,
kehilangan energi, rasa tidak nyaman pada perut.

F. Pathway

Pathway Kanker Ovarium

Faktor pencetus

Faktor genetik Faktor lingkungan


Faktor reproduksi

Gangguan hormone pengatur Terpajan


Gangguan pembelahan DNA (BRCA 1) pada haid inhalasi atau hematogen
ovarium

Gangguan siklus ovulasi


Zat
karsinogen
bermetastase
Sel-sel berdiferensiasi abnormal
Sel telur gagal berevolusi Terjadi
pengendapan

Menghasilkan hormon hipofisis abnormal


Proses displasia, hiperplasia, dan aplasia
Merusak
pembelah
an sel
Penimbunan folikel

Pematangan sel
Tumor / kista
telur gagal

Kanker ovarium

1
Kanker ovarium

Stadium I Stadium IV
Stadium II Stadium III

Menyerang 1 Menyebar ke organ lain


Menyebar ke Menyebar ke peritoneum
atau 2 ovarium
jaringan
sekitar
Gangguan panggul Mendesak ke paru-paru dan
asites
hati
pembuahan
sel telur Penekan
an Kembung, flatus, nyeri tungkai, nyeri
gangguan punggung
siklus Urgensi

Gangguan
Nyeri akut Gangguan mobilitas fisik
eliminasi
urin

Gangguan
rasa Beban paru- Gangguan
paru metabolisme di

Pola nafas
tidak Penumpukan
toksik
Resiko infeksi Sistem imun tubuh menurun

Gangguan ventilasi
Netralisir
racun

1
G. Klasifikasi
Menurut Prawirohardjo (2014), klasifikasi stadium kanker ovarium
menurut FIGO (Federation International de Gynecologis Obstetricts) 1988
sebagai berikut.

Klasifikasi stadium kanker ovarium


Stadium FIGO Kategori
Stadium I Tumor terbatas pada ovarium
Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada
tumor padapermukaan luar, tidak terdapat sel kanker
pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum
Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak
terdapattumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu
dari tanda-tanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor
pada permukaan luar kapsul. Sel kanker postitif pada
cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan
ke pelvis
Iia Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopi.
Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan
peritoneum
Iib Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker
di cairan asites atau bilasan peritoneum
Iic Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif
pada cairanasites atau bilasan peritoneum
Stadium III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis keperitoneum yang dipastikan secara
mikroskopik diluar pelvis atau metastasis ke kelenjar
getah bening regional

1
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
IIIb Metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis dengan
diameter terbesar 2 cm atau kurang
IIIc Metastasis peritoneum diluar pelvis dengan diameter
terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis kelenjar getah
bening regional
IV Metastasis jauh diluar rongga peritoneum. Bila terdapat
efusi pleura,maka cairan pleura mengandung sel kanker
positif. Termasuk metastasis pada parenkim hati.

H. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium
seperti, perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan
meningkat karena adanya massa/asites, peningkatan lingkar abdomen,
tekanan panggul, kembung, nyeri punggung, konstipasi, nyeri abdomen,
urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens. peningkatan
ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeripanggul

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker
ovarium sampai stadium IIA dan dengan hasil pengobatan
seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat
meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopouse.
Kanker ovarium dengan diameter lebih dari 4 cm menurut
beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi dari
pada operasi. Histerektomi radikal mempunyai mortalitas
kurang dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1%
sampai 2%), kehilangan darah, atonia kandung kemih yang
membutuhkan katerisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa
antagonis.

1
b. Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium,
terutama mulai stadium II B sampai IV atau bagi pasien pada
stadium yang lebih kecil tetapi bukan kandidat untuk
pembedahan. Penambahan cisplatin selama radio terapi whole
pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50%.
c. Kemoterapi
Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi
lanjutan atau untuk terapi paliatif pada kasus residif.
Kemoterapi yang paling aktif adalah ciplastin. Carboplatin
juga mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kenker ovarium
meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri
untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder
dkk, 2013).
Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu
klien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan
yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumber daya keluarga komunitas, dan
menemukan kekuatan diri untuk meghadapi masalah.

J. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125
sangat bermanfaat untuk wanita yang beresiko tinggi. Pemeriksaan
praoperasi dapat mencakup enema barium atau kolonoskopi,
serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada, urografi IV,
dan pemindaian CT.Scan. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan
mutasi gen yang abnormal. Penanda atau memastikan tumor
menunjukkan antigen karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik,

1
dan HCG menunjukkan abnormal atau menurun yang mengarah
kekomplikasi.

K. Konsep Kemoterapi
1. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel
kanker. Tidak seperti radiasi atau operasi yang hanya bersifat lokal,
kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar
keseluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah
menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi, 2010). Obat-
obat anti kanker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active
single agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat
lebih meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain
itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitive
terhadap obat lainnya.

2. Dampak Kemoterapi Terhadap Pasien


Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang
kehidupan antara lain dampak terhadap fisik dan psikologis.
Kemoterapi memberikan efek nyata kepada pasien, setiap orang
memiliki variasi yang berbeda dalam merespon obat kemoterapi,
efek fisik yang tidak dapat diberikan penanganan yang baik dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Adapun dampak fisik
kemoterapi yaitu mual dan muntah, konstipasi, toksisitas kulit,
kerontokan rambut, penurunan berat badan, kelelahan, penurunan
nafsu makan, perubahan rasa dan nyeri (Aambarwati, 2014).
Menurut Wijayanti (2007) menyebutkan beberapa dampak
psikologis pasien kanker yaitu: ketidakberdayaan, kecemasan, rasa
malu, stress, amarah, depresi, dan harga diri. Secara tidak langsung
efek itu mempengaruhi proses penyembuhan pada pasien kanker,
dan bila tidak ada bantuan koping yang adekuat dari keluarga,
ditakutkan akan menambah buruk keadaan bagi penderita kanker.

1
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, asal suku bangsa, tempat lahir, nama orang tua,
pekerjaan orang tua. Keganasan kanker ovarium sering ditemui
pada usia sebelum menarche atau diatas 45 tahun(Manuaba, 2010).

2. Keluhan utama
Biasanya mengalami perdarahan yang abnormal atau
menorrhagia pada wanita usia subur atau wanita diatas usia 50
tahunatau menopause untuk stadium awal. Pada stadium lanjutakan
mengalami pembesaran massa yang disertai asites (Reeder,dkk.
2013).
3. Riwayat kesehatan sekarang
Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan
makan atau merasa cepat kenyang, dan gejala perkemihan
kemungkinan menetap Pada stadium lanjut, sering berkemih,
konstipasi, ketidaknyamanan pelvis, distensi abdomen, penurunan
berat badan, dan nyeri pada abdomen.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon,
kanker payudara, dan kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker
payudara dan kanker ovarium yang beresiko 50% (Reeder, dkk.
2013)
6. Keadaan psiko-sosial-ekonomi dan budaya
Kanker ovarium sering ditemukan pada kelompok sosial
ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dankuantitas
makanan atau gizi yang dapat mempengaruhiimunitas tubuh, serta
tingkat personal hygiene.

1
7. Data khusus
Data khusus pada pengkajian asuhan keperawatan meliputi :
Riwayat haid, riwayat obstetri, data psikologis, data aktivitas atau
istirahat, data makanan atau cairan, data nyeri atau kenyamanan,
pemeriksaan fisik (kesadaran, kepala dan rambut, telinga, wajah,
leher, abdomen, dan genetalia), pemeriksaan penunjang
(pemeriksaan laboratorium, yaitu uji asam deoksiribonukleat
mengindikasikan mutasi gen yang abnormal. Penanda atau
memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium,
antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau
meningkat yang mengarah ke komplikasi).

B. Diagnosa Keperawatan
Jenis-jenis diagnosa keperawatan antara lain : yang pertama
diagnosa aktual, diagnosa ini menggambarkan respon pasien terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan pasien
mengalami masalah kesehatan. Tanda atau gejala mayor dan minor
dapat ditemukan dan divalidasi kepada pasien. Kedua yaitu diagnosa
risiko, diagnosa ini menggambarkan respon pasien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya atau proses kehidupannya yang
dapat menyebabkan pasien berisiko mengalami masalah kesehatan.
Tidak ditemukan tanda atau gejala mayor dan minor pada pasien,
namun pasien memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan.
Ketiga yaitu diagnosa potensial (promosi kesehatan), diagnosa ini
menggambarkan adanya keinginan dan motivasi pasien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau
optimal.
Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang muncul
adalah :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupanmakanan

2
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaranfisik

4. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahanfungsi/struktur tubuh.

5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan Pengobatan

7. Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis

8. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan pada citra


tubuh
9. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan polakoping
yang berbeda diantara pasien dan orang terdekat
10. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
11. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

12. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatanpsikologis.

13. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan.

C. Rencana Keperawatan
Perencaan berfokus pada memprioritaskan masalah, merumuskan
tujuan dan kriteria hasil, membuat instruksi keperawatan, dan
mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan. Dalam hal ini
perawat menuliskan tujuan yang akan dicapai dan hal-hal yang menjadi
kriteria dalam keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Dalam
menetapkan kriteria hasil, mengguanakan prinsip SMART :
1. S :Spesific (tidak menimbulkan arti ganda). Contoh tidak spesifik
(pasien dapat melakukan mobilisasi diri secara mandiri). Contoh
spesifik (pasien dapat berjalan ke kamar mandi tanpa bantuan).
2. M :Measurable (dapat diukur). Artinya, jika diangkakan missal
“bisa”=1 dan tidak bisa=0, jadi jika pasien telah melakukan
berjalan kaki sendiri ke kamar mandi tanpa bantuan maka artinya
terukur dengan angka 1.
3. A :Achivable (dapat dicapai). Artinya kita tahu bagaimana cara

2
untuk mencapainya. Tahu bagaimana supaya pasien dapat berjalan
mandiri dengan bantuan, yaitu dengan melatih pasien
tersebutberjalan.
4. R :Realistic (rasional/masuk akal). Jangan membuat kriteria yang
tidak masuk akal. Misal pasien baru saja operasi ORIF sudah kita
buat tujuan dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, ini termasuk
tujuan yang tidak masuk akal kecuali kita tetapkan waktunya sesuai
dengan kriteria.
5. T :Time (punya batasan waktu yang jelas)

NO DIAGNOSA KODE NOC NIC


KEPERAWATAN SDKI
1. Nyeri Kronis b/d D.0078 NOC : 1.1 Lakukan pengkajian
infiltrasi tumor  Pain level nyeri secara
 Pain control komprehensif
 Comfort level 1.2 Observasi reaksi non
Kriteria hasil : verbal dari
1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri 1.3 Ajarkan tehnik
2. Melaporkan bahwa relaksasi nafas dalam
nyeri berkurang untuk mengurangi
dengan nyeri
menggunakan 1.4 Kolaborasi untuk
manajemen nyeri pemberian analgetik
3. Mampu mengenali
skala, intensitas,
lokasi, dan
frekuensi nyeri
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

2
2. Gangguan mobilitas D.0054 NOC : 2.1 Kaji kemampuan
fisik b/d  Joint movement pasien dalam
ketidakbugaran fisik active mobilisasi
 Mobility level 2.2 Monitoring vital sign
 Self care : ADLs 2.3 Banju pasien dalam
Kriteria Hasil : menggunakan alat
1. Pasien meningkat bantu jalan
dalam aktivitas fisik 2.4 Konsultasi dengan
2. Mengerti tujuan dari terapi fisik tentang
peningkatan rencana ambulasi
mobilitas sesuai dengan
3. Memperagakan kebutuhan
penggunaan
alat Bantu untuk
mobilisasi

2
3. Defisit nutrisi b/d m NOC : 3. 1 Kaji status nutrisi
kurangnya asupan  Nutritional status : pasien
makanan food & fluid intake 3. 2 Berikan informasi
 Nutritional status : tentang kebutuhan
nutrient intake nutrisi
 Weight control 3. 3 Ajarkan pasien
Kriteria hasil : membuat catatan
1. Adanya makanan harian
peningkatan berat 3. 4 Kolaborasi dengan
badan sesuai tim gizi untuk
dengan tujuan kebutuhan nutrisi
2. Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan
nutrisi
4. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
4. Disfungsi seksual D.0069 Kriteria Hasil : 4. 1 Kaji frekuensi
b/d perubahan 1. Pengenalan dan berhubungan pasien
fungsi/struktur penerimaan dengan suami setelah
tubuh identitas seksual mengetahui
pribadi penyakitnya
2. Mengetahui 4. 2 Membangun
masalah reproduksi hubungan terapeutik
3. Mampu mengontrol berdasarkan
kecemasan kepercayaan dan rasa
4. Menunjukkan hormat
keinginan untuk 4. 3 Menyediakan privasi
mendiskusikan dan menjamin
perubahan fungsi kerahasiaan
seksual 4. 4 Menginformasikan
5. Mengungkapkan diawal bahwa
pemahaman seksualitas adalah
terhadap perubahan hal penting dalam
fungsi seksual kehidupan

2
5. Gangguan rasa D.0074 NOC: 5. 1 Gunakan pendekatan
nyaman b/d gejala  Ansiety yang menenangkan
penyakit  Fear level 5. 2 Dorong pasien untuk
 Sleep deprivation mengungkapkan
 Comfort, readness perasaan ketakutan
for enchanched 5. 3 Dengarkan dengan
Kriteria Hasil : penuh perhatian
1. Mampu mengontrol 5. 4 Instruksikan pasien
kecemasan menggunakan tehnik
2. Status lingkungan relaksasi
yang nyaman
3. Mengontrol nyeri
kualitas tidur dan
istirahat yang
adekuat
4. Kualitas tidur dan
istirahat adekuat
5. Respon terhadap
pengobatan

2
6. Distress spiritual D.0082 NOC : 6. 1 Gunakan
b/d kondisi penyakit  Ansietas kematian komunikasi
kronis  Konflik pembuatan nterapeutik untuk
keputusan membangun
 Koping tidak kepercayaan dan
efektif kepedulian empatik
 Risiko distres 6. 2 Memanfaatkan alat
spiritual untuk memonitor
Kriteria Hasil : dan mengevaluasi
1. mampu mengontrol kesejahteraan rohani
kecemasan 6. 3 Menyediakan privasi
2. mampu mengontrol dan cukup waktu
tingkat depresi dan untuk kegiatan
level stres spiritual
3. mampu memproses 6. 4 Datangkan penasihat
informasi spiritual pilihan
4. penerimaan atau individu
kesiapan
menghadapi
kematian
5. menunjukkan arti
harapan hidup
7. Gangguan citra D.0083 NOC : 7. 1 Kaji secara verbal
tubuh b/d efek  Body image dan nonverbal
tindakan pengobatan  Self esterm respon pasien
Kriteria Hasil : terhadap tubuhnya
1. Body image positif 7. 2 Monitor frekuensi
2. Mampu mengkritik dirinya
mengidentifikasi 7. 3 Jelaskan tentang
kekuatanpersonal pengobatan,
3. Mendiskripsikan perawatan, kemajuan
secara factual dan prognosis
perubahan fungsi penyakit
tubuh 7. 4 Dorong pasien
4. Mempertahankan mengungkapkan
interaksi sosial perasaannya

2
8. Harga diri rendah D.0087 NOC : 8. 1 Kaji alasan-alasan
situasional b/d  Body image untuk mengkritik
perubahan pada citra disturbed atau menyalahkan
 Coping ineffective diri sendiri
 Personal identity, 8. 2 Monitor frekuensi
disturbed komunikasi verbal
 Health behavior, pasien yang negatif
risk 8. 3 Dorong pasien
 Self esterm mengidentifikasi
situasional, low kekuatan dirinya
8. 4 Dukung pasien
untuk menerima
tantangan baru
8. 5 Kolaborasi dengan
sumber-sumber
lain (perawat
spesialis klinis,
dan layanan
keagamaan)

2
9. Ketidakmampuan D.0093 NOC : 9. 1 Bantu pasien
koping keluarga b/d  Decision making mengidentifikasi
pola koping yang  Role inhasment keuntungan dan
berbeda antara  Sosial support kerugian dari
pasien dengan Kriteria Hasil : keadaan
keluarga 1. Mengidentifikasi 9. 2 Gunakan
pola koping yang pendekatan yang
efektif tenang dan
2. Mengungkapkan meyakinkan
secara verbal 9. 3 Memfasilitasi
tentang koping pasien untuk
yang efektif membuat
3. Mengatakan keputusan
penurunan stress 9. 4 Berikan informasi
4. Pasien mengatakan tentang kondisinya
telah menerima
keadaannya
sekarang
5. Mampu
mengidentifikasi
strategi tentang
koping
10. Defisit perawatan D.109 NOC : 10. 1 Kaji kemampuan
diri b/d kelemahan  Self care status pasien dalam
fisik  Activity tolerance mempertahankan
 Fatigue level kebersihn diri,
Kriteria Hasil : asupan makanan
1. Mampu melakukan dan cairan, serta
tugas fisik yang eliminasi
paling mendasar 10. 2 Kaji kebersihan
dan aktifitas diri pasien
perawatan pribadi 10. 3 Bantu ADLs
secara mandiri pasien sesuai
dengan atau tanpa dengan kebutuhan
alat bantu 10. 4 Beritahu keluarga
2. Mampu pasien untuk
mempertahankan membantu
perawatan diri

2
kebersihan diri dan pasien
penampilan yang
rapi secara mandiri

11. Defisit pengetahuan D.0111 NOC : 11. 1 Kaji pengetahuan


b/d kurang terpapar  Knowledge pasien dan
informasi diseaseprocess keluarga tentang
 Knowledge health penyakitnya

2
behavior 11. 2 Jelaskan tanda dan
Kriteria Hasil : gejala dari
1. Pasien dan keluarga penyakit
menyatakan 11. 3 Jelaskan
pemahaman tentang patofisiologi dari
penyakit, kondisi, penyakit dan
prognosis, dan bagaimana hal ini
program berhubungan
pengobatan dengan anatomi
2. Pasien dan keluarga dan fisiologi,
mampu dengan cara yang
melaksanakan tepat
prosedur yang 11. 4 Diskusikan dengan
dijelaskan secara dokter tentang
benar terapi dan
3. Pasien dan keluarga penanganan
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
12. Risiko perdarahan D.0012 NOC : 12. 1 Kaji adanya
b/d proses  Blood lose severity perdarahan pada
keganasan  Blood koagulan pasien
Kriteria Hasil : 12. 2 Monitor tanda-
1. Tidak ada tanda vital
hematuria dan 12. 3 Monitor tanda-
hematemesis tanda perdarahan
2. Kehilangan darah 12. 4 Pertahankan
yang terlihat bedrest selama
3. Tekanan darah perdarahan aktif
dalam batas normal 12. 5 Kolaborasi
4. Tidak ada pemberian terapi
perdarahan
pervagina
5. Tidak ada distensi
abdominal

3
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana
tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang telah
diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Dimana tujuan
implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan klien,
mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien. Secara
operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan adalah tahap persiapan yaitu tahap awal
tindakan keperawatan ini menuntut perawat mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Selanjutnya ada
tahap kerja, fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
melaksanakan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
pasien. Terakhir yaitu tahap terminasi, memperhatikan respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan, merapikan pasien
dan semua alat yang dipakai serta lakukan pendokumentasian.
(Hutahaean Serri, 2010).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada pasien kanker ovarium dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan memiliki pengetahuan dan
kemampuan memahami respon pasien serta menggambarkan
kesimpulan tujuan yang akan dicapai dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil ada 2 jenis, yaitu :
1. Evaluasi formatif

Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan


tindakan keperawatan dengan respon segera.

3
2. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasidan analisis status pasien kanker
ovarium berdasarkan tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga
sebagai alat ukur apakah tujuan sudah tercapai sebagian atau tidak
tercapai. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu
:
a. S : Data subjektif yaitu informasi berupa ungkapan yang
didapat dari pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

b. O : Data objektif yaitu data yang didapat dari hasil observasi


perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang
berhubungan dengan penyait pasien (meliputi : data fisiologi
dan informasi dari pemeriksaan tenaga kesehatan yang lain).

c. A :Analisis yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data


subjektif dan data objektif dengan tujuan dan kriteria hasil,
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi.

d. P : Perencanaan yaitu pengembangan rencana keperawatan


lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan analisis yang
bertujuan memberikan tindakan keperawatan yang optimal.

F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat dapat dipakai sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. Tujuan dalam dokumentasi yaitu: sebagai cara bagi tim
kesehatan untuk menjelaskan perawatan pasien, menjelaskan sejauh
mana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi atas pelayanan yang
telah diberikan, sebagai media edukasi peserta didik tentang bagaimana
pola yang harus ditemui dalam berbagai masalah kesehatan, berisikan
data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung
diagnose dan perencanaan keperawatan, sebagai bahan untuk
melakukan riset untuk mengumpulkan informasi tertentu, sebagai bukti

3
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Hari/ Tanggal : Selasa/ 6 Desember 2022

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. M Penanggung Jawab :


Umur : 56 Tahun Nama : Ny. S (anak)
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jorong Koto Indah Kel. Kurma Koto
Salak Kec. Sungai Rumbai
Tanggal masuk RS : 05 Desember 2022
Tanggal Pengkajian : 6 Desember 2022
Diagnosa Medis : Tumor Padat
Ovarium

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien dirawat tanggal 25 november 2022 karena perdarahan dari
kemaluan kurang lebih 4 hari yang lalu dan sudah 5 kali ganti
pembalut dalam sehari, klien juga mengalami nyeri perut dan mual.
Klien di diagnosa anemia berat dan menjalani tranfusi sebanyak 4
kantong PRC. Kemudian klien melakukan CT Scan dan di diagnosa
Tumor Ovarium. Seminggu setelah dirawat, tanggal 5 desember 2022
klien datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri dan diagnosis tumor
ovarium dan rencana akan dilakukan laparatomy bedah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian dilakukan pada selasa 6 desember 2022 di ruang rawat
zam zam 4 dengan keluhan nyeri post op skala 6 dan darah masih
keluar dari kemaluan. Klien tampak meringis kesakitan dan gelisah.
Konjungtiva

3
tidak anemis mukosa bibir tidak kering. Klien mengatakan masih takut
untuk bergerak banyak karena luka operasinya. Aktivitas sehari-hari
pasien dibantu keluarga. Perut membengkak (-), nyeri perut (+),
menstruasi (+), nyeri haid (-), riwayat post coital bleeding (-)
dyspareunia (-) riwayat keputihan berulang (-) mual (+) muntah (-)
BAB dan BAK normal tanpa alat bantu.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak memiliki penyakit kronis seperti hipertensi, DM, jantung,
dan paru.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan ayah klien memiliki riwayat hipertensi. Tidak ada
anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien dan
tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular,
keturunan, dan kejiwaan.
5. Riwayat Obstetri sebelumnya
Klien mengatakan sudah 4x hamil dan melahirkan, dan anak klien
hidup.
6. Riwayat Menstruasi
Saat ini kalien masih menstruasi. Klien menarche pada umur 13 tahun,
dengan durasi menstruasi 7 hari, dan frekuensi mengganti pembalut 3x
sehari. Klien mengatakan bingung kapan dia menstruasi karena darah
yang keluar dari kemaluan selama 6 bulan
7. Riwayat KB
Klien menggunakan KB suntik dari tahun 1999 - 2012, kemudian
klien menggunakan KB pil dari tahunn 2012 – 2018. Semenjak 2018
klien menopause. Efek selama penggunaan KB yang dirasakan klien
yaitu menstruasi klien menjadi tidak normal dengan durasi yaitu 4 hari

3
8. Genogram

9. Genogram
i

Keterangan

= Perempuan

= Laki laki

= Pasien

C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
˗ Kulit : tugor kulit elastis
˗ Kesadaran : compos mentis
- Status Kesehatan :

3
b. Tanda tanda vital

˗ TD : 131/78 mmhg
˗ N : 98 x/i
˗ P : 22x/i
˗ S : 36,8 oc
c. Pemeriksaan Antropometri

˗ TB : 156 cm
˗ BB : 63 kg
˗ IMT : 25, 8 (gemuk)
d. Pemeriksaan head to toe
Kepala I : Bentuk kepala tampak bulat, persebaran rambut tampak merata,
rambut berwarna hitam
Pal : Tidak terdapat massa dan tidak ada nyeri tekan
Mata I : Simetris antara kiri dan kanan, tidak ada edema, konjungtiva
anemis, reflek pupil terhadap cahaya (+/+), penglihatan baik
Pal : Tidak ada nyeri tekan
Hidung I : Hidung tampak simetris, tidak terdapat polip, tidak ada luka,
tidak ada secret dan hidung tampak bersih
Pal : Tidak ada nyeri tekan
Mulut I : Bibir tampak sedikit pucat, tidak ada luka, lidah berwarna merah
muda,
Leher I : Tidak terdapat pembengkakan pada kelenjer tiroid, kelenjer getah
bening, dan vena jugularis.
Pal : Tidak terdapat pembesaran pada kelenjer tiroid, kelenjer getah
bening, dan vena jugularis.
Toraks
 Paru I: Bentuk dada simetris, tidak ada pergerakan otot bantu napas, tidak
ada bekas luka
Pa: Tidak terdapat nyeri dada dan massa, fremitus taktil
kiri=kanan Pe: Sonor kedua lapang paru
A: vesikuler

3
• Jantung I: Iktus kordis tidak
terlihat Pa: Iktus kordis
teraba
Pe: Tidak ada kardiomegali (terdengar suara pekak sepanjang ICS 3-
5)
A: Irama jantung regular
Payudara
I: Bentuk dada simetris
Pa: Tidak ada edema di daerah payudara, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa dan lesi
Abdomen I: Perut datar simetris, tampak luka bekas operasi. Panjang luka
sekitar 10-15 cm, luka tampak bersih dan kering dan tidak terdapat
pus
Pa: Nyeri pada area luka operasi, TFU berada pada 2 jari dibawah
umilikus dan kontraksi rahim keras
Pe: Timpani
A: BU (+) 20x/I normal
Genitalia I : Tampak keluar darah dari kemaluan sekitar 500cc dalam satu
Rectal hari, berwarna merah segar
Pal : Nyeri (-)
Ekstremitas I : Tidak ada luka, terpasang infus RL 8j/k
Pal : Akral dingin, CRT = 3 detik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
edema, reflek patela (+)
Muskuloske Kekuatan otot : ekstremitas atas (kiri, kanan) dan bawah (kiri, kanan)
letal/Sendi masing-masing 5.
Lain-lain Pengkajian nyeri
P : nyeri pada luka post op
Q : rasa nyeri seperti ngilu pada luka post op
R : nyeri pada bagian perut bawah disekitar luka post
op S : skala 6
T : nyeri saat bergerak

3
e. Pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : klien mengatakan selalu berobat ke
puskesmas atau rumah sakit ketika sakit

Kebiasaan:
- Merokok : □Tidak

□Ya,bungkus........./hr,lamanya……
- Minum Alkohol : □Tidak
□Ya,berapabotol/hr,lama.........…

˗ Obat-Obatan :□Tidak □Ya,namaobat


˗ Lain-lain :-
˗ Reaksi Alergi : Tidak ada
˗ Tindakan :-
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
˗ Keluhan : Klien mengatakan nafsu makan sedikit
berkurang
˗ Diet/SuplemenKhusus : MB
- Perubahan BB 6 Bulan terakhir : Tak ada/Ada: (↑/↓).
- Asupannutrisi : □Oral □NGT
□Parenteral
□Gastrostomi
- Riwayat masalah kulit/penyembuhan : Tak ada/Ada
- Pantangan/Alergi : Tidak ada
- Gambaran diet pasien dalam sehari (komposisi & ukuran) :

Makan & Minum Sebelum sakit Makan & Minum Selama dirawat (jenis,
(jenis, porsi yg dihabiskan) porsi yg dihabiskan)
Pagi: nasi + lauk pauk + sayur + Pagi: nasi + lauk pauk + sayur + buah + air
air mineral mineral dihabiskan ½ porsi

3
Siang: nasi + lauk pauk + sayur + Siang: nasi + lauk pauk + sayur + buah +
air mineral air mineral dihabiskan ½ porsi

Malam: nasi + lauk pauk + sayur Malam: nasi + lauk pauk + sayur + buah +
+ air mineral air mineral dihabiskan ½ porsi

Kesimpulan: Pola nutrisi/ metabolism pasien tdk terganggu


3) Pola Eliminasi
Keluhan : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan
Pola Defekasi Pola Urinasi
Frekwensi: 1x/hari Frekwensi: 4-5x sehari
Konsistensi: Lunak Warna: Kuning
Warna: Kuning Kandungan(darah/protein/dll): Tidak ada
Bau: khas feses Bau: khas urine
Banyaknya: Normal Banyaknya : 1500cc
Stoma : Tidak ada Alatbantu: Tidak ada

Kesimpulan: Tidak ada masalah pada pola eliminasi klien


4) Pola Aktivitas/Olah Raga
Keluhan : Klien mengatakan selama sakit aktivitasnya sedikit, karna
klien mudah merasa lelah.
Kemampuan Perawatan Diri (0 = Mandiri, 1 = Dengan Alat Bantu,
2 = Bantuan dari orang lain, 3 = Bantuan peralatan dan orang lain,4
= tergantung/tdk mampu
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di Tempat Tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √

3
ALAT BANTU: Tidak ada Kruk Pispot ditempat tidur
Walker Tongkat Belat/Mitela Kursi roda.

Kekuatan Otot :
5555 5555
5555 5555

Kesimpulan: Tidak ada masalah pada pola aktivitas/ olah raga klien
5) Pola Istirahat Tidur
- Keluhan: Klien mengatakan sulit tidur karena nyeri yang
dirasakan. Semalama setelah operasi klien kurang tidur karean
sering terbangun saat malam hari
- Kebiasaan : 5 jam/malam jam tidur siang Tidur sore
Merasa segar setelah tidur Ya Tidak.
- Lain-lain/ kesimpulan : Terdapat masalah pada pola istirahat
tidur klien
6) Pola Kognitif–Persepsi
- Keluhan : klien mengatakan nyeri pada perut bekas operasi
- Statusmental :Sadar Afasia reseptif Mengingat cerita
buruk Terorientasi Kelam Pikir Kombatif Tak
responsif
- Bicara : Normal TakJelas Gagap Afasia ekpresif

- Bahasa sehari-hari : Indonesia Daerah Lain-lain

- Kemampuan membaca,bahasa Indonesia : Ya Tidak


- Berkomunikasi : Ya/Tidak
- Memahami : Ya/Tidak
- Tingkat Ansietas : (Ringan/Sedang/Berat/Panik)
- Keterampilan Interaksi : Tepat/Lain-lain
- Pendengaran : DBN Kerusakan(Kanan/Kiri)
Tuli(Kanan/Kiri)
- Alat bantu dengar : tidak ada
- Penglihatan : DBN Kacamata LensaKontak

4
Kerusakan Kanan/Kiri
 Buta /Kiri Katarak Kanan/Kiri

Glaukoma Protesis Kanan/Kiri

Ya/Tidak Vertigo:

- Ketidak nyamanan /Nyeri: Tidak ada Akut Kronik


- Deskripsi:
o P : nyeri pada luka post op
o Q : rasa nyeri seperti ngilu pada luka post op
o R : nyeri pada bagian perut bawah disekitar luka post op
o S : skala 6
o T : nyeri saat bergerak
- Penatalaksanaan Nyeri : pasien lebih banyak tidur dan tidak
terlalu banyak bergerak
- Kesimpulan : Tidak ada gangguan pada pola kognitif-persepsi
klien
7) Pola Peran Hubungan
- Keluhan : Klien mengatakan tidak memiliki masalah dalam
pergaulan baik sesama tetangga dirumah maupun sesama klien
di rumah sakit
- Pekerjaan : wiraswasta
- Status Pekerjaan: Bekerja Ketidakmampuan jangka
pendek Ketidakmampuan jangka panjang Tidak Bekerja
- Sistem Pendukung: Pasangan Tetangga/Teman Tidak
ada Keluarga serumah Keluarga tinggal berjauhan
- Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS: Tidak ada
- Kegiatan sosial: Tidak ada masalah pada pola peran hubungan
klien
8) Pola Seksualitas/Reproduksi
- Keluhan : Klien mengatakan sudah menopause semenjak tahun
2018. Selama klien masih mengalami menstruasi siklus
menstruasi klien normal, namun setelah mengikuti prpgram KB

4
siklus menstruasi klien menjadi tidak normal. Klien hanya
mengalami menstruasi selama 4 hari
- Tanggal Menstruasi Akhir (TMA): Klien tidak ingat kapan
terakhir menstruasi
- Masalah Menstruasi: Ya Tidak
- Pap Smear Terakhir:
- Pemeriksaan Payudara/Testis Mandiri Bulanan: Ya Tidak
- Masalah Seksual B/D Penyakit: Tidak ada
- Kesimpulan: Pola seksualitas/reproduksi klien terganggu
9) Pola Koping-Toleransi Stres
- Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan
- Masalah (finansial, perawatan diri): Tidak ada
- Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu: Tidak Ya
- Hal yang dilakukan saat ada masalah : Klien mengatakan selalu
menyelesaikan masalah ketika ada masalah
- Penggunaan obat untuk menghilangkan stres:Tidak ada
- Keadaan emosi dalam sehari hari: santai tegang
- Kesimpulan: Tidak ada masalah pada pola koping-toleransi
stress klien
10) Pola Keyakinan-Nilai
- Keluhan: Klien mengatakan tidak ada keluhan
- Agama: Islam
- Pantangan Keagamaan: Tidak/Ya(uraikan)
- Ibadah selama sakit : Klien mengatakan tetap beribadah selama
di rawat di rumah sakit
- Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: Ya Tidak
- Kesimpulan: Tidak ada masalah pada pola keyakinan-nilai

f. Data penunjang

4
1) Radiology

2) Pemeriksaan Diagnostik

3) Laboratorium

4
Laboratorium tanggal 5 Desember 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 12.2 gr % 13 - 16
Leukosit 8.950 /mm3 5000 - 10000

Hematokrit 40 % 40-48

Ureum 10 mg/dL 10 - 50

Kreatinin 0.7 mg/dL 0.5-1.0

SGOT 25 U/L <23


SGPT 17 U/L <31
Kalsium 9.0 Mmol/L 8.1-10.4

Tanggal 7 Desember 2022


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 11.4 gr % 12 - 14

D. Analisa Data
NO/TGL DATA ETIOLOGI PROBLEM

DO: Agen pencedera fisik Nyeri akut (D. 0077)


 Nyeri skala 6
 N : 98x/i
 Klien tampak meringis
 Klien bersikap protektif
 Klien tampak gelisah
 Klien mengalamai kesulitan
tidur dan sering terbangun saat
malam hari
 Nafsu makan menurun, makan

4
dihabiskan ½ porsi
 P : 22x/i
DS :
 Klien mengeluh nyeri pada
luka post op
P : nyeri pada luka post op
Q : rasa nyeri seperti ngilu pada luka
post op
R : nyeri pada bagian perut bawah
disekitar luka post op
S : skala 6
T : nyeri saat bergerak
DO : Proses keganasan Risiko pendarahan
 Hemoglobin : 11.4 (D.0012)
 Tampak keluar darah dari
kemaluan sekitar 500cc
dalam satu hari, berwarna
merah segar
DS :
 Klien mengatakan setelah
operasi masih ada darah yang
keluar dari kemaluan
 Klien mengatakan mengganti
pembalut sebanyak 3-4 kali
dalam sehari
DO : Tindakan invasif Resiko Infeksi (D.
 Tampak luka post operasi 0142)
pada bagian perut bawah
klien

E. Diagnosa Keperawatan

4
a. Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik (Laparatomy)
b. Resiko perdarahan b. d Tumor ovarium
c. Resiko infeksi b.d tindakan invasif (pembedahan)

F. Perencanaan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
Agen Pencedera
Setelah dilakukan asuhan Tindakan
Fisik (Laparatomy)
(D. 0077) keperawatan selama 3x24  Observasi
jam maka, nyeri menurun - lokasi, karakteristik, durasi,
dengan criteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
 Meringis menurun - Identifikasi faktor yang memperberat
 Gelisah menurun dan memperingan nyeri
 Sikap protektif - Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
 Kesulitan tidur - Identifikasi pengaruh budaya
menurun terhadap respon nyeri
 Frekuensi nadi - Identifikasi pengaruh nyeri pada
membaik kualitas hidup
 Nafsu makan - Monitor keberhasilan terapi
membaik komplementer yang sudah diberikan
 Pernapasan - Monitor efek samping penggunaan
membaik analgetik
 Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,

4
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Resiko pendarahan Tingkat perdarahan Pencegahan perdarahan (I.02067)
b.d Tumor menurun (L.02017) Tindakan
Ovarium (D.0012) Setelah dilakukan asuhan  Observasi
keperawatan selama 3x24 - Monitor tanda dan gejala perdarahan
jam maka, perdarahan - Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
menurun: sebelum dan setelah kehilangan darah
 Membrane - Monitor tanda-tanda vital ortostatik
mukosa lembab - Monitor koagulasi (mis: prothrombin
meingkat time (PT), partial thromboplastin time
 Kelembaban kulit (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin
meningkat dan/atau platelet)

4
 Hemoglobin  Terapeutik
membaik - Pertahankan bed rest selama
perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal
 Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
3. Resiko infeksi b.d Tingkat infeksi (L.14137) Edukasi Pencegahan Infeksi (1.12406)
tindakan invasif Setelah dilakukan asuhan Tindakan
(pembedahan) keperawatan selama 3x24  Observasi :
(D.0142) jam maka, tingkat infeksi - Periksa kesiapan dan kemampuan
menurun dengan krtiteria menerima informasi
hasil:  Terapeutik
 Nyeri menurun - Siapkan materi, media tentang faktor-

4
 Nafsu makan faktor penyebab, cara identifikasi dan
membaik pencegahan risiko infeksi di rumah
 Kebersihan sakit maupun di rumah
tangan meningkat - Jadwalkan waktu yang tepat untuk
 Kebersihan badan memberikan pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan dengan pasien dan
keluarga
- Berikan kesempatan untuk bertanya
 Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
- Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium (mis. leukosit,
WBC)
- Anjurkan mengikuti tindakan
pencegahan sesuai kondisi
- Anjurkan membatasi pengunjung
- Ajarkan cara merawat kulit pada
area yang edema
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan kecukupan nutrisi,
cairan, dan istirahat
- Anjurkan kecukupan mobilisasi
dan olahraga sesual kebutuhan
- Anjurkan latihan napas dalam dan
batuk sesual kebutuhan
- Anjurkan mengelola antibiotik
sesuai resep
- Ajarkan cara mencuci tangan
- Ajarkan etika batuk

4
G. Implementasi dan Evaluasi

No Hari/tgl/ Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


shift
1. Selasa/ 6 Nyeri akut b.d Agen Observasi S:
Desember Pencedera Fisik - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,  Klien mengeluh nyeri pada
2022/ shift (Laparatomy) (D. 0077) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas luka post op
sore O:
nyeri
 Nyeri skala 6
- Mengidentifikasi skala nyeri
 N : 98x/i
- Mengidentifikasi faktor yang
 Klien tampak meringis
memperberat dan memperingan nyeri
 Klien bersikap protektif
Terapeutik
 Klien tampak gelisah
- Menganjurkan pasien mengatur jadwal
 Klien mengalamai kesulitan
kontrol lingkungan
tidur dan sering terbangun
Edukasi
saat malam hari
- Jelaskan penyebab, periode, dan
 Nafsu makan menurun,
pemicu nyeri
makan dihabiskan ½ porsi
 P : 22x/i
A : Masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan

5
Resiko pendarahan b.d  Observasi S:
Tumor Ovarium (D.0012)  Klien mengatakan masih
- memonitor tanda dan gejala perdarahan
keluar darah dari kemaluan
- Monitor nilai hematokrit/hemoglobin O:
sebelum dan setelah kehilangan darah  TD : 131/78 mmhg
- Memonitor tanda tanda vital  N : 98 x/i
 Edukasi  P : 22x/i
- Menjelaskan tanda dan gejala  S : 36,8 oc
perdarahan  Hemoglobin : 11.4
- Menganjurkan memakan makanan yang  Klien mengatakan setelah
tinggi serat seperti pepaya atau buah operasi masih ada darah
buahan untuk menghindari konstipasi yang keluar dari kemaluan
- Menganjutkan pasien untuk segera A: Masalah belum teratasi
melapor jika terjadi perdarahan
 Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan yaitu inj. Asam
traneksamat, vit C dan vit. K (3x1)

Resiko infeksi b.d  Observasi : S:


tindakan invasif - Periksa kesiapan dan kemampuan  Klien mengeluh nyeri pada
(pembedahan)

5
(D.0142) menerima informasi luka post op dan nafsu
 Edukasi makan menurun
O:
- Menjelaskan tanda dan gejala  Tampak luka post operasi
infeksi lokal dan sistemik pada bagian perut bawah
- Menganjurkan kepada pasien klien

untuk membatasi pengunjung


A :Masalah belum teratasi
- Mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi P :Intervensi dilanjutkan
- Menganjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan istriahat yang cukup
- Menganjurkan pasien untuk miring
kiri dan miring kanan di temapt tidur
- Anjurkan latihan napas dalam
dan batuk sesual kebutuhan
- Mengajarkan cara mencuci tangan yang
baik dan benar
4. Rabu/ 7 Nyeri akut b.d Agen Observasi S:
Desember Pencedera Fisik - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,  Klien masih mengeluh nyeri
2022/ shift (Laparatomy) (D. 0077) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas pada luka post op
sore O:

5
nyeri  Nyeri skala 4
- Mengidentifikasi skala nyeri  N : 83x/i
- Mengidentifikasi faktor yang  Klien masih tampak meringis
memperberat dan memperingan nyeri  Klien sudah tidak bersikap
- Memonitor Keberhasilan Terapi protektif
Komplementer Yang Sudah Diberikan  Klien sudah tidak gelisah
(Terapi Tarik Napas Dalam)  Klien masih mengalami
- Memonitor Efek Samping Penggunaan kesulitan tidur
Analgetik ( Ny. M Mual Setelah Inj.  Nafsu makan pasien sedikit
Albumin) membaik
Terapeutik  P : 20x/i
- Menganjurkan pasien untuk istirahat A : Masalah teratasi sebagian
dan tidur yang cukup
- Memberitahu kepada pasien teknik non P : Intervensi dilanjutkan
famakologis untuk mengurangi nyeri
yaitu teknik relaksasi napas dalam
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
yaitu menyesuaikan suhu ruangan
Edukasi
- Menganjurkan pasien memantau nyeri

5
secara mandiri
- Memberikan terapi analgetik yang tepat
(memberikan obat oral trampara 2x1)
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis
mengurangi nyeri yaitu dengan teknik
relaksasi napas dalam
Resiko pendarahan b.d  Observasi S:
Tumor Ovarium (D.0012)  Klien mengatakan masih
- memonitor tanda dan gejala perdarahan
keluar darah dari kemaluan
- memonitor tanda tanda vital pasien
 Klien mengeluh keslitan
 Terapeutik BAB
- Batasi tindakan invasive, jika perlu O:
 TD : 127/73 mmhg
- Memberikan obat pengontrol
 N : 83 x/i
perdarahan yaitu inj. Asam  P : 20x/i
traneksamat, vit c dan vit. K (3x1)  S : 36,5 oc
 Edukasi  Klien sakit perut dan tidak
nafsu makan karena susah
- Menganjurkan pasien untuk
BAB
meningkatkan asupan makanan dan  Klien darah yang keluar dari
vitamin K kemaluan masih ada tetapi
- Menganjurkan pasien segera melapor sudah berkurang
jika terjadi perdarahan

5
 Kolaborasi A: Masalah teratasi sebagian
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
yaitu dulcolax P : Intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi b.d  Edukasi S:
tindakan invasif - mengajarkan cara memeriksa kondisi  Klien nyeri luka post op
(pembedahan) (D.0142) sudah berkurang
luka atau luka operasi O:
- menganjurkan kecukupan  Klien sudah bisa miring kiri
nutrisi, cairan, dan istirahat dan miring kanan di tempat
tidur
- menganjurkan pasien untuk duduk
 Pasien sudah bisa
ditempat tidur jika mampu melakukan cara cuci tangan
- memberikan antibiotik inj. yang baik dan benar
 Pengunjung diruangan sudah
Ceftriaxon (2x1)
berkurang
- memantau kembali cara cuci
tangan yang baik dan benar dari A :Masalah teratasi sebagian
pasien
P :Intervensi dilanjutkan
3 Kamis / 8 Nyeri akut b.d Agen Observasi S:
Desember Pencedera Fisik - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,  Klien mengatakn nyeri luka
2022/ shift (Laparatomy) (D. 0077) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas post op sudah tidak terasa,
pagi hanya sesekali saja
nyeri
O:
- Mengidentifikasi skala nyeri

5
- Mengidentifikasi faktor yang  Nyeri skala 3
memperberat dan memperingan nyeri  N : 78x/i
- Memonitor Keberhasilan Terapi  Klien sudah tidak meringis
Komplementer Yang Sudah Diberikan  Klien sudah tidak bersikap
(Terapi Tarik Napas Dalam) protektif
Terapeutik  Klien sudah tidak gelisah
- Menganjurkan pasien untuk istirahat  Klien sudah bisa istirahat
dan tidur yang cukup cukup
- Menciptakan lingkungan yang nyaman  Nafsu makan pasien sudah
yaitu menyesuaikan suhu ruangan sedikit membaik
Edukasi  P : 18x/i
- Menganjurkan pasien memantau nyeri A : Masalah teratasi
secara mandiri
- Memberikan terapi analgetik yang tepat P : Intervensi dilanjutkan
(memberikan obat oral trampara 2x1)
- Memantau kembali pasien
menggunakan teknik relaksasi napas
dalam untuk menguarngi nyeri
Resiko pendarahan b.d  Observasi S:
Tumor Ovarium (D.0012)  Klien mengatakan masih
- memonitor tanda dan gejala perdarahan

5
- memonitor tanda tanda vital pasien keluar darah dari kemaluan
 Terapeutik  Klien mengeluh keslitan
BAB
- Memberikan obat pengontrol O :
perdarahan yaitu inj. Asam  TD : 131/78 mmhg
traneksamat, vit c dan vit. K (3x1)  N : 78 x/i
 P : 18x/i
- Memberikan obat pelunak tinja yaitu
 S : 36,5 oc
dulcolax
 Klien sudah BAB
 Edukasi  Klien mengatakan masih ada
- Menganjurkan pasien untuk darah keluar dari kemaluan
meningkatkan asupan makanan dan tapi sduah sedikit
vitamin K
- Menganjurkan pasien segera melapor A: Masalah teratasi
jika terjadi perdarahan
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi b.d  Edukasi S:
tindakan invasif - mengajarkan cara memeriksa kondisi  Klien nyeri luka post op
(pembedahan) (D.0142) sudah tidak ada tetapi
luka atau luka operasi sesekali masih terasa
- menganjurkan kecukupan O:
nutrisi, cairan, dan istirahat  Klien sudah bisa miring kiri
dan miring kanan di tempat
- menganjurkan pasien untuk duduk
tidur

5
ditempat tidur jika mampu  Pasien sudah bisa
- memberikan antibiotik inj. melakukan cara cuci tangan
yang baik dan benar
Ceftriaxon (2x1)
- memantau kembali cara cuci A :Masalah teratasi
tangan yang baik dan benar dari
P :Intervensi dilanjutkan
pasien

5
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini kami akan menguraikan kasus yang diamati serta
menguraikannya dengan teori yang didapat untuk mengetahui sejauh mana
faktor pendukung, penghambat, dan solusinya dengan memberikan asuhan
keperawatan jiwa pada Ny. M yang merupakan pasien dengan diagnosa medis
Tumor Ovarium. Pasien diberi asuhan keperawatan selama 3 hari, mulai dari
tanggal 6 – 8 Desember2022. Dalam pembahasan ini, mencakup semua tahapan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan
sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes
screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda- tanda
awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada
abdomen dan bengkak (Digitulio, 2014).
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan,
endokrin dan faktor genetik. Faktor lingkungan terdiri dari kebiasaan pola
makan yang buruk, kopi, dan merokok. Faktor endokrin adalah perempuan
yang nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama
yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Sedangkan faktor genetik antara
lain dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker
ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita
kanker ovarium (Price, 2005;1297).
Hasil pengkajian yang didapatkan dari Ny. M merupakan wanita
dengan usia antara 50 – 75 tahun, dimana usia ini merupakan dalah satu
faktor resiko yang bisa menyebabkan tumor ovarium. Berdasarkan hasil
oengkajiantersebut dapat diketahui bahwa Ny. M mengalami tumor ovarium
disebabkanoleh faktor endokrin.

5
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium
seperti, perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan
meningkat karena adanya massa/asites, peningkatan lingkar abdomen,
tekanan panggul, kembung, nyeri punggung, konstipasi, nyeri abdomen,
urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens. peningkatan
ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.
Hasil pengkajian yang didapatkan dari Ny. M mengatakan mengalami
perdarahan dari kemaluan dan dalam jumlah yang banyak, klien juga
mengalami nyeri perut dan mual. Klien di diagnosa anemia berat dan
menjalani tranfusi sebanyak 4 kantong PRC. Dimana tanda dan gejala
tersebut merupakan gejala tumor ovarium. Kemudian klien melakukan CT
Scan dan di diagnosa Tumor Ovarium.
Pengkajian dilakukan pada selasa 6 desember 2022 di ruang rawat zam
zam 4 dengan keluhan nyeri post op skala 6 dan darah masih keluar dari
kemaluan. Klien tampak meringis kesakitan dan gelisah. Konjungtiva tidak
anemis mukosa bibir tidak kering. Klien mengatakan masih takut untuk
bergerak banyak karena luka operasinya. Aktivitas sehari-hari pasien
dibantu keluarga. Perut membengkak (-), nyeri perut (+), menstruasi (+),
nyeri haid (-), riwayat post coital bleeding (-) dyspareunia (-) riwayat
keputihan berulang (-) mual (+) muntah (-) BAB dan BAK normal tanpa
alat bantu.
Maka, berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa
antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan atau bertolak belakang. Hal
tersebut dikarenakan data yang didapat dari kasus sama dengan teori, baik
dari teori pengertian ansietas, penyebab tumor ovarium, dan tanda gejala
tumor ovarium yang hampir mendekati atau hampir sama.

B. Diagnosa Keperawatan
Dalam memprioritaskan diagnosa atau masalah keperawatan, diagnosa
atau masalah keperawatan tersebut harus berdasarkan data pengkajian
keluhan utama, tanda dan gejala yang paling menojol yang didapatkan
selamamelakukan pengkajian.

6
Hasil pengkajian yang didapatkan dari Ny. M, didapatkan keluhan
berupa data subjektif yaitu nyeri pada abdomen akhibat luka post op, nyeri
terasa meningkat saat bergerak. Klien juga mengatakan adanya darah yang
keluar pada kemaluan post op, sulit beristirahat akibat nyeri yang dirasakan.
Sedangkan pada data objektif didapatkan data nyeri pasien pada skala 6,
pasien tampak meringis, bersikap protektif dan gelisah, nafsu makan
menurun, dan tampak lemah.
Oleh karena itu, pada kasus Ny. M dapat diangkat diagnosa utama yaitu
nyeri akut, serta diagnosa pendukung resiko perdarahan, dan resiko infeksi.
Maka, berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa antara
teori dan kasus tidak ada kesenjangan atau bertolak belakang mengenai
diagnosa. Hal tersebut dikarenakan diagnosa yang didapat dari kasus
adalah ansietasyang merupakan diagnosa risiko.

C. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
pengembangan strategi, untuk mencegah, mengurangi, menghambat,
menurunkan, mengatasi masalah-masalah yang telah diindentifikasi dalam
diagnosa keperawatan (Rohmah & Walid, 2017). Intervensi keperawatan
adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan yang ada di dalam kasus, dapat memprediksi
waktu pencapaian keberhasilan tindakan dengan melihat kondisi,
kemampuan, dan kebutuhan klien. Selain itu, kesenjangan yang terjadi tidak
menjadi penghambat dalam merencanakan intervensi keperawatan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diangkat maka pasien akan
diberikan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatannya.
Intervensi keperawatan yang dirancang sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada kasus di atas adalah manajemen nyeri, pencegahan
perdarahan, dan edukasi pencegahan infeksi. Masing-masing intervensi
yangdiberikan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.

6
D. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setelah dibuat rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien dengan ansietas adalah
menerapkan rencana tersebut kepada pasien dan dilakukan evaluasi setiap
selesai pemberian implementasi. Implementasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana keperawatan.
Menurut (Nurhalimah, 2016), penatalaksanaan ansietas dapat diberikan
secara farmakologis, yaitu pemberian obat-obatan dan non- farmakologis.
Pada kasus kelolaan sudah diberikan beberapa tindakan intervensi
manajemen nyeri, implementasi yang diberikan berupa mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, serta memberi edukasi yaitu
menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
Untuk intervensi pencegahan perdarahan, pasien diberikan implementasi
yaitu memonitor tanda dan gejala perdarahan, monitor nilai
hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah, memonitor
tanda tanda vital. Pasien juga diberi edukasi dengan menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan, menganjurkan memakan makanan yang tinggi serat seperti
pepaya atau buah buahan untuk menghindari konstipasi, menganjutkan
pasien untuk segera melapor jika terjadi perdarahan. Dan terakhir kolaborasi
pemberian obat pengontrol perdarahan yaitu inj. Asamtraneksamat, vit C dan
vit. K (3x1).
Intervensi edukasi pencegaran infeksi, pasien diberikan implementasi
berupa mengobservasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi. Diberi
edukasi dengan menjelaskan tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik,
menganjurkan kepada pasien untuk membatasi pengunjung, mengajarkan
cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi, menganjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istriahat yang cukup,
menganjurkan pasien untuk miring kiri dan miring kanan di tempat tidur,

6
anjurkan latihan napas dalam dan batuk sesual kebutuhan, dan mengajarkan
cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Dalam pemberian implementasi mahasiswa juga menanyakan keadaan
dan perasaan pasien serta memberikan reinforcement positif kepada pasien.
Dengan itu pasien tampak lebih bersemangat dalam menjalani masa
pemulihan. Reinforcement positif memiliki power atau kemampuan yang jika
dilakukan secara berulang oleh seseorang tanpa paksaan akan memberikan
dapat positif dan dapat memotivasi pasien(Faizah, 2013).

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat data subjektif, objektif, melihat
apakah masalah teratasi atau tidak serta menetapkan tindakan selanjutnya
yang dilakukan. Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
evaluasi yaitu untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
Evaluasi dilakukan selama 3 hari kunjungan, yaitu mulai dari Selasa,
6 Desember 2022 hingga 8 Desember 2022. Pada hari pertama diberikan
intervensi sesuai diagnosa keperawatan, didapatkan SOAP untukdiagnosa
nyeri akut yaitu ;
S : Klien mengeluh nyeri pada luka post op ;
O : Nyeri skala 6, N : 98x/i, klien tampak meringis, klien bersikap
protektif, klien tampak gelisah, klien mengalamai kesulitan tidur dan
sering terbangun saat malam hari, nafsu makan menurun, makan
dihabiskan ½ porsi, RR : 22x/i ;
A : Masalah belum teratasi ;
P :Intervensi dilanjutkan.

6
SOAP untuk diagnosa resiko perdarahan yaitu ;
S : Klien mengatakan masih keluar darah dari kemaluan ;
O : TD : 131/78 mmHg, N : 98 x/i, P : 22x/i, S : 36,8 oc, Hemoglobin :
11.4, klien mengatakan setelah operasi masih ada darah yang keluar dari
kemaluan ;
A: Masalah belum teratasi ;
P : Intervensi dilanjutkan.
Intervensi untuk diagnosa resiko infeksi SOAP nya yaitu ;
S : Klien mengeluh nyeri pada luka post op dan nafsu makan menurun ;
O : Tampak luka post operasi pada bagian perut bawah klien ;
A :Masalah belum teratasi ;
P :Intervensi dilanjutkan.
Pada intervensi hari kedua pada pasien diberikan intervensi untuk
diagnosa nyeri akut didapatkan SOAP nya ;
S : Klien masih mengeluh nyeripada luka post op ;
O : Nyeri skala 4, N : 83x/i, klien masih tampak meringis, klien sudah
tidak bersikap protektif , klien sudah tidak gelisah, klien masih
mengalami kesulitan tidur , nafsu makan pasien sedikit membaik RR :
20x/i ;
A : Masalah teratasi sebagian ;
P : Intervensi dilanjutkan.
SOAP untuk diagnosa resiko perdarahan antara lain ;
S : Klien mengatakan masih keluar darah dari kemaluan, klien
mengeluh keslitanBAB ;
O : TD : 127/73 mmhg, N : 83 x/I, P : 20x/I, S : 36,5 oc, klien sakitperut
dan tidak nafsu makan karena susah BAB, klien darah yang keluardari
kemaluan masih ada tetapi sudah berkurang ;
A: Masalah teratasisebagian ;
P : Intervensi dilanjutkan.
Dan SOAP untuk diagnosa resikoinfeksi yaitu ;
S : Klien nyeri luka post op sudah berkurang ;
O : klien sudah bisa miring kiri dan miring kanan di tempat tidur,

6
pasien sudah bisa melakukan cara cuci tangan yang baik dan benar,
pengunjung diruangansudah berkurang ;
A :Masalah teratasi sebagian ;
P :Intervensi dilanjutkan.
Pada intervensi hari ketiga pada pasien diberikan intervensi sesuai
diagnosa. SOAP untuk diagnosa nyeri akut didapatkan ;
S : Klienmengatakn nyeri luka post op sudah tidak terasa, hanya sesekali
saja ;
O : Nyeri skala 3, N : 78x/I, klien sudah tidak meringis, klien sudah
tidak bersikap protektif , klien sudah tidak gelisah, klien sudah bisa
istirahatcukup , nafsu makan pasien sudah sedikit membaik RR :
18x/I ;
A :Masalah teratasi ;
P : Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa resiko perdarahandidapatkan SOAP yaitu;
S : Klien mengatakan masih keluar darah dari kemaluan, klien
mengeluh keslitan BAB ;
O : TD : 131/78 mmhg, N : 78 x/I, P : 18x/I, S : 36,5 oc, klien sudah
BAB, klien mengatakan masih ada darah keluar dari kemaluan tapi
sudah sedikit ;
A: Masalah teratasi ;
P :Intervensi dilanjutkan.
Intervensi terakhir pada diagnosa resiko infeksididapatkan SOAP
yaitu ;
S : Klien nyeri luka post op sudah tidak ada tetapisesekali masih terasa ;
O : Klien sudah bisa miring kiri dan miring kanan di tempat tidur,
pasien sudah bisa melakukan cara cuci tangan yang baikdan benar ;
A :Masalah teratasi ;
P :Intervensi dihentikan.

6
F. Dokumentasi
Dokumentasi adalah segala informasi yang dihasilkan secara
elektronik tentang klien, yang menjelaskan tentang perawatan atau
layanan yang diberikan kepada klien tersebut. Dokumentasi adalah
tindakan keperawatan yang menghasilkan akun tertulis dan atau
elektronik dari data klinis pasien terkait, keputusan dan intervensi klinis
keperawatan, serta respon klien dalam catatan kesehatan (Scotia, 2017).
Tujuan dokumentasi keperawatan adalah pembuatan database atau
catatan kesehatan dari pengalaman klien dengan sistem perawatan
kesehatan. Dokumentasi keperawatan menunjukkan apa yang dilakukan
perawat untuk klien, dan merupakan salah satu bagian dari dokumentasi
interprofesional yang luas, serta membentuk catatan kesehatan klien.
Manfaat dari pendokumentasian keperawatan adalah semua catatan
tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum.
Selanjutnya pendokumentasian data klien yang lengkap dan akurat akan
memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan
permasalahan klien, hal ini tentu berpengaruh pada peningkatan kualitas
mutu pelayanan kesehatan. Dokumentasi dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
sehingga menjadi indikator tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan lebih lanjut (Rahmi, 2019)

6
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulam

Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab

pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes

screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda- tanda

awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada

abdomen dan bengkak (Digitulio, 2014).

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namunnmultifaktoral.

Resiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan factor lingkungan,

reproduksi dan genetik. Faktor- faktor lingkungan yang berkaitan dengan

dengan kanker ovarium epitel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian.

Insiden tertinggi terjadi di industri barat. Kebiasaan makan, minum kopi, dan

merokok, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu

dianggap mungkin menyebabkan kanker.

B. Saran

Pembuatan makalah seminar kasus ini jauh dari kata sempurna, maka dari

itu diharapkan kepada pembaca agar dapat menyempurnakannya lagi, dan

makalah ini disusun agar mahasiswa keperawatan Unand dapat mengetahui

Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi tumor ovarium

pada ibu hamil.

6
DAFTAR PUSTAKA

Arania R., & Windarti I. (2015). Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah
Sakit Dr. H. Abdul Moelek Bandar Lampung Tahun 2009-2013 [skripsi].
Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Ayu Chandranita, Manuaba, dkk. 2013. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi &
Obstetri Ginekologi-Sosial. Jakarta : EGC
Bhatla N., Jones A., & Reid F. (2019). World Ovarian Cancer Coalition.
[Internet].
[cited 14 Desember 2022]. Available from:
https://worldovariancancercoalition.org/wp-
content/uploads/2018/10/THE-WORLD-OVARIAN-CANCER-
COALITION-ATLAS-2018.pdf
Brunner & Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC
Budiana, N. G. (2014). Peran Klinis Ca-125 Pada Kanker Ovarium. Fakultas
Kedokteran: Universitas Udayana.
Busmar B. (2010). Kanker ovarium. In: Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB,
editors.
Onkologi ginekologi Ed.1 Cet 1. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Fadhilah S., Oktora M. Z., & Pitra D. A. H. (2021). Profil Tumor Ovarium di
arsi Siti Rahmah Padang Tahun 2017-2018. Jurnal Kesehatan Saintika
Meditory, 4 (2), 130-139. DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jsm.v4i2.1316
Ferdyansyah, T., Sofia, A., Fatmawati. (2014). Hubungan Tumor Marker CA-125
dengan Sifat dan Tipe Sel Tumor Ovarium Di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru [skripsi]. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Herdman. H. T & Kamitsuru. S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi
&klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Huda Amin. N & Hardhi. K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta :
Mediaaction Publishing

6
Hutahean & Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta : Trans Info Media. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
Johari A. B., & Siregar F. G. (2013). Insidensi Kanker Ovarium Berdasarkan
Faktor Risiko Di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2008-2011 [Skripsi].
Sumatera Utara: Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara.
Kemenkes. (2015). Profil Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Kumar. V., Cotran S. R., & Robbins L. S. Robbins. (2007). Basic Pathology. In:
Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N, editors. Buku Ajar Patologi
Robbins. Jakarta: EGC.
Malik Y. A., & Friandi A. (2020). Perbandingan Akurasi Skor Roma Dan Iota
Dalam Prediksi Keganasan Tumor Ovarium. Andalas Obstetrics and
Gynecology Journal, 4(1), 104-111.
Prawirohardjo & Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo & Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Reeder, dkk. 2013. Keperawatan
Maternitas Vol Edisi 18. Jakarta : EGC

Simamora R. P. A., Hanriko R., & Sari R. D. P. (2018). Hubungan Usia, Jumlah
Paritas dan Usia Menarche Terhadap Derajat Histopatologi Kanker
Ovarium di RSUD Dr. H. Abdul Moelek Bandar Lampung Tahun 2015-
2016 [Skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
World Health Organization. (2014). Global Status Report on Noncommunicable
Diseases. Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai