Disusun oleh
Kelompok 3
Pembimbing Akademik
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kanker Serviks.................................................................4
B. Asuhan Keperawatan Teoritis Kanker Serviks......................................16
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan.......................................................................24
B. Analisa Data..........................................................................................32
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................34
D. Intervensi Keperawatan.........................................................................34
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..............................................38
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan.......................................................................45
B. Analisa Data..........................................................................................46
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................48
D. Intervensi Keperawatan.........................................................................49
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..............................................49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................50
B. Saran......................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim.
Kanker serviks menunjukkan adanya sel-sel abnormal yang terbentuk oleh
sel-sel jaringan yang tumbuh terus-menerus dan tidak terbatas pada bagian
leher rahim (Ariani, 2015). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. (Prawirohardjo,
2014)
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden
kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh
dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti
sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks.
Meskipun infeksi Human Papilloma Virus (HPV) penyebab lebih tinggi,
namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan
hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual yang berganti-
ganti pasangan, dan perempuan perokok. (Prawirohardjo, 2014)
Data World Health Organization (WHO) (2016) melaporkan bahwa
pada tahun 2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker serviks merupakan
kanker dengan urutan keempat pada wanita, sedangkan pada tahun 2015
sekitar 90% dari 270.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015), penderita kanker serviks di
Indonesia adalah 0,8% (98.692 orang). Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi
Kepulauan Riau dan Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker
serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5%, sedangkan di Provinsi Sumatra Barat
jumlah penderita kanker serviks yaitu 0,9% atau sebanyak 2.285 orang.
iii
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan salah satu rumah sakit rujukan
di Sumatera Barat. Data RSUP Dr. M. Djamil Padang di ruang Ginekologi
Onkologi penderita kanker serviks pada tahun 2020 sebanyak 241 orang dan
pada tahun 2021 sebanyak 241 orang (Medical Record RSUP Dr. M. Djamil
Padang, 2020 & 2021). Sedangkan pada bulan Januari-Mei tahun 2022,
tercatat angka kejadian kasus kanker serviks yaitu sebanyak 90 kasus. (Data
Rekam Medik Ruang ZGL IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang, 2022)
Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining
Pap Smear. Pada stadium awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga
tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas dan baru terdeteksi setelah
stadium III atau lanjut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Halimatusyaadiah (2014) di RSUP NTB menemukan penderita kanker
serviks paling banyak dengan stadium III sejumlah 33 orang (51,6%). Kanker
serviks yang sudah stadium lanjut biasanya menunjukkan gejala-gejala
diantaranya: keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul, sehingga
kondisi kanker sudah mencapai stadium lanjut. Hal ini menyebabkan
terlambatnya pengobatan dini. (Diananda, 2008)
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa
macam yaitu melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Pengobatan yang paling banyak digunakan adalah kemoterapi, karena
kemoterapi bisa digunakan untuk stadium lanjut. Kemoterapi adalah
pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk merusak atau membunuh sel-
sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah
sel-sel kanker atau mengurangi ukuran tumor. Kemoterapi memiliki dampak
dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dampak terhadap fisik dan
psikologis. Dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan muntah, diare,
konstipasi, neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia (kerontokan rambut),
penurunan berat badan, anemia, penurunan nafsu makan, perubahan rasa
nyeri. (Ariani, 2015)
iv
Berdasarkan pembahasan di atas kelompok tertarik untuk membuat
seminar kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan
Kanker Serviks di Ruang Onkology IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2022”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran,
pengalaman dan menganalisa secara langsung tentang bagaimana
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Kanker Serviks di
Ruang Onkology IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan
Kanker Serviks.
b. Mampu merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan berdasarkan
data yang diperoleh pada klien dengan Kanker Serviks.
c. Mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnosa pada klien dengan
Kanker Serviks.
d. Mampu melaksanakan implementasi pada klien dengan Kanker Serviks.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien Kanker
Serviks.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Kanker Serviks
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Menurut Tanto (2015) dalam Rahmi (2019), klasifikasi stadium
FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and Obstetrics)
sebagai berikut:
Klasifikasi Stadium FIGO
0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
I Karsinoma serviks terbatas uterus (ekstensi ke korpus uterus
dapat diabaikan)
IA IA Karsinoma invasive didiagnosa hanya dengan mikroskop.
Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi
hanya superficial, dimasukkan ke dalam stadium IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm
vi
dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm
dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klnik dan terbatas di serviks atau secara
mikroskopi lesi lebih besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0
cm atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara secara klinik berukuran dengan diameter
terbesar lebih dari 4,0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding
panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium
IIA Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0
1 cm atau kurang
IIA Lesi terlihat secara fisik berukuran dengan diameter terbesar
2 lebih dari 4,0 cm
IIB Tumor dengan invasi ke parametrium
III Tumor meluas ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah
vagina atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding
panggul
IIIB Tumor meluas ke dinding dan menimbulkan hidronefrosis atau
afungsi ginjal
IVA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding
panggul kecil (true pelvis)
IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal,
keterlibatan dari kelenjer getah bening supraklavikula,
mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)
3. Etiologi
vii
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa
faktor risiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kanker serviks menurut Ariani (2015) dalam Rahmi (2019) sebagai
berikut:
a. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka
yang berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual
sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa
meningkatkan risiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia
20 tahun.
b. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi
HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
c. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56
kali
lebih tinggi dibandingkan di dalam serum, efek langsung bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen infeksi virus.
d. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
e. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial
ekonomi
viii
rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, hal
ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Terpapar virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau penyebab AIDS
merusak sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat
menjelaskan peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan
AIDS. Para ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah
penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat
pertumbuhan serta penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra
serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari
biasanya.
g. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Rasjidi (2014) dalam Rahmi (2019) kanker mikroinvasif
dapat asimtomatik, dan mungkin hanya dapat di deteksi saat investigasi
pada hasil tes pap smear. Sebaliknya, kebanyakan kasus pasien dengan
kanker serviks yang invasif datang ke petugas kesehatan saat mereka telah
mengalami gejala sebagai berikut:
a. Tahap Awal
1) Keputihan kadang berbau busuk
2) Perdarahan tidak teratur pada wanita usia produktif
3) Perdarahan pasca hubungan seksual pada wanita segala usia bahkan
wanita usia muda
4) Perdarahan pasca menopause
ix
5) Pada kasus perdarahan saat manopouse, kanker serviks harus selalu
dicurigai, jika perdarahan tersebut tidak berespon terhadap
pengobatan yang sesuai.
b. Tahap Lanjut
1) Nyeri berkemih
2) Peningkatan frekuensi berkemih
3) Nyeri punggung
4) Nyeri abdomen bawah
c. Tahap Akhir
1) Penurunan berat badan
2) Penurunan pengeluaran urin (dari obstruksi ureter atau gagal ginjal)
3) Kebocoran urin atau feses dari vagina
4) Pembengkakan ekstremitas bawah
5) Breathlessness (karena anemia)
5. Patofisiologi
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30
tahun. Faktor risiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human
Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Faktor risiko lain
perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda,
paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosial
ekonomi yang rendah dan merokok. (Price, 2012 dalam Jannah, 2019)
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa
dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar
atau zona tranformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan
tidak normalnya sel progresif yang berakhir sebagai karsinoma servikal
invasif. Displasia servikal dan karsinoma insitu atau High-grade
Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului karsinoma invasif.
Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung
x
kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau
meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga
endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang
jauh. (Price, 2012 dalam Jannah, 2019)
xi
xii
6. Pathway
Infeksi Virus HPV
Genetik
Hygiene yang buruk pada organ vital
Hubungan seksual <16 tahun Terjadi lesi pada serviks, Perluasan epitel kolumnar (ekstroserviks dan
Merokok inflamasi, timbul nodul endoserviks)
Ganti-ganti pasangan
Karsinoma
Eksolistik Endolitik invasive serviks Pelvis Ke arah
parametrium
Ke arah Ke stroma Menekan
serviks Perubahan epitel saraf
lumen Metastase ke
displastik serviks lumbosakr
vagina vagina
alis
Infiltrasi
Perdarahan
Massa Stimulus Menginfiltrasi
proliferasi Ulkus septum
Anemia
rektovagina dan
Ditangkap
kandung kemih
Gangguan reseptor
Nekrosis Integritas Imunitas Curah Jantung
nyeri
jaringan Kulit menurun menurun
13
Risiko Sirkulasi ke Nyeri Obstruksi
Keputihan Infeksi jaringan Kronis kandung kemih
bau busuk menurun
Gangguan Pola
Risiko Perfusi Eliminasi
Perifer tidak
Perubahan
Efektif
pola seksual
Harga Diri
Rendah
Terapi
15
3) Pemeriksaan kardiovaskuler, antara lain EKG.
4) Pemeriksaan sistem respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap
obat.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Wijaya, 2010 dalam Jannah, 2019) ada berbagai
tindakan klinis yang bisa dipilih untuk mengobati kanker serviks sesuai
dengan tahap perkembangannya masing-masing, yaitu:
1) Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0
antara lain:
a) Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur
eksisi dengan menggunakan arus listrik bertegangan rendah
untuk menghilangkan jaringan abnormal serviks.
b) Pembedahan Laser
c) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput
lendir serviks dan epitel serta kelenjarnya.
d) Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin)
untuk menghancurkan sel abnormal atau mengalami kelainan.
e) Total histerektomi (untuk wanita yang tidak bisa atau tidak
menginginkan anak lagi).
f) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan
pembedahan).
2) Stadium I A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA meliputi:
a) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingo
oophorectomy.
b) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput
lendir serviks dan epitel serta kelenjarnya.
16
c) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar
getah bening.
d) Terapi radiasi internal.
3) Stadium I B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB meliputi:
a) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal.
b) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening.
c) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
diikuti terapi radiasi dan kemoterapi.
d) Terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:
a) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi.
b) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening.
c) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
diikuti terapi radiasi dan kemoterapi.
5) Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi
terapi radiasi internal dan eksternal yang diikuti dengan kemoterapi.
6) Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi
terapi radiasi internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan
kemoterapi.
7) Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi
terapi radiasi internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan
kemoterapi.
8) Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB meliputi:
17
a) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejala-gejala
yang disebabkan oleh kanker dan untuk meningkatkan kualitas
hidup.
b) Kemoterapi
c) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat
kombinasi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi
pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan
klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat
mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder, 2013
dalam Jannah, 2019).
Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya
memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal
yang berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Apabila
terdiagnosis kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam.
Perasaan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan
reproduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu klien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter
harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan
menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, 2013
dalam Jannah, 2019).
18
B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Kanker Serviks
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan
penunjang (hasil laboratorium).
2) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
3) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan
pasien.
4) Riwayat kesehatan:
a) Keluhan utama: biasaya pasien datang ke rumah sakit dengan
keluhan seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan
yang menyerupai air dan berbau. Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah
yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b) Riwayat kesehatan sekarang: biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada
19
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
c) Riwayat kesehatan dahulu: biasanya pada pasien kanker serviks
memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit
keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS. Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit
keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
d) Riwayat kesehatan keluarga: biasanya riwayat keluarga adalah
salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa
dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki
riwayat kanker di dalam keluarganya lebih berisiko tinggi
terkena kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat di
dalam keluarganya.
5) Riwayat Obstetri: untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien
dengan kanker serviks yang perlu diketahui adalah:
a) Keluhan haid: dikaji tentang riwayat menarche dan haid
terakhir, sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan
sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa
menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
pendarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker
serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan: jumlah kehamilan dan anak
yang hidup karena kanker serviks terbanyak pada wanita yang
sering partus, semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks.
6) Riwayat psikososial: biasanya tentang penerimaan pasien terhadap
penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani,
hubungan dengan suami/ keluarga terhadap pasien dari sumber
keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih
20
serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan
orang lain. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7) Riwayat kebiasaan sehari-hari: biasanya meliputi pemenuhan
kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari,
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur. Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu
makan, kelelahan, gangguan pola tidur.
8) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
b) Kepala: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
c) Mata: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
d) Leher: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan.
e) Thoraks: dada biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi tidak ada kelainan. Jantung biasanya pada pasien
kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan.
f) Abdomen: biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan.
g) Genetalia: biasanya pada pasien kanker serviks mengalami
sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi.
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
h) Ekstermitas: biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium
lanjut mengalami udema dan nyeri. Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan atau kebas pada
tangan dan kaki.
9) Pemeriksaan penunjang:
21
a) Pemeriksaan hematologi: biasanya pada pasien kanker serviks
post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan
Haemoglobin. Nilai normalnya Haemoglobin wanita (12-16
gr/dl).
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan pada kanker serviks post
kemoterapi adalah:
a. Nyeri kronis
b. Defisit nutrisi
c. Nausea/ mual
d. Risiko perfusi perifer tidak efektif
e. Gangguan pola eliminasi
f. Gangguan integritas kulit/ jaringan
g. Risiko infeksi
h. Keletihan
i. Hambatan mobilitas fisik
j. Harga diri rendah
22
23
3. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1 Nausea Setelah dilakukan intervensi Manajemen Mual
keperawatan diharapkan tingkat a. Observasi
nausea menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi pengalaman mual
1) Nafsu makan meningkat 2. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
2) Keluhan mual menurun hidup (misal: nafsu makan, aktivitas, kinerja,
3) Perasaan asam di mulut menurun tanggung jawab peran, dan tidur)
4) Pucat menurun 3. Identifikasi faktor penyebab mual
4. Monitor mual
b. Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
(misal: bau tak sedap, suara, rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangi keadaan penyebab mual
(misal: kecemasan, ketakutan, kelelahan)
c. Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
24
jika merangsang mual
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antimetik, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
keperawatan diharapkan status nutrisi a. Observasi
membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat 3. Monitor asupan makanan
2. Verbalisasi keinginan untuk b. Terapeutik
meningkatkan nutrisi meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
3. Nafsu makan membaik perlu
4. Membran mukosa membaik c. Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
3 Keletihan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi
keperawatan diharapkan tingkat a. Observasi
keletihan menurun dengan kriteria 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
hasil: 2. Monitor pola dan jam tidur
1) Verbalisasi kepulihan energi 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
25
2) Kemampuan melakukan aktivitas b. Terapeutik
rutin meningkat 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
3) Verbalisasi lelah menurun stimulus (misal: cahaya, suara, kunjungan)
4) Lesu menurun 2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5) Pola istirahat membaik c. Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
26
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan insiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Indonesia/ minang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat rumah : Padang
b. Identitas suami
Nama : Tn. E
Umur : 47 tahun
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Indonesia/ minang
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Keluarga terdekat : Anak
yang bisa dihubungi
c. Diagnosa dan informasi medik yang penting waktu masuk
Tanggal masuk : 24 Mei 2022
No. Medical record : 01.12.95.95
Ruang rawat : Ruang Onkology Kebidanan
Diagnosa medik : Kanker serviks + kemo III
Yang mengirim/ : Datang sendiri
merujuk
Alasan masuk : Klien mengatakan masuk rumah sakit
karena akan menjalani siklus kemoterapi
28
yang ketiga.
2. Data Kesehatan Umum
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama (PQRST)
Klien mengatakan masuk ke RSUP Dr. M. Djamil pada
tanggal 24 Mei 2022 pukul 11.30 melalui Poliklinik Kebidanan
bersama keluarganya untuk melakukan siklus kemoterapi yang
ketiga. Pada saat datang ke rumah sakit klien mengatakan pusing,
badan terasa lemas dan ada BAB berdarah.
2) Penyakit yang diderita saat ini
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 mei 2022
setelah dilakukannya kemoterapi, klien mengatakan pusing,
badannya terasa lemas dan mudah lelah, nafsu makan berkurang,
mual ± 5 kali (durasi < 1 menit), mulut terasa asam, dan klien
tampak memegang minyak aromaterapi untuk mengurangi mual.
Klien tampak pucat. klien hanya makan 2 sendok makan dari porsi
makanannya. Klien mengatakan belum ada BAB sejak masuk rumah
sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi,
DM, penyakit jantung dan penyakit ginjal. Klien dikenal dengan kanker
serviks dan telah menjalani kemoterapi pertama dibulan maret.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami
sakit yang sama dengan klien atau penyakit kanker lainnya seperti
kanker payudara atau kanker ovarium.
3. Status Obstetri
a. Riwayat reproduksi
1) Riwayat menstruasi
Menarche umur : 15 tahun
29
Siklus : Teratur per bulan
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Konsistensi : Warna merah berbau khas
Dismenorrhoe : Klien mengatakan nyeri haid pada hari ke 1-2
dan klien mengalihkan nyerinya dengan
beristirahat.
2) Perkawinan
Lamanya perkawinan : 31 tahun
Berapa kali kawin : 1 kali
b. Riwayat kehamilan
Tgl/ Keadaan
Tmpt Cara
No. Thn Ditolong BB An.
Pers Pers
Pers Sekarang
1 1992 Klinik Normal Bidan 3,5 kg Baik
2 1994 Klinik Normal Bidan 2,5 kg Baik
3 2001 Klinik Normal Bidan 3 kg Baik
4 2004 Klinik Normal Bidan 2,5 kg Baik
5 2006 Klinik Normal Bidan 3 kg Baik
6 2009 Klinik Normal Bidan 2,8 kg Baik
c. Data keluarga berencana
Pernah ikut KB/ tidak, jika ya metode : Pernah, metode spiral
4. Pola Nutrisi
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 154 cm
Frekuensi makan : 3 x sehari
Nafsu makan : Berkurang
Perubahan BB dalam 3 Klien mengatakan ada penurunan BB
bulan terakhir dalam 3 bulan terakhir. BB Dulu: 57 kg
30
5. Pola Eliminasi
BAB : Belum ada
Waktu : -
Frekuensi : -
Konsistensi : -
Penggunaan pencahar : Tidak ada
BAK Ada
Frekuensi : 4-5 kali
Warna : Kuning
Bau : Khas
8. Pola Bekerja
Jenis pekerjaan : Ibu rumah tangga
Lama bekerja : -
31
9. Riwayat Keluarga (Genogram)
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
--- : Tinggal serumah
32
sembuh dan tidak menjalani program
pengobatan lagi.
Pertahanan koping : Klien mengatakan untuk mengatasi
masalahnya klien selalu shalat, berdoa dan
mendapatkan dukungan dari orang
terdekat.
Sistem nilai dan : Klien beragama islam dan klien
kepecayaan mengatakan percaya bahwa sakitnya
merupakan ujian dari Allah SWT.
33
Sklera : Non ikterik
d. Telinga
Simetris : Simetris kiri dan kanan
Pengeluaran cairan : Tidak ada
e. Hidung
Simetris : Simetris
Pengeluaran cairan : Tidak ada
Polip : Tidak ada
f. Mulut dan gigi
Mukosa : Kering
Caries : Tidak ada
g. Leher
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
h. Dada
Simetris : Simetris kiri dan kanan
Sadari : Normal, tidak ada pembengkakan, tidak nyeri
Auskultasi jantung : BJ I dan BJ II normal
Auskultasi paru : Vesikuler
i. Abdomen
Simetris : Simetris
Pembengkakan : Tidak ada
Bising usus : 12 x/ menit
Luka operasi : Ada, luka tampak sudah menyatu
Kandung kemih : Tidak penuh
j. Genetalia
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran cairan : Tidak ada
k. Ekstremitas
Reflek patella : Ada
34
Edema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
15. Data Penunjang
a. Data laboratorium
Darah
Golongan darah : B+
Urine
Albumin: : Tidak ada pemeriksaan
Reduksi : Tidak ada pemeriksaan
b. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan USG : -
16. Terapi
a. Protokol kemoterapi
Jam Obat-obatan
35
(3 jam)
36
B. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Problem
37
Data Objektif:
Klien tampak lemah dan pucat
Konjungtiva pucat
Mukosa mulut kering
Klien hanya menghabiskan 2 sendok makan
Hasil laboratorium: Hemoglobin 10.0 g/ Dl
3 Data Subjektif: Program perawatan Keletihan
Klien mengatakan badannya terasa lemah dan mudah
letih
Klien mengatakan pusing
Klien mengatakan beraktivitas kadang-kadang dibantu
oleh keluarga
Data Objektif:
Klien tampak lemah dan pucat
Aktivitas klien kadang-kadang tampak dibantu
38
C. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
No.
Keperawatan Keperawatan Indonesia (SLKI) Keperawatan Indonesia (SIKI)
1 Nausea Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, maka Manajemen Mual
berhubungan dengan tingkat nausea menurun dengan kriteria hasil: a. Observasi
efek agen 1. Nafsu makan dipertahankan pada menurun (1) 1. Identifikasi pengalaman mual
farmakologis ditingkatkan ke cukup meningkat (4) 2. Identifikasi dampak mual terhadap
2. Keluhan mual dipertahankan pada meningkat (1) kualitas hidup (misal: nafsu makan,
ditingkatkan ke cukup menurun (4) aktivitas, kinerja, tanggung jawab
39
3. Perasaan asam di mulut dipertahankan pada sedang peran, dan tidur)
(3) ditingkatkan ke cukup menurun (4) 3. Identifikasi faktor penyebab mual
4. Pucat dipertahankan pada sedang (3) ditingkatkan 4. Monitor mual
ke cukup menurun (4) b. Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual (misal: bau tak
sedap, suara, rangsangan visual yang
tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangi keadaan
penyebab mual (misal: kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
c. Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
2. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang mual
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antimetik, jika
perlu
40
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, maka Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan status nutrisi membaik dengan kriteria hasil: a. Observasi
ketidakmampuan 1. Porsi makanan yang dihabiskan dipertahankan pada 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan menurun (1) ditingkatkan ke cukup meningkat (4) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
2. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi makanan
dipertahankan pada menurun (1) ditingkatkan ke 3. Monitor asupan makanan
cukup meningkat (4) b. Terapeutik
3. Nafsu makan dipertahankan pada cukup memburuk 1. Lakukan oral hygiene sebelum
(2) ditingkatkan ke cukup membaik (4) makan, jika perlu
4. Membran mukosa dipertahankan pada cukup c. Edukasi
memburuk (2) ditingkatkan ke cukup membaik (4) 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
3 Keletihan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, maka Manajemen Energi
berhubungan dengan tingkat keletihan menurun dengan kriteria hasil: a. Observasi
program perawatan 1. Verbalisasi kepulihan energi dipertahankan pada 1. Monitor kelelahan fisik dan
cukup menurun (2) ditingkatkan ke cukup emosional
meningkat (4) 2. Monitor pola dan jam tidur
2. Kemampuan melakukan aktivitas rutin 3. Monitor lokasi dan
41
dipertahankan pada sedang (3) ditingkatkan ke ketidaknyamanan selama melakukan
cukup meningkat (4) aktivitas
3. Verbalisasi lelah dipertahankan pada cukup b. Terapeutik
meningkat (2) ditingkatkan ke cukup menurun (4) 1. Sediakan lingkungan yang nyaman
4. Lesu menurun dipertahankan pada cukup dan rendah stimulus (misal: cahaya,
meningkat (2) ditingkatkan ke cukup menurun (4) suara, kunjungan)
5. Pola istirahat dipertahankan pada sedang (3) 2. Berikan aktivitas distraksi yang
ditingkatkan ke cukup membaik (4) menenangkan
c. Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
42
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Hari/
Evaluasi Keperawatan Paraf
. Tanggal/ Implementasi Keperawatan
Perawat
DX Jam
43
Analisa: masalah belum teratasi
Planning: lanjutkan intervensi
Monitor mual
Kurangi keadaan penyebab mual
Anjurkan istirahat yang cukup
Anjurkan membersihkan mulut
Kolaborasi pemberian antimetik, jika perlu
44
Analisa: masalah belum teratasi
Planning: lanjutkan intervensi
Monitor asupan makanan
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
45
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
46
porsi makanan yang diberikan rumah sakit
Klien tampak masih mual
Analisa: masalah teratasi sebagian
Planning: lanjutkan intervensi no. 1-3
47
12.00 2. Mengurangi keadaan Klien mengatakan mual sudah berkurang
penyebab mual Klien mengatakan mual 1 kali
3. Menganjurkan Klien mengatakan mulut tidak terasa asam lagi
membersihkan mulut Objektif:
4. Menganjurkan istirahat yang Keadaan umum klien baik
cukup
Mual klien tampak berkurang
5. Mengkolaborasikan
Analisa: masalah teratasi sebagian
pemberian antimetik untuk
Planning:lanjutkan intervensi 1 dan 4
mengurangi mual
(ondansetron)
48
Hasil laboratorium: Hb 11,0 g/ dL
Analisa: masalah teratasi sebagian
Planning: lanjutkan intervensi 1-3
49
50
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Ny. R (46 tahun) masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 24
mei 2022 melalui poliklinik kebidanan untuk melakukan kemoterapi yang
ke III. Setelah dilakukan kemoterapi, klien mengatakan nafsu makan
berkurang dan klien hanya makan 2 sendok makan dari porsi makanan yang
diberikan oleh rumah sakit. Klien juga mengatakan bahwa klien mengalami
penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir dimana dulu berat badan
klien adalah 57 kg dan sekarang berat badan klien adalah 52 kg. Selain itu,
klien juga mengeluh mual sebanyak ± 5 kali (durasi < 1 menit), mulut terasa
asam, dan klien tampak menggunakan minyak aromaterapi untuk
mengurangi mual. Klien mengeluh pusing dan badannya terasa lemas serta
mudah letih, klien tampak pucat dan hanya berbaring ditempat tidurnya.
Klien juga mengatakan kadang-kadang aktivitas klien dibantu oleh keluarga.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah: 110/70 mmHg, suhu
37,0oC, nadi 97x/menit dan pernapasan 21x/menit, konjungtiva pucat,
mukosa mulut kering.
Menurut Marcelina (2021), penatalaksanaan dengan kemoterapi sangat
besar manfaatnya karena bersifat sistemik dalam mematikan sel-sel kanker
dan efektif untuk kanker pada stadium lanjut. Pemberian obat kemoterapi
umumnya berupa kombinasi beberapa obat yang diberikan dalam periode
waktu tertentu. Setiap penyintas kanker memerlukan periode waktu yang
bervariasi untuk menjalankan satu siklus kemoterapi. Periode pengobatan
yang panjang berpengaruh pada kondisi fisik pasien yang menimbulkan
gejala seperti mual, muntah, lidah pahit, tidak nafsu makan dan rambut
rontok. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasif (2011) dalam
Rahmi (2019), mengatakan bahwa sebanyak 70-80% pasien yang menjalani
kemoterapi mengalami kejadian mual dan muntah.
51
Menurut Rachmah (2021) penurunan nafsu makan dapat terjadi karena
mual dan muntah yang dialami pasien pasca kemoterapi. Penurunan nafsu
makan tersebut akan berpengaruh terhadap ketidakcukupan asupan zat gizi
terutama zat gizi makro dalam jangka waktu yang panjang dapat berpengaruh
pada status gizi pasien.
Selain itu juga penurunan nafsu makan pada pasien post kemoterapi
juga dapat terjadi karena adanya faktor psikis seperti kelelahan, depresi, dan
kecemasan sebagai respon dalam diri pasien terhadap penyakit kanker serta
efek dari kemoterapi. Rachmah (2021)
Asumsi kelompok pada kasus Ny. R ditemukan tampak lemah, nafsu
makan menurun, dan juga mengalami mual setelah dilakukan kemoterapi. Efek
samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat-obat sitotoksik
sehingga menghambat proliferasi tidak hanya sel-sel kanker melainkan sel
normal.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Rahmi (2019) ada beberapa kemungkinan diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan kanker serviks diantaranya
nyeri kronis, defisit nutrisi, nausea/ mual, risiko perfusi perifer tidak efektif,
gangguan pola eliminasi, gangguan integritas kulit/ jaringan, risiko infeksi,
keletihan, hambatan mobilitas fisik dan harga diri rendah.
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menemukan tiga masalah
keperawatan pada Ny. R yaitu:
1. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
Menurut SDKI (2018) batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa keperawatan nausea yaitu mengeluh mual, merasa ingin muntah,
tidak berminat makan, merasa asam di mulut, sensasi dingin/panas, sering
menelan, saliva meningkat, pucat, diaforesis, takikardia, pupil dilatasi.
Menurut analisa kelompok pada kasus Ny. R ditemukan beberapa
karakteristik tersebut seperti mengeluh mual, tidak berminat makan,
merasa asam di mulut, dan pucat.
52
Wong (2009) dalam Ningsih (2017) menyebutkan komplikasi lain
yang timbul akibat kemoterapi adalah mual, muntah, anoreksia, atau
penurunan nafsu makan. Hal ini terjadi dikarenakan efek samping dari
kemoterapi dimana obat kemoterapi bekerja tidak hanya membunuh sel-sel
kanker yang sedang membelah diri, tetapi semua sel yang membelah diri
termasuk sel-sel sehat. Obat-obatan yang tadinya bertujuan untuk
meracuni sel-sel kanker menyebabkan rasa sakit. Racun dari obat-obatan
kemoterapi menyerang sel darah dan menyebabkan keracunan darah.
Sistem pencernaan menjadi syok tidak terkontrol dan menyebabkan mual,
muntah, tidak nafsu makan dan berat badan berangsur menurun.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Menurut SDKI (2018) batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa keperawatan defisit nutrisi yaitu berat badan menurun minimal
10% di bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/ nyeri
abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum
albumin turun, rambut rontok berlebihan dan diare.
Menurut analisa kelompok pada kasus Ny. R ditemukan beberapa
karakteristik tersebut seperti berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, nafsu makan menurun, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, dan membran mukosa pucat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmah
(2021) bahwa penurunan nafsu makan dapat terjadi karena mual dan
muntah yang dialami pasien pasca kemoterapi. Penurunan nafsu makan
tersebut akan berpengaruh terhadap ketidakcukupan asupan zat gizi
terutama zat gizi makro dalam jangka waktu yang panjang dapat
berpengaruh pada status gizi pasien
3. Keletihan berhubungan dengan program perawatan
Menurut SDKI (2018) batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa keperawatan keletihan yaitu merasa energi tidak pulih walaupun
telah tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu
53
mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu, merasa bersalah akibat tidak
mampu menjalankan tanggung jawab, libido menurun, kebutuhan istirahat
meningkat.
Menurut analisa kelompok pada kasus Ny. R ditemukan beberapa
batasan karakteristik tersebut yaitu merasa energi tidak pulih walaupun
telah tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu
mempertahankan aktivitas rutin, dan tampak lesu.
Menurut Rahma (2021) salah satu penyebab keletihan adalah dari
kanker itu sendiri dimana sistem imun akan mencoba memerangi sel
kanker. Sistem imun akan bekerja menggunakan energi yang ada di dalam
tubuh. Jika sel kanker cukup kecil maka sistem imun dapat memerangi sel
kanker. Tubuh akan terus berusaha untuk mempertahankan imun secara
terus menerus hingga akhirnya tubuh akan kehabisan energi dan
mengalami keletihan. Pasien kanker bisa saja mengalami keletihan akibat
dari penyakitnya, namun pada umumnya keletihan pada pasien kanker
akan mengalami peningkatan karena menjalani terapi pengobatan seperti
kemoterapi. Keletihan adalah keluhan yang paling sering diungkapkan
pada pasien yang menjalani kemoterapi.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien
yang perlu ditegakkan, diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta
kriteria hasil. Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat
diaplikasikan dan diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah yang ada atau sesuai dengan prioritas masalah. (Ayu, 2019)
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu yaitu
identifikasi pengalaman mual, identifikasi dampak mual terhadap kualitas
hidup (misal: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan
tidur), identifikasi faktor penyebab mual, monitor mual, kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual (misal: bau tak sedap, suara, rangsangan visual
yang tidak menyenangkan), kurangi atau hilangi keadaan penyebab mual
54
(misal: kecemasan, ketakutan, kelelahan), anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup, anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual,
kolaborasi pemberian antimetik, jika perlu.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu identifikasi status
nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, monitor asupan makanan,
lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu, anjurkan posisi duduk, jika
mampu.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu monitor kelelahan
fisik dan emosional, monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus (misal: cahaya, suara, kunjungan), berikan
aktivitas distraksi yang menenangkan, anjurkan tirah baring, anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan
keperawatan yang telah ditetapkan pada teori SDKI, SLKI, dan SIKI.
Implmentasi pada masalah keperawatan yang ada pada Ny. R sudah sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Menurut kelompok implementasi
sudah sesuai dengan teori ulang yang ada pada SLKI SIKI (2018).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan kanker
serviks didapatkan kesimpulan:
1. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 mei 2022 setelah
dilakukannya kemoterapi, klien mengatakan pusing, badannya terasa
lemas dan mudah lelah, nafsu makan berkurang, mual ± 5 kali (durasi < 1
menit), mulut terasa asam, dan klien tampak memegang minyak
aromaterapi untuk mengurangi mual. Klien tampak pucat. klien hanya
makan 2 sendok makan dari porsi makanannya. Klien mengatakan belum
ada BAB sejak masuk rumah sakit.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. R yaitu nausea, defisit
nutrisi, dan keletihan.
3. Rencana keperawatan yang disusun berdasarkan pada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang ada
berdasarkan buku SDKI, SLKI, dan SIKI.
4. Implementasi keperawatan mengacu pada rencana keperawatan yang telah
disusun. Implementasi dilakukan selama 3 hari pada tanggal 25-27 Mei
2022. Sebagian rencana keperawatan dapat kelompok laksanakan pada
implementasi keperawatan.
5. Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan yang muncul pada Ny.
R diperoleh hasil evaluasi yang menunjukkan masalah keperawatan dapat
teratasi sebagian pada hari ke-3.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya laporan seminar kasus ini pembaca
khususnya mahasiswa keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih
56
tentang Asuhan Keperawatan dengan Kanker Serviks . Semoga makalah ini
dapat dijadikan sumber literatur yang layak digunakan untuk mahasiswa.
57
DAFTAR PUSTAKA